BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini difokuskan pada pengembangan model pembelajaran dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di fokuskan pada pengembangan model pembelajaran dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa model

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan proses untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa SMP pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan model pembelajaran untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangankan sebuah media interaktif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Riset and Development atau

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research &

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, subyek penelitian,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Model pendekatan proses untuk meningkatkan keterampilan menulis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. model pengembangan Research and Development (R&D) yang dikembangkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI. PENELITIAN. Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk mengembangkan CD

III. METODOLOGI PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari subjek penelitian studi lapangan, subjek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini uraian difokuskan pada: Metode Penelitian, Lokasi dan

Tim Uji Jumlah Karateristik sampel Proses dan orientasi produk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bahagian ini dikemukakan beberapa pembahasan mengenai: Jenis

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Sukmadinata (2011)

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (Research & Development). Menurut Sukmadinata (2009)

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab tiga ini dikemukakan tentang metode penelitian mengenai jenis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dimaksudkan untuk menelusuri pengembangan model

III.METODE PENGEMBANGAN. A. Metode Pengembangan dan Subjek Pengembangan. Metode pengembangan yang digunakan pada pengembangan ini adalah penelitian

III. METODE PENELITIAN. peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah atas

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini difokuskan pada pengembangan kurikulum pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN O 1 X O 2. Gambar 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest.

III. METODOLOGI PENELITIAN. LKS ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research

BAB III METODE PENELITIAN. satu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan dan menguji

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN. Pada bab V ini, akan dipaparkan mengenai dua hal, yaitu mengenai

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Subjek penelitian ini terdiri dari subjek studi lapangan, subjek penelitian, dan subjek

process used to develop and validate educational production". Dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada metode. penelitian dan pengembangan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kurikulum yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, setelah melalui kegiatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini diharapkan menghasilkan suatu model pembelajaran problem

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karaktersistik Subjek Penelitian. Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD 06 Bulungcangkring

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan bahan ajar workshop tentang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan kurikulum pelatihan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu model pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tujuan akhir penelitian ini adalah untuk mengembangkan aplikasi social

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 9 Metro Barat. Penelitian dilaksanakan di kelas IVA semester ganjil Tahun. pelaksanaan sampai dengan tahap penyimpulan.

BAB III METODE PENELITIAN. bahasa Inggris sering disebut dengan istilah Classroom Action Research

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII 4 RSBI SMPN 1 Bandar

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan permasalahan penelitian yang diangkat yaitu bagaimana

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang telah dirumuskan dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan pengembangan (Research and Development). Menurut Borg and Gall (2003),

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam penelitian mengenai penerapan asesmen kinerja untuk

BAB III METODE PENGEMBANGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian menurut Nana Sudjana menekankan kepada cara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN HASIL PENGEMBANGAN MODEL. Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk menghasilkan serta

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ledo yang beralamat di. Jalan Raya Ledo, Desa Ledo, Kecamatan Ledo, Kabupaten Bengkayang

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini difokuskan pada pengembangan model pembelajaran dalam bidang studi IPS dan diarahkan pada peningkatan keterampilan berpikir siswa SMA pada mata pelajaran sejarah. Dalam bab ini, bahasan yang dikaji meliputi 1) metode penelitian, 2) lokasi dan subjek penelitian, 3) teknik pengumpulan data, 4) analisis data, dan 5) pengembangan instrumen, 6) langkah-langkah penelitian, 7) hasil pra survey dan 8) penyusunan draft awal model dan 9) pengembangan model. A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (research and development). Borg and Gall (1983:722) memberikan definisi terhadap penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan sebagai a process used to develop and validity education product. Langkah-langkah penelitian dari proses penelitian ini mengacu pada siklus, yang mendasar pada kajian dan temuan penelitian, kemudian dikembangkan dalam suatu produk. Pengembangan produk yang didasarkan pada temuan kajian pendahuluan, diuji dalam suatu situasi dan dilakukan revisi terhadap hasil uji coba tersebut sampai pada akhirnya diperoleh suatu model (sebagai produk) yang dapat digunakan untuk memperbaiki output. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan evaluatif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang 93

kondisi yang ada. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian uji coba dan setiap uji coba diadakan evaluasi, baik evaluasi hasil maupun evaluasi proses. Berdasarkan temuan-temuan hasil uji coba tersebut diadakan penyempurnaan (Sukmadinata, 2008: 167). Langkah-Langkah dalam penelitian dan pengembangan (research and development) menurut Borg and Gall terdiri atas 10 langkah. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut: 1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting). Analisis data, studi literatur, observasi dan persiapan laporan dilakukan dalam tahapan ini. 2. Perencanaan (Planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian. Dalam hal ini, perencanaan mencakup penetapan tujuan yang hendak dicapai, mendesain langkah-langkah penelitian dan mengadakan uji coba terbatas pengembangan model dalam skala kecil. 3. Pengembangan draft produk (Develop preliminary form of product). Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan instrumen evaluasi. Pengembangan produk awal dilakukan dengan menyusun model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah berdasarkan penelitian pra survei. 94

4. Uji coba pendahuluan (Preliminary field testing). Uji coba pendahuluan melibatkan sekolah dan subjek dalam jumlah terbatas, yang dilaksanakan di SMA PGRI Rangkasbitung. Selama uji coba, diadakan analisis data berdasarkan pengamatan/ observasi, wawancara dan penyebaran angket. 5. Merevisi hasil uji coba (main product revision), tujuannya adalah memperbaiki model pendahuluan yang dilakukan terhadap uji coba model pendahuluan. 6. Uji coba utama (main field testing), yaitu uji coba model yang lebih luas dengan melibatkan sekolah dan subjek dalam jumlah yang lebih banyak. Uji coba lapangan ini dilaksanakan pada tiga sekolah, yaitu di SMAN 1, SMAN 3 Rangkasbitung dan SMAN 2 Rangkasbitung yang mewakili high class, middle class dan low class. Data kuantitatif berupa pre test dan post test dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan. 7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revision), dilakukan berdasarkan hasil uji coba utama dan perbaikan hasil uji coba model yang lebih luas. Langkah ini dilaksanakan dengan cara kolaborasi antara peneliti dengan guru bidang studi sejarah untuk menghasilkan model pembelajaran inkuiri yang ideal. 8. Uji coba lapangan (main field testing). Melibatkan sekolah dan subjek penelitian yang lebih banyak lagi. Pada langkah ini dikumpulkan data-data berupa angket, observasi dan hasil wawancara, untuk kemudian dianalisis. 9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision) berdasarkan pada model operasional dan uji coba model yang lebih luas. 95

