15 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Indonesia. Oleh karena itu, desain penelitian ini secara keseluruhan mengacu pada desain penelitian tersebut yang menggunakan desain cross sectional study. Wilayah penelitian ini terdiri dari 441 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi. Pengumpulan data di beberapa daerah oleh tim pengumpul data Riskesdas dimulai sejak bulan Mei- Agustus 2010. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data oleh peneliti dilakukan pada bulan Juni - September 2011 di Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat. Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan sampel Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Sampel Riskesdas 2010 di tingkat kabupaten/kota berasal dari 441 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi. Jumlah tersebut merupakan sebagian dari jumlah keseluruhan kabupaten/kota di Indonesia (497 kabupaten/kota). Sebanyak 56 kabupaten tidak termasuk kedalam sampel Riskesdas karena daerah tersebut tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan dan terdapat 1 kabupaten di Provinsi Papua (Kabupaten Nduga) yang tidak dapat dikunjungi dalam periode waktu pengumpulan data Riskesdas. Sampel rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun 2010. Proses pemilihan rumah tangga dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan two stage sampling (sampling 2 tahap). Tahap pertama yaitu Riskesdas mengambil sejumlah blok sensus dari setiap kabupaten/kota yang termasuk ke dalam kerangka sampel kabupaten/kota. Pemilihan blok sensus tersebut dilakukan sepenuhnya oleh BPS dengan memperhatikan status ekonomi, dan rasio perkotaan/perdesaan. Blok sensus tersebut proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Blok sensus yang dipilih untuk kesehatan masyarakat adalah sebesar 2800 blok sensus dengan 70000 rumah tangga. Tahap kedua yaitu pemilihan rumah tangga dari blok sensus yang terpilih. Riskesdas 2010 berhasil mengunjungi 2.798 blok sensus dari 441 kabupaten/kota. Jumlah rumah tangga dari blok sensus tersebut sebanyak 69300 rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak 251388
16 anggota. Dari 69300 rumah tangga tersebut didapatkan 28347 lansia yang berusia 56 tahun. Setelah ditetapkan kriteria eksluksi (berada dalam kondisi konsumsi tidak biasa yaitu diet, puasa, dan acara hajatan) dan dilakukan proses cleaning, maka jumlah sampel lansia yang digunakan untuk penelitian yaitu 26218 (Gambar 3). Jumlah anggota rumah tangga 251388 orang 28347 lansia ( 56 tahun) Cleaning data - Asupan energi <0.3 dan >3 kali lipat dari total kebutuhan energi basal: 474 sampel - Asupan air dari minuman nol (0): 773 sampel - Asupan air dari makanan nol (0) : 5 sampel - Nilai tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi > 400% : 553 sampel Cleaning data - Tidak ada data berat badan: 267 sampel - Tidak ada data tinggi badan: 23 sampel Kriteria eksklusi - Kondisi konsumsi yaitu sedang diet, puasa, dan acara hajatan: 34 sampel 26218 lansia Gambar 3 Alur memperoleh jumlah sampel penelitian
17 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder. Data sekunder yang didapat dari Riskesdas 2010 diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner oleh tim Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Kuesioner Riskesdas 2010 dapat dilihat pada Lampiran 2. Data yang didapat oleh peneliti yaitu berupa electronic file (entry data dan data olahan). Tabel 3 menunjukkan jenis data sekunder yang diperoleh peneliti dan cara pengumpulan data yang dilakukan oleh tim Riskesdas 2010. Cara pengumpulan data oleh tim Riskesdas yang lebih detail dan lengkap, dapat dilihat pada lampiran 1. Peubah Karakteristik lansia 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Daerah Antropometri 1. Berat badan 2. Tinggi badan Konsumsi pangan 1. Jumlah pangan 2. Jenis pangan 1. Asupan zat gizi makro dan mineral (E, P, L, Kh, Ca, P, Fe 2. Asupan vitamin (Vit A, Tiamin, Riboflavin, Niasin,Vit B6, Folat, Vit B12, dan Vit C) 3. Status ekonomi Tabel 3 Jenis dan cara pengumpulan data Sumber di kuisioner Kuesioner Riskesdas(RKD10.IND) Blok IV No 7 Blok IV No 4 Blok IV No 8 Blok IV No 9 Blok I No 5 Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND) Blok X No 1a,1b Blok X No 2a, 2b Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND) Blok IX Blok IX Hasil olahan data Riskesdas 2010 Hasil olahan data Riskesdas 2010 Hasil olahan data Riskesdas 2010 Pengolahan dan Analisis Data Cara pengumpulan data Wawancara Diukur dengan timbangan berat badan digital(kapasitas 150kg dan ketelitian 50 g) Diukur dengan alat ukur tinggi badan multi fungsi (kapasitas ukur 2m dan ketelitian 0.1) Food recall 1x24 jam Dihitung dengan menggunakan Nutri survey software BPS Data yang diperoleh, diolah dan dianalisis dengan menggunakan program computer Microsoft Excell dan SPSS. Proses pengolahan meliputi cleaning dan analisis (deskriptif dan statistik). Proses cleaning dilakukan untuk memastikan data yang digunakan logis. Data yang digunakan salah satunya adalah data konsumsi, maka total asupan energi menjadi pertimbangan untuk cleaning data
18 konsumsi. Total asupan energi yang di cleaning adalah total asupan energi yang <0.3 dan >3 kali lipat dari total kebutuhan energi basal. Cleaning juga dilakukan terhadap data yang nilai tingkat kecukupan zat gizinya lebih dari empat kali lipat dari 100% tingkat kecukupan (>400%). Cleaning juga dilakukan terhadap sampel yang tidak memiliki data berat badan dan tinggi badan serta dalam kondisi konsumsi tidak biasa (sedang diet, puasa, dan dalam acara hajatan). Karakteristik Sampel. Data mengenai usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status gizi, daerah, dan status ekonomi seluruhnya merupakan data sekunder yang diperoleh dari kuesioner Riskesdas 2010. Data status gizi pada penelitian ini dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu status gizi kurus bila IMT <18.5 (kg/m 2 ), normal bila IMT 18.5-24.9 (kg/m 2 ), dan gemuk bila IMT 25 (kg/m 2 ) (WHO 2007). Data status ekonomi (quintil) merupakan status ekonomi individu yang didasarkan pada pengeluaran rumah tangga per kapita. Kebutuhan Air. Kebutuhan air pada lansia pernah di teliti oleh Manz dan Wentz (2005) yaitu 1,31 ml/kal kebutuhan energi untuk laki-laki dan 1.22 ml/kal kebutuhan energi untuk perempuan, tapi kebutuhan air ini ditujukan pada rentang usia yang luas yaitu 19-70 tahun. Rentang usia ini sebagian besar termasuk pada kelompok usia dewasa. Secara umum, fungsi ginjal pada lansia telah mengalami penurunan sehingga kebutuhan air lansia lebih rendah dari kebutuhan air dewasa namun lebih tinggi dari kebutuhan air pada anak, yaitu 1.08 ml/kal kebutuhan energi (anak laki-laki) dan 1.15 ml/kal kebutuhan energi (anak perempuan). Oleh karena itu pada penelitian ini diasumsikan bahwa kebutuhan air lansia berada diantara kebutuhan air anak dan dewasa, yaitu 1.2 ml/kal kebutuhan energi untuk lansia laki-laki dan perempuan. Kebutuhan air pada lansia (1.2 ml/kal kebutuhan energi) merupakan kebutuhan air dari minuman, air dari makanan, dan air metabolik (Manz dan Wentz 2005). Asupan Air dari Minuman. Asupan air dari minuman didapat dari kuesioner Riskesdas 2010. Data konsumsi air putih (gram), langsung dihitung sebagai asupan air putih. Data konsumsi air minuman selain air putih dihitung berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM 2008) dan National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011). Jenis minuman yang kandungan airnya diperoleh dari National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011) dapat dilihat pada Lampiran 3. Asupan Air dari Makanan. Asupan air yang berasal dari makanan dikonversikan ke dalam kandungan air dengan menggunakan Daftar Komposisi
