BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Latar Belakang Instansi/Perusahaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan perkembangan perusahaan. produksi furniture baik indoor furniture maupun garden furniture.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : Kelas : 3 EB 18

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PERUSAHAAN MERAH DELIMA BAKERY KOTA KEDIRI

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur dengan perusahaan dagang.

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan pendekatannya penilitian ini merupakan penelitian kuantitatif

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM

METODE PEMBEBANAN BOP

LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL

PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI

BAB I PENDAHULUAN. dan semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri, Kediri ABSTRAK

Nama : Silvia Ayu Anggraini NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr. Emmy Indrayani

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PERUSAHAAN ROTI IDEAL

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan informasi juga berpengaruh pada proses pembuatan. dengan didistribusikan kepada konsumen.

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR...

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK.

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ahli.menurut Hansen dan Mowen (2004:53) Harga Pokok Produksi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

: MIRD FAHMI NPM : PEMBIMBING : Prof. Dr. DHARMA TINTRI EDIRARAS, SE., AK., CA., MBA FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan harga pokok produk sangatlah penting bagi manajemen untuk

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk. Contoh peraga 5.2 Perhitungan biaya satuan : produk tunggal. Biaya produksi

Vina Chris Lady Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Dosen Pembimbing : Haryono, SE., MMSI.

BAB II LANDASAN TEORI. dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai

ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PT. ELESKA PRIMA TIGA DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia. Salah satu dampak yang nyata bagi industri dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pertemuan 3 Activity Based Costing

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. INDUSTRI SANDANG NUSANTARA UNIT PATAL SECANG SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional. Dengan demikian industri kecil dan rumah tangga merupakan

ABSTRAK Kata Kunci Pendahuluan

BAB II LANDASAN TEORI

Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan. Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Akuntansi Biaya. Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RSB Nirmala,Kediri)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

Diajukan oleh : Yunanto D

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. MOTTO...

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Risma Yurnita, Holly Deviarti. Universitas Bina Nusantara Jln. Kebon Jeruk Raya No. 20 Jakarta Barat Phone

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness center,

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB II LANDASAN TEORI

MODEL ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI MODEL PENENTUAN TARIF JASA PENGINAPAN HOTEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 2. Diskripsi CV. Jawa Dipa CV. Jawa Dipa merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dibidang permebelan yang ada di Desa Bondo, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara.Kabupaten Jepara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang beribukota di Jepara. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak pada posisi 110 9 48, 02 sampai 110 58 37,40 Bujur Timur, 5 43 20,67 sampai 6 47 25,83 Lintang Selatan, sehingga merupakan daerah paling ujung sebelah utara dari Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah daratan Kabupaten Jepara 1.004,189 km2 dengan panjang garis pantai 72 km. Wilayah tersempit adalah Kecamatan Kalinyamatan (24,179 km2) sedangkan wilayah terluas adalah Kecamatan Keling (231,758 km2). Sebagian besar luas wilayah merupakan tanah kering, sebesar 740,052 km2 (73,70%) sisanya merupakan tanah sawah, sebesar 264,080 km2(26,30%).desa Bondo terletak di Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara. Dari kota Jepara membutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan kendaraan pribadi untuk sampai ke Desa Bondo. CV. Jawa Dipa berdiri sejak tahun 1998 hingga saat ini yang usianya sekitar 15 tahun. Perusahaan ini berdiri disebuah desa kecil yang berjarak sekitar 51

8 km dari pusat kota Jepara, tepatnya di desa Margokerto RT 01/RW 07 Kelurahan Bondo, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Perusahaan ini termasuk perusahaan keluarga yang memasarkan produknya ke Amerika. Perusahaan funiture ini membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat sekitar yang awalnya hanya bekerja sebagai buruh tani dan pekerja srabutan. Karyawan CV. Jawa Dipa berjumlah sekitar 125orang. Produk yang dihasilkan oleh CV. Jawa Dipa adalah full garden funiture, yang terdiri bangku, ayunan, meja dan kursi santai dan lain sebagainya. Dalam pembuatan produknya CV. Jawa Dipa sangat mengutamakan kualitas kayu yang digunakan sehingga kekuatan produk yang dihasilkan juga terjamin. Struktur organisasi CV. Jawa Dipa dapat dilihat pada gambar di bawah ini: 52

