P 22 MEMBANGUN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR (SD) MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONKRET

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMPLB AUTIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Undang-Undang RI No. 20 Tahun

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )

MAKALAH LUBANG DAN GUNDUKAN TANAH OLEH : MARIA GABRIELA B. RENA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

RODA PECAHAN. Alat dan Bahan 1. Alat Penggaris Gunting. Cara Pembuatan

BAB IV. GEOMETRI Langkah-langkah membuat kerangka kubus

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SDLB AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses membantu manusia dalam

Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola serta menentukan ukurannya

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Benyamin, (dalam Uno dkk, 2004:191) menyatakan bahwa

14. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SD/MI

PERKALIAN BILANGAN BULAT DENGAN MEDIA GARIS. Abstrak

Pencerminan dan Simetri Lipat

Kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pemakai buku ini sangat kami harapkan untuk penyempurnaan bahan ajar ini. Cisarua, Maret 2009

BAB I PENDAHULUAN. matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal (Susanto, 2013:183).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Kemampuan Menghitung Luas Lingkaran. Berikut pengertian kemampuan dari Meylasari Mampu berarti kuasa

1. RPP LKS MATERI LINGKARAN DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGGUNAAN MEDIA TABEL BERPOLA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM KONSEP PENGUKURAN SATUAN LUAS BAKU

KI dan KD Matematika SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. siswa sesuai dengan tujuan. Tujuan pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem

BAB II TABUNG, KERUCUT, DAN BOLA. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola, serta menentukan ukurannya

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

PUSAT MASSA DAN TITIK BERAT

BAB I PENDAHULUAN. pertama bagi siswa untuk mempelajari kecakapan seperti: menulis, membaca, dan

MASALAH-MASALAH YANG TERKAIT DENGAN KONSEP DASAR MATEMATIKA

METRIG (MEJA TRIGONOMETRI)

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMPLB TUNANETRA

Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 16 Maret 2010, pelaksanaan. pembelajaran berlangsung selama 3x35 menit atau 1 x pertemuan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cerdas. Oleh karena itu pembaharuan pendidikan harus dilakukan untuk

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

Nama Alat Peraga: Ruang Ajaib Gambar Alat Peraga:

BAB I PENDAHULUAN. Mustapa (2014: 129) Pembaruan di bidang pendidikan merupakan upaya mutlak untuk

BAB II BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

ANALISIS MISPERSEPSI GUNA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN DATAR DAN KETRAMPILAN MATEMATIKA SISWA SMP TERBUKA NEGERI 1 MALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keefektivan Penggunaan Classpad Casio, Cabri 2d Dan Geometer s Sketchpad Sebagai Media Pembelajaran Matematika

Pendampingan Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga Dakota Pada Pembelajaran FPB dan KPK

P 45 DESAIN DIDAKTIS PENGENALAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MATEMATIKA NALARIA REALISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesat saat ini, baik menyangkut materi sebagai penunjang ilmu-ilmu yang

SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SEKOLAH DASAR KELAS 1 TEMA : KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang sulit dipahami. Matematika bagaikan momok yang

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat guru dan siswa. Matematika merupakan salah satu

PEDOMAN WAWANCARA DIALOG AWAL IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE RESITASI UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER KEMANDIRIAN DAN TANGGUNG JAWAB

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan

Lingkaran. 1. Pengertian. 2. Unsur-unsur Lingkaran

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

DATA NAMA SISWA SMP NEGERI 1 BAWEN KELAS

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di. Sekolah Dasar yang dianggap sebagian siswa terasa sulit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Perencanaan Pembelajaran. dipersiapkan diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SISWA KELAS VIII SMP PGRI 1 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMPLB TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Didalam

PELATIHAN SUPERVISI PENGAJARAN UNTUK SEKOLAH DASAR MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

KESULITAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN. bukan matematika yang terkait. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak

PENERAPAN PENDEKATAN RME

BAB I PENDAHULUAN. Programme for International Students Assesment (PISA) pada tahun 2012

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah

4. Kompetensi Dasar Matematika KELAS: I

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berfikir logis, kritis dan kreatif (Wulan, 2011:1). Selain itu tujuan. memanfaatkan informasi yang telah diperoleh.

