II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

dokumen-dokumen yang mirip
II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

BAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Evaluasi semen segar yang telah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara kambing Kacang (lokal) dengan kambing Etawah (kambing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Etawah dengan kambing lokal (Kacang). Kambing Etawah sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inseminasi Buatan (IB)

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh hasil bahwa nilai F=96,7, sementara itu nilai F tabel = 3,68, maka nilai

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

Tatap muka ke 4&5 PENILAIAN ATAU EVALUASI SPERMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

TINJAUAN PUSTAKA. domestik dari banteng ( Bibos banteng) adalah jenis sapi yang unik. Sapi asli

PENGARUH SUHU DAN LAMA SIMPAN SEMEN SEGAR TERHADAP MOTILITAS DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE)

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

MATERI DAN METODE. Materi

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Level Glutathione dalam Pengencer Tris-Sitrat... Levana Putri Adinda

PENGGUNAAN KATALASE DALAM PRODUKSI SEMEN DINGIN SAPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi perkawinan silang dengan kambing kacang. Masyarakat menyebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara kambing Kacang dengan kambing etawah. Spesifikasi dari

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Semen Spermatozoa

II KAJIAN KEPUSTAKAAN Pengertian Umum Kambing Peranakan Etawah

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes (Susilawati,

KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu jenis bangsa sapi asli Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

Kualitas spermatozoa epididimis sapi Peranakan Ongole (PO) yang disimpan pada suhu 3-5 C

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Pengaruh Level Glutathione dalam Pengencer Tris-Kuning... Riga Pradistya Hardian

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

PENGARUH BOBOT BADAN TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL THE EFFECT OF WEIGHT ON SIMMENTAL CATTLE SEMEN QUALITY AND QUANTITY

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

Transkripsi:

II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan kedalam tipe kambing dwiguna yaitu kambing yang dapat menghasilkan daging dan susu. Keunggulan kambing PE dibandingkan ternak lokal sejenis adalah kambing PE betina mampu menghasilkan susu 1,2 liter/ekor/hari selama masa laktasi. Kambing PE memiliki karakteristik tubuh yang besar dengan bobot badan kambing jantan mencapai 90 kg, sedangkan betina mencapai 60 kg. Sarwono (2008) menyatakan bahwa kambing PE mempunyai ciri-ciri antara kambing kacang dengan kambing Etawah, yaitu bagian hidung atas melengkung, panjang telinga antara 15-30 cm menggantung ke bawah, sedikit kaku, warna bulu bervariasi antara hitam, putih, dan coklat. Kambing jantan mempunyai bulu yang tebal dan agak panjang dibawah leher dan pundak, sedangkan bulu kambing betina agak panjang terdapat dibagian bawah ekor ke arah garis kaki. Rata-rata bobot lahir kambing PE 2,75 kg (Sutama dkk, 1995) atau 3,72 kg (Basuki dkk, 1982). Bobot tubuh kambing PE jantan dewasa dapat mencapai 65-90 kg. Tinggi gumba kambing PE jantan 90-110 cm, panjang badan berkisar antara 85-105 cm (Dinas Peternakan Purworejo, 1996). Kambing PE jantan mencapai dewasa kelamin pada umur 6-8 bulan pada saat bobot tubuh 12,9-18,7 kg. Dengan pengelolaan budidaya secara intensif kambing PE dapat diusahakan beranak tiga kali setiap dua tahun dengan jumlah anak setiap kelahiran 2-3 ekor.

1.2. Karakteristik Semen Kambing 1.2.1. Karakteristik Semen Secara Umum Semen merupakan hasil sekresi organ reproduksi ternak jantan yang secara normal diejakulasikan melalui penis ke dalam saluran kelamin betina sewaktu terjadi kopulasi, tetapi dengan kemajuan teknologi dapat pula ditampung dengan berbagai cara untuk keperluan inseminasi buatan. Semen mengandung dua unsur utama, yaitu plasma semen dan spermatozoa. Plasma semen merupakan cairan yang sebagian besar disekresikan oleh kelenjar vesikularis dan jumlah kecil disekresikan oleh testis. Plasma semen mempunyai ph sekitar 7,0 dan tekanan osmotis sama dengan darah, yaitu ekuivalen dengan 0,9 % natrium chlorida (Toelihere, 1985). Spermatozoa dibentuk di dalam tubuli seminiferi melalui proses yang disebut spermatogenesis, lalu mengalami pematangan lebih lanjut di dalam epididimis dimana sperma disimpan sampai ejakulasi. Spermatozoa berbentuk seperti kecebong, dan terbagi menjadi 3 bagian yaitu: kepala, leher dan ekor. Kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nucleus). Bagian leher menghubungkan kepala dengan bagian tengah, ekor berfungsi untuk bergerak maju. Plasma semen kambing normal berwarna kuning yang disebabkan kandungan riboflavin yang disekresikan kelenjar vesikularis. Plasma semen mempunyai fungsi utama sebagai medium pembawa sperma dari saluran reproduksi hewan jantan ke dalam saluran reproduksi hewan betina (Toelihere, 1993). Rataan volume semen kambing berkisar antara 0,8-1,2 ml per ejakulat (Garner dan Hafez, 2000). Sedangkan menurut Evans dan Maxwell (1987) volume semen kambing berkisar antara 0,5-1,5 ml. Kondisi tubuh ternak mempengaruhi terhadap volume semen (Toelihere, 1993). Semen kambing pada umumnya

