Firmansyah, Srini M. Iskandar, Darsono Sigit Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Firmansyah, Srini M. Iskandar, Darsono Sigit Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang"

Transkripsi

1 PENGARUH PENERAPAN MODEL DAUR BELAJAR 6 FASE (LC-6P) PADA MATERI TERMOKIMIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMAI ALMAARIF SINGOSARI Firmansyah, Srini M. Iskandar, Darsono Sigit Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang mas.firman99@gmail.com ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase (LC-6P) dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ekspositori pada materi termokimia. Rancangan penelitian yang digunakan yakni rancangan eksperimental semu. Kelas eksperimen diajarkan menggunakan model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase (LC-6P) sedangkan kelas kontrol diajarkan menggunakan model pembelajaran ekspositori. Instrumen yang digunakan berupa tes obyektif berjumlah 30 soal. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase (LC-6P) dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ekspositori. Siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase (LC-6P) memiliki rata-rata hasil belajar sebesar 79,89, sedangkan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ekspositori memiliki rata-rata hasil belajar sebesar 73,22. Kata kunci: model daur belajar 6 fase (LC-6P), termokimia, hasil belajar Kegiatan pembelajaran dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yaitu berupa perubahan tingkah laku atau hasil belajar sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan (Arifin, 2005:44). Hasil belajar yang diperoleh menunjukkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dan sekaligus sebagai tolok ukur keberhasilan suatu proses pembelajaran, sehingga apabila diperoleh hasil belajar yang kurang bagus maka perlu dilakukan pembenahan terhadap proses pembelajaran tersebut. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMAI Almaarif Singosari menyatakan selama ini siswa mengalami kesulitan dalam belajar kimia, salah satunya dalam memahami materi termokimia. Hal ini terlihat dari nilai ulangan harian termokimia siswa yang sebagian besar masih di bawah standar ketuntasan minimal (SKM) yaitu 75, sehingga sering dilakukan ulangan perbaikan. Data yang menunjukkan rendahnya hasil belajar termokimia misalnya pada tahun ajaran rata-rata nilai ulangan harian termokimia adalah 57,62 dengan rincian 76,92% siswa yang nilainya di bawah 75, sedangkan pada tahun ajaran rata-rata nilainya adalah 59,33 dengan rincian 82,05% siswa yang nilainya di bawah 75. Rendahnya kualitas pembelajaran di atas disebabkan karena adanya masalah-masalah belajar. Masalah-masalah belajar tersebut dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal siswa (Dimyati dan Mudjiono, 1994:226&236). Slameto (2003:65) menyatakan salah satu faktor eksternal yang dapat menjadi masalah belajar adalah penggunaan model pembelajaran. Penggunaan model 1

2 pembelajaran yang kurang tepat dan tidak sesuai dengan karakteristik siswa dapat membuat siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran yang berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Selama ini pembelajaran kimia di SMAI Almaarif Singosari menggunakan model pembelajaran ekspositori, artinya guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi pembelajaran, namun juga dilakukan kegiatan diskusi, tanya-jawab, dan praktikum (Sanjaya, 2008:179). Pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered), sehingga siswa cenderung hanya menjadi pendengar dan tidak terlalu berperan aktif dalam pembelajaran. Selama beberapa dekade terakhir ini terjadi pergeseran dalam dunia pendidikan, yaitu pergeseran dari teori behaviorisme menuju ke teori konstruktivisme (Iskandar 2001:3). Menurut teori konstruktivisme siswa sendiri yang membangun struktur pengetahuan di dalam dirinya dimana guru hanya berperan sebagai fasilitataor dan motivator. Kondisi ini mengakibatkan orientasi pembelajaran di kelas mengalami pergeseran, orientasi pembelajaran bergeser dari yang berpusat pada guru mengajar (teacher centered) ke pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Dunia pendidikan menciptakan berbagai model pembelajaran yang merupakan suatu cara mengorganisasikan pembelajaran berdasarkan teori-teori pembelajaran untuk menciptakan situasi belajar yang efektif (Arifin, 2005:51). Salah satu model pembelajaran yang berbasis pada paradigma pembelajaran konstruktivistik adalah model Daur Belajar (Dasna, 2006:69). Model Daur Belajar merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensi-kompetensi, yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif (Dasna & Fajaroh, 2007). Suatu model pembelajaran agar dapat diketahui seberapa besar memberi pengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan, maka model pembelajaran tersebut sebelumnya harus diuji coba terlebih dahulu. Model Daur Belajar (Learning Cycle) sudah banyak diteliti dan terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Auliawati (2011) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 6E untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Negeri 1 Malang pada Materi Pokok Hidrolisis Garam yang meyebutkan bahwa model Learning Cycle 6E memberikan hasil yang lebih baik terhadap hasil belajar siswa dibandingkan menggunakan metode ceramah (teacher centred). Penelitian yang dilakukan Soebagio dengan judul Penggunaan Daur Belajar untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Pemahaman Konsep Sel Elektrolisis pada Siswa Kelas III SMU Negeri 2 Jombang juga menyebutkan model ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan pemahaman siswa. Materi termokimia itu sendiri memiliki karakteristik materi yang berisi pemahaman konsep, terutama pada pokok bahasan sistem dan lingkungan dan jenis-jenis perubahan entalpi. Kegiatan praktikum pada materi termokimia dapat dilakukan untuk menggali pengetahuan siswa, misalnya pada percobaan membuktikan gejala yang terjadi pada reaksi eksoterm dan endoterm. Selain itu, materi termokimia juga memerlukan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kimia menggunakan rumus perhitungan yakni pada pokok bahasan entalpi dan perubahan entalpi. Berdasarkan karakteristik materi tersebut, salah satu model pembelajaran yang dapat mengkonstruksi konsep dalam diri siswa dan 2