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMALB TUNARUNGU

BALOK PECAHAN. ,,, dan seterusnya. Berikut contoh balok pecahan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, pendidikan sangatlah penting. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL CIRC DENGAN MEDIA ULAR TANGGA DALAM PENINGKATAN PENYELESAIAN SOAL CERITA PADA SISWA KELAS V SDN 2 KUTOSARI TAHUN AJARAN 2015/2016

PENDIDIKAN PROFESI GURU PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wawasan-wawasan baru atau berubah sesuatu yang lama.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PAUD DAN PEMANFAATAN BAHAN BEKAS UNTUK APE

MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. secara umum dapat disimpulkan bahwa pengembangan berfikir kritis melalui

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan Alat Peraga Puzzle Milus Mata Kuliah Media Pembelajaran Matematika & ICT

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMP KABUPATEN PURWOREJO Sekretariat: Jl. Jendral Sudirman 8 Purworejo Telepon/Fax (0275)

ANALISIS PENGGUNAAN MEDIA PAPAN PETAK BERWARNA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS IV SD MUHAMMADIYAH 4 BATU SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

Transkripsi:

P 22 MEMBANGUN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR (SD) MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONKRET Endang Setyo Winarni Universitas Negeri Malang Endang_Setyo_Winarni@yahoo.com Abstrak Karakter siswa SD bisa dibangun melalui berbagai macam cara dalam pembelajaran matematika yaitu dengan melatih siswa konsisten dalam berpikir, konsisten dalam memakai istilah, konsisten dalam perhitungan, konsisten dalam mengetrapkan kesepakatan-kesepakatan. Cara lain juga dapat dilakukan dengan melatih siswa disiplin dalam menggunakan waktu, toleransi dengan menghormati pendapat orang lain dalam pembelajaran. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat terjadi dalam interaksi siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru baik secara diskusi kelas, maupun diskusi kelompok. Hal ini juga sesuai dengan karakter matematika yang melatih siswa untuk berpikir kritis dan logis. Siswa SD usianya sekitar 6 sampai dengan 12 tahun, menurut Piaget usia tersebut masih berada pada operasional konkret. Maksudnya media bendabenda konkret dalam hal ini berupa alat peraga, merupakan jembatan yang sangat membantu pemahaman siswa terhadap matematika yang abstrak. Pakar lain yang bernama Kovalik, menyatakan bahwa tujuan utama sekolah hendaknya membantu siswa memahami dunia mereka. Oleh karena itu guru harus banyak inisiatif dalam menerapkan dan mengembangkan bahan ajar matematika dengan berbagai cara sesuai tingkat berpikir siswa SD. Dalam pembelajaran matematika sebaiknya guru berusaha agar siswa SD lebih banyak mengerti pelajaran matematika tersebut dengan suasana yang kondusif, siswa gembira dan siswa tidak tertekan. Dalam makalah ini diuraikan pentingnya penggunaan media benda konkret dalam pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman matematika siswa SD. Kecuali itu juga diberi contoh-contoh pembuatan dan penggunaan media pembelajaran alternatif bidang studi matematika untuk siswa SD. Mengingat pentingnya alat peraga tersebut, guru matematika SD diharapkan terampil membuat dan menggunakannya. Semoga dengan contoh-contoh pembuatan dan penggunaan beberapa alat peraga dapat memotivasi guru-guru SD untuk mengadakan, mengelola dan mengembangkan kelas matematika di setiap SD yang mutlak sangat diperlukan. Kata kunci : Karakter Siswa SD, Pembelajaran Matematika, Media Benda Konkret PENDAHULUAN Mulyasa (2011) menyatakan bahwa pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak/peserta didik memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, orang yang berkarakter Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema Kontribusi Pendidikan Matematika dan Matematika dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa" pada tanggal 10 November 2012 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