berwarna putih susu hingga krem, bau khas, dengan konsistensi dari encer hingga kental (Evans dan Maxwell, 1987). Gerakan massa sangat berkaitan erat dengan motilitas sperma. Gerakan massa bernilai (+++) apabila sperma yang diamati gerakannya cepat berpindah dan berbentuk gumpalan tebal dan gelap. Gerakan massa bernilai (++) apabila semen yang diamati gerakannya cepat berpindah dan berbentuk gumpalan terang. Partodihardjo (1980) menyatakan bahwa gerakan massa berhubungan erat dengan konsentrasi dan motilitas spermatozoa, bila semen segar memiliki gerakan massa +++ berarti tingkat kepadatan spermatozoa tinggi, gelombang bergerak cepat, dan terdapat 90% bahkan lebih spermatozoa yang aktif. Standar derajat keasaman (ph) semen kambing yang baik untuk dijadikan semen beku adalah 6,2-7,2 (Hafez, 1993). Sedangkan motilitas sperma kambing yang baik untuk diproses menjadi semen beku memiliki persentase sperma motil antara 60-80 % (Garner dan Hafez, 2000). Rataan abnormalitas pada semen segar kambing menurut Evan dan Maxwell (1987) yang menyatakan bahwa penggunaan semen untuk inseminasi buatan, tingkat abnormalitas spermatozoa hendaknya tidak lebih dari 15%. 1.2.2. Motilitas Motilitas merupakan salah satu kriteria penentu kualitas semen yang dilihat dari banyaknya spermatozoa yang motil progresif dibandingkan dengan seluruh spermatozoa yang ada dalam satu pandang mikroskop. Menurut Evans dan Maxwell (1987) terdapat tiga tipe pergerakan spermatozoa yaitu pergerakan progresif (maju ke depan), pergerakan rotasi (gerakan berputar) dan osilator atau konvulsif tanpa pergerakan ke depan atau perpindahan posisi. Skala prosentase

pergerakan dari 0 sampai 100 atau 0 sampai 10 merupakan penilaian standar untuk mencapai tujuan bersama. Penentuan kualitas semen berdasarkan motilitas spermatozoa dengan nilai 0 sampai 5 yakni: (0) spermatozoa imotil atau tidak bergerak; (1) gerakan berputar ditempat; (2) gerakan berayun atau melingkar, kurang dari 50% bergerak progresif; (3) antara 50-80% spermatozoa bergerak progresif; (4) pergerakan progresif yang gesit dengan 90% sperma motil dan nilai (5) gerakan sangat progresif menunjukkan 100% motil aktif (Toelihere, 1981). Pemeriksaan motilitas sperma merupakan cara penentuan kualitas semen sesudah pengenceran. Motilitas sperma kambing pada umumnya berkisar antara 75% sampai dengan 85% (Ritar dan Salmon, 1982) tetapi kisaran tersebut tidak menjadi patokan karena beberapa jenis kambing mempunyai motilitas sperma di bawah kisaran tersebut. Meskipun demikian kambing tersebut masih dapat digolongkan ke dalam jenis kambing yang mempunyai motilitas sperma cukup baik. Penambahan glutathione ke dalam medium pengencer dapat mengurangi atau mencegah timbulnya radikal bebas yang dapat merusak membran plasma pada proses pembekuan semen. Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil karena mempunyai satu elektron atau lebih yang tidak berpasangan, sehingga untuk memperoleh pasangan elektron, senyawa ini bereaksi dengan atom atau molekul lain seperti asam lemak tidak jenuh, protein, asam nukleat atau lipopolisakarida, yang berakibat akan menimbulkan senyawa yang tidak normal (Karyadi,1997). Berdasarkan sifat antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas, maka penambahan glutathione sebagai antioksidan primer dapat mengurangi kerusakan membran plasma yang dapat mempertahankan motilitas.

