KAJIAN ABILITY TO PAY, WILLINGNESS TO PAY DAN WILLINGNESS TO USE, CALON PENUMPANG KERETA API COMMUTER MALANG RAYA

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI TARIF KERETA API KOMUTER LAWANG-MALANG-KEPANJEN

KAJIAN POTENSI PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API LINTAS MADURA (BANGKALAN SUMENEP PP) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA KERETA API DAN BUS RUTE MAKASSAR PAREPARE DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

PELAYANAN DAN TARIF KERETA API PERKOTAAN DI YOGYAKARTA

KAJIAN KINERJA PELAYANAN DAN TARIF KERETA API EKSEKUTIF JURUSAN MALANG JAKARTA (Studi Kasus Kereta Api Eksekutif Bima)

STUDI KEBUTUHAN TAKSI DI KOTA MALANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN)

THESIS ABDUL GAUS NRP :

KAJIAN POTENSI PERPINDAHAN PENUMPANG DARI BUS PATAS KE KERETA API EKSEKUTIF BIMA (RUTE MALANG-SURABAYA)DENGAN METODE STATED PREFERENCE

KOMPETISI PEMILIHAN MODA ANGKUTAN PENUMPANG BERDASARKAN MODEL LOGIT-BINOMIAL-SELISIH DAN LOGIT-BINOMIAL-NISBAH

Tujuan Penelitian. Menghitung berapa kemauan membayar masyarakat. (Ability to pay) terhadap tarif jasa angkutan umum pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI Umum

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) DI KOTA PANGKALPINANG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil survei kuisioner memberikan hasil sebagai berikut:

STUDI POTENSI PENUMPANG PADA RENCANA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA DI TULUNGAGUNG NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

KAJIAN TARIF ANGKUTAN ANTAR JEMPUT SEKOLAH DI YOGYAKARTA: STUDI KASUS TK/SD BUDI MULIA II, TK/SD SYUHADA, SD UNGARAN, DAN SD SERAYU

NILAI WAKTU PENGGUNA PESAWAT TERBANG STUDI KASUS: RUTE PADANG-JAKARTA

ANALISA PROBABILITAS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANTARA SEPEDA MOTOR DENGAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA LHOKSEUMAWE

MODEL PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN DALAM PROVINSI

MODAL SPLIT ANGKUTAN UMUM SURABAYA - MALANG. Adhi Muhtadi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh terbatasnya sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

EVALUASI TARIF ANGKUTAN PEDESAAN DI KABUPATEN KLUNGKUNG TUGAS AKHIR

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA

STUDI POTENSI JUMLAH PENUMPANG BUS PEMADU MODA RUTE MALANG BANDAR UDARA JUANDA PP ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. negara sedang berkembang, maka perencanaan transportasi sangat erat

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

PENGARUH ANGKUTAN ONLINE TERHADAP PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI PUBLIK DI KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK MALALAYANG - PUSAT KOTA)

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN MOBIL PRIBADI DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

REVIEW PENDEKATAN STATED PREFERENCED DALAM BEBERAPA PENELITIAN TRANSPORTASI DI KOTA PADANG

STUDI ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) TRANSJAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

Gambar III. 1 Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian

LANDASAN TEORI. beroda karet yang fleksibel dan mengkombinasikan elemen-elemen halte,

KAJIAN POTENSI PENUMPANG PESAWAT TERBANG RUTE MALANG-BALIKPAPAN DAN MALANG-BANJARMASIN JURNAL SKRIPSI

TINJAUAN TARIF ANGKUTAN UMUM PADA RUAS JALAN SORONG TEMINABUAN PROPINSI PAPUA BARAT

PEMODELAN PEMILIHAN MODA ANTARA BUS DAN TRAVEL DENGAN METODE STATED PREFERENCE RUTE PALANGKARAYA BANJARMASIN

ANALISA PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI BUS DENGAN METODE STATED PREFERENCE (STUDI KASUS MEDAN - SIDIKALANG) LEO GANDA SILALAHI

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan masyarakat di wilayah perkotaan memiliki tingkat mobilitas

ANALISA PEMILIHAN MODA KERETA API DAN BUS (STUDI KASUS: MEDAN PEMATANG SIANTAR)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan angkutan umum yang semakin besar oleh pelaku perjalanan akan

KAJIAN KINERJA OPERASIONAL BUS ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI (AKAP) KELAS EKSEKUTIF TRAYEK MALANG-JAKARTA

KOMPETISI PEMILIHAN MODA ANGKUTAN PENUMPANG ANTARA MODA JALAN RAYA (MIKROLET/BISON) DAN MODA JALAN REL (KA.KOMUTER) RUTE : SURABAYA-SIDOARJO

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Umum. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan. manusia, karena transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap

KARAKTERISTIK BANGKITAN DAN SEBARAN PERGERAKAN PENDUDUK PADA JALUR PERENCANAAN KERETA KOMUTER LAWANG-KEPANJEN DI MALANG RAYA