merespons situasi secara bermoral, diwujudkan dalam tindakan nyata melalui prilaku baik, jujur, ikhlas, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain. Karakter siswa SD bisa dibangun melalui berbagai macam cara dalam pembelajaran matematika yaitu dengan melatih siswa konsisten dalam berpikir, konsisten dalam memakai istilah, konsisten dalam perhitungan, konsisten dalam mengetrapkan kesepakatan-kesepakatan. Cara lain juga dapat dilakukan dengan melatih siswa disiplin dalam menggunakan waktu, toleransi dengan menghormati pendapat orang lain dalam pembelajaran. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat terjadi dalam interaksi siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru baik secara diskusi kelas, maupun diskusi kelompok. Hal ini juga sesuai dengan karakter matematika yang melatih siswa untuk berpikir kritis dan logis. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan pengelolaan proses belajar-mengajar bidang studi matematika di SD, antara lain pengetahuan guru, terbatasnya dana dan sarana untuk membuat atau mengadakan serta menggunakan media, termasuk alat peraga dalam pembelajaran matematika. Selain itu peranan alat peraga dalam mengajarkan matematika di SD penting dan itu telah diketahui oleh sebagian besar pengelola pendidikan. Menurut Winarni (2004), dalam pembelajaran matematika sebaiknya guru berusaha agar anak-anak itu lebih banyak mengerti pelajaran matematika dengan gembira. Anak-anak akan lebih berminat dalam matematika apabila penyajiannya baik dan menarik. Sebagian besar anak-anak SD masih sulit membayangkan konsep abstrak karena anak SD masih berada pada tingkat berpikir konkret. Sudah selayaknya guru harus banyak inisiatif dalam menerapkan dan mengembangkan bahan ajar matematika dengan berbagai cara sesuai dengan tingkat berfikir anak usia SD. Menurut Kovalik (1994), tujuan utama sekolah hendaknya membantu siswa memahami dunia mereka. Alat peraga berupa benda-benda konkret dan gambar-gambar sangat membantu pemahaman anak serta akan meningkatkan kualitas belajar matematika siswa SD. PEMBAHASAN A. TAHAP PERKEMBANGAN BERFIKIR ANAK USIA SD Subandji (2011), menyatakan pembelajaran interaktif menekankan pada interaksi antar siswa, bahwa pembelajaran akan efektif apabila dilakukan dengan mengaktifkan siswa melalui interaksi antar mereka. Interaksi juga akan bisa maksimal apabila dilakukan secara multi arah : antar siswa, siswa guru dan guru siswa. Untuk bisa menghasilkan pembelajaran yang efektif dan efisien, kita perlu merancang pembelajaran secara baik. Dalam merancang pembelajaran perlu memperhatikan teori belajar dan pembelajaran yang melandasinya, menentukan orientasi pembelajaran, dan memperhatikan standar proses pembelajaran. Banyak variabel yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengelola proses belajar-mengajar, salah satunya yaitu sifat-sifat berfikir anak didik. Melalui pemahaman proses berfikir anak didik, guru-guru akan lebih tepat dalam memilih strategi belajarmengajar sehingga hasil belajar akan dicapai seoptimal mungkin. Menurut Hudoyo (1990), strategi berkaitan dengan cara-cara yang dipilih dalam menentukan ruang lingkup, urutan bahasan, kegiatan dan sebagainya untuk menyampaikan bahasan matematika kepada peserta didik. Dengan demikian strategi belajar-mengajar matematika adalah kegiatan yang dipilih pengajar dalam proses belajar-mengajar matematika yang dapat memberikan fasilitas sehingga memperlancar tercapainya tujuan Yogyakarta, 10 November 2012 MP -210

