HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian dirancang selama delapan bulan

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

I. PENDAHULUAN. dijumpai didaerah Indonesia terutama di daerah Sumatera Barat. Produksi kakao

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

TINJAUAN PUSTAKA. Domba dan kambing merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

Data pengamatan kadar air terasi yang dihasilkan 33, , , , ,0032 H 1 C 2 32, , , , ,4539 H 1 C 3

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

I. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

,Vol. 32, No. 1 Maret 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

TEKNOLOGI JERAMI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN TERNAK Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si Widyaiswara Muda

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. dilakukan sejak tahun 1995, meliputi pengolahan dan tingkat penggunaan dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

15... Stand ar Amilase Nilai Aktifitas Enzim Amilase Anali sis Statistik Aktifitas Enzim Amilase... 50

Keywords: Financial Analysis, Corn Cobs, The Weaning Males Local Sheep, Bio-activator ABSTRAK

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang

I. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung (Zea mays L) adalah salah satu jenis tanaman biji-bijian

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

MATERI DAN METODE. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. depan merupakan perut terbesar dari saluran pencernaan dimana sebagian pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

Mairizal 1. Intisari. Kata Kunci : Fermentasi, Kulit Ari Biji Kedelai, Aspergillus Niger, Ayam Pedaging.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil analisis proksimat bahan pakan No Bahan Protein (%)

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK TONGKOL JAGUNG (Zea mays) YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger SECARA IN VITRO

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. Industri peternakan di Indonesia khususnya unggas menghadapi tantangan

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. ruminansia kecil, hewan pemamah biak dan merupakan hewan mamalia yang

Berdasarkan data nilai HU telur itik tegal pada Tabel 5 diperoleh perhitungan

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi

I PENDAHULUAN. nutrisi suatu bahan pakan, meningkatkan kecernaan karena ternak mempunyai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

1. PENDAHULUAN. kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunan sawit di Indonesia dari tahun ke

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Kecernaan Protein Kasar Kecernaan merupakan bagian dari pakan yang tidak diekskresikan dalam feses (Tillman et al., 1998). Kecernaan protein kasar dihitung dengan cara protein kasar konsumsi dikurangi protein kasar feses dibagi protein kasar konsumsi dikalikan seratus persen. Data kecernaan protein kasar domba disajikan sebagai berikut : Grafik 1. Rataan kecernaan protein kasar (%) Grafik 1 terlihat bahwa rataan kecernaan protein kasar yang tertinggi terdapat pada perlakuan P 1 yaitu sebesar 70.56% sedangkan yang terendah pada perlakuan P 0 yaitu sebesar 65.18%. Analisa keragaman kecernaan protein menunjukkan bahwa pemberian ransum tongkol jagung fermentasi memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap kecernaan protein kasar feses domba dengan berbagai jenis fermentasi dimana hal ini disebabkan oleh pakan komplit hasil samping tongkol jagung yang diberikan kepada ternak domba 32