TUGAS AKHIR. Disusun oleh: DANIEL SAHAT IMATUA NIM : AGIL ALATAS NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

EVALUASI TARIF BUS DAMRI EKONOMI DENGAN ANALISA ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY DI KOTA SURABAYA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Regresi

KINERJA TEKNIS DAN ANALISIS ATP WTP ANGKUTAN TRANS JOGJA

KAJIAN TARIF KERETA API PENATARAN JURUSAN BLITAR-SURABAYA

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Pemilihan Moda Transportasi ke Kampus oleh Mahasiswa Universitas Brawijaya

BAB VI PENGUMPULAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROBABILITAS PERPINDAHAN MODA DARI BUS KE KERETA API DALAM RENCANA RE-AKTIVASI JALUR KERETA API JEMBER-PANARUKAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN FASILITAS PARKIR UNTUK MENDORONG MAHASISWA BERKENDARA BERSAMA KE KAMPUS

LAMPIRAN 1 FORMAT KUESIONER PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. penumpang dari suatu tempat ke tempat lain, dalam Salim factor, dalam Dirgantoro Setiawan, 2003 :

BAB IV INTEPRETASI DATA

Kata Kunci: Pelayanan, Tarif, Bus Ekonomi, Bus Eksekutif, Malang Surabaya, IPA, BOK, ATP, WTP.

BAB II STUDI PUSTAKA. Salah satu langkah yang diperlukan dalam evaluasi dan penyelesaian masalah

ANALISA PROBABILITAS PENGGUNA JEMBATAN SURAMADU DAN KAPAL FERRY PADA RUTE SURABAYA MADURA

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA ANGKUTAN UMUM DAN SEPEDA MOTOR UNTUK MAKSUD KERJA. Karnawan Joko Setyono. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN TARIF TAKSI DI KOTA MAKASSAR TESIS MAGISTER. Oleh : Viasmudji I.S. Bitticaca

Simposium XII FSTPT, Universitas Kristen Petra Surabaya, November 2009

Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Perkembangan transportasi pada saat ini sangat pesat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatannya

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bandara perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang handal dan

ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN PERMINTAAN BUS KORIDOR CIBIRU DAGO MENGGUNAKAN TEKNIK STATED PREFERENCE

PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mempermudah dalam penyusunan tugas akhir, dibuat suatu alur

BAB VIII APLIKASI MODEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

MODEL PEMILIHAN MODA ANGKUTAN PENUMPANG KAPAL ROLL ON ROLL OFF (PT.ASDP) & KAPAL CEPAT (SWASTA)

Karakteristik Pengguna Kereta Api Komuter Surabaya - Sidoarjo

DAFTAR PUSTAKA Statistic for Experimenters: An Introduction to Design, Data Analysis, and Model Building, Intruduction to Transportation Planning,

TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : SEKAR PANDAN ARUM NPM

KAJIAN PREFERENSI MODA ANGKUTAN BARANG ANTARA TRUK DAN ANGKUTAN SUNGAI PADA PERGERAKAN DI SUNGAI KAPUAS KALIMANTAN BARAT

UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI

PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO

Studi Kemampuan-Kemauan Membayar Konsumen Jasa Angkutan Umum Bus Damri-Ekonomi di Kota Surabaya

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

JIAN ABILITY TO PAY, WILLINGNESS TO PAY DAN WILLINGNESS TO USE, CALON PENUMPANG KERETA API COMMUTER MALANG RAYA A tik Wahyuni, ST.MT Staff Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Internasional Batam Email: atik@uib.edu Ir. Achmad Wicaksono, Meng, Phd Staff Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang Email:wicaksono68@brawijaya.ac.id ABSTRAK Pemilihan kereta api sebagai alternatif moda transportasi mempunyai beberapa kelebihan diantaranya kapasitas penumpang lebih banyak sehingga dapat mengurangi beban lalulintas jalan dan biaya operasional lebih murah. Rencana pengoperasian Kereta api commuter dengan rute Lawang-Kepanjen/ Sumberpucung di Malang raya memerlukan kajian awal berupa besar Ability to pay (ATP), Willingness to pay (WTP) calon pengguna kereta api commuter dan Ability to pay (ATP), Willingness to pay (WTP) terhadap tarif rencana kereta api commuter serta mengetahui seberapa besar keinginan untuk menggunakan kereta api commuter (Willingness to use /WTU). Pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner karakteristik responden, karakteristik perjalanan, persepsi terhadap biaya perjalanan dan juga kuisioner yang disusun dengan menggunakan teknik stated preference. Responden yang disurvey juga dibedakan antara responden captive dan choice. Dari analisa ATP dan WTP terhadap tarif rencana commuter sebesar Rp 2000 diperoleh ATP dan WTP lebih besar dari tarif rencana. Sedangkan untuk mengetahui kemauan menggunakan (Willingness to use) moda commuter diperoleh Model pemilihan moda U ka - U mk = 0.00401-0.000618 X 1 + 0.137 X 2-0.0491 X 3, dimana X 1 adalah selisih atribut biaya perjalanan, X 2 adalah selisih atribut frekwensi keberangkatan dan X 3 adalah selisih ketepatan jadwal. Kata kunci : Commuter, Pemilihan moda, ATP dan WTP 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan yang pesat terjadi di Malang Raya terutama pada koridor Kepanjen Lawang, dimana Kabupaten Malang menjadi penyangga Kota Malang sehingga banyak pekerja di Kota Malang yang tinggal di Kabupaten Malang atau sebaliknya (commuter). Perjalanan orang saat ini pada lintas Kepanjen Kab. Malang Kota Malang Lawang Kab. Malang mencapai 16.000 orang/hari, Pergerakan arah Utara Selatan dan sebaliknya dilayani oleh jalan arteri primer yang melalui Lawang Singosari Kota Malang Kepanjen. Sedangkan sarana angkutan umum yang ada di kota Malang saat ini sudah over suply, kurang lebih sekitar 2200 angkutan yang beroperasi dan setiap harinya mengangkut sekitar 150 ribu penumpang dengan asumsi setiap angkutan kota setiap harinya menjalankan 10 rit. Idealnya angkutan yang melintasi kota Malang jumlahnya hanya 1000 angkutan kota. Dengan kondisi yang demikian seharusnya kota Malang mempunyai angkutan masal yang dapat mengakomodasi pergerakan dan ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-49