10. Penyebaran dan distribusi (dissemination and implementation), pada langkah ini, dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas produk/ model. Berdasarkan 10 langkah yang dikembangkan oleh Borg and Gall di atas, maka langkah-langkah tersebut kemudian dimodifikasi bentuk langkah penelitian dan pengembangan yang dikembangkan oleh Sukmadinata (2006:184) yang terdiri atas 3 tahap, yaitu 1) studi pendahuluan, 2) pengembangan model, dan 3) uji model. Adapun langkah-langkah Research and Development hasil modifikasi ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut: STUDI PENDAHULUAN PENGEMBANGAN PENGUJIAN Studi Pustaka Survei Lapangan Penyusunan Draft Produk Uji Coba Terbatas Uji Coba Luas Pre Test Perlakuan Post Test Bagan 3.1 Langkah-Langkah Research and Development (Sukmadinata, 2007:189) Atas dasar pertimbangan kondisi dan situasi di lapangan, maka penelitian ini dilaksanakan hanya pada langkah kedua, yaitu pengembangan model, berupa uji coba terbatas dan uji coba luas. Meskipun terjadi penyederhanaan dalam pelaksanaan, prosedur penelitian yang dilakukan tetap mengacu pada model yang disarankan oleh Borg and Gall (1983). Dari Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dimodifikasi oleh Sukmadinata di atas, maka penulis menggambarkan penelitian dan pengembangan model pembelajaran inkuiri dalam penelitian sebagai berikut: 96

STUDI PENDAHULUAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI Kajian Literatur - Teori yang relevan - Hasil penelitian terdahulu Uji Coba Terbatas - Rancangan desain model - Implementasi - Evaluasi dan refleksi - Penyempurnaan Penelitian Pra Survei 1. Situasi di lapangan (Desain dan penerapan sejarah yang sedang berlangsung, Kegiatan belajar Siswa, kemampuan dan kinerja guru,) 2. Kondisi dan pemanfaatan sarana, 1. Penyusunan pengembangan draft awal model 2. Perencanaan model Draft model yang akan diujicobakan pada uji coba lebih luas Uji Coba Luas - Rancangan/ desain model - Implementasi - Evaluasi - penyempurnaan - Kesimpulan Draf awal model siap di ujicobakan MODEL AKHIR 1. Studi Pendahuluan a. Studi literatur Bagan 3.2 Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Studi literatur dilakukan dengan cara mengkaji teori-teori yang mendukung bagi pembelajaran sejarah di SMA, model pembelajaran inkuiri dan keterampilan berpikir dari berbagai sumber literatur, dan mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan model pembelajaran inkuiri. Hasil studi literatur 97

tersebut digunakan sebagai dasar-dasar pengetahuan serta landasan teoritis dalam penelitian ini. b. Persiapan teknis dan administratif Persiapan teknis dan administratif dilakukan untuk mendapatkan izin melaksanakan penelitian dari instansi yang berwenang. Pertama-tama adalah dengan mengajukan izin penelitian ke direktur pasca sarjana dan rektor UPI Bandung. Desain penelitian disetujui oleh tim penguji, dan berdasarkan SK Direktur Pascsarjana UPI Bandung Nomor 0043/H40.7/PL/2011 pada tanggal 7 Januari 2011. Setelah mendapatkan surat izin melaksanakan penelitian dari direktur pasca sarjana dan rektor UPI Bandung, maka peneliti melanjutkan prosedur ke Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Rangkasbitung. Merujuk pada izin dari Rektor UPI Bandung dan Surat izin dari Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, dan memperoleh nomor surat penelitian 423/177-Disdik.Kab/2011 tanggal 26 Januari 2011, maka peneliti mengajukan permohonan ke sekolahsekolah di Kecamatan Rangkasbitung. c. Penelitian pra survey Langkah pertama dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian pra survei. Penelitian pra survei merupakan kegiatan penelitian yang bersifat deskriptif. Melalui pra survei, peneliti dapat mengungkap jawaban dari pertanyaan apa, bagaimana, bukan pertanyaan mengapa. Tujuan utamanya adalah mengumpulkan informasi tentang variabel. prasurvei juga dilaksanakan untuk mengumpulkan data berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (Sukmadinata, 2007:184). 98

Penelitian pra survey ini bertujuan untuk mengumpulkan data berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran sejarah di SMA, terutama yang berkenaan dengan pengembangan model pembelajaran inkuiri. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, studi dokumenter, dan observasi pada saat terjadinya PBM. Berdasarkan data yang didapat dari kajian literatur dan hasil penelitian pra survei, yang mengacu pada dasar-dasar teori hasil studi kepustakaan, maka peneliti dapat mengetahui bagaimana proses pembelajaran sejarah yang biasa dilakukan. Setelah itu, maka peneliti dapat menyusun draft awal produk yang dikembangkan, yaitu model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Adapun aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian pra survei, diantaranya adalah 1) rancangan dan implementasi pembelajaran sejarah yang biasa dilakukan oleh guru, 2) kegiatan belajar siswa, 3) kemamouan dan kinerja guru, 4) kondisi dan pemanfaatan sarana pembelajaran, fasilitas dan lingkungan. Rancangan dan implementasi ini berkaitan dengan perencanaan pengajaran, penggunaan media dan sumber belajar, serta evaluasi yang digunakan. Penelitian pra survei ini juga untuk mengkaji kemampuan dan kinerja guru, dan aktivitas belajar siswa. Hasil studi pendahuluan ini dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan model pembelajaran inkuiri dalam implementasi pembelajaran sejarah di SMA, yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Selain itu, hasil penelitian pra survei ini juga digunakan untuk pemilihan dan penetapan lokasi SMA di Kecamatan Rangkasbitung sebagai tempat dilakukannya penelitian pengembangan model inkuiri. Selanjutnya, maka peneliti dapat menyusun draf 99

awal produk yang dikembangkan, yaitu model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa. d. Penyusunan dan Perencanaan draft awal model Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan rancangan model yang dikembangkan maka kegiatan selanjutnya adalah penyusunan draf awal model pembelajaran pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah untuk mengembangkan keterampilan berpikir, difokuskan pada 3 tahap yang terdiri atas penyusunan rencana, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. 1.) Perencanaan pembelajaran Perencanaan adalah proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan (Ely, 1979). Perencanaan sistem pembelajaran yang sistematis dan terarah yang dilakukan untuk menciptakan proses belajar yang efektif, efisien, dan menarik. Pengembangan rencana pembelajaran diawali dengan menganalisis kurikulum terutama dari silabus yang dibuat BSNP, dari hasil analisis dikembangkan dalam bentuk silabus yang selanjutanya dioperasionalkan dalam bentuk RPP (silabus dan RPP terlampir). Rincian RPP merujuk kepada ketentuan yang dituntut oleh kurikulum terutama ketentuan dari tuntutan standar proses pendidikan yang secara umum meliputi; tujuan, materi pembelajaran, model/ metode pembelajaran dan evaluasi. Selanjutnya unsur-unsur tersebut menjadi fokus pengembangan dari model ini. (a.) Tujuan Pembelajaran. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses disebutkan bahwa 100

salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Perencanaan untuk model pembelajaran inkuiri ini pertama-tama adalah mengidentifikasi tujuan yang hendak dicapai. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa tujuan dari model inkuiri adalah suatu upaya di dalam menyediakan sarana bagi siswa untuk meningkatkan sikap dan keterampilan intelektual di dalam memecahkan suatu masalah secara independen berdasarkan langkah-langkah yang sistematis. Tujuan pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk keterampilan berpikir yang dipilih untuk dikembangkan dalam model ini dan sekaligus menjadi tujuan utama dalam proses pembelajaran. (b.) Materi pelajaran Materi atau bahan ajar diperlukan untuk menguasai suatu tujuan atau sasaran pembelajaran. Materi atau bahan ajar berkenaan dengan fakta, konsep, prinsip generalisasi dan masalah-masalah yang dikaji dalam dalam suatu mata pelajaran. Materi keterampilan berpikir bersumber dari materi yang terdapat dalam mata pelajaran sejarah. Ketepatan guru dalam penentuan materi sangat tergantung kepada kemampuan guru di dalam mengaitkan suatu tema/topik dengan permasalahan dan mengembangkan materi tersebut untuk mendukung terhadap permasahan yang telah ditentukan. Untuk itu, maka topik yang dikembangkan sebaiknya memberi keleluasaan bagi guru, bukan pada hal-hal teoritik tetapi berakar pada masalah lingkungan siswa (Erliany,2007:124). 101

(c.) Model pembelajaran Model pembelajaran inkuiri yang dikembangkan pada penelitian ini memiliki lima langkah utama, yaitu: 1) perumusan masalah, 2) perumusan hipotesis, 3) pengumpulan data, 4) pengujian hipotesis, dan 5) penyimpulan. Langkah-langkah tersebut selanjutnya akan dipaparkan dalam langkah-langkah penelitian penelitian, tepatnya tampak dalam desain rancangan model pembelajaran inkuiri. (d.) Media dan sumber belajar. Model pembelajaran inkuiri merupakan model yang menggunakan multimetode dan multimedia. Artinya, melalui inkuiri siswa memungkinkan untuk belajar dari berbagai sumber informasi secara mandiri, baik dari media grafis (buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain) maupun dari media elektronik(radio, televisi, komputer, dan internet). Oleh sebab itu keberhasilan penerapan model pembelajaran inkuiri sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan pemamfaatan media dan sumber belajar. Media bagan dan lembar tugas siswa berupa artikel juga dikembangkan sesuai dengan topik materi yang diajarkan kepada siswa. Berdasarkan studi pendahuluan, diperoleh informasi bahwa dalam kurikulum mata pelajaran sejarah SMA, khususnya pada kelas X semester II, materi yang akan dipelajari adalah perkembangan dan peradaban Indonesia. Dengan demikian, media yang akan digunakan,sudah disiapkan oleh guru dan peneliti yang disesuaikan dengan ketersediaan sarana dan prasarana disekolah. 102

(e.) Evaluasi Hasil Belajar. Rancangan berikutnya adalah unsur evaluasi yang digunakan untuk menilai pencapaian sasaran-sasaran pembelajaran. Evaluasi dalam rancangan model ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan melalui observasi atau pengamatan perilaku siswa pada saat merumuskan masalah, menentukan hipotesis, menguji hipotesis melalui diskusi selama proses pembelajaran berlangsung. Perilaku siswa yang diamati mencakup; mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, mencari informasi dan menyimpulkan. 2.) Implementasi. Implementasi pembelajaran merupakan tahapan proses pelaksanaan pembelajara yang direncanakan. Menurut Seller dan Miller (1985: 13) menyatakan implementasi dalam pembelajaran yaitu: In some case implementation has been identified with instruction. Sejalan dengan Hamalik (2007: 237) mengemukakan bahwa implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga memberi dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Proses pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran yang umumnya digunakan guru, yaitu: 1) kegiatan awal atau pendahuluan, 2) kegiatan inti, dan 3) kegiatan akhir atau penutup. Ketiga tahapan pembelajaran tersebut didalamnya tercakup langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Kegiatan inti, mengacu pada standar proses dari BSNP (2007) terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. 103

3.) Evaluasi Penelitian ini bertujuan menemukan suatu model inkuiri yang cocok untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada tingkat SMA. Untuk itu diperlukan evaluasi selama proses pengembangan baik dalam tingkat perencanaan mapun implementasi. Evaluasi terhadap perencanaan dilakukan bersama-sama guru bidang studi, draf RPP yang telah dirancang oleh peneliti didiskusikan untuk mendapatkan masukan dari guru bidang studi. Evaluasi ini lebih menitik beratkan kepada penyamaan persepsi mengenai langkah-langkah RPP, baik isi maupun rumusannya. Penilaian juga dilakukan setelah rencana pembelajaran/ RPP tersebut dilaksanakan untuk melihat kecocokan antara yang sudah disepakati dengan implementasinya baik yang berkenaan dengan tujuan pembelajaran, materi, metode, media dan sumber belajar, serta evaluasi. Hasil dari evaluasi didiskusikan dengan guru. Dari penilaian dan diskusi ini, dilakukan beberapa penyempurnaan baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran. 2. Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Desain pengembangan model pembelajaran inkuiri ini dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan berpikir pada mata pelajaran sejarah di SMA Dalam tahap ujicoba, model pembelajaran inkuiri dalam penelitian ini diujicobakan melalui pendekatan penelitian tindakan sampai diperoleh model yang solid dan sesuai dengan kondisi yang ada (Arikunto, 2006:12). 104

