BAB V PENUTUP. Penduduk Sibolga mulai meningkat jumlahnya ketika Pemerintah Jepang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

BAB I PENDAHULUAN. dan adat istiadatnya inilah yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia, dan suku Karo

IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA

BAB I PENDAHULUAN. pasar bebas khususnya di bidang ekonomi, terlebih kepada negara yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor lainnya seperti migas, perkebunan dan lain-lain. Dalam

BAB I. Pendahuluan. pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pariwisata di Indonesia sekarang ini semakin pesat.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

sektoral ditingkatkan 6. Sadar wisata berdasarkan sapta pesona diberlakukan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi berwawasan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Asli Daerah yang cukup potensial. Pariwisata telah menjadi industri yang

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. andalan di samping minyak dan gas bumi. Program pengembangan pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Kecamatan Kampar TimurKabupaten Kampar. Adapun jarak desa Pulau

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, pariwisata telah dianggaap sebagai salah satu sektor ekonomi

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul. Kebudayaan daerah merupakan aset yang cukup penting bagi pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan semakin menjadi primadona sejak krisis ekonomi melanda Indonesia

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai bangsa yang besar mempunyai ciri dan adat kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pariwisata di Indonesia mendapat perhatian cukup besar dari

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

BAB I PENDAHULUAN. untuk datang berkunjung dan menikmati semuanya itu. ekonomi suatu negara. Ada beberapa hal yang menjadi potensi dan keunggulan

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

Denpasar, Juli 2012

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. batas antara Kota Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar pada tanggal 14 Mei

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kemajuan zaman belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua,

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dumai merupakan sebuah dusun kecil dipesisir timur propinsi Riau. Dumai merupakan

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB III KONDISI UMUM Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

abelpetrus.wordpress.com

Transkripsi:

144 BAB V PENUTUP Penduduk Sibolga mulai meningkat jumlahnya ketika Pemerintah Jepang datang menguasai daerah perdagangan, kerana letaknya yang begitu strategis diwilayah pantai barat Sumatra, serta adanya sumber daya manusia yang begitu mendukug dalam menjalankan roda pemerintahan. Bersamaan dengan banyaknyanya interaksi pedagang tersebut terjadi beberapa tempat, terjadi pula adanya interaksi antarsukyu bangsa indonesia, dan antar suku yang ada di sibolga dengan bangsa asing. Percampuran ini terutama menghasilkan kelompok masyrakat yang memiliki budaya yang beragam. Mereka memiliki adat-istiadat yang telah dipengaruhi Islam dan bahasanya sendiri berlainan dengan suku bangsa pedaman. Setelah mengalami penjajahan, banyak yang ditinggalkan oleh para kolonial, dan bangsa jepang. Adanya pertumbuhan Sibolga yang berada di daerah pelabuhan dan pusat pemerintahan lokal (keresidenan tapanuli). Interaksi yang dihasilkan antarsuku bangsa indosesia menghasilkan budaya pesisir dengan dilengkapi adanya adat-istiadat dan bahasanya sama dengan orang pesisir di Sibolga Perkembangan yang begitu pesat sejak dijadikan kota Sibolga sebagai kota administratif pada tahun 1946 berbagai perubahan banyak dilakukan, termasuk adanya pembangunan infrastruktur, pendidikan sekolah dan berbagai sarana dan prasarana pendukung perkembangan kota. Hal ini merupakan implikasi atas

145 adanya peraturan pemerintah no: 19 nomor 1979 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Sumatra Utara, yang dimana Sibolga ditetapkan sebagai Pusat Pembangunan Wilayah I Pantai Barat Sumatera Utara. Pada tanggal 19 November 1946 diresmikan Sibolga menjadi sebagai Pemerintah Kota. Dengan adanya infrastruktur tersebut membuat Sibolga harus berada dibawah pengaruh ekonomi Kota Medan dengan menggunakan pelabuhan Belawan sebagai daerah cakupan ekonominya. Dalam rangka repelita yang dicanangkan pemerintah, Sibolga ditetapkan menjadi pusat pengembangan pantai barat Sumatra Utara yang meliputi Wilayah kabupaten-kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Nias. Wilayah pengembangan ekonomi iniilah membuat Sibolga berkesempatan dalam pengembangan di bidang pelayanan dan pemenuhan kebutuhan pokok serta Sibolga memiliki potensi dalam bidang ekonomi seperti pengembangan di bidang pelayaran, dan perikanan, perkebunan rakyat, pertanian pangan, pariwisata dan segi peternakan. Rangka usaha pemerintah dalam menerapkan Sibola kedalam repelita, apalagi dalam pelayanan pemenuhan kebetuhan pokok, Sibolga lebih bersifat ekonomi dengan kata lain sangat mendukung akan hal tersebut daripada Medan/belawan digunakan sebagai pusat distribusi kepada penduduk disekitarnya. Berbagai hal yang dilakukan dalam segi politis dan ekonomis diatas dalam usaha menumbuhkan Sibolga sebagai kota pelabuhan dibandingkan dengan daaerah sekitarnya.