Atik Wahyuni, Achmad Wicaksono juga memberikan layanan yang maksimal pada pengguna transportasi. Pemilihan kereta api sebagai alternatif moda transportasi yang mempunyai beberapa keuntungan diantaranya kapasitas penumpang lebih banyak sehingga biaya operasional lebih murah rencananya akan dioperasikan di kota Malang, Kereta api Commuter ini direncanakan dengan rute Lawang-Kepanjen dan diharapkan mampu memberikan layanan maksimal dengan tarif yang murah. Tarif rencana yang akan diberlakukan pada kereta api commuter di kota Malang disesuaikan dengan tarif resmi commuter Surabaya yang saat ini sudah beroperasi. Untuk mengetahui daya beli atau kemampuan membayar dari calon pengguna jasa kereta api commuter terhadap tarif rencana commuter di kota Malang maka perlu dilakukan pendekatan daya beli masyarakat untuk membayar jasa dapat berupa pendekatan kemampuan secara rasional yaitu proporsi alokasi budget untuk transportasi yang dianggap layak atau ideal dari total budget pengeluaran (Ability to Pay) dan kemauan yang didasarkan pada persepsi pengguna (Willingnes to Pay), yang nantinya juga berpengaruh pada kemauan menggunakan kereta api commuter ( Willingness to Use). Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi besaran tarif yang sesuai bagi pengguna jika kereta api commuter Malang Raya dioperasikan dan untuk mengetahui daya beli calon pengguna kereta api commuter. 2. TINJAUAN PUSTA Sistem Angkutan Umum Dalam penyelenggaraan angkutan umum melibatkan tiga pihak sebagai pelaku yaitu operator, pengguna dan pemerintah. Bagi ketiga pihak yang berkepentingan dalam menentukan pelayanan angkutan, tarif jasa transportasi merupakan hal penting yang diartikan berbeda tergantung masing-masing pihak yang secara langsung berkepentingan. Willingness to Use Keinginan untuk menggunakan suatu moda (Willingnes to Use) di pengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi 4 (Tamin, 2000), yaitu : ciri pengguna jalan (Struktur rumah tangga, Pendapatan, keterdesakan waktu), ciri pergerakan (Tujuan pergerakan, Waktu terjadinya pergerakan, Jarak perjalanan), ciri fasilitas moda transportasi (waktu perjalanan, Biaya transportasi) dan ciri kota atau zona (jarak pencapaian atau kemudahan memperoleh moda). Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) Ability to pay (ATP) adalah kemampuan masyarakat dalam membayar ongkos perjalanan yang dilakukannya. Sedangkan willingness to pay (WTP) didefinisikan sebagai kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP didasarkan pada persepsi pengguna terhadap tarif dari jasa pelayanan angkutan umum tersebut. Selanjutnya alokasi budget transportasi untuk setiap anggota keluarga dapat digunakan pendekatan sebagai berikut: ( C C. C ) C =......(1) I g 11. 12 13 C n Pendekatan yang akan digunakan untuk menghitung ATP untuk tiap anggota keluarga tersebut per satuan kilometer perjalanan yang ditempuh dapat dihitung pada persamaan berikut: ATP = I. P. P T...(2) r x p t r Penentuan Tarif Berdasarkan ATP dan WTP Bila parameter ATP dan WTP yang ditinjau, maka aspek pengguna dijadikan subyek yang menentukan nilai tarif yang diberlakukan dengan prinsip sebagai berikut (lihat Gambar 1 ) 1. ATP merupakan fungsi dari kemampuan membayar, sehingga nilai tarif yang diberlakukan, sedapat mungkin tidak melebihi nilai ATP kelompok masyarakat ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-50