Hopkins (1993:44) memaparkan bahwa classroom action research merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, agar dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas secara professional. Desain penelitian yang dipergunakan berbentuk siklus yang mengacu pada model Kemmis dan Taggart (Hopkins,1993:48), yang terdiri terdiri dari 4 kegiatan pokok, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang terjadi secara berulang dalam bentuk lingkaran yang terus-menerus sampai ditemukan model yang solid. Model penelitian ini merupakan serangkaian tindakan yang didisiplinkan oleh inkuiri yang dilakukan seseorang di dalam upayanya untuk memahami sambil melakukan kegiatan, perbaikan, penyesuaian, dan pembaharuan (Wiriaatmadja, 2002:125). Aspek-aspek yang diteliti pada fase ini adalah draft model pembelajaran inkuiri dan pelaksanaan penggunaan model tersebut. a. Uji Coba Terbatas Melakukan uji coba penggunaan program pembelajaran berbasis web pada skala terbatas yang dilaksanakan di SMA PGRI (kategori rendah). Pelaksanaan penelitian uji coba model terbatas ini dilakukan dalam bentuk siklus berulang sampai diperoleh hasil nyata terjadinya perubahan ke arah yang diharapkan. Aspek-aspek yang akan diteliti pada tahapan ini adalah: (1)perencanaan pembelajaran, (2) implementasi draf model, (3) refleksi dan penyempurnaan model, dan (4) evaluasi. Hasil refleksi dan penyempurnaan dijadikan dasar untuk menentukan keputusan perbaikan pada siklus berikutnya (Arikunto, 2006:16). Selama uji coba berlangsung, peneliti melakukan evaluasi dan perbaikan dengan cara observasi dengan cermat hingga diperoleh data untuk bahan refleksi. Hasil 105

pengamatan oleh guru dan peneliti dijadikan bahan untuk melakukan revisi pada uji coba berikutnya, hingga pada tahap penyempurnaan. b. Uji Coba Luas Setelah diadakan penyempurnaan model pembelajaran hasil uji coba terbatas pada masing-masing siklus, selanjutnya dilakukan uji coba dengan skala lebih luas untuk menghasilkan model yang diharapkan yang dilaksanakan pada sekolah kategori dengan kategori rendah, kategori sedang dan kategori tinggi sebagai sampel dalam penelitian ini. Setiap sekolah diambil sampel sebanyak satu kelas sebagai kelas uji coba. Evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran. B. Lokasi dan Subjek Participant (subject) menurut Mac Millan (2008: 110) yakni someone from whom data are collected. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/ objek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel yaitu the group of elements, or a single element, from which data are or have been obtained. Sampel juga merupakan bagian dari populasi yang diambil dari sumber data yang dianggap memiliki karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh populasi tersebut. Setelah menetapkan subjek penelitian, maka dilakukan sampling. Penetapan sampling dilakukan dalam penelitian pra survey dan pada saat proses pengembangan model, yaitu dalam uji terbatas dan uji coba luas. 106

Merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh Mac Millan, maka dipilih subjek pada penelitian pra survei. Dalam penelitian pra survei, yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah guru sejarah di kelas X SMA Kecamatan Rangkasbitung dan siswa SMA kelas X. Tujuan penetapan subjek penelitian ini yaitu untuk mendapatkan gambaran proses pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini. Secara keseluruhan, subyek utama dalam penelitian pengembangan model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah ini adalah siswa kelas X SMA semester genap tahun pelajaran 2010/2011 di wilayah Kecamatan Rangkasbitung. Penetapan sampel pada tahap pengembangan dalam uji coba terbatas dan uji coba luas dilaksanakan dengan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu (http://www.socialresearchmethods.net/kb/sampnon.php). Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Purposive sampling dibagi menjadi dua bagian, yaitu judgement sampling dan quota sampling. Sampling purposive yang diambil penulis adalah judgement sampling. Artinya, sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa sampel tersebut merupakan pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai information rich (http://www.purposive-sampling &catid=309&itemid=585). 107

Melalui sampling purposive, penelitian dilaksanakan pada SMA Swasta PGRI Rangkasbitung sebagai lokasi pengembangan dan uji coba terbatas. Penetapan satu sekolah untuk pengembangan model inkuiri ini dianggap mewakili sekolah swasta lainnya dan didasarkan pada kemungkinan dapat dilakukannya uji coba pengembangan. Tujuannya adalah adanya kerjasama yang baik dan kemauan dari pihak sekolah, atau guru untuk melaksanakan pengembangan pembelajaran model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir pada mata pelajaran sejarah. Kerjasama ini merupakan hal yang penting, karena akan menentukan keberhasilan uji coba model yang dikembangkan. Uji coba terbatas pengembangan model inkuiri dilakukan di SMA PGRI Rangkasbitung dengan kategori rendah. Asumsinya adalah, jika penelitian yang dilakukan pada sekolah berkategori rendah, maka jika diaplikasikan pada sekolah dengan kategori klasifikasi sedang dan yang lebih baik, maka akan diperoleh hasil yang lebih baik pula. Pertimbangan lainnya adalah adanya kemungkinan untuk dilakukan ujicoba. Artinya, adanya kemauan dari pihak guru untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pembelajaran model inkuiri dan aspek konteks pula. Faktor perizinan dianggap penting karena akan menjadi penentu dapat dilakukannya penelitian dengan baik. Oleh karena itu, penetapan sampel disesuaikan dengan kebutuhan dan sekolah yang dipilih adalah SMA PGRI. Pada uji coba luas, peneliti menggunakan tiga sekolah, yaitu SMAN 1 Rangkasbitung (kategori baik), SMAN 3 Rangkasbitung (kategori sedang), dan SMAN 2 Rangkasbitung (kategori kurang). Penetapan sampel pada uji coba luas dilakukan berdasarkan pembagian kriteria, yakni sekolah yang dianggap baik, 108

sedang dan kurang. Penetapan kriteria/ kualifikasi sekolah ini dapat dilihat berdasarkan a) opini masyarakat (keinginan orang tua memilih sekolah berdasarkan dengan status ekonomi dan pendidikan orang tua), b) kemampuan sekolah untuk menghasilkan output berupa kuantitas lulusan siswa dalam ujian UAN, dan c) ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah. Adapun penetapan kriteria dalam sampling ini berdasarkan pada opini masyarakat dan juga ketersedian sarana dan prasarana di sekolah. Kriteria penetapan sekolah ini didasarkan pada data yang diperoleh dari Kantor Departemen Pendidikan Kecamatan Rangkasbitung. Penetapan sampel terhadap sekolah yang dipilih, dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut: Tabel 3.1 Sampel sekolah untuk Penelitian Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Luas No Kelompok Klasifikasi Nama Sekolah Jumlah Siswa Jumlah Guru 1 Uji Coba Terbatas Kurang SMA S PGRI 20 1 2. Uji Coba Luas Baik SMAN 1 Rangkasbitung 30 1 Sedang SMAN 3 Rangkasbitung 30 1 Kurang SMAN 2 Rangkasbitung 30 2 Jumlah 110 5 C. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu studi pendahuluan dan pada tahap pengembangan. Pada setiap penelitian, dipilih teknik pengumpulan data yang disesuaikan dengan tujuan masing-masing. Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilaksanakan adalah observasi, wawancara, angket dan studi dokumentasi. 109