Gambar 5: Struktur Organisasi CV. Jawa Dipa Direktur Manajer dutama Manajer perencanaan Manajer produksi Manajer keuangan Manajer pemasaran Gergaji komponen Tukang Packing Servis Amplas Sumber: CV. Jawa Dipa, 2012 Bahan pendukung Admin gudang Berikut ini penjelasan jabatan yang berlaku di CV. Jawa Dipa: 1. Direktur Direktur bertugas untuk mengatur seluruh operasional suatu perusahaan, baik dari segi SDM maupun non-sdm dan juga harus mengatur strategi perusahaan agar maju dibandingkan dengan perusahaan yang lainnya.adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: a. Menetapkan garis-garis kebijakan perusahaan, menetapkan tujuan perusahaan. b. Menetapkan target dari penjualan per tahun. 53

c. Memiliki wewenang dalam menangani masalah keuangan, mencari dan mengatur penggunaan dana perusahaan untuk kelancaran operasi perusahaan. d. Memimpin rapat evaluasi bulanan dan mengawasi usaha operasi perusahaan. e. Berhak meminta penjelasan atas apa yang dilakukan diluar kebijakan yang telah ditetapkan dari setiap bagian yang ada dibawahnya. 2. Manager Utama Manager utama membantu tugas Direktur dalam menyelesaikan pekerjaan sehari-hari. Adapun tugas dan tanggungjawabnya adalah sebagai berikut: a. Membantu tugas-tugas direktur utama. b. Mewakili direktur utama apabila berhalangan. c. Mengatur pengeluaran dana perusahaan harian. d. Melaporkan laporan keuangan pada saat rapat evaluasi bulanan. e. Melaporkan perbandingan penjualan dibulan yang sama pada tahun yang berbeda, pada bulan ini dan bulan yang akan datang. 3. Manajer Perencanaan Manajer perencanaan bertugas untuk merancang desain-desain macammacam lemari, meja dan lain-lain. Merencanakan proses pembuatan macammacam lemari, meja dan lain-lain, serta menentukan bahan material apa saja yang akan digunakan dalam memproduksi barang, sehingga bisa memenuhui kepuasan pelanggan dan mencapai target yang maksimal. 54

2. Manajer Produksi Manajer produksi bertugas untuk memproduksi barang-barang dan harus mempunyai kemampuan dalam membuat suatu barang sehingga barang yang dihasilkan bermutu dan berkualitas dalam segi pembuatan barang tersebut. Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: a. Mengatur waktu pekerjaan agar sesuai dengan waktu pengiriman. b. Mengatur posisi pengawas kualitas di masing-masing titik pekerjaan. c. Memberikan harga produksi untuk kepentingan marketing dalam membuat harga jual. 5. Manajer Keuangan Manajer keuangan bertugas untuk mengelola keuangan perusahaan, setiap hal terkait keuangan baik itu dalam hal produksi atau pengeluaran serta pendapatan maka akan menjadi tanggung jawab bagian keuangan untuk dilaporkan pada direktur utama. Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : a. Membuat bukti pembayaran pelanggan b. Mengelola dana yang dibutuhkan selama kegiatan produksi c. Membuat laporan akhir d. Membuat laporan laba rugi perusahaan 6. Manajer Pemasaran Marketing betugas untuk menawarkan produk kepada pelanggan serta menjelaskan hal-hal yang terkait tentang produk kepada pelanggan. 55