3 melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan konsep-konsep termokimia adalah model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase (LC-6P). Sebagaimana yang dikatakan Johnston (dalam Iskandar, 2004:10) model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase dapat diterapkan dalam pembelajaran topik-topik kimia yang bersifat teoritis maupun yang melibatkan praktikum. Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu untuk menerapkan model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase (LC-6P) pada materi termokimia dalam upaya meningkatkan hasil belajar kimia siswa SMAI Almaarif Singosari. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model Daur Belajar 6 Fase (LC-6P) pada materi termokimia untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA SMAI Almaarif Singosari. METODE Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan yakni rancangan eksperimental semu. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan pengaruh hasil belajar antara siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase (LC- 6P) pada kelas eksperimen dan siswa yang menggunakan model pembelajaran ekspositori pada kelas kontrol. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA yang terdiri atas dua kelas, yaitu kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 yang masing-masing berjumlah 29 siswa. Kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol sedangkan XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen yang dipilih secara acak. Instrumen penelitian Instrumen Pembelajaran Instrumen pembelajaran berupa RPP materi termokimia. RPP materi termokimia yang menggunakan model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase (LC-6P) diterapkan pada kelas eksperimen, sedangkan RPP materi termokimia yang menggunakan model pembelajaran ekspositori diterapkan pada kelas kontrol. Instrumen Pengukuran Instrumen pengukuran yang digunakan adalah soal tes. Soal tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda objektif yang berjumlah 30 soal dengan 5 alternatif pilihan jawaban. Analisis Data Uji Prasyarat Analisis Analisis prasyarat digunakan sebagai syarat untuk menentukan uji yang dipakai dalam pengujian kesamaan dua rata-rata dan uji hipotesis. Analisis prasyarat terdiri atas uji normalitas dan uji homogenitas. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Uji ini bertujuan untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan teknik uji-t dua pihak. Hal ini diperlukan karena dengan kemapuan awal yang sama maka akan diketahui peningkatan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji Hipotesis Data hasil belajar siswa digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, yakni menggunakan uji-t dua pihak. Uji-t dua pihak bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa di kelas kontrol dengan siswa di kelas 3

4 eksperimen setelah diberi perlakuan berupa model pembelajaran yang berbeda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui pengujian hipotesis nol dengan nilai signifikannya α = 0,05. Hipotesis yang diajukan: H 0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar antara siswa di kelas eksperimen dengan siswa di kelas kontrol H 1 : Ada perbedaan hasil belajar antara siswa di kelas kelas eksperimen dengan siswa di kelas kelas kontrol Pedoman pengambilan keputusan untuk uji hipotesis yaitu: Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima. HASIL Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa Deskripsi data kemampuan awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Jumlah Siswa Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Standar Deviasi Kontrol Eksperimen Total ,00 75,00 70,00 97,00 88,00 97,00 80,59 80,00 80,29 5,435 3,761 4,598 Sebelum dilakukan uji-t dua pihak, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varian. Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Siswa Hasil uji normalitas data kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Uji Kolmogorov-Smirnov Kelas Standar Deviasi Nilai Z uji K-S Nilai Signifikansi Kesimpulan Kontrol Eksperimen 8,434 3,761 0,105 0,157 0,200 0,067 Normal Normal Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal Siswa Hasil uji homogenitas varian data kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Varian Variabel Nilai F uji Levene Nilai signifikansi Kesimpulan Kemampuan Awal 1,694 0,198 Homogen Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil uji kesamaan dua rata-rata kemampuan awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Kemampuan Awal Siswa Rata-rata Uji-t kesamaan dua rata-rata Variabel KontrolEksperimen t Df Nilai signifikansi Kesimpulan (dua pihak) Kemampuan Awal , ,635 Tidak ada beda kemampuan awal siswa 4