Pada tahap studi pendahuluan, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi, termasuk kajian literatur, wawancara, observasi dan angket, Ke empat teknik pengumpul data tadi saling melengkapi dan memberikan kontribusinya masing-masing. Studi dokumentasi digunakan untuk melengkapi data hasil wawancara dan observasi. Wawancara digunakan untuk mengungkapkan kondisi pembelajaran sejarah pada saat ini, kebutuhan model yang diharapkan dan ruang lingkup isi draft. Observasi digunakan untuk melihat kondisi pembelajaran saat ini dan pelaksanaan uji coba draft model. Angket diberikan kepada guru untuk mengetahui pandangan mereka terhadap pembelajaran sejarah yang telah dilaksanakan sebelum diujicobakan model, sedangkan angket untuk siswa diberikan untuk mengetahui pandangan mereka tentang pembelajaran yang diterimanya. Pada tahap pengembangan model uji coba terbatas, ada beberapa siklus yang berkaitan dengan teknik pengumpulan data yang dikembangkan hingga menghasilkan model yang dianggap sesuai. Pada tahap ujicoba ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, angket, dan tes uraian terbuka ditujukan kepada siswa (instrumen terlampir). Angket diberikan kepada guru untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam penerapan model, sedangkan angket untuk siswa bertujuan untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh sebelum dan setelah mengikuti proses pelaksanaan model. Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan pembelajaran yang dikembangkan. Observasi dilakukan terhadap proses penerapan model untuk mengetahui secara langsung kendala 110

yang dihadapi subjek. Tes, diberikan kepada siswa untuk mengetahui keberhasilan model pembelajaran yang diimplementasikan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir pada hasil. D. Pengembangan Instrumen Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dikaitkan dengan tahaptahap penelitian yaitu tahap penelitian awal, berupa studi pendahuluan, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi, termasuk kajian literatur, wawancara, observasi dan angket, yang dikembangkan baik untuk guru maupun untuk siswa. Pada tahap pengembangan model dikembangkan instrumen angket, obsevasi kelas dan instrumen hasil belajar berupa tes. 1. Studi dokumenter Studi dokumenter dilakukan terhadap administrasi kelengkapan mengajar guru, yaitu pengajaran yang disusun oleh guru mata pelajaran sejarah, sumber yang digunakan dan data-data lainnya yang mendukung. Studi dokumenter juga mengungkap ketersediaan dokumen yang ada, sesuai dengan tahapan proses pembelajaran (mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran). 2. Instrumen Angket/ questionnaire Angket digunakan dalam kegiatan penelitian pra survei dan pada saat pengembangan model. Responden dalam penelitian ini adalah guru sejarah dan siswa SMA kelas X semester genap tahun ajaran 2010/2011. Penggunaan angket dimaksudkan untuk mendapatkan data mengenai implementasi pembelajaran 111

sejarah di SMA, aktivitas belajar siswa, kemampuan dan kinerja guru, pemanfaatan sarana, fasilitas dan lingkungan. Angket disusun dengan cara gabungan, yaitu terdiri dari butir pertanyaan berstruktur dan butir pertanyaan terbuka (Sudjana, 1989:103). Hal ini didasarkan pada alasan untuk memudahkan responden dalam memberikan jawaban dan dapat menggali informasi yang lebih luas, Penggunaan angket pada tahap pra survei ditujukan untuk guru dan untuk siswa. Instrumen angket untuk guru, secara garis besar dikembangkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, yang mencakup pengalaman mengajar, pengembangan rencana pengajaran, penerapan pengajaran sejarah, dan evaluasi pengajaran sejarah. Angket ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan kondisi pembelajaran yang telah dilakukan guru. Instrumen angket untuk guru dikembangkan melalui 56 butir pertanyaan untuk menjaring data berkenaan dengan aspek-aspek identitas, aktualisasi diri, pandangan guru terhadap sejarah, pelaksanaan pembelajaran sejarah di SMA, pengembangan keterampilan berpikir siswa, sarana /prasarana yang mendukung pembelajaran sejarah, evaluasi pembelajaran sejarah dan iklim sosial dan psikologis di sekolah. Angket untuk siswa diberikan kepada siswa SMA kelas X yang dikembangkan melalui 20 butir pertanyaan untuk mengetahui pendapat siswa tentang pembelajaran sejarah di sekolah selama ini. 3. Instrumen Kegiatan observasi Kelas Dalam penelitian ini, observasi kelas dilakukan pada saat penelitian pra survei dan tahap pengembangan model inkuiri. Observasi dilakukan 112

terhadap proses penerapan model untuk mengetahui secara langsung kendala/ hambatan yang dihadapi di kelas pada saat implementasi pengembangan model tersebut. Kegiatan observasi dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan melalui penelitian pendahuluan/ penelitian pra survei, yakni dengan cara mengamati langsung kegiatan pembelajaran sejarah yang sedang berlangsung. Setiap kondisi diamati mulai dari perencanaan pembelajaran/membuka pelajaran, tahap kegiatan inti sampai dengan penutup. Tahap kedua, kegiatan observasi dilakukan pada tahap pengembangan model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah. Data yang dikumpulkan meliputi; aktivitas siswa, aktivitas guru, serta kondisi dan suasana yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan observasi ini dilaksanakan pada uji coba terbatas dan uji coba secara luas. 4. Instrumen Hasil Belajar Instrumen hasil belajar dikembangkan dalam bentuk tes, dan tes yang digunakan adalah tes subjektif, yaitu tes yang mengukur kemajuan belajar yang memerlukan jawaban terbuka dan uraian. Bentuk tes ini peneliti anggap cocok untuk model yang akan dikembangkan karena jawabannya memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya pun menjurus kepada kognitif tingkat tinggi (Arikunto, 2007:162). Hasil belajar berkenaan dengan kemampuan menyeleksi, mengorganisasi, mengintegrasi, menghubungkan, dan mengevaluasi gagasan yang membutuhkan jawaban yang lebih terbuka, dan hal ini dapat dicapai melalui tes subjektif. 113

Dalam penelitian ini instrumen hasil belajar tidak dilakukan uji validitas dan uji realibilitas. Hal tersebut merujuk kepada pendapat Kamarga (2000:115) bahwa pertimbangan tidak dilakukannya uji validasi dan uji reliabilitas pada hasil penilaian apabila penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil tes tulis semata tetapi juga mempertimbangkan aspek penampilan (performance) siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian instrumen hasil belajar hanya sampai kepada pertimbangan ahli dalam hal ini guru bidang studi dan pembimbing. Indikator keterampilan berpikir yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu a) keterampilan merumuskan masalah, b) keterampilan membuat hipotesis, c) keterampilan mengumpulkan data, d) keterampilan menguji hipotesis, dan e) keterampilan membuat kesimpulan. E. Analisis Data Analisis data dilakukan berdasarkan data yang didapatkan dari hasil instrumen pada saat pra survei, pengembangan model inkuiri pada uji coba terbatas dan uji coba luas. Pada penelitian pengembangan model pembelajaran inkuiri, dilakukan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif, sebagai upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesakannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2006: 248). 114