belajar-mengajar metematika. Anak-anak didik pada jenjang SD sangat tergantung pada benda-benda konkret untuk memahami konsep-konsep matematika yang abstrak. Beberapa pendapat dari pakar pendidikan yang berhubungan dengan proses berfikir anak didik perlu dijadikan acuan, antara lain tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget. Perkembangan berfikir manusia dari lahir sampai dewasa, menurut Piaget (Hudoyo, 1990) dibagi atas empat tahap, yakni (1) tahap sensori motor, umur 0 sampai kurang lebih 2tahun, (2) tahap praoperasional, umur 2 sampai kurang lebih 6 tahun, (3) tahap konkret operasional, umur 6 sampai kurang lebih 12 tahun, dan (4) tahap formal, umur 12 tahun sampai dewasa. Anak SD berada pada tahap (3) yaitu konkret operasional. Adapun ciri-ciri proses berfikir pada anak usia itu antara lain (1) pola berfikir dalam memahami konsep yang abstrak masih terikat pada media konkret, (2) jika diberikan permasalahan maka anak belum memikirkan segala alternatif pemecahannya, (3) pemahaman terhadap konsep yang berurutan melalui tahap demi tahap seperti pada konsep panjang, luas, volume, waktu, berat, dan seterusnya, (4) belum mampu menyelesaikan masalah yang melibatkan kombinasi urutan operasi pada masalah yang kompleks, (5) telah mampu mengelompokkan obyek berdasarkan kesamaan sifat-sifat tertentu, dapat mengadakan koresponden satu-satu, dan dapat berfikir membalik, (6) dapat mengurutkan unsur-unsur atau kejadian, (7) dapat memahami waktu dan ruang, dan (8) dapat menunjukkan pemikiran yang abstrak. B. PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD Menurut Sumanto (2011), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pebelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Media memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan lingkungannya. Guru tidak cukup memiliki pengetahuan tentang media saja, namun guru juga harus memiliki kemampuan untuk memilih dan menggunakan media dengan baik. Salah satu bentuk media yaitu alat peraga. Menurut Winarni (1994), yang dimaksud alat peraga dalam pembelajaran matematika SD adalah benda benda konkret yang dapat diamati, diraba, dan digerakkan yang digunakan guru untuk menanamkan konsep atau keterampilan matematika pada waktu mengajar. Tidak sedikit anak usia SD yang daya penalarannya kurang dan sukar membayangkan bentuk bentuk geometri terutama bentuk geometri ruang. Oleh karena itu, alat peraga sangat diperlukan untuk membantu siswa SD dalam memahami konsep yang dipelajari. Sehubungan dengan usia anak yang masih senang bermain, anak akan lebih tertarik dan senang mempelajari matematika dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga. Hal tersebut dapat membantu keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang seoptimal mungkin. Satu hal yang perlu mendapatkan perhatian yaitu teknik penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika secara tepat. Untuk itu perlu dipertimbangkan kapan digunakan alat peraga tertentu dan jenis alat peraga mana yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut Sukarman (1991), secara umum fungsi alat peraga yaitu (1) sebagai media untuk menanamkan konsep konsep matematika, (2) sebagai media untuk memahami konsep dan meningkatkan keterampilan berhitung dan (3) sebagai media untuk menunjukkan hubungan antara konsep matematika dengan Yogyakarta, 10 November 2012 MP -211

dunia sekitar serta mengaplikasikan konsep dalam kehidupan nyata. Dengan melihat ketiga fungsi tersebut, dalam memilih dan menggunakan alat peraga matematika haruslah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, sehingga benar benar efektif dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jika tidak demikian, maka kemungkinan hasilnya akan lebih jelek. Dengan demikian masalah bagaimana cara membuat, dan kapan menggunakannya merupakan dua masalah yang terus menerus perlu dikaji dan diimplementasikan dalam pembelajaran matematika SD untuk mencapai hasil seoptimal mungkin. Jenis alat peraga maematika antara lain : (1) mainan anak, seperti binatang binatangan, set piring/cawan/garpu, mobil mobilan, kelereng, huruf huruf dan lain lain, (2) papan flanel, (3) batang berwarna, (4) model kerangka bangun geometri dan (5) permainan domino. Jenis alat peraga pertama digunakan untuk menanamkan pengertian tentang bilangan, arti lebih besar, atau lebih kecil dan sama. Kecuali itu dapat menggunakan benda benda yang mudah diperoleh, contohnya batu kerikil, lidi, kacang kacangan dan lain lain. Papan flanel digunakan agar apa yang dipelajari dapat dilihat oleh banyak siswa dan agar tidak merepotkan guru dan siswa. Papan flanel ini terdiri dari sebuah papan datar yang ditutupi dengan kain flanel. Bagian belakang benda benda yang akan diletakkan itu ditempeli dengan amplas yang menghadap kluar. Alat alat peraga yang menggunakan papan flanel ini umumnya dibuat dari benda benda ringan dan bentuknya datar/gepeng, bahannya dari kertas, karton, triplek. Alat peraga ini dapat membantu siswa SD dalam memahami konsep pecahan, perkalian, dan penjumlahan. C. CONTOH CONTOH PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ALTERNATIF BIDANG STUDI MATEMATIKA Adapun contoh contoh pembuatan dan penggunaan media pembelajaran alternatif bidang studi matematika di sekolah dasar antara lain untuk menentukan luas persegi panjang dan luas lingkaran. Penjelasan contoh contoh pembuatan dan penggunaan media tersebut dijelaskan seperti berikut ini dan diadopsi dari Sugiarto, Isti, Hidayah (2006). Alat Peraga Luas Persegi Panjang : I. Model alat peraga i ii iii vi Gb. 1 II. Pembuatan alat peraga a. Bahan : kertas BC atau buffalo, plastic laminating, lem kertas b. Alat kerja : pensil, penggaris (diutamakan penggaris besi), gunting c. Kelengkapan : papan gabus (sterofoam), ukuran 120 cm x 60 cm, tempat penyimpanan berupa File case/amplop bertali atau sejenisnya yang berukuran folio, paku push-pin (dimasukkan kedalam plastik berperekat/plastik obat) Yogyakarta, 10 November 2012 MP -212

