BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan masyarakat di wilayah perkotaan memiliki tingkat mobilitas

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergerakan masyarakat di wilayah perkotaan memiliki tingkat mobilitas yang tinggi, tentunya memerlukan sarana transportasi yang bisa menunjang kebutuhan akan pergerakan mereka. Umumnya, masyarakat perkotaan memiliki kecenderungan menginginkan pelayanan angkutan umum yang aman, nyaman, cepat, pelayanan dari pintu ke pintu, tidak berdesakan, bebas dari menunggu dan pindah moda. Untuk mendapatkan pelayanan yang seperti itu, konsumen bersedia mengeluarkan biaya yang lebih (Levinson & Weant, 1982). Tetapi tentunya pelayanan tersebut hanya dapat dipenuhi oleh angkutan pribadi, dimana tidak semua orang memilikinya. Sehingga dikembangkanlah suatu pelayanan angkutan umum yang pelayannya cukup mendekati angkutan pribadi yaitu angkutan taksi. Angkutan taksi merupakan salah satu moda transportasi dengan jenis layanan yang cukup unik dimana taksi merupakan perpaduan antara angkutan pribadi dengan angkutan umum (Levinson & Weant, 1982). Taksi cukup banyak diminati penduduk di daerah perkotaan karena pelayanannya yang bersifat dari pintu ke pintu. Banyaknya jumlah armada taksi yang ada di suatu daerah bisa menjadi salah satu parameter bagi tingkat kemakmuran dan daya beli masyarakat di suatu daerah. Contohnya : Wilayah Jakarta, Bandung, Semarang, Bali dan Surabaya. Konsumen rela membayar lebih untuk bisa mendapatkan pelayanan angkutan umum dengan tingkat kenyamanan cukup tinggi. 1

2 2 Untuk Provinsi Bali, pemakaian taksi banyak beroperasi di wilayah perkotaan seperti pada wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Selatan (Kuta, Kuta Utara, dan Kuta Selatan). Sebagai daerah pariwisata, pemakaian taksi sebagai angkutan umum dengan sistem sewa benar benar mendukung kemudahan bagi wisatawan untuk mendapatkan pelayanan angkutan umum. Karena sifat pelayanannya yang door to door, sementara sistem angkutan umum di Denpasar dan Kabupaten Badung Selatan dalam status mati suri, membuat angkutan taksi memiliki nilai lebih dibandingkan angkutan umum dengan sistem penggunaan bersama. Hingga tahun 2010, berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Propinsi Bali, armada taksi yang beroperasi adalah sebanyak 7 (tujuh) perusahaan yaitu Koperasi Jasa Angkutan Taxi Ngurah Rai Bali (907 unit), PT. Praja Bali Transportasi (750 unit), Koperasi Jasa Angkutan Mobil Transport Komotra Bali (467 unit), Koperasi Wisata Nusa Bali (200 unit), Koperasi Wahana Dharma (128 unit), dan Koperasi Taxi Jimbaran (98 unit). Dari keseluruhan jumlah armada taksi yang telah beroperasi, Pemerintah Provinsi Bali berencana untuk kembali menambah armada baru. Atas dasar pemikiran bahwa Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia dikunjungi wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik (Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2010), sehingga membutuhkan armada taksi baru yang lebih banyak. Padahal jika dilihat dari hasil kajian Bappeda Propinsi Bali yang bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Bappeda, 2006) mengenai perkiraan kebutuhan ideal angkutan taksi untuk tahun 2005 (1.138

3 3 kendaraan), tahun 2006 (1.237 kendaraan), tahun 2007 (1.345 kendaraan), tahun 2008 (1.464 kendaraan), tahun 2009 (1.594 kendaraan), tahun 2010 (1.736 kendaraan), pemenuhan kebutuhan ideal ternyata sangat berlebihan dengan jumlah taksi yang beroperasi saat ini sebanyak unit. Namun pada studi tersebut hanya meninjau kebutuhan taksi ideal dari sisi operator berdasarkan rasio pendapatan dan BOK. Jika dilihat dari sisi pengguna (user), belum ada standar perhitungan untuk kebutuhan taksi. Sedangkan pada penelitian ini, metode untuk mengukur kebutuhan taksi yang diperlukan adalah dengan menggunakan metode dari Dinas Perhubungan serta menggunakan analisis kategori untuk mendapatkan produksi perjalanan pengguna taksi. Sedangkan untuk mencari utilitas yang mencerminkan probabilitas pengguna taksi, digunakan metode stated preference. Metode ini merupakan salah satu metode untuk mendapatkan data tentang keputusan pelaku perjalanan dengan memberikan preferensi (pilihan/option) kepada responden dimana pilihan (option) yang ada selanjutnya dinilai oleh responden. Dimana data stated preference yang diperoleh dari responden selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan suatu model berupa formulasi yang mencerminkan utilitas individu dalam perjalanannya. Metode stated preference untuk meneliti angkutan taksi jika dilihat dari sisi pengguna (user) yang digunakan pada penelitian ini, sudah pernah diaplikasikan oleh Titi Kurniati dalam Tesisnya yang berjudul Analisis Tingkat Kebutuhan Taksi Kota Bandung Dengan Stated Preference pada tahun 2000.