19 Bahan Makanan (DKBM 2008), Energy and Nutrient Composition of food (Health Promotion Board Singapore Government 2011), dan National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011). Jenis pangan yang kandungan airnya dihitung berdasarkan Energy and Nutrient Composition of food (Health Promotion Board Singapore Government 2011) dan National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011) adalah jenis pangan yang tidak terdapat di DKBM (Lampiran 3). Konversi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Kgij = {(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)} Keterangan : Kgij = kandungan zat-zat gizi-i dalam bahan makanan-j Bj = berat makanan-j yang dikonsumsi (g) Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 g BDD bahan makanan-j BDDj = bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan Asupan Air Metabolik. Data asupan air juga diperoleh dari hasil metabolisme zat gizi (karbohidrat, protein, lemak) yang dikonsumsi (air metabolik). Berdasarkan tabel jumlah air yang dihasilkan dari proses metabolisme (Tabel 2) menurut Verdu & Navarrete (2009), maka di dapatkan rumus perhitungan air metabolik sebagai berikut: Air metabolik = (Karbohidrat yang dikonsumsi (g) x 0.55 ml) + (Protein yang dikonsumsi (g) x 0.40 ml) + (Lemak yang dikonsumsi (g) x 1.07 (ml)) Estimasi Asupan Air. Menurut Santoso et al. (2011), secara umum dari berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa kontribusi air dari minum yaitu 65%. Kajian asupan air pada populasi dewasa di Amerika Serikat menunjukkan total asupan air dari minuman yaitu 72%. Penelitian Fauji (2011) terhadap 1200 sampel, persentase konsumsi cairan yang berasal dari minuman dewasa laki-laki yaitu 71.9% dan dewasa perempuan 73.8%. Berdasarkan penelitian-penelitian yang ada, maka diambil persentase air dari minuman 70% dan air dari makanan+air metabolik 30%. Persentase ini digunakan untuk menghitung estimasi asupan air pada lansia usia 56-59 tahun. Lansia yang usianya 60 tahun, asupan air tidak boleh lebih dari 1500 ml/hari, karena asupan air yang berlebih dapat menyebabkan hiponatremia (Siregar et al. 2009). Oleh karena itu untuk estimasi asupan air pada lansia yang usianya 60 tahun di tetapkan 1500 ml/hari. Berikut ini merupakan perhitungan asupan air dari minuman dengan
20 estimasi persentase air dari minuman 70% dan air dari makanan ditambah air metabolik 30%, jika data air dari makanan dan air metabolik berasal dari data Riskesdas 2010 (Gambar 4). Apabila: - Jumlah air dari makanan dan air metabolik (A) datanya diketahui - Jumlah estimasi air dari minuman (B) datanya belum diketahui - Total estimasi asupan air (C) datanya belum diketahui 30% + 70% = 100% A + B = C x 100% = 30% C = x A A + B = x A B = A A B = A Jadi: Estimasi asupan air dari minuman (ml) = x (asupan air dari makanan (ml) + asupan air metabolik (ml)) Estimasi total asupan air (ml) = Estimasi air dari minuman + asupan air dari makanan + asupan air metabolik Gambar 4 Perhitungan estimasi total asupan air Kebutuhan Energi. Kebutuhan energi lansia usia 56-60 tahun dihitung berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan energi dari Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008) yang didasarkan pada oxford equation. Kebutuhan energi sampel pada penelitian ini diperoleh dengan menghitung kebutuhan energi sesuai berat badan dan tinggi badan aktual berdasarkan total pengeluaran energi (TEE) yang dikoreksi dengan PAL dan Thermic Effect of Food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran energi yang berhubungan dengan konsumsi pangan. Besarnya nilai TEF dihitung dari total pengeluaran energi yaitu sebesar 10% dari TEE (Mahan & Escoot-stump 2008). Tabel 4 menunjukkan perhitungan kebutuhan energi lansia usia 56-60 tahun. Kebutuhan energi lansia usia >60 tahun dihitung berdasarkan pada oxford equation. Rumus perhitungan oxford equation (Henry 2005) kemudian dikoreksi dengan faktor aktifitas (PAL/ physical activity level) pada rumus perhitungan energy dari Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan &
21 Escoot-stump (2008). Perhitungan kebutuhan energi lansia usia >60 tahun dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4 Perhitungan kebutuhan energi pada lansia usia 56-60 tahun menurut status gizi dan jenis kelamin (Mahan & Escoot-stump 2008) Rumus perhitungan kebutuhan energi Kebutuhan energi Laki-laki EER = TEE status gizi TEE = 662 (9.53xU) + PA x (15.91xBB+ normal 539.6xTB) Keterangan; PA = 1.0 (sangat ringan) TEE + 10% TEE PA = 1.11 (ringan) PA = 1.25 (aktif) PA = 1.48 (sangat aktif) Laki-laki EER = TEE status gizi TEE = 1086 (10.1xU) + PA x (13.7xBB+ gemuk 416xTB) Keterangan; PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.12 (ringan) TEE + 10% TEE PA = 1.29 (aktif) PA = 1.59 (sangat aktif) Perempuan EER = TEE status gizi TEE = 354 (6.91xU) + PA x normal (9.36xBB+726xTB) Keterangan; PA = 1.0 (sangat ringan) TEE + 10% TEE PA = 1.12 (ringan) PA = 1.27 (aktif) PA = 1.45 (sangat aktif) Perempuan EER = TEE status gizi TEE = 448 (7.95xU) + PA x gemuk (11.4xBB+619xTB) Keterangan; PA = 1.0 (sangat ringan) TEE + 10% TEE PA = 1.16 (ringan) PA = 1.27 (aktif) PA = 1.44 (sangat aktif) Keterangan: U = umur (tahun), BB = berat badan (Kg), TB = tinggi badan (m) EER = Estimated Energy Requirement (estimasi kebutuhan energi) (Kal) TEE = Total Energy Expenditure (total pengeluaran energi) (Kal) PA = koefisien aktivitas fisik Tabel 5 Oxford equation untuk estimasi kebutuhan energi lansia usia >60 tahun (Henry 2005) Jenis kelamin BMR Kebutuhan energy Laki-laki (11.4xBB) + (541xTB) 256 BMR x PA Perempuan (8.52xBB) + (421xTB) +10.7 BMR x PA Keterangan: BMR = Level metabolism basal PA = Koefisien aktivitas fisik
22 Faktor Aktivitas. Faktor aktivitas ditentukan dari pekerjaan masingmasing sampel. Sampel yang tidak bekerja termasuk dalam kategori faktor aktivitas yang sangat ringan, TNI/PNS termasuk dalam kategori faktor aktivitas yang ringan, wiraswata/layan jasa/dagang termasuk dalam kategori faktor aktivitas yang ringan, petani/nelayan dan buruh termasuk dalam kategori faktor aktivitas yang sangat aktif, dan sampel yang memiliki pekerjaan selain dari yang telah disebutkan, termasuk dalam kategori faktor aktivitas yang ringan. Setelah ditentukan kategori faktor aktivitasnya, kemudian dihitung berdasarkan faktor aktivitas (PA) dari rumus Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008). Faktor aktivitas ditentukan dari pekerjaan masing-masing sampel karena pada data Riskesdas 2010 tidak terdapat data tentang aktivitas sampel. Kebutuhan Protein. Kebutuhan protein lansia dihitung berdasarkan WNPG 2004 Kebutuhan protein = 0.8g/kg BB.hari x 1,2 Keterangan = 1,2 (faktor koreksi mutu) Kebutuhan Lemak. Kebutuhan lemak lansia dihitung berdasarkan WNPG 2004 Laki-laki = 20% x Kebutuhan energi Perempuan = 25% x Kebutuhan energi Kebutuhan Karbohidrat. Kebutuhan karbohidrat dihitung dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut: Kebutuhan Karbohidrat = Kebutuhan Zat Gizi Mikro. Perhitungan data kebutuhan zat gizi mikro didasarkan pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) (WNPG 2004) sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Zat gizi mikro yang dihitung adalah kalsium, fosfor, besi, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C. Tingkat Pemenuhan Zat Gizi. Berdasarkan data konsumsi zat gizi, dapat diperoleh data tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi dengan membandingkan antara zat gizi yang dikonsumsi dan kebutuhan zat gizi sampel berdasarkan perhitungan rumus kebutuhan untuk zat gizi makro (energi, protein, lemak, karbohidrat, dan air), serta Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004 untuk zat gizi mikro yang dinyatakan dalam bentuk persen. Berikut adalah perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi sampel :
