Penggunaan Model Pembelajaran Kooeperatif

dokumen-dokumen yang mirip
Charlina Ribut Dwi Anggraini

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

Wenni Hastuti Universitas PGRI Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SDN JEJANGKIT MUARA 2

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tipe Team Games Tournament (TGT). Pada siswa kelas VIII SMP Islam

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

Bimafika, 2016, 8, 10 15

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

C027. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret ABSTRAK

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI KELAS X SMA SWASTA UISU MEDAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

PUBLIKASI ILMIAH DYAH LUSIANA A54F ABSTRAK

BAB II KAJIAN TEORI. berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT

Oleh: Asis Nuansa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta 2015 ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI COOPERATIVE LEARNING JIGSAW

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS V SDN 07 SUMBERPUCUNG MALANG

BAB I PENDAHULUAN. hlm Teacher centered merupakan sebuah pendekatan yang menggunakan pola komunikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

: Pembelajaran Kooperatif tipe TAI, Keaktifan dan Hasil Belajar.

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAME TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA ULAR TANGGA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI POKOK BAHASAN GERAK PADA TUMBUHAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

pembelajaran pada mata pelajaran Mencatat Dikte yang ada di Permasalahan yang ada di dalam penelitian ini adalah apakah

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

PROSIDING ISBN :

I. PENDAHULUAN. dikarenakan dalam pembelajaran sejarah di berbagai sekolah lebih menekankan

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model

Putri Wahyu Kinanti 7, Joko Waluyo 8, Slamet Hariyadi 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam

BAB V ANALISIS. lokasi waktu 3 x 40 dan 2 x 40 menit. Jumlah siswa pada kelas model STAD ada. 28 siswa sedangkan di kelas model TGT ada 21 siswa.

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 1 Tahun 2014, ISSN: halaman 60-65

*

Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Usaha untuk mencapai tujuan. yang melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran.

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STAD DAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI SISWA

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

OLEH ELLA CHINTYA PIARUCCI A1C110009

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. motivation. Motif adalah dorongan atau stimulus yang datang dari dalam batin

DESI MARLINA. Kata Kunci: Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, Media Kartu Positif Negatif Model Pembelajaran TGT, Pembelajaran Matematika.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN:

METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEAMS GAMES TOURNAMENTS SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 DUKUN, MAGELANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

PROSIDING ISBN :

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika 2 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Potensi Utama

SANGGAR RAHAYU Intan Sari Rufiana M.Pd 1. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo 2. Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-Tournament (TGT) dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