5 Deskripsi Data Hasil Belajar Deskripsi data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Kelas Jumlah Siswa Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Standar Deviasi Kontrol 29 53,33 93,33 73,22 11,426 Eksperimen 29 60,00 93,33 79,89 9,777 Total 58 53,33 93,33 76,55 10,601 Sebelum dilakukan uji-t dua pihak, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varian. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa Hasil uji normalitas data hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji Kolmogorov-Smirnov Kelas Standar Deviasi Nilai Z uji K-S Nilai Signifikansi Kesimpulan Kontrol Eksperimen 11,427 9,777 0,131 0,130 0,200 0,200 Normal Normal Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Siswa Hasil uji homogenitas varian data hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Varian Variabel Nilai F uji Levene Nilai Signifikansi Kesimpulan Hasil belajar 1,398 0,242 Homogen Uji Hipotesis Hasil uji-t dua pihak terhadap nilai hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji-t Dua Pihak Hasil Belajar Siswa Rata-rata Uji-t kesamaan dua rata-rata Nilai signifikansi Kesimpulan Variabel Kontrol Eksperimen t Df (dua pihak) Ada perbedaan Hasil Belajar 73,21 79,89 2, ,020 hasil belajar siswa PEMBAHASAN Hasil belajar kognitif siswa dilihat dari nilai ulangan harian setelah materi termokimia di sampaikan pada kelas kontrol dan eksperimen. Ulangan harian dilakukan pada pertemuan ke-6 karena pembelajarannya dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan di setiap kelas. Ulangan harian termokimia dilakukaan pada waktu yang sama pada kelas kontrol dan eksperimen, hal ini bertujuan untuk menghindari bocornya soal pada kedua kelas tersebut apabila dilakukan pada waktu yang berlainan. Berdasarkan Tabel 8 setelah dilakukan uji-t terhadap hipotesis penelitian, menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase dengan siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran ekspositori. Rata-rata nilai ulangan harian termokimia kelas eksperimen berdasarkan Tabel 5 sebesar 79,89, 5

6 sedangkan kelas kontrol sebesar 73,22. Data tersebut juga menunjukkan bahwa nilai tertinggi siswa pada kelas eksperimen sama dengan nilai teringgi siswa pada kelas kontrol yaitu 93,33, namun nilai terendah siswa di kelas eksperimen hanya 60,00 sementara pada kelas kontrol sebesar 53,33. Berdsarkan data di atas maka dapat disimpulkan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase (LC-6P) lebih tinggi daripada siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ekspositori. Tingginya hasil belajar kognitif siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase (LC-6P) dikarenakan siswa diberi kesempatan untuk menggali dan menemukan sendiri konsep dari materi termokimia dengan mengeksplorasi informasi dari literatur yang ada. Guru hanya membimbing siswa dengan mempergunakan pertanyaan-pertanyaan yang tepat agar siswa bekerja secara sistematis menuju konstruksi pengetahuan tentang materi termokimia. Pengetahuan siswa akan diperoleh melaui proses membaca dan latihan menyelesaikan masalah secara mandiri. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Abell & Patrick (2007) bahwa pendekatan Daur Belajar membantu siswa memahami konsep ilmiah, meningkatkan penalaran ilmiah mereka, dan meningkatkan keterlibatan mereka dalam kelas. Menurut Soebagio, dkk (2001) kelebihan dari model pembelajaran Daur Belajar adalah menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna sebab siswa secara langsung mengalami proses pemerolehan konsep dan memahami aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan yang diperoleh siswa akan tersimpan lebih baik di dalam ingatan mereka karena diperoleh melalui proses membangun pengetahuan secara mandiri. Hal ini tentunya berdampak pada peningkatan hasil belajar kognitif siswa. Dasna (2006:71) juga mengatakan bahwa penggunaan model pembelajaran Daur Belajar mengakibatkan terjadi peningkatan kualitas proses (indikatornya antara lain meningkatkan: keaktifan siswa, komunikasi, interaksi siswa belajar) dan juga kualitas hasil belajar. Siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase (LC-6P) terlibat aktif dalam menemukan dan membangun pengetahuan secara mandiri dengan melakukaan eksplorasi, kemudian menemukan konsep, dan menerapkan konsep yang ditemukan (Iskandar, 2004:11). Siswa berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru dengan cara membaca literatur yang ada secara mandiri. Fajaroh dan Dasna (2007) juga menyatakan implementasi dari model pembelajaran Daur Belajar adalah siswa belajar secara aktif, siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berfikir. Proses pembelajaran dengan menggunakan model Daur Belajar 6 Fase (LC-6P) cenderung bersifat induktif, yakni mengajarkan siswa yang awalnya tidak tahu menjadi tahu melalui kegiatan mencoba. Proses induktif ini terdapat pada fase exploration dan explanation. Oleh sebab itu, pemahaman yang diperoleh siswa cenderung lebih baik dibandingkan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ekspositori. Model pembelajaran ekspositori cenderung bersifat deduktif, yakni guru yang selalu memberi informasi dan menjelaskan konsep suatu materi pada siswa. Keterlaksanaan proses pembelajaran dengan model Daur Belajar 6 Fase (LC-6P) terkadang memerlukan waktu yang lebih lama dan tidak sesuai dengan yang direncanakan terutama pada pertemuan awal. Hal ini dikarenakan pelaksanaan pembelajarannya tergantung dari kondisi siswa, sebelum melangkah 6