1.2.3. Abnormalitas Setiap penyimpangan morfologi atau struktur sperma normal umumnya diklasifikasikan sebagai abnormalitas. Abnormalitas spermatozoa terdiri dari abnormalitas primer dan sekunder (Toelihere, 1985). Abnormalitas primer terjadi karena kelainan pada saat spermatogenesis dalam tubuli seminiferi atau epithel kecambah. Abnormalitas sekunder terjadi sesudah sperma meninggalkan tubuli seminiferi, terutama pada proses perlakuan semen, pembuatan preparat ulas, pemanasan berlebihan, pendinginan yang cepat, kontaminasi dengan air, urine atau antiseptik (Toelihere, 1985). Yani dkk, (2001) menyatakan bahwa semakin lama waktu penyimpanan maka semakin tinggi persentase abnormalitas yang disebabkan oleh stres dingin dan ketidakseimbangan tekanan osmotik akibat dari proses metabolik yang terus berlangsung selama penyimpanan pada suhu 5 0 C. Peningkatan abnormalitas selama prosesing semen juga karena adanya abnormalitas sekunder yang dilakukan saat prosesing semen dan juga karena peroksida lipid. Rizal dan Herdis (2006) menyebutkan bahwa abnormalitas sekunder lebih banyak berupa terpisahnya ekor dari kepala akibat terputus saat pembuatan preparat untuk keperluan evaluasi. Alawiyah dan Hartono (2006) menyebutkan bahwa peroksidasi lipid akan menyebabkan kerusakan struktur dan terganggunya metabolisme spermatozoa yang berakibat spermatozoa mati. Radikal bebas akan bereaksi dengan asam lemak tak jenuh penyusun membran plasma, sehingga dapat menyebabkan kerusakan membran plasma terutama pada bagian tengah spermatozoa tempat beradanya mitokondria. Hal ini disebabkan karena pengaruh pemberian glutathione yang tidak optimal menyebabkan kurang efektifnya pengaruh glutathione sedangkan pemberian yang

berlebihan menyebabkan sifat toksik bagi spermatozoa. Sifat toksik ini disebabkan pemberian antioksidan yang berlebihan menyebabkan meningkatnya tekanan osmosis sehingga menyebabkan kerusakan membran plasma yang berdampak pada putusnya ekor spermatozoa (Wilandari dkk, 2013; Hartono, 2008). Menurut Hartono (2008), semen kambing yang dibekukan masih memperlihatkan kualitas yang baik dan dapat digunakan untuk pelaksanaan IB apabila nilai abnormalitasnya berkisar 4,62-6,56%. 1.3. Glutathione Spermatozoa sangat rentan terhadap serangan Reactive Oxygen Species (ROS) seperti anion superoksida dan hidrogen peroksida sebagai konsekuensi dari proses lipid peroksidasi. Glutathione adalah antioksidan primer yang bekerja dengan cara mencegah pembentukan radikal bebas baru. Senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron (electron donor), atau senyawa antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan merendam dampak negatif oksidan. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktifitas senyawa oksidan tersebut bisa terhambat (Winarsi, 2007). Kidd (1997) menyebutkan bahwa glutathione adalah antioksidan penting yang dapat memproteksi mitokondria dari kerusakan akibat radikal bebas. Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil karena mempunyai satu elektron atau lebih yang tidak berpasangan, sehingga untuk memperoleh pasangan elektron, senyawa ini bereaksi dengan atom atau molekul lain seperti asam lemak tidak jenuh, protein, asam nukleat atau lipopolisakarida, yang berakibat akan menimbulkan senyawa yang tidak normal (Karyadi,1997). Luberda (2005) glutathione adalah suatu reservoir alami yang dapat dengan cepat digunakan oleh sel-sel sebagai pertahanan melawan stress oksidatif. Glutathione

memberi perlindungan terhadap kerusakan oksidatif. Glutathione melindungi terhadap reactive oxygen species (ROS) dengan cara difasilitasi oleh interaksi dengan enzim-enzim seperti glutathione peroksidase dan glutathione reduktase. Bucak (2007) penambahan konsentrasi glutathione yang berlebih dapat menimbulkan efek negatif atau efek toksik dari glutathione menyebabkan kematian spermatozoa.