memiliki kandungan nutrisi yang lengkap, sehingga dapat meningkatkan daya cerna pakan itu sendiri dan yang mempengaruhi daya cerna tersebut adalah komposisi pakan (Lampiran 2). Untuk mengetahui pengaruh tongkol jagung fermentasi Starbio, Aspergillus niger, Trichoderma viride terhadap kecernaan protein kasar pada domba setiap perlakuan maka dilakukan uji ortogonal kontras yang dapat di lihat pada Tabel 10. Tabel 10. Pembanding uji ortogonal kontras terhadap kecernaan protein kasar selama penelitian SV DB JK KT F Hit F Tabel 0.05 0.01 Perlakuan 4 58.60 14.65 52.18** 3.06 4.89 P0vsP1P2P3P4 1 37.09 37.09 132.11** 4.54 8.68 P1 vs P2P3P4 1 20.96 20.96 74.65** 4.54 8.68 P2 vs P3P4 1 0.24 0.24 0.88 tn 4.54 8.68 P3 vs P4 1 0.30 0.30 1.07 tn 4.54 8.68 Keterangan: ** = sangat berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata Tabel 10 menunjukkan bahwa kecernaan protein kasar pada perlakuan P 0 (ransum tongkol jagung tanpa difermentasi) nyata lebih rendah (P<0.01) dibandingkan dengan perlakuan P 1, P 2, P 3, P 4 yaitu ransum tongkol jagung yang difermentasi dengan Starbio, Aspergillus niger, Trichoderma viride, dan gabungan Aspergillus niger dengan Trichoderma viride. Hal ini memberikan indikasi bahwa bioaktifator tersebut mengandung mikroba proteolitik yang akan menghasilkan enzim protease yang dapat merombak protein menjadi polipetida yang selanjutnya menjadi peptide sederhana. Hasil penelitian menggambarkan bahwa komposisi protein tongkol jagung yang telah difermentasi dengan menggunakan bioaktifator Starbio, Aspergillus niger, Trichoderma viride, dan gabungan Aspergillus niger dengan Trichoderma viride secara umum lebih baik dibandingkan dengan pakan tongkol tanpa fermentasi.

Uji ortogonal kontras menunjukkan bahwa kecernaan protein kasar pada perlakuan P 1 memberikan pengaruh yang sangat nyata lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan perlakuan P 2, P 3 dan P 4. Uji tersebut juga menunjukkan bahwa perlakuan P 1 ransum tongkol jagung dengan fermentasi menggunakan Starbio lebih baik dibandingkan perlakuan P 2, P 3, dan P 4 yang difermentasi menggunakan Aspergillus niger, Trichoderma viride, dan gabungan Aspergillus niger dengan Trichoderma viride. Hal ini dikarenakan probiotik Starbio merupakan kumpulan mikroorganisme (mikroba probilitik, selulotik, lignolitik, lipolitik dan aminolitik serat nitrogen fiksasi nin simbiosis) berbeda dengan Aspergillus niger dan Trichoderma viride yang hanya merupakan kapang. Hasil analisa laboratorium menunjukkan perlakuan P 1 memiliki nilai protein kasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan P 2, P 3 dan P 4. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tillman et al., (2005) bahwa kecernaan protein kasar tergantung pada kandungan protein dalam pakan. Pakan yang kandungan proteinnya rendah, umumnya mempunyai kecernaan yang rendah pula dan sebaliknya. Tinggi rendahnya kecernaan protein tergantung pada kandungan protein bahan pakan dan banyaknya protein yang masuk dalam saluran pencernaan. Hasil penelitian diperoleh bahwa kecernaan protein kasar pada perlakuan P 2 ransum tongkol jagung dengan fermentasi 0,5% Aspergillus niger tidak memberikan pengaruh nyata (P>0.05) dibandingkan dengan perlakuan P 3,P 4 yaitu fermentasi tongkol jagung dengan Trichoderma viride dan tongkol jagung fermentasi 0,25% Aspergillus niger dan 0,25% Trichoderma viride. Demikian halnya juga dengan perlakuan P 3 juga memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap perlakuan P 4 yaitu tongkol jagung fermentasi 0,25% Aspergillus niger

dan 0,25% Trichoderma viride. Hal ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang sama dalam proses fermentasi, sehingga mikroba bekerja dalam kondisi yang sama pula. Kecenaan Serat Kasar Kecernaan serat kasar pakan pada domba lokal jantan dihitung dengan cara serat kasar dari konsumsi dikurangi serat kasar feses dibagi serat kasar konsumsi dikalikan seratus persen. Grafik 2. Rataan kecernaan serat kasar pada domba (%) Berdasarkan Grafik 2 dapat dilihat rataan kecernaan serat kasar feses domba jantan lokal sebesar 43,52%. Rataan kecernaan serat kasar feses pada domba tertinggi diperoleh dari perlakuan P 2 sebesar 44,32% dan kecernaan serat kasar feses terendah diperoleh dari perlakuan P 0 yaitu sebesar 39,64%. Menurut Sutardi (1980) nilai kecernaan suatu serat kasar dari suatu pakan dapat menentukan kualitas pakan tersebut.