Kajian Ability To Pay, Willingness To Pay Dan Willingness To Use, Calon Penumpang Kereta Api Commuter Malang Raya sasaran. Bantuan pemerintah dalam bentuk subsidi langsung atau silang dibutuhkan pada kondisi dimana nilai tarif berlaku lebih besar dari ATP, sehingga didapat nilai tarif yang besarnya sama dengan nilai ATP. 2. WTP merupakan fungsi dari tingkat pelayanan angkutan umum, sehingga bila nilai WTP masih berada dibawah ATP maka dimungkinkan melakukan peningkatan nilai tarif dengan perbaikan kinerja pelayanan. Jika jumlah atribut (a) masing-masing distratifikasi kedalam (n) level, maka diperlukan (n a ) kombinasi pilihan. Desain seperti ini disebut faktorial penuh (full factorial). Bila terdapat banyak atribut dan level stratifikasi yang dipertimbangkan, maka akan menghasilkan kombinasi yang sangat banyak yang dapat membuat responden bosan. Kroes & Sheldon (1988) dalam Samad (2003) menyatakan batasan 9 sampai 16 sebagai jumlah pilihan yang masih dapat diterima responden dengan baik. Untuk mengurangi jumlah pilihan dapat dilakukan beberapa hal, salah satunya yang paling banyak dipakai adalah dengan menggunakan desain faktorial sebagian (fractional factorial). Pendekatan ini mengasumsikan bahwa semua atau sebagian variabel yang saling berinteraksi dapat diabaikan. Gambar 1. Ilustrasi Keluasan Penentuan Tarif berdasarkan ATP dan WTP Teknik Stated Preference Stated preference adalah pendekatan dengan cara menyampaikan pernyataan pilihan (option) berupa hipotesa yang harus dinilai oleh responden dalam bentuk pilihan, baik berupa ranking, rating atau choice. Stated preference juga merupakan pendekatan terhadap responden untuk mengetahui respon terhadap situasi yang berbeda. Pada teknik stated preference peneliti dapat mengontrol faktor-faktor yang ada pada suatu hipotesa. Masingmasing situasi diberikan dalam keadaan sesungguhnya dengan berbagai alternatif situasi. Kebanyakan stated prefernce menggunakan perancangan eksperimen untuk menyusun alternatif-alternatif yang disajikan kepada responden. Rancangan ini dibuat ortogonal artinya kombinasi kombinasi antara atribut yang disajikan bervariasi secara bebas satu sama lain. salah satu keuntungannya adalah efek dari masing-masing atribut yang direspon lebih mudah di identifikasi. Model Analisis Logit Pendekatan dasar model analisis logit adalah untuk menemukan bentuk transformasi probabilitas sehingga dapat bernilai - sampai +, walaupun probabilitas itu sendiri terbatas dalam nilai antara 0 sampai 1.Jika seseorang mempunyai pilihan antara menggunakan kereta api dan mikrolet, maka probabilitas menggunakann kereta api adalah = 1- MK. Jika MK dinyatakan sebagai kombinasi linier antara peubah bebas (atribut pemilihan moda) maka dapat ditulis sebagai berikut : = a + b1 ( x1) + b2 ( x2 ) +... bn ( xn ).....(3) Pertimbangkan rasio logaritma natural antara dengan 1-, jika meningkat dari nol ke satu, maka ln meningkat dari negatif ke arah 1 positif tak hingga, karena dan ln tersebut merupakan kombinasi 1 tak linier dari peubah bebas, maka selanjutnya dapat ditulis sebagai persamaan pemilihan moda: ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-51