7 ke fase berikutnya siswa terlebih dahulu harus sudah menjalani fase sebelumnya dengan baik karena setiap fase dalam Daur Belajar saling mempengaruhi. Kondisi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Soebagio, dkk (2001) yang mengatakan memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran secara keseluruhan berjalan cukup baik. Hal ini terlihat dari pelaksanaannya yang masuk kategori sangat baik dan adanya peningkatan keterlaksanaan proses pembelajaran setiap pertemuannya. Rohmah (2011) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan Learning Cycle memberikan hasil yang lebih baik terhadap hasil belajar siswa dibandingkan menggunakan metode ceramah. Auliawati (2011) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan Learning Cycle memberikan hasil yang lebih baik terhadap hasil belajar siswa dibandingkan menggunakan metode ceramah. Soebagio, dkk (2001) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan Learning Cycle dapat meningkatkan pencapaian kriteria ketuntasan belajar, keterampilan proses, dan pemahaman siswa. Serta Cohen dan Clough dalam (Soebagio, 2001) menyatakan bahwa Daur Belajar merupakan strategi jitu bagi pembelajaran sains di SMA dan SLTP, sebab dapat dilakukan secara fleksibel/luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Sementara pada model pembelajaran ekspositori pengetahuan yang diperoleh siswa hanya terbatas pada apa yang dikuasi oleh guru saja (Sanjaya, 2008:148). Pengetahuan siswa tergantung dari bagaimana kamampuan guru dalam menyampaikan materi, sehingga apabila guru tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik maka siswa akan kehilangan motivasi dalam pembelajaran. Slameto (2003:65) menyatakan guru yang biasa mengajar dengan metode ceramah mengakibatkan siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Kurang aktifnya siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori dikarenakan guru sebagai pusat pembelajaran (teacher centered) yang menyampaikan materi dengan metode ceramah, sehingga siswa cenderung hanya menjadi pendengar dan tidak terlalu berperan aktif dalam pembelajaran. Guru hanya mengandalkan bahasa verbal dan siswa hanya mengandalkan kemampuan auditifnya, sehingga siswa menjadi pasif (Sanjaya, 2008:148). Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dibandingkan dengan model pembelajaran ekspositori. Hal ini dikarenakan model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase merupakan salah satu dari teori belajar konstruktivistik yang menekankan kepada pembelajaran berpusat pada siswa (student centered), sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pembelajaran lebih bermakna. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase (LC-6P) dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ekspositori pada materi termokimia. Rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen sebesar 79,89, sedangkan kelas kontrol sebesar 73,22. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase (LC-6P) 7

8 lebih tinggi daripada siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ekspositori. Saran Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase (LC-6P) dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga dapat disarankan penerapannya apabila siswa mengalami kesulitan belajar di kelas. Jika guru ingin menggunakan model pembelajaran Daur Belajar 6 Fase (LC-6P) maka perencanaan dan persiapan yang baik sangat dibutuhkan agar kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan lancar dan tepat waktu sehingga diperoleh hasil belajar yang maksimal. Materi termokimia yang digunakan dalam penelitian memiliki karakteristik materi yang bersifat teoritis (mengandung konsep dan perhitungan) dan praktikum, sehingga disarankan menggunakan materi yang memiliki karakteristik yang sama dengan materi ini apabila hendak menerapkan model pembelajaran Daur Belajar. DAFTAR RUJUKAN Arifin, Mulyati Strategi Belajar Mengajar Kimia. Malang: UM Press. Auliawati Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 6E untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Negeri 1 Malang pada Materi Pokok Hidrolisis Garam. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. Dasna, I W Model Siklus Belajar (Learning Cycle) Kajian Teoritis dan Implementasinya dalam Pembelajaran Kimia. Dalam I Wayan Dasna dan sutrisno (Eds.), Model-Model Pembelajaran Konstrutivistik dalam Pembelajaran Sains-Kimia (hal ). Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM. Dimyati dan Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Fajaroh, F. & Dasna, I W Pembelajaran Dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle), (Online), ( 2007/09/20/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/), diakses tanggal 6 Oktober Iskandar, S.M Penerapan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia di SMU. Dalam Effendy & Prayitno (Eds.), Media Komunikasi Kimia (hal.1-12). Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM. Iskandar, S.M Strategi Pembelajaran Konstrutivistik Dalam Kimia (Suhadi Ibnu, Ed.). Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM. Patrick, B.L. & Abell, S.K Examining the Learning Cycle. (Online), ( ng_cycle.pdf), diakses tanggal 6 Oktober Rohmah, Nikmatur Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learnin Cycle 5E Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 4 Malang pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. 8