Pengaruh pemanfaatan tongkol jagung dengan bioaktifator Starbio, Aspergillus niger dan Trichoderma viride dalam pakan terhadap kecernaan feses domba selama penelitian, maka dilakukan analisis keragaman. Analisa keragaman kecernaan serat kasar menunjukkan bahwa pemberian tongkol jagung fermentasi Starbio, Aspergillus niger, Trichoderma viride memberi pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap kecernaan serat kasar domba (Lampiran 4). Untuk mengetahui pengaruh tongkol jagung fermentasi Starbio, Aspergillus niger, Trichoderma viride terhadap kecernaan serat kasar pada domba setiap perlakuan maka dilakukan uji ortogonal kontras yang dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Pembanding uji ortogonal kontras terhadap kecernaan serat kasar selama penelitian SV DB JK KT F Hit F Tabel 0.05 0.01 Perlakuan 4 86.75 21.68 7.02** 3.06 4.89 P0 vs P1P2P3P4 1 75.51 75.51 24.47** 4.54 8.68 P1 vs P2P3P4 1 3.63 3.63 1.17 tn 4.54 8.68 P2 vs P3P4 1 1.01 1.01 0.32 tn 4.54 8.68 P3 vs P4 1 6.59 6.59 2.13 tn 4.54 8.68 Keterangan: ** = sangat berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata Uji kontras ortogonal menunjukkan bahwa kecernaan serat kasar pada perlakuan P 0 (ransum tongkol jagung tanpa difermentasi) memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01) dibandingkan dengan perlakuan P 1, P 2, P 3 dan P 4 yaitu pakan tongkol jagung yang difermentasi dengan Starbio, Aspergillus niger, Trichoderma viride, dan gabungan Aspergillus niger dengan Trichoderma viride. Hal ini disebabkan perlakuan P 0 pakan tongkol jagung tanpa fermentasi memiliki kandungan serat kasar yang lebih tinggi sebesar 36% dibandingkan dengan perlakuan P 1, P 2, P 3 dan P 4 yang difermentasi dengan Starbio yang mengalami penurunan serat kasar menjadi 22,5%, Aspergillus niger 23,6%,

Trichoderma viride 24,1% dan gabungan Aspergillus niger dengan Trichoderma viride 22,3%. Penurunan serat kasar ini membuktikan adanya mikroba yang bekerja dalam proses fermentasi dalam menurunkan serat kasar karena sifat mikroba yang mampu mendegradasi serat kasar. Kadar serat kasar pakan yang lebih rendah diharapkan akan menghasilkan kecernaaan yang lebih tinggi. Menurut Despal (2000) serat kasar memiliki hubungan yang negatif dengan kecernaan. Semakin rendah serat kasar maka semakin tinggi kecernaan ransum. Uji kontras ortogonal menunnjukkan bahwa kecernaan serat kasar pada perlakuan P 1 ransum tongkol jagung fermentasi Starbio 0,5% memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dibandingkan dengan perlakuan P 2,P 3 dan P 4. Hal ini menunjukkan hasil bahwa daya cerna domba terhadap serat kasar pakan tongkol jagung fermentasi dengan Starbio sama halnya dengan daya cerna tongkol jagung fermentasi dengan Aspergillus niger, Trichoderma viride, dan gabungan Aspergillus niger dengan Trichoderma viride. Ini dikarenakan pakan yang diberikan berupa pakan komplit yaitu pakan yang sudah disusun sesuai dengan kebutuhan ternak. Pakan perlakuan P 1, P 2, P 3 dan P 4 merupakan pakan dengan perlakuan tongkol jagung yang difermentasi terlebih dahulu sebelum diberikan kepada ternak domba. Dengan demikian mikroba dalam rumen akan bekerja dalam kondisi yang sama sehingga kecernaannya tidak berpengaruh nyata. Uji kontras ortogonal menunjukkan bahwa kecernaan serat kasar pada perlakuan P 2 dibandingkan P 3 dan P 4 tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kecernaan serat kasar. Kecernaan terhadap serat kasar yang tidak berbeda nyata dipengaruhi oleh kandungan serat kasar dalam pakan dan kemampuan