Atik Wahyuni, Achmad Wicaksono ( U U ) ln = MK...(4) 1 Untuk mengetahui probabilitas penggunaan kereta api commuter, maka persamaan dapat di tulis sebagai berikut: ( u u MK ) e = 1+ ( u umk )...(5) e Pada survey stated-preferences ini, respon dari responden dinyatakan dalam skala pilihan 1-5. Skala tersebut ditransformasi ke dalam bentuk probabilitas (Berkson-Theil transformation). 3. METODE PENELLITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan terdiri dari data primer yang dikumpulkan dari lapangan dengan cara menyebarkan kuisioner pada responden yang setiap hari melakukan perjalanan dari atau ke daerah sekitar Lawang sampai Sumberpucung. Pengambilan sampel dilakukan di stasiun, diatas kereta, pusat pusat bangkitan dan juga rumah tangga yang berada pada salter rencana kereta api commuter. 3.2. Metode Analisa Metode Budget Keluarga (Household budget) Pendekatan yang akan digunakan untuk menghitung ATP untuk tiap anggota keluarga tersebut per satuan kilometer perjalanan yang ditempuh. Metode Persepsi Berbeda dengan metode sebelumnya, pada metode persepsi pendapatan secara implisit mempengaruhi persepsi pengguna dalam membayar tarif angkutan (Uli,1999 dalam Hamkah, 2004). Pengaruh ini terjadi karena disamping penghasilan, faktor lainnya seperti utilitas pengguna, kuantitas dan kualitas jasa pelayanan yang ditawarkan sangat mempengaruhi persepsi pengguna terhadap kesediaan membayar. Metode ini menganggap setiap pengguna mempunyai persepsi dan keinginan yang berbeda untuk membayar tarif yang berlaku/kilometer. Analisis data stated-preference Analisa regresi ditujukan untuk menganalisa bentuk pilihan rating, dimana skala semantik pada masing-masing point rating ditransformasikan kedalam skala numerik (R m ) dengan menggunakan transformasi logit biner pada probabilitas tertentu. Nilai skala numerik merupakan variabel tidak bebas dan selisih nilai atribut antara mikrolet dan kereta api commuter adalah merupakan variabel bebas. Model dicari untuk menghasilkan parameter model dengan meminimalkan jumlah kuadrat perbedaan antara rating pilihan yang diramalkan dan rating yang diberikan responden. 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN Analisis Willingness to Use Stated Preference Model persamaan yang dihasilkan dari pemasangan beberapa atribut dimana X 1 adalah selisih atribut biaya perjalanan, X 2 adalah selisih atribut frekwensi keberangkatan dan X 3 adalah selisih ketepatan jadwal antara commuter dan mikrolet. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini: Tabel 1: Tabel Model persamaan No Model persamaan 1 U ka - U mk = 0.001251-0.00130 X 1 2 U ka - U mk = - 0.0194 + 0.128 X 2 3 U ka - U mk = 0,623 + 0.07857 X 3 4 U ka - U mk = 0.01649-0.000509 X 1 + 0.08507 X 2 5 U ka - U mk = -0.0441-0,00097 X 1 + 0.0465 X 3 6 U ka - U mk = 0.0973 + 0.174 X 2-0.0401 X 3 7 U ka - U mk = 0.00401-0.000618 X 1 + 0.137 X 2-0.0491 X 3 Dari model persamaan diatas dipilih model no.7 sebagai model yang digunakan karena model no.7 mempunyai nilai koefisien determinasi (R 2 ) dan koefisien korelasi (R) yang paling tinggi dibandingkan dengan model yang lain. Atribut Biaya Perjalanan, Frekwensi Keberangkatan & Ketepatan Jadwal Model pemilihan moda dari regresi frekwensi keberangkatan dan ketepatan jadwal commuter dibandingkan dengan ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-52

Kajian Ability To Pay, Willingness To Pay Dan Willingness To Use, Calon Penumpang Kereta Api Commuter Malang Raya menggunakan mikrolet sesuai dengan keaadaan saat ini, adalah sebagai berikut: U ka U mk 1 + 0.137 X 2 0. 0491 Dengan memasukkan nilai X 1, X 2 dan X 3, didapatkan probabilitas pemilihan commuter dengan mikrolet pada Tabel 2 dan Gambar 2 Tabel 2. Probabilitas pemilihan moda berdasarkan biaya perjalanan, frekwensi keberangkatan dan ketepatan jadwal X1 X2 X3 Utilitas Probabilitas Probabilitas Biaya frekwensi keterlambatan Pemilihan Pemilihan Pemilihan Perjalanan keberangkatan jadwal kereta kereta Moda Opsi (Rupiah) (Menit) commuter commuter Mikrolet 1 1000 8 15-0.254 0.437 0.563 2 750 4 0 0.089 0.522 0.478 3 500 10 10 0.574 0.64 0.36 4 250 6 5 0.426 0.605 0.395 Probabilitas memilih menggunakan commuter dan 56 orang menggunakan mikrolet saat biaya perjalanan lebih mahal 1000, frekwensi = 0.00401 0.000618 X X Probabilitas pemilihan moda (atribut biaya perjalanan,frekwensi keberangakatan, keterlambatan jadwal) 0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000-0.300-0.200-0.100 0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 Utilitas Probabilitas Pemilihan kereta commuter Probabilitas Pemilihan Moda Mikrolet Gambar 2. Grafik pemilihan moda berdasar biaya perjalanan, frekwensi keberangkatan dan ketepatan jadwal Dari model persamaan, tabel dan gambar diatas dapat diketahui bahwa: a. Nilai konstanta pada model sebesar 0.00401, dimana atribut biaya perjalanan, frekwensi keberangkatan dan ketepatan jadwal commuter dibandingkan dengan biaya perjalanan, frekwensi keberangkatan dan ketepatan jadwal mikrolet kondisi saat ini, probabilitas pemilihan commuter sebesar 44% dan mikrolet 56%, ini berarti dari 100 orang yang melakukan perjalanan didaerah sekitar Lawang sampai dengan sumberpucung 44 orang keberangkatan 3 8x dalan satu hari dan ketepatan jadwal terlambat 15 menit pada commuter. b. Jika koefisien suatu atribut bernilai positif maka atribut itu disenangi dan sebaliknya jika koefisien suatu atribut negatif maka atribut tersebut tidak disukai, koefisien yang didapat dari atribut biaya perjalanan dan ketepatan jadwal adalah negatif berarti tidak disukai dan menjadi pertimbangan dalam memilih moda, frekwensi keberangkatan adalah positif ini berarti atribut frekwensi keberangkatan disukai dan tidak menjadi pertimbangan dalam pemilihan moda. c. Jika dilihat dari Gambar 2, hubungan antara probabilitas pemilihan moda dan selisih utilitas pemilihan moda commuter-mikrolet adalah semakin besar probabilitas seseorang dalam memilih moda commuter dapat dilihat dari makin tingginya selisih utilitas pemilihan moda commuter-mikrolet, nilai probabiltas commuter turun ketika biaya perjalanan semakin mahal dan tidak diimbangi oleh frekwensi keberangkatan serta ketepatan jadwal. d. Dari hasil uji F terhadap model utilitas diperoleh nilai signifikan = 0.000 yang berarti lebih kecil dari taraf signifikan yang digunakan sebesar 5%, hal ini berarti ada hubungan linier pada model regeresi linier berganda yang diperoleh antara variabel independent dan variabel dependen. Dan dari hasil uji t konstanta model diperoleh nilai signifikan = 0.591 yang berati lebih besar dari taraf signifikan yang digunakan, hal ini menunjukan bahwa konstanta model tidak signifikan. Untuk uji t bagi koefisien atribut independent diperoleh nilai signifikan = 0.000 yang berarti lebih kecil dari taraf signifikan. Sedangkan dari uji koefisien determinasi (R 2 ) diperoleh nilai 0.973 dan koefisien korelasinya (R)=0.986 yang berarti mendekati nilai 1 sebagai indikator model yang baik. ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-53