d. Langkah-langkah pembuatan : Buat dengan penggaris besi dan cutter model persegi panjang dengan ukuran 5 cm x 5 cm dengan warna yang sama sebanyak 33 (tiga puluh tiga). Buatlah 4 (empat) model persegi panjang dengan ukuran berturut-turut 15 cm x 10 cm, 20 cm x 15 cm, 25 cm x 15 cm, 28 cm x 18 cm dengan ukuran yang lain. Tempelkan model persegi panjang pada model persegi panjang seperti gambar 1. e. Pengepakan : Untuk keperluan pengepakan dan pemeliharaan buatlah halaman Cover yang memuat nama alat peraga, ALAT PERAGA LUAS DAERAH PERSEGI PANJANG kemudian tempelkan pada tempat penyimpanan yang dapat memuat alat peraga tersebut. Masukkan alat peraga dan paku push-pin ke dalam tempat penyimpanan tersebut. III. Penggunaan alat peraga a. Indikator dan kelas No Indikator Kelas 1. Peserta didik dapat menemukan rumus luas daerah 4 persegi panjang b. Persyaratan yang harus dimiliki peserta didik Mengenal persegi panjang dan unsur-unsurnya serta mengenal satuan panjang dan satuan luas. c. Langkah-langkah penggunaan i ii iii vi Gb 2 Untuk dapat menemukan rumus luas daerah persegi panjang dengan panjang p dan lebar l, peserta didik dibimbing untuk mengisi LKS berikut : Gambar Nama Bangun Panjang Lebar Luas Daerah Gb 2 (i)...... x Gb 2 (ii)...... x Gb 2 (iii)...... x Gb 2 (iv).. p l x Simpulan : Jika persegi panjang panjangnya = p, lebarnya = l, maka luas daerahnya L = p x l Yogyakarta, 10 November 2012 MP -213

Alat Peraga Luas Daerah Lingkaran Dengan Pendekatan Luas Daerah Persegi Panjang : I. Model Alat Peraga Gb. 3 II. Pembuatan Alat Peraga a. Bahan : kertas BC atau buffalo, plastik laminating, lem kertas b. Alat kerja : pensil, penggaris (diutamakan penggaris besi), gunting/cutter/pisau, jangka, busur derajat c. Kelengkapan : papan gabus (sterofoam ukuran 120 cm x 60 cm, tempat penyimpanan berupa File case/amplop bertali atau sejenisnya yang berukuran folio, paku push-pin (dimasukkan kedalam plastic berperekat/plastic obat) d. Langkah langkah pembuatan : Buat tiga model lingkaran dari kertas buffalo warna berbeda dengan jari-jari 10 cm. Model lingkaran pertama tidak dipotong. Model lingkaran kedua (warna biru) dipotong menjadi dua bagian masingmasing merupakan model ½ lingkaran dan salah satu diantaranya dipotong lagi menjadi 8 model juring yang kongruen. Lakukan dengan cara sama untuk model lingkaran ke tiga. Potonglah salah satu model juring biru dibagi menjadi dua bagian dengan bentuk yang kongruen. Susunlah dua model ½ lingkaran menjadi model lingkaran seperti gambar 3 (ii) dan 15 model juring yang lain dibentuk menyerupai daerah persegi panjang seperti gambar 3 (iii), dengan tutup kiri dan kanan masing-masing merupakan hasil potongan dari salah satu model juring biru yang dibagi menjadi dua bagian dengan bentuk yang kongruen tadi. e. Pengepakan : untuk keperluan pengepakan dan pemeliharaan, buatlah halaman cover, memuat nama alat peraga ALAT PERAGA LUAS DAERAH LINGKARAN DENGAN PENDEKATAN LUAS DAERAH PERSEGI PANJANG kemudian tempelkan pada tempat penyimpanan yang dapat memuat alat peraga tersebut. Masukkan alat peraga dan paku push-pin ke dalam tempat penyimpanan tersebut. III. Penggunaan alat peraga a. Indikator dan kelas No Indikator Kelas 1. Peserta didik dapat menemukan rumus luas daerah 6 lingkaran dengan pendekatan luas daerah persegi panjang b. Persyaratan yang harus dimiliki peserta didik Memahami konsep luas daerah persegi panjang dan memahami keliling lingkaran dan panjang busur setengah keliling lingkaran. Yogyakarta, 10 November 2012 MP -214