Analisis data kualitatif ini dilakukan pada studi awal, dan pengembangan model pada uji coba terbatas dan uji coba luas. Untuk memberikan data yang terkumpul, maka analisis data dalam kegiatan ini dianalisis dengan pendekatan kualitatif untuk kegiatan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Analisis kuantitatif digunakan untuk studi awal dengan menganalisis data yang diperoleh melalui angket, dicari frekuensinya untuk setiap alternatif jawaban untuk kemudian dihitung presentasinya yang dianalisa melalui uji-t untuk kemudian diolah menggunakan software komputer. Pada pengembangan uji coba model, analisis data kuantitatif dilakukan terhadap hasil belajar berupa post test dengan bantuan program SPSS versi 16.0. Uji t dilakukan untuk mengetahui perbedaan efektivitas model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA antara sebelum dan setelah dilakukan pengembangan model, yaitu dengan cara membandingkan hasil pretest dengan tes uji coba pertama, hasil tes uji coba pertama dengan hasil tes uji coba kedua, tes uji hasil coba kedua dengan hasil tes uji coba ketiga, dan hasil tes uji coba ketiga dengan hasil tes uji coba keempat. F. Langkah-Langkah Penelitian Penelitian ini menggunakan langkah-langkah pengembangan model yang merujuk kepada langkah penelitian yang dikemukakan oleh Borg dan Gall, yang telah disederhanakan oleh Sukmadinata (2008 :184) menjadi tiga langkah, 115

meliputi 1.) studi pendahuluan, 2.) pengembangan dan 3.) pengujian. Atas dasar pertimbangan kondisi dan situasi di lapangan, maka penelitian ini dilaksanakan hanya pada langkah kedua, yaitu pengembangan model, berupa uji coba terbatas dan uji coba luas. Meskipun terjadi penyederhanaan dalam pelaksanaan, prosedur penelitian yang dilakukan tetap mengacu pada model yang disarankan oleh Borg and Gall (1983). Secara umum, langkah-langkah penelitian, dapat dilihat pada bagan 3.2 di awal (hal.87). Untuk lebih lanjut, dapat dapat dilihat dalam pemaparan berikut. 1. Studi Pendahuluan Pada studi pendahuluan ini, prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Mengkaji teori-teori yang relevan dengan model yang akan dikembangkan b. Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu c. Melakukan kegiatan pra survei 2. Pengembangan Model Pengembangan model didasarkan pada temuan/ hasil pra survey. Berdasarkan hasil pra survey, terlihat kelemahan atau hal-hal yang harus dimodifikasi dari model inkuiri yang akan dikembangkan, sehingga hasil pengembangan model adalah yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk lebih lanjut, desain model, perkembangan model hingga bentuk final/ akhir model dipaparkan pada bab IV. 116

G. Hasil Penelitian Pra Survei Pada pembahasan ini, guru memiliki peran utama, dan dianggap sebagai faktor kunci dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti akan memberi pengaruh yang besar kepada kinerja guru. Berkenaan dengan latar belakang guru yang mengajar pada mata pelajaran sejarah pada beberapa sekolah di Kecamatan Rangkasbitung, maka dapat dilihat pada tabel di bawah: Tabel 3.2 Latar belakang pendidikan Responden Guru Guru A B C D E Pendidikan terakhir S-1 S-1 S-1 S-1 S-1 Pengalaman mengajar 3 tahun 17 tahun 11 tahun 21 tahun 19 tahun Pengalaman mengajar sejarah kelas X 2 tahun 7 tahun 5 tahun 10 tahun 3 tahun Tabel 3.2, menunjukkan bahwa secara umum latar belakang pendidikan guru adalah berpendidikan tinggi, yaitu sarjana dan rata-rata memiliki pengalaman mengajar di atas 10 tahun. 1. Deskripsi data a. Desain dan Implementasi Proses Pembelajaran yang Sedang Berlangsung 1.) Persiapan guru dalam mengajar Pada aspek ini, guru memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang ada dalam angket, seperti yang ditunjukkan pada tabel sebagai berikut: 117

Tabel 3.3 Persiapan guru dalam mengajar a. Membaca panduan penyusunan kurikulum dari BSNP b. Membaca buku sumber yang berhubungan dengan mata pelajaran c. Membaca buku pegangan siswa d. Melihat RPP yang sudah ada Jumlah guru J U M L A H 5 Data pada tabel 3.3 tersebut memberikan informasi bahwa guru-guru telah mengembangkan RPP berdasarkan panduan penyusunan kurikulum dari BSNP, sedangkan dua orang guru (40%) lainnya mengembangkannya dari buku pegangan guru, dan satu guru membuat RPP berdasarkan buku pegangan siswa. Tujuan pengembangan RPP dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 2.) Tujuan Pengembangan Rencana Pembelajaran Tabel 3.4 Tujuan Pengembangan Rencana Pembelajaran a. Memberikan arahan agar pembelajaran sejarah mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan b. Agar pembelajaran sejarah lebih efektif dan efisien c. Untuk melihat ketercapaian materi yang ada dalam RPP d. Sebagai formalitas dan tuntutan kepala sekolah saja. Jumlah guru 3 1 1 - Jumlah 5 Berdasarkan data pada tabel 3.4 di atas, maka 3 orang guru (60%) memahami kegunaan pengembangan rencana pembelajaran, yaitu sebagai arahan agar pembelajaran sejarah mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan. Guru lainnya memberikan jawaban agar pembelajaran sejarah lebih efektif dan untuk melihat ketercapaian materi yang ada dalam RPP. Adapun pendapat guru mengenai pengembangan aspek-aspek dalam RPP tampak pada tabel berikut. 2 2 1-118