Atik Wahyuni, Achmad Wicaksono Analisis Ability to Pay ATP Responden Umum ATP responden umum tanpa membedakan pendapatan per bulan dan tanpa membedakan captive atau choice dominan pada interval 9 sampai dengan 106 Rp/pnpkm sebesar 31.75%. ATP Responden Captive Dalam menentukan ATP responden captive, responden tidak dikelompokkan berdasarkan pendapatan tetapi secara keseluruhan dari pendapatan kurang dari Rp 500.000,- per bulan sampai dengan Rp 5.000.000,- per bulan, diperoleh bahwa ATP dominan reponden captive adalah interval 9-116 Rp/pnp-km sebesar 36% dan ATP tertinggi pada interval 873-980 Rp/pnp-km sebanyak 3,6%. ATP Responden Choice Dalam menentukan ATP responden choice, responden tidak dikelompokkan berdasarkan pendapatan, tetapi secara keseluruhan dari pendapatan kurang dari Rp 500.000,- per bulan sampai dengan Rp 5.000.000,- per bulan. Dari hasil survei diperoleh bahwa ATP dominan reponden choice adalah interval 9-103 Rp/pnp-km sebesar 25,46% dan juga responden choice dengan ATP interval 104-207 Rp/pnp-km sebesar 25,46% dan ATP tertinggi pada interval 832-935 Rp/pnp-km sebanyak 2,58%. Analisis Willingness to Pay WTP Responden Umum Distribusi frekwensi WTP responden umum dengan pendapatan kurang dari Rp 500.000,- sampai dengan Rp 5.000.000,- per bulan didapatkan hasil WTP yang dominan dimilki oleh responden adalah pada interval 4-95 Rp/km sebanyak 55,26% responden, sedangkan untuk WTP responden tertinggi pada interval 832-923 Rp/km sebanyak 0,21%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 dan gambar 8 dibawah ini. WTP Responden Captive Distribusi frekwensi WTP responden captive diperoleh hasil WTP dominan yang dimiliki responden adalah pada interval 7-86 Rp/km sebanyak 49,48% dari jumlah responden, dan WTP tertinggi pada interval 647-726 Rp/km sebanyak 2,06% dari jumlah responden. WTP Responden Choice Distribusi frekwensi WTP responden choice diperoleh WTP dominan yang dimiliki responden adalah pada interval 4-105 Rp/km sebanyak 53,30% dari jumlah responden dan WTP tertinggi pada interval 820-921 Rp/km sebanyak 0,36% dari jumlah responden. Analisis Pengeluaran Nyata Pengeluaran Nyata Responden Umum Hasil survei pengeluaran nyata responden dengan pendapatan kurang dari Rp 500.000 - Rp 5.000.000 per bulan dominan pada interval 7-96 Rp/km sebanyak 35,91% dari keseluruhan responden dan pengeluaran nyata tertinggi pada interval 817-906 Rp/km sebanyak 0,64%. Pengeluaran Nyata Responden Captive Dari hasil survei pengeluaran nyata untuk responden captive dengan pendapatan kurang dari Rp 500.000,- sampai dengan Rp 5.000.000,- per bulan dominan pada interval 7-93 Rp/km sebanyak 40.20% dari jumlah keseluruhan responden, dan pengeluaran nyata tertinggi pada interval 703-789 Rp/km sebanyak 4.12% Pengeluaran Nyata Responden Choice Hasil survei pengeluaran nyata responden choice dengan pendapatan kurang dari Rp 500.000,- sampai dengan Rp 5.000.000,- per bulan dominan pada interval 8-108 Rp/km sebanyak 39,48% dari jumlah keseluruhan responden dan pengeluaran nyata tertinggi pada interval 816-916Rp/km sebesar 1,10%. Analisis Tarif Analisis Tarif Angkutan Umum Moda Jalan Raya Bila jarak tempuh rata-rata angkutan kota (25 trayek) yang ada dalam kota Malang adalah 14,044 km ditambahkan dengan jarak trayek mikrolet Lawang-Arjosari 12 km, jarak trayek mikrolet Gadang-Kepanjen 14,5 km dan Kepanjen-Sumberpucung 10 km maka panjang perjalanan Lawang- ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-54