c. Langkah-langkah penggunaan Gb. 4 1. Letakkan pada papan gabus model daerah lingkaran (i) dan (ii) seperti gambar 4 2. Dengan cara menghimpitkan, tunjukkan bahwa kedua model lingkaran tersebut kongkruen. Sambil menunjuk pada bangun (i) bahwa model lingkaran ini panjang jari-jarinya r, kemudian tanyakan kepada peserta didik, Apakah panjang jari-jarinya sama? Apakah luasnya sama? (ya) Berbentuk apakah bangun pada gambar 4 (iii)? (menyerupai daerah persegi panjang) berapakah panjangnya? (setengah keliling lingkaran atau πr) Berapakah lebarnya? (r) berapakah luasnya? (πr x r) 3. Selanjutnya peserta didik untuk melanjutkan menemukan rumus luas daerah lingkaran dengan cara sbb : Luas daerah lingkaran = Luas daerah.. Luas daerah lingkaran =.. Luas daerah lingkaran =.. Simpulan : Jika lingkaran dengan panjang jari-jarinya r, dan luas daerahnya L maka L = πr 2 KESIMPULAN Peranan penggunaan alat peraga untuk meningkatkan pemahaman matematika siswa SD sangat penting. Mengajar matematika di SD bukan merupakan hal yang mudah. Taraf berpikir anak SD masih pada taraf operasional konkret. Pola berpikir dalam mamahami konsep konsep yang abstrak masih sangat tergantung pada benda benda konkret. Mengingat pentingnya alat peraga tersebut, guru matematika SD diharapkan terampil membuat dan menggunakannya. Semoga dengan contoh contoh pembuatan dan penggunaan beberepa alat peraga tersebut dapat memotivasi guru guru SD untuk mengadakan, mengelola, dan mengembangkan kelas matematika di setiap SD yang mutlak sangat diperlukan. Yogyakarta, 10 November 2012 MP -215

DAFTAR PUSTAKA Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Pembelajaran Matematika. Malang : IKIP MALANG. Kovalik, Susan. 1994. The Model Integrated Thematic Instruction Suite : Susan Kovalik & Associates. Mulyasa, E. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta Bumi Aksara. Subandji. 2011. Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif. Malang : PT. Pertamina (Persero) dengan Universitas Negeri Malang (UM). Sugiarto, Isti, Hidayah. 2006. Cara Membuat dan Menggunakan Alat Peraga Matematika. Semarang : Jurusan Matematika Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Sukarman, Herry. 1991. Peranan Alat Peraga Dalam Pengajaran Matematika SD. PPPG Matematika : Yogyakarta. Sumanto. 2011. Modul Pengembangan Media Pembelajaran. Malang : Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 15 Universitas Negeri Malang. Winari, Endang, Setyo. 1994. Penggunaan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Pemahaman Matematika Murid Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar Kajian Teori dan Praktek Pendidikan. Malang : UPP I PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP MALANG. Winarni, Endang, Setyo. 2004. Penerapan dan Pengembangan Bahan Ajar Matematika SD Dalam Rangka Menunjang Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya. Malang : Jurusan Pendidikan Matematika dan Komputasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang. Yogyakarta, 10 November 2012 MP -216