9 Slameto Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sanjaya, Wina Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan). Jakarta: Kencana. Tim Penulis Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi Kelima. Malang: UM 9

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 FASE (LC 5-E) & LC 5E-STAD PADA MATERI TERMOKIMIA KELAS XI SMK NEGERI 6 MALANG

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 FASE (LC 5-E) & LC 5E-STAD PADA MATERI TERMOKIMIA KELAS XI SMK NEGERI 6 MALANG PERBEDAAN HASIL BELAJAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 FASE (LC 5-E) & LC 5E-STAD PADA MATERI TERMOKIMIA KELAS XI SMK NEGERI 6 MALANG Nadia Relyta Distantiasari, Darsono Sigit, Hayuni Retno

Lebih terperinci

Kata kunci: Learning Cycle 5 Fase, stoikiometri, prestasi belajar

Kata kunci: Learning Cycle 5 Fase, stoikiometri, prestasi belajar PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 FASE TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BATU TAHUN AJARAN 2012 / 2013 PADA MATERI STOIKIOMETRI Shabrina Eronika, Aman Santoso, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Lebih terperinci

Ary Nuraini Nachdhiyah, Endang Budiasih, Dedek Sukarianingsih Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Ary Nuraini Nachdhiyah, Endang Budiasih, Dedek Sukarianingsih Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang PENGARUH PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS LEARNING CYCLE 5-E PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SEMESTER 2 SMK NEGERI 7 MALANG PROGRAM KEAHLIAN KIMIA

Lebih terperinci

Saifatul Husna, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Saifatul Husna, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5-E PADA MATERI HIDROKARBON TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 BATU PROGRAM KEAHLIAN AGRIBISNIS HASIL PERTANIAN Saifatul Husna, Parlan, Dedek

Lebih terperinci

Al Khiromatul Munifah, Endang Budiasih, Dedek Sukarianingsih Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Al Khiromatul Munifah, Endang Budiasih, Dedek Sukarianingsih Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 FASE BERBANTUAN MEDIA BERBASIS AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 MALANG PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA Al

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 6E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON DI KELAS X SMA NEGERI 3 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 6E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON DI KELAS X SMA NEGERI 3 PEKANBARU PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 6E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON DI KELAS X SMA NEGERI 3 PEKANBARU Ilse Astiraji, Betty Holiwarni, dan Jimmi Copriady Program Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kinerja dari proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam pembelajaran guru berhadapan dengan sejumlah siswa berbagai macam

Lebih terperinci

Ria Yuli Susanti, Tri Maryami, Muntholib Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Ria Yuli Susanti, Tri Maryami, Muntholib Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 FASE (LC 5-E) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA PADA MATERI TERMOKIMIA DI SMA NEGERI 2 MALANG Ria Yuli Susanti, Tri Maryami, Muntholib Jurusan

Lebih terperinci

Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang

Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 1 BARON KABUPATEN NGANJUK Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik (Hirawan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga ilmu kimia bukan hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia yaitu, kimia sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada Standar Isi dan tujuan mata pelajaran kimia SMA, pembelajaran kimia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan, namun pada perkembangan selanjutnya kimia

Lebih terperinci

METODE. Kata kunci: inkuiri terbimbing, hasil belajar, larutan elektrolit dan larutan non elektrolit

METODE. Kata kunci: inkuiri terbimbing, hasil belajar, larutan elektrolit dan larutan non elektrolit PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN LARUTAN NON ELEKTROLIT KELAS X SMA NEGERI 2 MALANG Hidya Septina Rahayu, M. Su aidy, Fauziatul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen. Ilmu kimia merupakan produk pengetahuan yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum, temuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN 5-E LEARNING CYCLE TERHADAP KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA BAGI SISWA KELAS X MIA SMA LABORATORIUM UM

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN 5-E LEARNING CYCLE TERHADAP KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA BAGI SISWA KELAS X MIA SMA LABORATORIUM UM PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN 5-E LEARNING CYCLE TERHADAP KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA BAGI SISWA KELAS X MIA SMA LABORATORIUM UM Nur Lutfia Afifah, Drs. Asim, M.Pd, Dr. Muhardjito, M.S Jurusan

Lebih terperinci

PENERAPAN STAD DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

PENERAPAN STAD DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK Jurnal Pembelajaran Kimia Vol. 2, No. 1, Juni 2017, hal. 21-30 OJS Universitas Negeri Malang PENERAPAN STAD DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK Laily

Lebih terperinci

Auliya Puspitaningtyas, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Auliya Puspitaningtyas, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMAN 10 MALANG PADA POKOK BAHASAN KELARUTAN (s) DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik

Lebih terperinci

Mono Eviyanto, Ridwan Joharmawan, Dermawan Afandy Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Mono Eviyanto, Ridwan Joharmawan, Dermawan Afandy Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIBELAJARKAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPOSITORI TENTANG LARUTAN PENYANGGA KELAS XI MA Mono Eviyanto, Ridwan Joharmawan,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP KALOR DI KELAS X SMA N 2 PEUSANGAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP KALOR DI KELAS X SMA N 2 PEUSANGAN 15-21 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP KALOR DI KELAS X SMA N 2 PEUSANGAN M. Taufiq 1, Zahara 2 1 Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Kata kunci: Inkuiri Terbimbing kolaboratif, hidrolisis garam

Kata kunci: Inkuiri Terbimbing kolaboratif, hidrolisis garam PERBEDAAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI HIDROLISIS GARAM SISWA SMA NEGERI 1 REJOTANGAN TULUNGAGUNG YANG DIBELAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KOLABORATIF DAN NON KOLABORATIF TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

Widhar Dwi Utami, I Wayan Dasna, Oktavia Sulistina Universitas Negeri Malang

Widhar Dwi Utami, I Wayan Dasna, Oktavia Sulistina Universitas Negeri Malang PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Widhar Dwi Utami, I Wayan Dasna, Oktavia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri

I. PENDAHULUAN. SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan observasi di kelas X4 semester genap tahun pelajaran 2010-2011 SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri dari 15 orang siswa

Lebih terperinci

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2. IMPLEMENTASI MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATERI POKOK PERUBAHAN FISIKA DAN PERUBAHAN KIMIA DI SMP NEGERI I JETIS MOJOKERTO Harun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alam semesta beserta isinya diciptakan untuk memenuhi semua kebutuhan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DAN HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN PEDOSFER SISWA KELAS X SMAN 1 PULE KABUPATEN TRENGGALEK

MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DAN HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN PEDOSFER SISWA KELAS X SMAN 1 PULE KABUPATEN TRENGGALEK MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DAN HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN PEDOSFER SISWA KELAS X SMAN 1 PULE KABUPATEN TRENGGALEK Adik Tri Wahyuningsih 1 Ach. Amirudin 2 I Nyoman Ruja 2 ABSTRACT: The purpose

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman (Rusman, 2011). Berdasarkan

I. PENDAHULUAN. tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman (Rusman, 2011). Berdasarkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah hal yang memiliki posisi penting di dalam peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, pencarian suatu metode dan model pembelajaran yang dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Suryantari 1, Marhadi S. K. 2, I Nyoman R. 3 ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa

Lebih terperinci

Pengaruh Model Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Kimia Peserta Didik Kelas XI IPA SMAN 1 Tinambung

Pengaruh Model Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Kimia Peserta Didik Kelas XI IPA SMAN 1 Tinambung Pengaruh Model Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Kimia Peserta Didik Kelas XI IPA SMAN 1 Tinambung Mesra Damayanti *1, Jirana 2 1,2 Program Studi Biologi FMIPA Universitas Sulawesi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas,

1. PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas, 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas, memiliki keahlian, menerapkan teknologi tepat guna dan menguasai ilmu kimia dalam dunia

Lebih terperinci

Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang

Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang PENGARUH PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 LAWANG PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS GARAM Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS X SMAN 7 MALANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS X SMAN 7 MALANG PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS X SMAN 7 MALANG Binti Ni matul Khoir 1, Purbo Suwasono, dan Sumarjono Jurusan Fisika, FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlakunya kurikulum 2004 yang Berbasis Kompetensi yang menjadi roh bagi berlakunya Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menuntut perubahan paradigma

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga proses pembelajarannya

Lebih terperinci

Iqma Novianty, Oktavia Sulistina, Neena Zakia Universitas Negeri Malang

Iqma Novianty, Oktavia Sulistina, Neena Zakia Universitas Negeri Malang EFEKTIVITAS PENERAPAN MODUL MATERI ANALISIS ELEKTROKIMIA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR DAN PERSEPSI SISWA KELAS XI SEMESTER 1 KOMPETENSI KEAHLIAN KIMIA ANALISIS SMKN 7 MALANG Iqma

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-2 MAN 2 MALANG KOTA BATU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-2 MAN 2 MALANG KOTA BATU 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-2 MAN 2 MALANG KOTA BATU Lucki Winandasari Pebriana,Drs. Asim, M.Pd, Drs. Bambang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan merupakan tujuan utama pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada waktu yang akan datang. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

Keefektifan Model Pembelajaran LC 5E Dan TSTS Berbantuan LKPD Terhadap Hasil Belajar

Keefektifan Model Pembelajaran LC 5E Dan TSTS Berbantuan LKPD Terhadap Hasil Belajar JURNAL KREANO, ISSN : 2086-2334 Diterbitkan oleh Jurusan Matematika FMIPA UNNES Volume 5 Nomor 1 Bulan Juni Tahun 2014 Keefektifan Model Pembelajaran LC 5E Dan TSTS Berbantuan LKPD Terhadap Hasil Belajar