KOMPARASI KEEFEKTIFAN MODEL KOOPERATIF TIPE TAI DAN TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOEPERATIF TIPE TEAMS GAME TURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKANMOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IX 3 SMP NEGERI 2 KAMPAR ARMIATI Guru SMP Negeri 2 kampar email:armiati.kampar@gmail.com ABSTRAK Salah satu permasalahan belajar adalah motivasi belajar siswa. Peran guru sangat penting untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Untuk meningkat motivasi belajar tersebut bisa dengan mendesain model pembelajaran. Peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran kooperarif tipe tems geam tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IX 3 SMP Negeri 2 Kampar. Penelitian ini dilakukan di kelas IX 3 SMP Negeri 2 Kampar tahun pelajaran 2010/2011. Sampel yang digunakan sebanyak 24 orang siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah angket. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar. Peningkatan motivasi belajar terjadi cukup signifikan. Sebelum perlakuan motivasi belajar siswa sebesar 60,00% dengan kategori baik, setelah tindakan menjadi 80,63% dengan kategori sangat baik, perubahan motivasi belajar terjadi peningkatan sebesar 20,63%. Kata Kunci: Pembelajaran kooperatif TGT,Motivasi Belajar Siswa PENDAHULUAN Penyempurnaan kurikulum bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Pendidikan yang bermutu tinggi akan menciptakan masyarakat yang maju, cerdas, dan dapat bersaing di segala bidang. Hal ini tentu dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dalam suasana yang demokratis, globalisasi, dan semangat otonomi daerah.mutu pendidikan tidak dapat diukur dengan hanya menggunakan standar lokal. Perubahan secara global pun telah mempengaruhi perkembangan suatu bangsa. Perkembangan ilmu dan teknologi telah mengubah banyak negara menjadi negara industri dengan tujuan akhir menjadi sebuah negara maju. Untuk menuju ke arah itu, harus didukung pendidikan dengan mutu standar yang tinggi. Untuk menghasilkan mutu pendidikan yang memiliki keunggulan kompetitif dan kooperatif diperlukan pengembangan sistem pendidikan yang baik. Hal ini bertujuan agar dapat merespon secara pro aktif informasi, ilmu pengetahuan, dan tuntutan desentralisasi. Dengan demikian lembaga pendidikan akan terhindar dari ketidakrelevansiannya dalam program pembelajaran untuk kepentingan daerah dengan karakteristik peserta didik yang berbeda, namun tetap fleksibel dalam melaksanakan kurikulum yang berdiversifikasi.pengembangan dalam pembelajaran kurikulum tingkat satuan pendidikan diikuti oleh tersedianya materi pembelajaran yang memadai sebagai penunjang pelaksanaannya di lapangan, penyampaian materi pelajaran ekonomi perlu diperbaiki agar tidak ada lagi kesan bahwa ekonomi adalah pelajaran yang sulit dan membosankan. Oleh karena itu pembelajaran ekonomi hendaknya disampaikan dengan metode dan pendekatan penyampaian yang bervariasi agar dapat memotivasi siswa agar lebih aktif, bergairah, semangat, konsentrasi dalam belajar serta mengembangkan kerja sama yang harmonis sesame teman. Metode dan pendekatan penyampaian yang bervariasi juga memudahkan guru dalam menyajikan pengalaman belajar yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat (learning for life) yang mengacu pada empat pilar pendidikan yang universal, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be oneself), dan belajar hidup dalam kebersamaan (learning to life together). Kooperatif mengacu pada berbagai metode mengajar dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil. Siswa saling membantu dalam melakukan kegiatan akademis dan saling mengatasi masalah yang siswa hadapi dalam pembelajaran sehingga siswa mengerti dan memahami pembelajaran. Slavin (2009) menyatakan pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi siswa, ini juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro sosial di dalam kelas yang merupakan salah satu manfaat penting EDUCHILD Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 85

untuk memperluas perkembangan interpersonal dan keefektifan. Team Game Turnament (TGT) adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademiknya setara (Slavin, 2009).Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan sebuah game yang terdiri atas pertanyaanpertanyaan untuk menguji pengetahuan siswa. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan beberapa orang siswa sebagai wakil dari kelompok siswa. Game ini dilaksanakan dalam bentuk turnamen yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran setelah guru memberikan presentasi dan kelompok siswa telah melaksanakan kerjanya. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen. Tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga siswa berprestasi sedang pada meja 2, dan tiga siswa berprestasi rendah pada meja 3. Kompetisi yang seimbang ini memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka.setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen akhir. Pemenang pada tiap meja naik tingkat ke meja berikutnya yang lebih tinggi, skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama, dan siswa yang skornya paling rendah diturunkan. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam proses pembelajaran dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu tahap persiapan, penyajian kelas, kegiatan kelompok, melaksanakan evaluasi dan penghargaan kelompok. Persiapan Pada tahap ini disiapkan materi yang akan disajikan dalam pembelajaran, membagi siswa dalam kelompok kooperatif. Menentukan skor dasar individu. Materi yang akan disajikan dalam pembelajaran tipe TGT dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai denagn bentuk pembelajaran yang diselenggarakan secara kelompok. Sebelum memulai pelajaran kooperatif terlebih dahulu dibentuk kelompok-kelompok kooperatif, jumlah setiap anggota kelompok kooperatif tipe TGT 4-5 orang. kelompok terdiri dari siswa yang pandai, sedang dan kurang. Selanjutnya di informasikan skor dasar setiap anggota. Skor dasar berasal dari skor tes individu pada evaluasi sebelumnya. Penyajian Kelas Pembelajaran kooperatif tipe TGT dimulai dengan penyajian materi yang diawali degan pendahuluan, pengembangan, penerapan dan penutup. Kegiatan Kelompok Selama kegiatan kelompok guru bertindak sebagai fasilitator yang memonitor kegiatan setiap kelompok. Pada pertemuan akhir unit guru menentukan siswa yang akan berada pada meja turnamen. Evaluasi Evaluasi dikerjakan secara individu dalam waktu yang telah ditetapkan guru yaitu pada setiap akhir pertemuan dan pada akhir siklus (skor ulangan harian). Pada saat evaluasi siswa harus menunjukkan kemampuannya semaksimal mungkin untuk memberikan skor terbaik pada kelompoknya. Skor yang diperoleh siswa dalam evaluasi, selanjutnya diproses untuk menentukan nilai perkembangan siswa, nilai perkembangan kelompok dan menentukan penghargaan kelompok Penghargaan Kelompok Penghargaan kelompok dilakukan dengan menentukan nilai perkembangan siswa yang diperoleh dari selisih skor dasar dengan ulangan harian 1 dan skor ulangan harian 2. Kemudian selisih nilai yang diperoleh anggota kelompok disesuaikan dengan nilai perkembangan individu sebagaimana yang terdapat dalam tabel berikut: Tabel 1. Nilai perkembangan individu Skor Test Nilai Perkembangan Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 5 10 poin hingga 1 poin di bawah skor dasar 10 Sama dengan skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor dasar) 30 Sumber Slavin (2009) 86 EDUCHILD Vol. 4 No. 2 Tahun 2015

