BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk meningkatkan derajat kesehatan. Perubahan perilaku dengan promosi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyelenggaraan pembangunan kesehatan dasar terutama ibu, bayi dan anak balita

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pencegahan penyakit dengan mengurangi atau menghilangkan faktor resiko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA LAGU TERHADAP PRAKTIK MENCUCI TANGAN

dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan ke 8 tahap mulai bayi (0-18 bulan), toddler (1,5 3 tahun), anakanak

BAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008).

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia

PENGARUH METODE CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PADA SWAMEDIKASI DI KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. memiliki anak dengan riwayat gangguan skizofrenia

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA SD NEGERI 157 KOTA PALEMBANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adalah ruang kelas sejumlah 15 ruangan, laboratorium bahasa, laboratorium IPA,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masa bayi, lalu berkembang menjadi mandiri di akhir masa kanak-kanak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa. usia tahun untuk anak laki-laki (Brown, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. harapan bangsa yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa menuju Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

Pelatihan Konselor Sebaya Berhenti Merokok pada Remaja : Sebuah Inovasi untuk Program Berhenti Merokok

Manuskrip. Oleh : Icha Puspitalia Wilanda NIM : G2A PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN AUDIOVISUAL TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA KELAS X SMK N 1 BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KELAS BAPAK DAN PENGETAHUAN SUAMI TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN

ARTIKEL PENELITIAN. yang berakibat buruk bagi kesehatan dan jumlah perokok di Indonesia cenderung meningkat (Notoatmodjo, 2010).

METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) pelatihan-pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2005).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: B. Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB I PENDAHULUAN. ibu hamil itu sendiri dan orang-orang terdekatnya (Araujo, et.al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan,

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Seperti ketika didalam kandungan, gizi yang tinggi sangat diperlukan ketika anak

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberikan pretest (sebelum perlakuan) dan. penelitian kuasi eksperimental dengan metode non-randomized

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan memiliki peran yang sangat penting. dalam pembangunan sumber daya manusia suatu bangsa.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 90% dari anak didunia mengalami masalah kerusakan gigi. Hasil Riset Kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan. telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan kesehatan yang

BAB IV. Kusuma yang terletak di Kasihan Bantul Yogyakarta. Di area posyandu. 2. Gambaran Umum Karakteristik Responden

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2025

EFEKTIFITAS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA MENGATASI MASALAH KESEHATAN DI KELUARGA. Agrina 1, Reni Zulfitri

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. payudara. Untuk upaya mencegah risiko kanker payudara pemerintah. wanita di usia muda dapat terserang kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

BAB IV. Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi. experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin

2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODUL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BOGA DASAR DI SMK NEGERI 1 KALASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN,2014) menyebutkan

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat pada masing-masing tatanan. Perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah adalah sekumpulan perilaku atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah. (Depkes RI, 2009). PHBS merupakan salah satu kunci utama untuk terwujudnya kesehatan, salah satunya seperti indikator mencuci tangan dengan air dan sabun dapat mengurangi jumlah kuman karena tangan merupakan sarana transmisi kuman patogen (Rachmawati & Triyana, 2008). Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun juga terbukti mampu mengurangi resiko penyakit diare pada anak-anak sebesar 44% (Cahyanto, 2008). Maka dari itu anak usia sekolah sangat membutuhkan perhatian baik secara teknik perawatan, pengetahuan, informasi dan pemantauan perilaku hidup sehat, ini ditujukan untuk membiasakan hidup bersih dan sehat pada anak. Padahal anak sekolah merupakan kelompok usia kritis yang rentan berbagai masalah kesehatan (Arini, 2003). 1