Lebih terperinci

Khairun Nisa Marwan dan Rita Juliani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Khairun Nisa Marwan dan Rita Juliani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SUHU DAN KALOR KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 1 BATANG KUIS T.P. 2013/2014 Khairun Nisa Marwan dan Rita Juliani Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara tentang pendidikan kita dewasa ini dalam perspektif masa depan. Dalam kenyataannya, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran materi IPA, seorang guru dan seorang siswa. diharapkan menyenangi materi ini, karena menyenangi mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran materi IPA, seorang guru dan seorang siswa. diharapkan menyenangi materi ini, karena menyenangi mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran materi IPA, seorang guru dan seorang siswa diharapkan menyenangi materi ini, karena menyenangi mata pelajaran merupakan dasar yang utama. Agar siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, dari bulan Februari sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen

Lebih terperinci

LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN SAINS YANG BERMAKNA

LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN SAINS YANG BERMAKNA LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN SAINS YANG BERMAKNA Purwanti Widhy H, M.Pd Prodi Pendidikan IPA UNY Abstrak Keberhasilan pendidikan terletak pada kemampuan dan kualitas proses pendidikan.

Lebih terperinci

ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E ARTIKEL ILMIAH ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DAN PENGARUHNYA TERHADAP KREATIVITAS SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI MIA SMAN 9 KOTA JAMBI OLEH : Luluk Lativa Sari A1C113023

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DAN KERJA ILMIAH SISWA KELAS X SMAN 1 SRENGAT

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DAN KERJA ILMIAH SISWA KELAS X SMAN 1 SRENGAT PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DAN KERJA ILMIAH SISWA KELAS X SMAN 1 SRENGAT Rendik Dwi Purwowidodo, Muhardjito, Parno Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

*keperluan korespondensi, tel/fax : , Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 4 Tahun 2016 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 60-68 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia STUDI KOMPARASI MODEL

Lebih terperinci

PENGARUH LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN SENDANGADI 1

PENGARUH LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN SENDANGADI 1 Pengaruh Learning Cycle... (Zuli Utami) 265 PENGARUH LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN SENDANGADI 1 THE EFFECT OF LEARNING CYCLE 5E TO SCIENCE LEARNING ACHIEVEMENT IN 4 TH

Lebih terperinci

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DAN METODE PRAKTIKUM

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DAN METODE PRAKTIKUM SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA Nelvia Anisah dan Purwanto Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan nelviaanisah@ymail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan di dalam kelas dalam seluruh proses

Lebih terperinci

Pemanfaatan Media Animasi Dalam Pembelajaran Kimia Untuk meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Di SMAN 12 Pekanbaru

Pemanfaatan Media Animasi Dalam Pembelajaran Kimia Untuk meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Di SMAN 12 Pekanbaru Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Pemanfaatan Media Animasi Dalam Pembelajaran Kimia Untuk meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Di SMAN 12 Pekanbaru Sri Haryati*, Miharty*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah, dan struktur organisasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. jenis dan jenjang pendidikan. Belajar menjadi suatu kebutuhan bagi setiap

II. TINJAUAN PUSTAKA. jenis dan jenjang pendidikan. Belajar menjadi suatu kebutuhan bagi setiap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan komponen paling vital dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar menjadi suatu kebutuhan bagi setiap manusia,

Lebih terperinci

Nuriah Habibah*, Erviyenni**, Susilawati*** No.

Nuriah Habibah*, Erviyenni**, Susilawati***  No. 1 APPLICATION OF THE LEARNING INQUIRY TO IMPROVE STUDENT ACHIEVEMENT ON THE TOPIC OF SOLUBILITY AND SOLUBILITY PRODUCT CONSTANT IN CLASS XI SCIENCE SMAN 10 PEKANBARU Nuriah Habibah*, Erviyenni**, Susilawati***

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA yang mempelajari struktur,

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA yang mempelajari struktur, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP:

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP: Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN SIKLUS BELAJAR 5E DISERTAI STRATEGI DIAGRAM

Lebih terperinci

Sriningsih Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya,

Sriningsih Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya, STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN BANTUAN LKS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI KELAS X AKUNTANSI Sriningsih Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah dapat kita rasakan. Menurut pandangan ini, bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa sehingga pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. sudah dapat kita rasakan. Menurut pandangan ini, bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa sehingga pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Pergeseran paradigma pembelajaran konvensional ke arah pembelajaran konstruktivisme sudah dapat kita rasakan. Menurut pandangan ini, pengetahuan tidak begitu saja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi pembelajaran dan deskripsi data. 1. Deskripsi Pembelajaran SMK N 1 Pleret berlokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

I. PENDAHULUAN. diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkompetensi karena di dalam pendidikanlah individu diproses menjadi manusia