Kajian Ability To Pay, Willingness To Pay Dan Willingness To Use, Calon Penumpang Kereta Api Commuter Malang Raya Sumberpucung 50,544 km. Besarnya tarif yang harus dibayar untuk sekali perjalanan dari Lawang-Sumberpucung atau sebaliknya untuk penumpang umum Rp 8800 dan untuk pelajar Rp 7000, maka besar tarif berdasarkan jarak tempuh sebesar 168,4/km seperti diuraikan pada tabel 3 dibawah ini: Tabel 3. Perhitungan tarif rata-rata Tarif Frekwensi Penumpang (Rp/rit) (%) Tarif (Rp) Umum (1x perjalanan) 8800 84 7392 Pelajar (1x perjalanan) 7000 16 1120 Jumlah (Rp) a 100 8512 Panjang Perjalanan (km) b 50.544 Tarif rata-rata (Rp/km) a/b 168.4 Sumber : Hasil Analisis Analisis Tarif Resmi Terhadap ATP, WTP dan Pengeluaran Nyata Responden Umum Penggabungan grafik ATP,WTP dan pengeluaran nyata responden umum terhadap tarif resmi moda jalan raya, didapat bahwa kurva ATP diatas kurva WTP dan pengeluaran nyata, kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat mampu membayar tarif resmi yang berlaku, tetapi kemauan atau kerelaan untuk membayar kurang, hal ini mungkin terjadi bagi pemakai yang lebih dipengaruhi oleh utilitas atau faktor kualitas dan kuantitas pelayanan jasa angkutan moda jalan raya yang dianggap kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3. Responden dengan ATP, WTP, Pengeluaran nyata > (%) 120 100 80 60 40 20 0 Kurva ATP, WTP, Pengeluaran Nyata responden umum terhadap Tarif Resmi ATP WTP Pengeluaran Nyata Tarif Resmi 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Biaya persatuan panjang (Rp/pnp-km ) Gambar 3. Kurva ATP, WTP dan pengeluaran nyata responden umum terhadap tarif resmi. Dengan menempatkan garis tarif resmi pada kurva diketahui persentase kumulatif responden yang mempunyai ATP, WTP dan pengeluaran nyata lebih besar dari tarif resmi, persentase responden umum yang mempunyai ATP lebih besar dari tarif resmi 68%, mempunyai WTP lebih besar dari tarif resmi 37% dan yang mempunyai Pengeluaran nyata lebih besar dari tarif resmi 55%, ini berarti bahwa sebagian pengguna membayar lebih mahal dari tarif resmi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini: Tabel 4. Frekwensi kumulatif responden umum dengan ATP, WTP dan Pengeluaran nyata lebih besar dari tarif resmi. Lebih besar tarif resmi ATP Sumber : Hasil Analisis WTP Pengeluaran Nyata 68% 37% 55% Analisis Tarif Rencana Angkutan Umum Moda Kereta Api Commuter Berdasarkan dari informasi dari PT I sebagai pihak operator kereta api commuter, tarif rencana yang akan diberlakukan pada kereta api Lawang- Sumberpucung sama dengan kereta api commuter Surabaya-Sidoarjo sebesar Rp.2000. Jika jarak antara stasiun Lawang sampai dengan stasiun Sumberpucung adalah 48,3 km, maka biaya per satuan km dijelaskan dalam tabel 5. Tabel 5.Perhitungan tarif rencana rata-rata terhadap responden Penumpang Tarif (Rp/rit) Frekwensi (%) Tarif (Rp) Umum (1x perjalanan) 2000 84 1680 Pelajar (1x perjalanan) 2000 16 320 Jumlah (Rp) a 100 2000 Panjang Perjalanan (km) b 48.3 Tarif rata-rata (Rp/km) a/b 41.4 Sumber : Hasil Analisis Analisis Tarif Rencana Terhadap ATP,WTP Responden Umum Dari hasil penggabungan grafik ATP,WTP responden umum didapat bahwa kurva ATP diatas kurva WTP, kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat mempunyai kemampuan membayar lebih tinggi dari kemauan atau kerelaan untuk membayar kurang, hal ini ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-55