Dari Tabel 1. terlihat kriteria individu memperoleh nilai perkembangan yang selanjutnya menentukan skor kelompok. Berdasarkan ratarata nilai perkembangan yang diperoleh kelompok, terdapat tiga tingkat kriteria penghargaan yang diberikan untuk penghargaan kelompok adalah kelompok dengan rata-rata 15 sebagai kelompok baik, kelompok dengan rata-rata skor 20 adalah kelompok hebat dan kelompok dengan rata-rata skor 30 adalah kelompok super. Menurut Sumiati dan Asra (2007) secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan prilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi perubahan prilaku adalah hasil belajar, artunya seseorang dkatakan telah belajar jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Nana Sudjana (2009) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat dtunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Sardiman (2011) Belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan Slameto (2013) mengatakan Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (2010) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun. Menurut teori belajar sibernetik dalam Asri (2012) belajar adalah pengolahan informasi. Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relative baru dibandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Oemar Hamalik (2013) menyatakan motivasi adalah perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Hal ini berarti bahwa keinginan untuk mencapai suatu keberhasilan merupakan pendorong untuk bertingkah laku atau melakukan kegiatan belajar. Motivasi dapat memberikan semangat yang luar biasa untuk seseorang dalam belajar. Dan menurut Tutik (2015) motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesian (2008) adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Hubungannya dengan kegiatan belajar, yang penting bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan si siswa ini melakukan aktivitas belajar (Sardiman, 2011). Jadi motivasi sangat penting dalam proses belajar dan pembelajaran. Menurut Winkel dalam Yessy (2015) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan. Motivasi merupakan syarat mutlak untuk belajar dan mempengaruhi arah aktivitas yang dipilih serta intensitas keterlibatan seseorang dalam suatu aktivitas. Menurut Sardiman (2011) memberikan motivasi kepada seorang siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan Sesuatu. Pada tahap awalnya akan menyebabkan si subjek belajar merasa kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar. Karena menurut Martinis (2013) dapat disimpulkan motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman yang dapat mendorong dan mengarah ke minat belajar untuk tercapai suatu tujuan. Siswa akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi mencapai prestasi, baik yang bersumber dari luar (ekstrinsik) maupun dari dalam (intrinsik) diri siswa tersebut. Adapun indikator untuk mengacu motivasi belajar IPS siswa pada penelitian ini adalah : Ulet menghadapi kesulitan Ulet disini maksudnya siswa memiliki kekuatan mental penggerak belajar yang berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita. Ini berarti jika siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan suatu persoalan maka mereka tidak langsung berputus asa tapi berusaha menemukan jawabannya. Dengan adanya keuletan yang dimiliki siswa menyebabkan siswa berulang kali menyelesaikan masalah sampai ditemukan jawaban yang benar. EDUCHILD Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 87