Lebih terperinci

Mahasiswa S1 Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS

Mahasiswa S1 Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 1 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 21-28 KOMPARASI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM DAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di M.Ts NU 05 Sunan Katong Kaliwungu mulai tanggal 11 Maret 2014 s.d. 11 April 2014. Populasi dalam penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK MENCATAT PETA PIKIRAN DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MAN 1 MALANG

PENGARUH TEKNIK MENCATAT PETA PIKIRAN DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MAN 1 MALANG PENGARUH TEKNIK MENCATAT PETA PIKIRAN DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MAN 1 MALANG Ahmad Sirojul Anam Izza Rosyadi, Parlan, Dedek Sukarianingsih Universitas Negeri

Lebih terperinci

Seminar Pendidikan Serantau 2011

Seminar Pendidikan Serantau 2011 135 PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN LEARNING CYCLE 5E PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 KUANTAN MUDIK Syofni, Sakur, Delfa Astri ABSTRAK Telah dilakukan sebuah penelitian tindakan kelas pada siswa kelas

Lebih terperinci

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi Sayid Ali Rahmat, Marungkil Pasaribu dan I Wayan Darmadi e-mail: sayidalirahmat@gmail.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld dalam Sardiman ( 2007 ) konstruktivisme adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld dalam Sardiman ( 2007 ) konstruktivisme adalah salah satu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Konstruktivisme Menurut Von Glasersfeld dalam Sardiman ( 2007 ) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pemberian pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh pemerintah dan pihak swasta dengan melakukan penelitian-penelitian yang berhubungan

Lebih terperinci

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

*Keperluan Korespondensi, telp: , Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 1 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 1-6 PENERAPAN SIKLUS BELAJAR 5E (LEARNING CYCLE 5E) DENGAN PENILAIAN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

Studi Pendahuluan Model Learning Cycle 5 E dengan Strategi Question Student Have pada Materi Suhu dan Perubahannya

Studi Pendahuluan Model Learning Cycle 5 E dengan Strategi Question Student Have pada Materi Suhu dan Perubahannya Studi Pendahuluan Model Learning Cycle 5 E dengan Strategi Question Student Have pada Materi Suhu dan Perubahannya ALFU LAELA MAZIDAH 1), MARTINI 2, 1) Mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan IPA FMIPA Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata penguasaan konsep pada materi hukum-hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor kehidupan yang sangat penting bagi terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak mengalami masalah terutama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

BAB II KAJIAN TEORITIS. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan 9 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Teoritis 1. Belajar dan hasil belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMPULKAN HASIL PENGAMATAN GERAK BENDA PADA SISWA KELAS III SDN MRICAN 1 KOTA KEDIRI SKRIPSI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMPULKAN HASIL PENGAMATAN GERAK BENDA PADA SISWA KELAS III SDN MRICAN 1 KOTA KEDIRI SKRIPSI PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMPULKAN HASIL PENGAMATAN GERAK BENDA PADA SISWA KELAS III SDN MRICAN 1 KOTA KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR Volume 15, Nomor 2, Hal. 01-10 Juli Desember 2013 ISSN:0852-8349 MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR Aulia Sanova Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip sains yang hanya terdapat dalam buku pelajaran.

I. PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip sains yang hanya terdapat dalam buku pelajaran. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika adalah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran sains termasuk fisika, pada umumnya siswa

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DITINJAU DARI KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF. Abstrak

IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DITINJAU DARI KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF. Abstrak IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DITINJAU DARI KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF Hairun Nikmah 1, Wildan 2, dan Muntari 3 1 Magister Pendidikan IPA Universitas Mataram

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4.

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adakah perbedaan aktivitas belajar siswa pada penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dan

Lebih terperinci

Endang Sujiati. Universitas Negeri Surabaya, Eko Wahjudi

Endang Sujiati. Universitas Negeri Surabaya,   Eko Wahjudi STUDI PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KAMAL Endang Sujiati Program

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA MATERI BENZENA DAN TURUNANNYA DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5-E

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA MATERI BENZENA DAN TURUNANNYA DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5-E PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA MATERI BENZENA DAN TURUNANNYA DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5-E Vanny Mayangsari M.N.S, Aman Santoso, Siti Marfu ah Universitas Negeri Malang E-mail: cheverlyvanny@gmail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK 52 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK Enok Mardiah 1, Aam Hamdani 2, Mumu Komaro 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THE 5E LEARNING CYCLE DISERTAI TEKNIK PICK UP CARDS GAME

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THE 5E LEARNING CYCLE DISERTAI TEKNIK PICK UP CARDS GAME PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THE 5E LEARNING CYCLE DISERTAI TEKNIK PICK UP CARDS GAME TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X MIA SMAN 2 JOMBANG Endyana Gandari Putri, Sumarjono, Dwi Haryoto

Lebih terperinci

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakarta, Indonesia 2. Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakarta, Indonesia

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakarta, Indonesia 2. Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakarta, Indonesia Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 2 Tahun 2016 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 36-43 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN

Lebih terperinci