3.) Pendapat guru tentang pengembangan Aspek-aspek dalam Rencana Pembelajaran Tabel 3.5 Pendapat guru tentang pengembangan Aspek-aspek dalam Rencana Pembelajaran Jumlah guru 1. Pengembangan RPP a. Menjabarkan dari tujuan pengajaran yang tercantum dalam GBPP b. Mengembangkan berdasarkan topik-topik dalam GBPP c. Mengembangkan materi dari buku pedoman guru/ siswa d. Meng-copy dari RPP yang telah ada (guru lain/ internet) dan mendiskusikannya dengan guru mata pelajaran serumpun 2. Pengembangan Materi Pembelajaran a. Berdasarkan PB/Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan b. Diperluas dari sumber lain yang mendukung materi pembelajaran c. Disesuaikan dengan buku pegangan siswa 3. Pengembangan Metode Pembelajaran a. Disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, Pokok Bahasan dan materi yang akan diajarkan b. Mencari metode baru yang relevan c. Menggunakan metode yang tradisional dan biasa digunakan d. Sesuai dengan perasaan 4. Pengembangan Media Pembelajaran a. Menggunakan multimedia yang relevan disesuaikan dengan tujuan dan materi b. Menggunakan media yang ada dan menyesuaikannya dengan tujuan dan materi c. Bagaimana nanti di kelas saja d. Jarang menggunakan media 5. Waktu pelaksanaan Evaluasi Hasil Belajar a. Setiap akhir pembelajaran b. Saat proses dan akhir pembelajaran c. Pada tengah dan akhir semester saja d. Pada akhir semester 6. Tujuan Evaluasi Hasil Belajar a. Untuk memberikan skor b. Mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan c. Mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan, dikaitkan dengan kehidupan mereka d. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan 2 2 1 1 3 1 2 1 2 2 3 4 1 2 3 119

Dari paparan data tabel 3.5 di atas, dipahami secara umum guru mata pelajaran sejarah di SMA belum memahami cara mengembangkan rencana pembelajaran yang benar. Dalam mengembangkan RPP, pada umumnya, guru tampak hanya mengembangkan atau membuat RPP berdasarkan RPP yang sudah ada. Keadaan ini juga ditunjukkan dari kecenderungan guru dalam menggunakan sumber utama dari buku pegangan siswa saat mengembangkan materi dan strategi pembelajaran. Kelemahan lainnya terlihat dalam melakukan evaluasi hasil belajar. Guru cenderung melakukan evaluasi pada setiap selesai menyampaikan materi setiap satu pokok bahasan, sehingga yang menjadi tujuan evaluasi adalah bagaimana siswa sebanyak mungkin menguasai materi pelajaran. Data ini menggambarkan suatu kesimpulan, yaitu bahwa guru kurang merasakan kegunaan dari pengembangan rencana pembelajaran. Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah ketika pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sejarah di kelas. Hasil tersebut dapat dilihat dari tabel sebagai berikut: 4.) Pendapat guru mengenai pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Tabel 3.6 Pendapat guru mengenai pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Jumlah Guru 1. Sumber Belajar a. Buku, papan tulis, lingkungan sekitar dan penjelasan dari guru b. Media gambar, lukisan, peta c. Media cetak (surat kabar, majalah, buku paket, artikel) d. Media elektronik (TV, OHP, infokus, CD interaktif, multimedia) 2. Hambatan terbatasnya sumber Belajar a. Terbatasnya siswa yang memiliki buku paket sejarah b. Tidak tersedianya buku sumber sejarah yang mendukung dalam pembelajaran sejarah c. Tidak ada siswa yang memiliki buku sumber sejarah d. Banyak buku sumber sejarah yang sudah tidak layak pakai 3 1 1 2 2 1 120

3. Metode pembelajaran yang digunakan a. Ceramah b. Tanya jawab c. Berdiskusi d. Pengalaman langsung 4. Bentuk evaluasi pembelajaran sejarah yang digunakan a. Tes tertulis berbentuk pilihan ganda, isian, uraian dan menjodohkan b. Tes lisan, dan tanya jawab c. Non tes (observasi) d. Perpaduan tes dan non tes 2 2 1 3 2 Berdasarkan tabel 3.6 di atas, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan menunjukkan adanya keterbatasan dalam sumber belajar, yang pada umumnya hanya berasal dari penjelasan guru, dari papan tulis, dan hanya sekali waktu saja menggunakan sumber lain. Hambatan/ kendala yang dialami oleh guru adalah terbatasnya siswa yang memiliki buku paket sejarah, sehingga terkadang mempersulit guru ketika mengadakan pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan pembelajaran cenderung hanya menggunakan metode ceramah sebagai metode yang sering digunakan dan siswa menjadi pasif. Implikasinya yakni kurang berkembangnya keterampilan berpikir siswa, karena guru lebih berorientasi kepada pembelajaran yang bersifat tradisional. Jika dibandingkan dengan hasil observasi di kelas, memang ditemukan hambatan seperti yang telah diuraikan oleh guru dalam angket yang telah diberikan sebelumnya kepada guru mata pelajaran sejarah. Keadaan kelas kurang mendukung terjadinya pembelajaran sejarah yang optimal, karena kurangnya buku sumber. Hanya beberapa siswa yang memiliki buku paket. Buku paket dari perpustakaan pun sudah kurang sesuai dengan kurikulum yang sedang berlangsung. Ada beberapa siswa yang memang memperhatikan penjelasan guru dengan baik, namun tidak jarang juga yang tampak mengantuk, kurang 121

memperhatikan dan terkesan acuh. Guru hanya sesekali melakukan tanya jawab dengan siswa, di sisi lain, siswa pun menunjukkan adanya kurangnya respon dalam menanggapi pertanyaan dari guru, sehingga komunikasi yang sering terjadi pada pembelajaran adalah komunikasi satu arah. Pada umumnya, semua guru melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran, dengan cara meminta siswa untuk mengerjakan LKS atau menyuruh siswa membaca materi untuk pertemuan berikutnya. Pada pertemuan berikutnya, terkadang guru lupa untuk mengaitkannya dengan materi sebelumnya dan tidak mengadakan tanya jawab, diskusi atau menyediakan suatu permasalahan yang harus diselesaikan siswa sehingga dapat merangsang keterampilan berpikir siswa. Guru cenderung menggunakan cara mengajar seperti pada pertemuan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena hal tersebut sudah menjadi suatu kebiasaan dan membentuk sebuah pola. Pada akhirnya, siswa menjadi pihak yang terkena dampaknya, di satu sisi, pada dasarnya usia pada jenjang pendidikan menengah adalah tahapan di mana siswa sedang mengalami perkembangan, memiliki rasa ingin tahu yang besar dan sudah dapat diajak diskusi dan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan kajian di atas, maka di satu sisi guru cukup menguasai materi pembelajaran sejarah, namun belum dapat mengelola kelas dengan optimal. Oleh karena itu, seringkali keadaan ini menimbulkan pandangan pada diri siswa bahwa pembelajaran sejarah hanyalah pembelajaran yang kurang bermakna, karena kurang memberikan manfaat bagi kehidupan sehari-hari. 122