146 Kependudukan Kota Sibolga yang bersifat heterogen yakni terdiri berbagai etnis, antara lain Melayu, Minang, Jawa, Batak, Bugis, Sunda, dan Cina. Penduduknya yang mayoritas didalam wilayah Kota Sibolga adalah etnis pesisir dan batak, yang merupakan penduduk asli Kota Sibolga. Hampir sebagian penduduk kota Sibolga bermata pencaharian sebagai nelayan, hal ini didukung oleh letaknya yang berada pada pesisir pantai barat Sumatra. Letaknya yang begitu strategis dalam segi pernelayanan. Ada juga sebagaian masyarakat bermata pencaharian sebagai pedagang, hal ini bisa diliat dilokasi Sibolga Baru, yang dimana lokasi ini sangat identik sebagai pusat dari kota perdagangan. Kota sibolga memiliki 3 buah pasar, yang besar maupun ukuran kecil. Pasar yang pertama terdapat di dalam terminal kota Sibolga. Yang dimana dipasar inilah pusat dari seluruh kegiatan pasar yang berada di wilayah tapteng kemudian pasar inpres yang berada di aek habil, pasar kota baringin yang berada dipusat kota Sibolga. Pengelolaan pasar ini kesemuanya dilakukan oleh pemerintah kota sibolga. Sektor pariwisata adalah industri jasa yang tidak dipengaruhi oleh resesi ekonomi. Komunikasi dan transportasi yang semakin canggih memungkinkan wisatawan mancanegara dan nusantara berpergian dan melancong keberbagai tujuan wisata. Industri pawisata adalah industri jasa yang menghasilkan devisa melalui export yang secara kasat mata yang dapat digarap terus-menerus dan tidak pernah habis.

147 Sumatera Utara sebagai wilayah tujuan wisata sudah memiliki pelabuhan udara dan laut yang berskala internasional. Potensi pariwisata yang dimiliki cukup besar asal dapat digali dan diperkenalkan serta dikelola secara profesional. Wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba dapat ditarik menlanjutkan tournya ke Sibolga. Banyaknya daya tarik wisata menjadi kunci keberhasilann perkembangan pariwisata, yaitu adanya objek wisata yang sangat mendukung, kegiatan wisata dan pengelolalaannya secara profesional. Dalam hal untuk perkembangan kota Sibolga adanya beberapa kendala yang dialami, seperti adanya kemiskinann penduduk. Dalam hal ini meskipun pada masa orde baru berhasil dalam melaksankan pembangunan nasional pada tahun 1969-1994. Pemerataan pembangunan yang terlihat masih belum merata sampai kesemua daerah. Secara nasional angka kemiskinan, penduduk indonesia masih tergolong miskin. Beribu desa miskin tersebar di seluruh kepulauan indonesia. Status desa miskin dengan penduduk miskin juga banyak terdapat di wilayah tapanuli tengah. Kemiskinan yang dialamipun mengacu pada keadaan yang serba kekuarangan dlam memenuhi sejumlah kebutuhan seperti sandang, papan, pangan, pekerjaan pendidikan dan pengetahuan. Kondisi seperti ini mennyebabkan potensi-pontesi dalam mengembangkan diri dan potensi masyrakat sekitar tidak bisa dimanfaatkan secara penuh. Sehigga tingkat kemandirian dalam memenuhi kebutuhan hidup amat begitu rendah.

148 Pogram yang dilaksanakan pemerintah pun hanya bersifat penjalanan semata tanpa didasari oleh pengerjaan pogram tersebut. Terutama dalam segi perekonomian menjadi terganggu. Kegiataan ekonomi tidak mungkin dapat berkembang tanpa adanya Sumber Daya Manusia yang mendukung. Hal itu menjadi bagian dalam proses perkembangan ekonomi. Tanpa adanya Sumber Daya Manusia yang mendukung maka tidak akan terjadinya saling korelasi atau hubungan timbal balik dengan pencapaian ekonomi. Namun untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, dibutuhkan adanya kerjama dikedua belah pihak yang mampu untuk mengentaskan kemiskinan tersebut. Dibutuhkan adanya kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada peningkatan perekonomian secara bertahap. Perlu adanya semngat dalam jiwa membangun daerah. Pengentasan kemiskinan di tengah-tengah keolompok masyarakat harus diliat dari berbagai aspek, tidak cukup hanya diteliti dan dikatakan saja. Akan tetapi lebih daripaada harus diliat pula dari jiwa masyarakat yaitu kemauan dan berkeinginan untuk keluar dari kemiskinan tersebut. Secara analisis kondisi wilayah Sibolga yang begitu berpotensi dalam pengembangan usaha perikanan bisa ditinjau dalam beberapa aspek, yaitu faktor iklim dalam pengembangan usaha perikanan, unsusr dalam pendataan cuaca, topografi. Hal ini bisa diliat, bahwa dalam pemanfaatan usaha perinakan harus menggunakan sebuah strategi dalam proses pemasarannya, agar hasil ikan yang didapat bisa dijual baik dalam bentuk ekspor maupun pengiriman antar daerah.