Menunjukkan minat terhadap IPS Minat dalam pembelajaran IPS merupakan suatu kekuatan yang membuat siswa tertarik terhadap pelajaran IPS. Jika memiliki minat yang kuat untuk mempelajari IPS, siswa akan mengarahkan pikiran, tenaga dan waktu mempelajarainya tanpa ada suruhan dan paksaan dari orang lain. Semakih besar minat siswa menghadapi pelajaran IPS maka siswa tersebut semakin terdorong untuk mengatasinya. Percaya Diri Percaya diri adalah keyakinan seseorang untuk melakukan sesuatu tanpa ada keraguan dalam dirinya. Orang yang percaya diri selalu yakin terhadap apa yang dilakukan. Kompetisi/Persaingan Kompetisi/persaingan dapat diartikan sebagai rasa tidak puas siswa jika hasil yang diperolehnya lebih dari teman-temannya, sehingga dia berusaha untuk menyaingi hasil yang dicapai oleh temannya. Namun persoalan disini haruslah persoalan yang sehat dan terbuka, persaingan dapat didalam dengan dirinya sendiri, dapat dilakukan dengan cara mengerjakan berbagai macam, tugas, berkeinginan untuk menjadi yang terbaik dan tidak pasrah pada kemampuan. Penghargaan/Pujian Keinginan untuk mendapatkan tempat terhormat diantara sesama siswa dengan cara memperoleh hasil belajar yang dapat dibanggakan dan dapat didorong seseorang untuk belajar dengan keras. METODE PENELITIAN Perencanaan Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas ini terlebih dahulu penulis membuat perencanaan. Perencanaan penelitian ini berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran, angket dan aktivitas belajar pada kompetensi dasar: 4.1. Mendeskripsikan uang dan lembaga keuangan dan kompetensi dasar: 4.2. Mendeskripsikan perdagangan internasional dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia. Pelaksanaan Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Kegiatan Awal (10 menit) Mengajak siswa berdoa mengabsen peserta didik, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan apersepsi dan motivasi siswa. Kegiatan Inti (60 menit) - Guru menyampaikan informasi materi pelajaran secara umum (10 menit) - Guru mengontrol siswa bergabung dengan kelompok masing-masing yang sudah ditentukan - Guru membagikan LKS kepada masingmasing kelompok, setiap siswa menyelesaikan tugas dengan berdiskusi dan saling membantu sesama anggota kelompok dan guru memberi bimbingan - Akhir siklus guru mengadakan game dalam bentuk turnamen - Memberi penghargaan pada kelompok Kegiatan Akhir ( 10 menit) - Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran - Guru menginformasikan materi selanjutnya - Guru menutup pelajaran. Pengamatan Data tentang proses pelaksanaan tindakan dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran untuk setiap kali pertemuan mengisi lembar pengamatan yang telah disediakan. Pengamatan dilakukan oleh guru yang di anggap mampu melihat adanya kekeliruan/kesalahan dalam pembelajaran dan memberikan solusi perbaikan pembelajaran. Refleksi Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atau dampak pelaksanaan tindakan dari berbagai kriteria. Teknik Pengumpulan Data Untuk pengumpulan data tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah: Memberikan angket aktivitas kepada siswa di awal pertemuan sebelum proses tindakan dilakukan Melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT Mengamati kegiatan guru menggunakan lembar observasi Memberikan angket motivasi siswa diakhiri materi pokok pembelajaran di siklus kedua. 88 EDUCHILD Vol. 4 No. 2 Tahun 2015

Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan data tentang aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. Selanjutnya analisis data ini bertujuan untuk memperoleh data tentang perkembangan motivasi belajar siswa didasarkan pada lembar pengamatan aktivitas guru dan angket yang diisi siswa. Data motivasi belajar siswa dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Persentase nilai rata-rata (NR) = Kriteria taraf motivasi dapat ditentukan sebagai berikut : Angka 0% - 20% : sangat lemah Angka 21% - 40% : lemah Angka 41% - 60% : cukup Angka 61% - 80% : kuat Angka 81% - 100%: sangat kuat (Ridwan dan Sunarto,2007) Dari rumus di atas, penulis mengadopsinya dan menentukan meningkatnya motivasi sebagai berikut: 75% NR 100% : Sangat Baik 50 % NR 75% : Baik 25% NR 50% : Cukup Baik 0% NR 25% : Kurang Baik Hasil Individu dan Penghargaan Kelompok Penghargaan kelompok dilakukan dengan menentukan nilai perkembangan siswa yang diperoleh dari selisih skor dasar dengan skor ulangan harian pada akhir siklus. Kemudian selisih nilai yang diperoleh anggota kelompok disesuaikan dengan nilai perkembangan individu sebagaimana yang terdapat dalam tabel di bawah ini: Tabel 2. Nilai perkembangan individu Skor Test Nilai Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 5 10 poin hingga 1 poin di bawah skor dasar 10 Sama dengan skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor dasar) 30 Sumber Slavin (2009) Dari Tabel 2. terlihat kriteria individu memperoleh nilai perkembangan yang selanjutnya menentukan skor kelompok. Berdasarkan ratarata nilai perkembangan yang diperoleh kelompok, terdapat tiga tingkat kriteria penghargaan, kelompok dengan rata-rata 15 sebagai kelompok baik, rata-rata skor 20 adalah kelompok hebat, dan rata-rata skor 30 adalah kelompok super. HASIL DAN PEMBAHASAN Skor angket yang diisi siswa sebelum pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan jumlah skor angket setelah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3. Data skor angket sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Jumlah Skor yang Rata-rata Skor % Kriteria siswa diperoleh skor maksimum motivasi Sebelum 24 288 12,00 20 60,00 Baik Setelah 24 387 16,13 20 80,63 Sangat baik Berdasarkan tabel 3. diperoleh rata-rata skor motivasi belajar siswa sebelum pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebesar 12,00 dan setelah pelaksanaan sebesar 16,13 dari total seluruh skor 20. Terjadi peningkatan yang cukup signifikan sebesarpersentase motivasi belajar siswa dari 60,00% dengan kategori baik menjadi 80,63% dengan kategori sangat baik, terjadi peningkatan sebesar 20,63%. Berdasarkan analisis deskriptif data hasil penelitian ditemukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar IPS ekonomi siswa kelas IX 3 SMP Negeri 2 Kampar. Hal ini dapat dilihat dari angket yang diisi siswa sebelum pelaksanaan, dimana persentase keseluruhan motivasi belajar siswa yaitu sebesar 60,00%. Sedangkan setelah pelaksanaan model EDUCHILD Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 89

pembelajaran kooperatif tipe TGT, keseluruhan motivasi belajar siswa meningkat menjadi 80,63%. Meningkatnya motivasi belajar tentunya tidak terlepas dari upaya yang maksimal dari peneliti. Baiknya motivasi tentunya akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Sebelum pelaksanaan terdapat 19 siswa yang tuntas dan 5 siswa yang nilainya belum mencapai KKM yaitu 60. Setelah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT seluruh siswa mampu tuntas. Nilai perkembangan siswa pada siklus I diperoleh dari selisih skor dasar dengan skor ulangan harian 1. Dari 24 siswa terdapat 21 orang menyumbangkan nilai perkembangan (20) dan 3 orang menyumbangkan nilai perkembangan (30) kepada kelompok mereka masing-masing. Seluruh kelompok pada siklus I ini memperoleh penghargaan hebat. Nilai perkembangan siswa pada siklus II diperoleh dari selisih skor dasar dengan skor ulangan harian 2. Dari 24 siswa terdapat 3 orang menyumbangkan nilai perkembangan (20) dan 21 orang menyumbangkan nilai perkembangan (30) kepada kelompok mereka masing-masing. Ratarata kelompok pada siklus II ini memperoleh penghargaan super. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Turnament (TGT) dapat meningkatkan motivasi belajar IPS kompetensi dasar: 4.1. mendeskripsikan uang dan lembaga keuangan dan kompetensi dasar: 4.2. Mendeskripsikan perdagangan internasional dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, siswa kelas IX 3 SMP Negeri 2 Kampar tahun pembelajaran 2010/2011. DAFTAR PUSTAKA Asri Budiningsih. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Martinis Yamin. 2013. Kiat Membelajarkan Siswa. Ciputat: Referensi. Nana Sudjana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Argensindo. Oemar Hamalik. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Pemimpin Tim Redaksi Dendi Sugono. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Riduwan dan Sunarto,. 2007. Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta. Sardiman A.M. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo Persada Slavin, R.E., 2009. Cooperative Learning, Bandung: Nusa Media. Sumiati dan Asra. 2007.Metode Pembelajaran.Bandung: Wacana Prima. Tutik Rachmawati dan Daryanto. 2015. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik. Yogjakarta: Gava Media Yessy Nur Endah Sary. 2015. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta. Parama Publishing 90 EDUCHILD Vol. 4 No. 2 Tahun 2015