4 4 Dengan rencana Pemprov Bali untuk menambah armada taksi padahal jumlah armada yang beroperasi relatif banyak, tentunya perlu untuk dilakukan analisis mengenai angkutan taksi yang ada di wilayah Denpasar dan Kabupaten Badung Selatan. Hal ini penting dilakukan untuk mencegah terjadinya inefisiensi pada industri taksi dalam jangka panjang karena apabila tingkat penawaran lebih tinggi dari tingkat permintaannya maka industri taksi akan menghadapi kesulitan karena dimungkinkan munculnya persaingan tidak sehat seperti monopoli oleh perusahaan tertentu, sehingga mematikan perusahaan taksi yang lainnya. Analisis yang dilakukan antara lain untuk mengetahui karakteristik pengguna angkutan taksi di Wilayah Denpasar dan Kabupaten Badung Selatan, prosentase proporsi penduduk maupun wisatawan yang menggunakan taksi berdasarkan potensi permintaan dan produksi perjalanan sehingga bisa sesuai dengan penyediaan taksi yang ada saat ini, serta sensitivitas respon individu terhadap perubahan variabelvariabel tertentu dari angkutan taksi di wilayah Denpasar dan Kabupaten Badung Selatan. 1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi yaitu : 1. Bagaimanakah karakteristik pengguna angkutan taksi di wilayah Denpasar dan Kabupaten Badung Selatan? 2. Berapakah prosentase penduduk Denpasar dan Badung Selatan menggunakan taksi, berdasarkan potensi permintaan dan produksi perjalanannya agar seimbang dengan penyediaan taksi yang beroperasi saat ini?

5 5 3. Bagaimanakah proyeksi kebutuhan armada taksi berdasarkan potensi permintaan di wilayah Denpasar dan Badung Selatan? 4. Bagaimanakah sensitivitas respon individu jika terjadi perubahan nilai variabel waktu tunggu, waktu perjalanan, biaya perjalanan, dan tingkat pelayanan yang diberikan? 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui karakteristik pengguna angkutan taksi di wilayah Denpasar dan Kabupaten Badung Selatan. 2. Untuk mengetahui prosentase penduduk Denpasar dan Badung Selatan yang menggunakan taksi, berdasarkan potensi permintaan dan produksi perjalanannya agar seimbang dengan penyediaan taksi yang beroperasi saat ini. 3. Untuk mengetahui proyeksi kebutuhan armada taksi berdasarkan potensi permintaan pengguna taksi di wilayah Denpasar dan Badung Selatan. 4. Untuk mengukur sensitivitas respon individu dalam memilih angkutan taksi terhadap perubahan nilai variabel waktu tunggu, waktu perjalanan, biaya perjalanan/ongkos dan pelayanan yang diberikan.

6 6 1.4 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah khususnya dalam memberikan perijinan maupun menetapkan aturan tentang taksi. 2. Sebagai gambaran bagi para pelaku usaha tentang kondisi usaha taksi di dalam pengambilan keputusan investasi penambahan armada. 3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya sesuai dengan bidang kajiannya. 1.5 Batasan Masalah Batasan masalah pada studi ini antara lain: 1. Materi studi ini dibatasi pada angkutan taksi perkotaan yang beroperasi di wilayah m Denpasar dan Kabupaten Badung Selatan 2. Responden merupakan pengguna jasa taksi ataupun yang pernah menggunakan taksi di Denpasar dan Kabupaten Badung Selatan 3. Permintaan jasa angkutan didasarkan pada kondisi yang ada pada waktu penelitian. 4. Data primer diperoleh pada level dissagregat/individu dan bukan merupakan household interview (wawancara rumah tangga) 5. Model produksi perjalanan taksi didasarkan pada analisis kategori/klasifikasi silang

7 7 6. Teori pemilihan moda berdasarkan pada pendekatan perilaku individu, yaitu teori pemilihan diskrit (discrete choise models) 7. Model yang digunakan adalah model Logit Binomial, dengan perolehan data dari teknik stated preference 8. Estimasi variabel model menggunakan dengan regresi linier berganda