2 Hasil dari studi pendahuluan yang didapatkan dari Dinkes Sleman 2011 ternyata juga menunjukkan bahwa masih terdapat sekolah dasar yang pencapaian indikator PHBS kurang dari 100%. Penilaian PHBS ini dilakukan oleh puskesmas masingmasing daerah dengan interpretasi. Sekolah dasar yang masuk dalam tingkat I merupakan kategori PHBS terendah selanjutnya tingkat II sedang dan III baik sampai tingkat IV dengan pencapaian kategori PHBS tertinggi yaitu amat baik. Salah satu contohnya untuk wilayah Depok I terdapat 92,8% yang masuk klasifikasi III, 7,14% masuk klasifikasi IV dan wilayah Depok II 26,3% masuk klasifikasi III, 73,7% masuk klasifikasi IV, sedangkan untuk wilayah Depok III semua sekolah masuk kategori 100% dengan klasifikasi IV. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut maka wilayah Depok I dan II pencapaian indikator PHBS belum memenuhi kategori 100%. Hal ini mencerminkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat anak-anak usia SD masih belum optimal. Mengingat pencapaian PHBS yang belum optimal maka diperlukan upaya untuk meningkatkan PHBS siswa-siswa SD. Namun untuk merubah perilaku dibutuhkan motivasi, karena motivasi merupakan interaksi antara pelaku dan lingkungan sehingga dapat meningkatkan, menurunkan dan mempertahankan perilaku seseorang (John Elder et al., cit. Notoatmodjo, 2010). Promosi kesehatan merupakan salah satu program yang telah dicanangkan demi tercapainya derajat kesehatan yang optimal yaitu dengan menekankan pencegahan masalah kesehatan, mempromosikan gaya hidup sehat, meningkatkan kepatuhan pasien, dan memfasilitasi akses ke layanan kesehatan dan perawatan. Lewat program promosi kesehatan individu dapat

3 meningkatkan fisik, psikologis, pendidikan, dan hasil kerja serta membantu mengendalikan atau mengurangi biaya perawatan kesehatan secara keseluruhan (Fertman & Allensworth, 2010). Perilaku hidup bersih sehat yang diajarkan pada anak-anak di sekolah lewat promosi kesehatan, diharapkan dapat diterapkan pula di lingkungan rumah mereka dan di lingkungan sekitarnya. Melihat bahwa anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah sebagai tempat menuntut ilmu. Diharapkan pula mereka dapat memberi pengertian dan menggugah orang-orang di sekitarnya tentang betapa pentingnya PHBS. Pemberian materi promosi kesehatan lebih mudah tersampaikan jika menggunakan media yang dapat menarik perhatian siswa-siswa. Penggunaan media yang tepat diharapkan dapat membantu siswa dalam menyerap pendidikan kesehatan yang diajarkan. Siswa juga nantinya diharapkan bisa menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan baik. Salah satu media yang perlu dikembangkan adalah kartu kuartet yang didalamnya disampaikan pesan-pesan tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Media kartu kuartet pernah dipakai sebelumnya dan telah terbukti dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap bahaya merokok pada siswa (Kuhu, 2012). Penelitian lain juga membuktikan bahwa kartu kuartet dapat meningkatkan minat serta keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Jerman (Nisak, 2010). Namun, belum ada penelitian yang meneliti tentang penggunaan media kartu kuartet yang berisi indikator PHBS. Pada penelitian ini dimodifikasi kartu kuartet yang tepat sesuai dari segi konten PHBS, sehingga membuat siswa tertarik, dengan mudah dapat

4 mengerti, dan mengingat tentang materi yang disampaikan dalam kartu tersebut. Kemudian diharapkan mereka termotivasi untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat setelah diberikan promosi kesehatan lewat permainan kartu kuartet. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah Pengaruh Promosi Kesehatan dengan Media Kartu Kuartet terhadap Motivasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Siswa SD di Kecamatan Depok Sleman? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Tujuan umum: Untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan dengan media kartu kuartet terhadap motivasi perilaku hidup bersih sehat (PHBS) pada siswa SD di Kecamatan Depok Sleman. 2. Tujuan khusus: Mengetahui motivasi PHBS sebelum diberikan promosi kesehatan dengan media kartu pada siswa SD di Kecamatan Depok Sleman dan mengetahui motivasi PHBS setelah diberikan promosi kesehatan dengan media kartu pada siswa SD di Kecamatan Depok Sleman. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat member masukan yang berarti bagi kepada: 1. Institusi pendidikan dan kesehatan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman

5 Bahan masukan media promosi kesehatan untuk menggunakan kartu kuartet pada siswa sebagai media permainan edukatif dalam pengenalan PHBS siswa SD di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman dan bahan masukan untuk institusi mengembangkan program agar dapat meningkatkan motivasi PHBS siswa SD. 2. Profesi keperawatan Bahan masukan bagi organisasi profesi agar menggunakan media yang tepat untuk melakukan tindakan promotif dengan konsep keperawatan komunitas pada kelompok khusus di sekolah. 3. Institusi pendidikan Bahan masukan pada program penelitian dan pengembangan, khususnya tindakan peningkatan motivasi dalam PHBS di lingkungan sekolah. 4. Peneliti Menambah wawasan peneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan kartu kuartet terhadap motivasi siswa SD tentang PHBS sehingga dapat dijadikan pedoman dalam melakukan tindakan keperawatan komunitas dalam hal pengenalan PHBS. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang pengaruh media promosi kesehatan terhadap motivasi siswa SD tentang PHBS di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman belum pernah dilakukan, namun ada beberapa penelitian yang terkait yang pernah dilakukan, yaitu: 1. Arini et al (2005) tentang Pengaruh Promosi Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada

6 Siswa SD di Wilayah Kerja Puskesmas Piyungan Bantul Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen rancangan non equivalent control group design with pretest and posttest. Sampel yang diambil adalah siswa kelas IV, V, dan VI SD di Wilayah Kerja Puskesmas Piyungan Bantul. Sampel untuk kelompok intervensi 97 siswa dan 70 siswa untuk kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa promosi kesehatan PHBS dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku anak dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Hasilnya dianalisis dengan uji t-test dengan paired sample t-test, diperoleh skor pengetahuan dan perilaku anak antara kelompok intervensi dan kontrol menunjukkan perbedaan secara bermakna (45,82 ± 3,25 vs 43,32 ± 3,47, p=0,000; 76,2 ± 3,42 vs 73,88 ± 4,93, p=0,004). Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilaksanakan adalah melakukan promosi kesehatan PHBS pada tatanan institusi pendidikan. Perbedaannya meliputi cara pengambilan sampel, variabel, dan media yang digunakan. 2. Mahyuni (2008) tentang Efektivitas Promosi Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Melalui Metode Ceramah dan Role Play pada Kader Kesehatan Remaja Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini menggunakan non equivalent control group design with pretest and posttest. Hasilnya menunjukkan bahwa metode ceramah dan role play lebih efektif meningkatkan pengetahuan, sikap dan aktivitas kader kesehatan remaja yang mendapat promosi kesehatan melalui metode ceramah dan roleplay daripada pemberian folder (media yang dicetak untuk menampilkan pesan tulisan ataupun gambar yang diringkas/dilipat (fold)) sebagai kelompok kontrol (49,99 vs 21,01,

7 p=0,000; 126,89 vs 94,09, p=0,000; 102,06 vs 43,91, p=0,000). Persamaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu melakukan promosi kesehatan PHBS pada tatanan sekolah. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu variabel-variabel, media, rancangan penelitian dan sampel. 3. Handayani (2009) tentang Efektivitas Metode Diskusi Kelompok Dengan dan Tanpa Fasilitator Pada Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Motivasi Remaja Tentang Perilaku Seks Pranikah Di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi dengan rancangan penelitian sebelum dan sudah intervensi dengan menggunakan kelompok pembanding. Hasilnya metode diskusi kelompok dengan fasilatator (eksperimen I) lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan motivasi remaja terhadap perilaku seks pranikah dibandingkan dengan metode diskusi kelompok tanpa fasilitator (eksperimen II) dan kelompok tanpa intervensi (kelompok kontrol). Nilai rerata pengetahuan (24,44 vs 22,85 vs 19,58; p=0,000), sikap (95,6 vs 94,94 vs 86,30; p=0,000), dan motivasi (150,94 vs 148,85 vs 139, 80; p=0,024). Persamaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu jenis penelitian quasi experimental dengan rancangan pretest-postest control group design dan menilai motivasi. Perbedaannya yaitu mengenai variabel lain, sampel dan lokasi penelitian. 4. Kuhu (2011) tentang Pengaruh Penggunaan Kartu Bergambar Sebagai Media Promosi Kesehatan di Sekolah Terhadap Peningkatan Pengetahuan Bahaya Merokok pada Siswa SD Negeri Karangmangu Kab. Banyumas. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan rancangan penelitian sebelum dan sudah

8 intervensi dengan menggunakan kelompok pembanding. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan skor pengetahuan dan sikap terhadap bahaya merokok pada kelompok eksperimen lebih besar secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (11,25 ± 1,372 vs 7,35 ± 1,369, p=0,00; 48,92 ± 4,097 vs 4,.82 ± 5,12, p=0,02). Persamaan dengan penelitian ini yaitu, media, sampel, dan metode pengambilan sampel. Perbedaannya dengan penelitian terletak pada lokasi, variabelnya.