Atik Wahyuni, Achmad Wicaksono mungkin terjadi bagi pemakai yang lebih dipengaruhi oleh utilitas atau faktor kualitas dan kuantitas pelayanan jasa angkutan umum yang dianggap kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4. penumpang awal diasumsikan 800 orang maka total keseluruhan subsidi yang harus dikeluarkan oleh pemerintah pada awal pengoperasian commuter sebesar Rp 2.000.000,- Kurva ATP, WTP responden umum terhadap Tarif Resmi Responden dengan ATP, WTP, Pengeluaran nyata > (%) 120 100 80 60 40 20 0 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Biaya persatuan panjang (RP/pnp-km) ATP WTP Tarif Rencana Gambar 4. Kurva ATP,WTP responden umum terhadap tarif rencana commute. Dengan menempatkan garis tarif rencana commuter pada kurva gambar 3 diketahui persentase kumulatif responden yang mempunyai ATP, WTP lebih besar dari tarif rencana adalah 100%, jika melihat persentase diatas maka tarif rencana commuter sebesar Rp 2000,- per penumpang sesuai dengan kemampuan dan kemauan calon pengguna kereta api commuter. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Frekwensi kumulatif responden umum dengan ATP, WTP lebih besar dari tarif rencana Lebih besar tarif resmi ATP Sumber : Hasil Analisis WTP Pengeluaran Nyata 100% 100% 100% Sedangkan dari pihak regulator yaitu Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Timur dalam studi pengembangan kereta api commuter diwilayah Malang Raya meninjau tarif dari segi biaya operasional dan diperoleh tarif sebesar Rp 4500,- per penumpang jika diasumsikan jumlah penumpang pada awal pengoperasian commuter adalah 800 orang. Supaya tarif yang berlaku nantinya tidak merugikan pihak operator, investor dan tidak memberatkan pengguna maka diperlukan subsidi dari pemerintah sebesar Rp 2500,- per penumpang. Jika jumlah 5. DAFTAR PUSTA 1. Anonim, 2001, Panduan Pengumpulan Data Angkutan Umum Perkotaan, Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta. 2. Armijaya, 2003, Kemampuan Finansial Penumpang Kereta Api Parahyangan, Simposium VI FSTPT Universitas Hasanudin, Makasar. 3. Armijaya & Irsan, 2003, Ability to Pay dan Willingness to pay angkutan umum, Simposium VI FSTPT Universitas Hasanudin, Makasar. 4. Armijaya, dkk, 1999, Nilai Penghematan Waktu Pengguna Jalan Tol Menggunakan Data Preference, Simposium II FSTPT Institut Teknologi Surabaya, Surabaya. 5. Ariawan,I.M.A, 2000, Analisa Ability to Pay dan Willingness to Pay Terhadap Tarif Angkutan Kota, Tesis Magister Teknik Institut Teknologi Bandung, Bandung. 6. Dira, 1998, Identifikasi Karakteristik Pergerakan dan Persepsi Penumpang Pekerja Ulang-Alik Terhadap Moda Angkutan Kereta Api, Simposium I Institut Teknologi Bandung, Bandung. 7. Hamkah, 2004, Kemauan dan Kemampuan Membayar masyarakat terhadap tarif angkutan kota, Tesis Magister Teknik Universitas Brawijaya, Malang. 8. Hermawan, 1999, Model Kompetisi Moda Angkutan Barang Antara Kereta Api dan Truk Dengan Teknik Stated Preference, Simposium II FSTPT Institut Teknologi Surabaya, Surabaya. 9. Kamaludin R, 2003, Ekonomi Transportasi, Ghalia Indonesia, Jakarta. 10. Morlok.E.K, 1995, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Erlangga, Jakarta. 11. Ortuzar,J,D & Willumsen,L,G, 1997, Modelling Transport, England. 12. Permain.D & Swanson,J, 1991, Stated Preference Techniques, a Guide to ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-56

Kajian Ability To Pay, Willingness To Pay Dan Willingness To Use, Calon Penumpang Kereta Api Commuter Malang Raya Practice Second Edition, Den Haaq, Netherlands. 13. Samad,A, 2003, Analisis Model Tingkat Kebutuhan Taksi di Kota Malang dengan Metode Stated Preference, Tesis Magister Teknik Universitas Brawijaya, Malang. 14. Sugiarto, dkk, 2001, Teknik Sampling, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 15. Sugiyono, 2005, Statstiika Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung 16. Tamin,O,Z, 2000, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung. 17. Walpole, 1998, Pengantar Statistika, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 18. Wright.L & Fjellstrom, 2001, Modul 3a, Sustainable Urban Transport Sourcebook for Policy Makers in Developing Cities, German. ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-57