5.) Pandangan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Tabel 3.7 Pandangan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah INDIKATOR 0 1 2 3 4 Menjelaskan tujuan terlebih dahulu kepada siswa pada kegiatan awal PBM 2 3 Memberikan gambaran umum mengenai materi yang akan dibahas 3 2 Memberikan apersepsi/ mengaitkan materi yang akan dibahas dengan pengetahuan awal 1 3 1 siswa Menjelaskan terlebih dahulu konsep atau istilah yang akan diajarkan 2 3 Memberikan contoh tentang konsep atau istilah yang sedang diajarkan 2 3 Menjelaskan materi sesuai dengan TPK 2 2 1 Menggunakan metode pengajaran sesuai dengan RPP 2 2 1 Menggunakan langkah-langkah pengajaran sesuai dengan RPP dan disesuaikan dengan alokasi waktu 1 2 2 Menggunakan sumber belajar sesuai dengan RPP 1 3 Menggunakan media belajar sesuai dengan RPP 1 3 1 Menanyakan kepada siswa mengenai gagasan utama mengenai materi yang diajarkan 3 2 Memberikan kesempatan kepada murid untuk mengadakan tanya jawab, atau berpendapat 2 3 Mengemukakan permasalahan untuk dijadikan pokok bahasan agar dicari pemecahan masalahnya Menanyakan persamaan atau perbedaan aspek yang terdapat dalam materi yang sedang dibahas 1 2 2 1 Memberikan penguatan terhadap materi yang telah dibahas 2 2 1 Memberikan reward and punishment 3 2 Menggunakan penilaian/ evaluasi hasil belajar yang sesuai dengan RPP 2 3 Keterangan: 0 = jarang sekali dilakukan (antara 0-20 %) 1 = jarang dilakukan (antara 20.01-40%) 2 = kadang-kadang dilakukan (antara 40.01-60%) 3 = sering dilakukan (antara 60.01 80 %) 4 = sering sekali dilakukan (antara 80.01-100%) Berdasarkan tabel 3.7 tersebut, pada aspek-aspek kegiatan yang lebih spesifik, mengarah kepada bentuk model pembelajaran inkuiri, guru memberikan jawaban kadang-kadang dilakukan, yakni dilihat dari indikator a) memberikan apersepsi/ mengaitkan materi yang akan dibahas dengan pengetahuan awal siswa (3 orang cenderung kadang-kadang dilakukan,), b) memberikan kesempatan 3 2 123

kepada murid untuk mengadakan tanya jawab, atau berpendapat (3 orang menyatakan kadang-kadang melakukan), c) mengemukakan permasalahan kepada siswa untuk dijadikan pokok bahasan dan dicari pemecahan masalahnya (2 orang menyatakan kadang-kadang, 2 orang menjawab jarang melakukan). Apabila jawaban guru pada angket, dibandingkan dengan hasil observasi di kelas, tampak ada sedikit perbedaan. Melalui observasi aktivitas kelas, terlihat bahwa hampir semua guru tidak menjelaskan tujuan pengajaran, hanya menuliskan topik/ materi yang akan dibahas saja. Berdasarkan hasil pra survei, hanya 2 orang guru yang menjelaskan tujuan pengajaran. Secara umum, materi yang diajarkan berasal dari buku pegangan siswa, bukan berasal dari tujuan yang sudah dicantumkan dalam TPK dalam RPP. Hal ini diketahui dari cara guru mengajar, terfokus kepada buku paket, tanpa mengadakan perluasan atau pendalaman materi. Cara pengajaran seperti itu, menunjukkan bahwa guru kurang siap dengan materi pengajaran, karena tampak guru membawa buku pegangan siswa dan sering membuka buku untuk melihat materi yang ada pada buku paket. Pada awal pembelajaran, dan ketika proses pembelajaran berlangsung, guru menjelaskan konsep mengenai topik yang sedang dibahas, dan memberikan beberapa contoh yang sesuai dengan materi, namun hanya satu atau dua orang guru yang sudah tampak mampu mengemukakan masalah untuk dijadikan pokok bahasan untuk dicari pemecahan masalahnya oleh siswa. Usaha guru untuk memberikan stimulus kepada siswa sudah mulai tampak. Kendalanya adalah, banyak siswa yang masih enggan dan belum terbiasa untuk memberikan jawaban, dan kemampuan untuk mengemukakan pendapat masih perlu ditingkatkan lagi. 124

Evaluasi dilakukan pada proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk berperan aktif dalam aktivitas pembelajaran, namun pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan, kurang menunjukkan adanya bentuk pertanyaan yang mengarah pada pertanyaan model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir. 6.) Pelajaran yang tidak Disenangi Siswa Dari hasil temuan di atas, kita lihat hasil angket tentang pandangan siswa mengenai pembelajaran sejarah, yang dapat dilihat pada tabel berikut: a. Agama b. PPKn c. Bahasa Indonesia d. IPA e. Matematika f. IPS Tabel 3.8 Pelajaran yang tidak Disenangi Siswa Jumlah siswa 4 12 18 7 37 32 Jumlah 110 Dari tabel 3.10 di atas, mata pelajaran IPS, termasuk sejarah, menempati urutan ke dua (29,09%) yang merupakan pelajaran yang tidak disenangi siswa. 7.) Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Sejarah Adapun persepsi siswa mengenai pelajaran sejarah di SMA dapat digambarkan dalam bentuk tabel di bawah ini. Tabel 3.9 Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Sejarah a. Banyak bercerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu b. Banyak tempat-tempat bersejarah yang dapat dikunjungi c. Memperkenalkan perjalanan sejarah yang ada di dunia d. Sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang. Jumlah siswa 67 9 26 8 Jumlah 110 125

Pada tabel 3.9 tersebut, pada umumnya, siswa menganggap bahwa sejarah hanya merupakan pelajaran yang bercerita mengenai tokoh dan peristiwa pada masa lalu. Ini diketahui dari 110 responden yang menjawab demikian. Hanya 8 orang yang berpendapat bahwa mata pelajaran sejarah sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang, sedangkan 67 orang (60,91%) mengemukakan anyak bercerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu. 8.) Alasan tidak Menyenangi Pelajaran Sejarah Alasan tidak menyenangi pelajaran di atas, diantaranya tampak dalam tabel 3.10 seperti di bawah ini. Tabel 3.10 Alasan tidak Menyenangi Pelajaran Sejarah a. Banyak menghafal angka, tahun, nama orang dan tempat b. Banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti c. Ceritanya membingungkan d. Tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari Jumlah siswa 49 29 8 24 Jumlah 110 Merujuk pada tabel 3.10 di atas, alasan tidak menyenangi pelajaran sejarah adalah banyak menghafal angka, tahun, nama orang, tempat merupakan alasan yang menempati urutan pertama. Ini menunjukkan jumlah yang cukup banyak, terbukti dari 110 orang responden, 49 orang siswa (44,55%) yang menjawab demikian. Selain itu, alasan lain adalah karena banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti dan tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari. 126