mikroorganisme dalam rumen domba. Hal ini sesuai dengan pernyataan Maynard et al (2005) bahwa daya cerna serat kasar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kadar serat dalam pakan, komposisi penyusun serat kasar dan aktivitas mikroorganisme. Uji kontras ortogonal juga menunjukkan bahwa kecernaan serat kasar pada perlakuan P 3 tidak nyata lebih tinggi (P>0,05) dari perlakuan P 4. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kecernaan P 3 sebesar 44,07% dan P 4 45,88%. Hal ini didukung oleh pendapat Tilman et al. (2005) yang menyatakan bahwa kecernaan serat kasar tergantung pada kandungan serat kasar dalm ransum dan jumlah serat kasar yang dikonsumsi. Kadar serat kasar terlalu tinggi dapat mengganggu pencernaan zat lain. Rekapitulasi Penelitian Rekapitulasi hasil penelitian dari pemanfaatan tongkol jagung dengan fermentasi bioaktifator Starbio, Aspergillus niger, dan Trichoderma viride terhadap kecernaan serat kasar dan protein kasar pada domba jantan lokal lepas sapih dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 12. Rekapitulasi hasil penelitian dari pemanfaatan tongkol jagung dengan fermentasi bioaktifator Starbio, Aspergillus niger, dan Trichoderma viride terhadap kecernaan serat kasar dan protein kasar pada domba jantan lokal lepas sapih Perlakuan Peubah yang diamati (%) Kecernaan protein kasar Kecernaan serat kasar P0 65.18 ± 0.13 39.64 ± 0.64 P1 70.56 ± 0.06 43.67 ± 3.56 P2 67.72 ± 0.79 44.36 ± 1.33 P3 67.83 ± 0.40 44.07 ± 0.46 P4 68.22 ± 0.77 45.88 ± 0.61 Rataan 67,90 43.52

Rekapitulasi hasil penelitian diperoleh bahwa kecernaan protein kasar tertinggi terdapat pada perlakuan P 1 (fermentasi tongkol jagung dengan starbio) dengan nilai 70.56% dan kecernaan protein terendah terdapat pada perlakuan P 0 (tongkol jagung tanpa fermentasi) dengan nilai 65.18% dan kecernaan serat kasar tertinggi terdapat pada perlakuan terdapat padda perlakuan P 4 (fermentasi tongkol jagung gabungan Aspergillus niger dan Trichoderma viride) dengan nilai 45.88% dan kecernaan serat kasar terendah terdapat pada perlakuan P 0 (tongkol jagung tanpa fermentasi) dengan nilai 39.64%.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penggunaan tongkol jagung yang difermentasi dengan bioaktifator (Starbio, Aspergillus niger, Trichoderma viride dan gabungan Aspergillus niger dan Trichoderma viride) memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata dibandingkan dengan tongkol jagung tanpa fermentasi dalam meningkatkan kecernaan protein kasar dan kecernaan serat kasar. Bioaktifator Starbio memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata dalam meningkatkan kecernaan protein kasar tetapi untuk kecernaan serat kasar tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan dengan bioaktifator lainnya. Saran Disarankan bagi peternak yang menggunakan tongkol jagung sebagai bahan penyusun pakan ternak untuk melakukan fermentasi terlebih dahulu dengan menggunakan mikroba multi mikroorganisme. 40