23 Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi (%) = Klasifikasi tingkat pemenuhan kebutuhan energi dan protein menurut Departemen Kesehatan (1996) adalah : (1) defisit tingkat berat (<70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); dan (5) kelebihan ( 120 AKG). Klasifikasi tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral menurut Gibson (2005) yaitu (1) kurang (<77% AKG) dan (2) cukup ( 77% AKG). Mutu Gizi Asupan Pangan. Zat gizi yang dipertimbangkan dalam perhitungan mutu gizi asupan pangan ada 16, yaitu energi, protein, lemak, karbohidrat, air, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C. Mutu gizi asupan pangan dihitungan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut (Hardinsyah & Atmojo 2001): Mutu gizi asupan pangan = Keterangan : TKG i = Tingkat kecukupan zat gizi ke-i, yaitu (konsumsi zat gizi ke-i/kecukupan zat gizi ke-i) x 100 n = Jumlah zat gizi yang dipertimbangkan dalam penilaian MGP Dalam menghitung tingkat kecukupan gizi ke-i (TKG i ) setiap nilai TKG i bernilai maksimum 100 (truncated at 100) dengan alasan untuk meminimalkan kompensasi antara nilai TKG i yang rendah dan tinggi secara matematik, karena secara biologis antar zat gizi yang berbeda tidak dapat saling substitusi melainkan saling berinteraksi. Mutu gizi asupan pangan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu sangat kurang (<55), kurang (55-69), cukup (70-84), dan baik (>84) (Hardinsyah 1996). Analisis Data. Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan statistik. Analisis deskriptif dilakukan terhadap data karakteristik, asupan air, kebutuhan air, tingkat pemenuhan kebutuhan air, dan mutu gizi asupan pangan. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji beda-t (Independent Sampel t-test) dan uji korelasi Rank Spearman. Uji beda-t (Independent Sampel t-test) digunakan untuk menganalisis perbandingan antara peubah pada penelitian ini, yaitu asupan air, kebutuhan air, tingkat pemenuhan kebutuhan air, dan mutu gizi asupan pangan berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia. Uji beda-t juga dilakukan untuk menganalisis perbandingan antara asupan air dan mutu gizi asupan pangan berdasarkan daerah tempat tinggal. Tanda a, b, c pada
24 tabel menunjukkan hasil uji beda statistik. Tanda yang berbeda antar kolom menunjukkan hasil uji berbeda signifikan antar kelompok usia, tanda yang berbeda antar baris menunjukkan hasil uji beda signifikan antar jenis kelamin. Analisis statistik uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik dengan asupan air dan hubungan antara karakteristik dengan mutu gizi asupan pangan. Definisi Operasional Lansia adalah individu baik pria maupun wanita yang berusia 56 tahun. Asupan Air adalah Jumlah air yang masuk ke dalam tubuh individu yang diperoleh dari 3 sumber, yaitu air dari minuman, air dari makanan, dan air dari hasil metabolisme. Air dari Makanan adalah air yang terkandung di dalam makanan yang dikonsumsi sehingga memberikan kontribusi asupan air seseorang Air dari Minuman adalah air yang diperoleh dari minuman yang memberikan kontribusi asupan air seseorang. Air Metabolik adalah air yang berasal dari hasil metabolisme zat gizi (karbohidrat, protein, lemak) di dalam tubuh seseorang yang memberikan kontribusi asupan air. Estimasi Asupan Air dari Minuman adalah perkiraan asupan air dari minuman yang seharusnya dikonsumsi oleh sampel Pangan adalah segala macam jenis olahan atau mentah yang dapat dimakan dan memberikan kontribusi energi serta zat gizi bagi tubuh individu. Asupan Zat Gizi adalah Jumlah zat gizi yang dikonsumsi dan diperoleh dari konsumsi pangan. Mutu Gizi Asupan Pangan adalah nilai yang mencerminkan pemenuhan kebutuhan gizi secara keseluruhan (energi, protein, lemak, karbohidrat, air, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, tiamin, ribovlafin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C) yang dikonsumsi oleh lansia.