Kemudian menerima pesanan order dari pelanggan. Adapun tugas dan tanggungjawabnya adalah sebagai berikut: a. Memfollow up order dari pelanggan b. Memproses order dari pelanggan c. Membuat surat perintah kerja 2. Data produksi CV. Jawa Dipa Tahun 2012 Di dunia bisnis perusahaan harus mampu bersaing dengan perusahaan lainnya untuk memasarkan produk yang dihasilkannya. Selain produk yang dihasilkan harus mampu bersaing secara kualitas, produk yang dihasilkan juga harus mempunyai karakteristik tertentu yang dapat menjadi pembeda produk perusahaan tersebut dengan produk perusahaan lain yang bergerak dalam bidang yang sama. Kekuatan dan keunikan barang-barang mebel yang dihasilkan CV. Jawa Dipa menjadi hal utama yang dipertahankan untuk mampu bersaing dengan perusahaan funiture lainnya. Dan berikut ini adalah data produksi CV. Jawa Dipa tahun 2012 yang dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut: Tabel 9. Data Produksi CV. Jawa Dipa Tahun 2012 Jenis Produk Jumlah Unit Nilai Umbrellas 41 184.336.000 Bench 466 2.474.399.253 Chair 637 3.276.999.249 Table 1.316 2.434.577.327 Total 12.781.525.770 Sumber: CV. Jawa Dipa 56

Dan untuk memproduksi produk-produk diatas berikut ini data biaya yang berkaitan dengan proses produksi tersebut: 1. Data Pemakaian Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi CV. Jawa Dipa adalah kayu jati. Jumlah pemakaian bahan baku CV. Jawa Dipa pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini: Tabel 10. Data Pemakaian bahan baku CV. Jawa Dipa tahun 2012 Jenis Produk Jumlah Unit Pemakaian bahan baku (Rp) Umbrellas 41 4.448.951 Bench 466 247.187.906 Chair 637 119.620.000 Table 1.316 177.746.208 Total 549.003.065 Sumber: CV. Jawa Dipa 2. Data Biaya Tenaga Kerja Langsung Data biaya tenaga kerja langsung CV. Jawa Dipa pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 11 berikut in Tabel 11. Data Biaya Tenaga Kerja CV. Jawa Dipa tahun2012 Jenis Produk Jumlah Unit BTKL (Rp) Umbrellas 41 14.545.166 Bench 466 165.318.226 Chair 637 225.982.211 Table 1.316 466.864.347 Total 872.709.950 Sumber: CV. Jawa Dipa Ringkasan data produksi, data pemakaian bahan baku dan data biaya tenaga kerja langsung pada CV. Jawa Dipa dapat dilihat pada tabel 12 sebagai berikut ini: 57

Tabel 12. Ringkasan Data Produksi, Data Pemakaian Bahan Baku, dan Data Biaya Tenaga Kerja Langsung Pada CV. Jawa Dipa Tahun 2012 Jenis Produk Jumlah Unit BBB (Rp) BTKL (Rp) Umbrellas 41 4.448.951 14.545.166 Bench 466 247.187.906 165.318.226 Chair 637 119.620.000 225.982.211 Table 1.316 177.746.208 466.864.347 Jumlah 2.460 549.003.065 872.709.950 Sumber: CV. Jawa Dipa 3. Biaya lain-lain Biaya lain-lain yang dikonsumsi oleh produk yang diproduksi CV. Jawa Dipa dapat dilihat pada tabel 13 sebagai berikut: 58

Tabel 13. Data Biaya CV. Jawa Dipa tahun 2012 No Jenis biaya Total biaya (Rp) 1 Biaya langsung Bahan Baku 549.003.065 Tenaga Kerja Langsung Upah Pph pasal 21 Makan dan Minum Kesejahteraan Karyawan Sumbangan Jumlah 2 Biaya Tidak Langsung Biaya Bahan Pembantu Produk supllies Accessories Batyline Packing Viro Press batyline Total bahan pembantu Biaya Admin & Umum Biaya tenaga kerja tidak langsung Biaya penyusutan mesin& alat Biaya pemeliharaan mesin Biaya penyusutan bangunan Biaya keperluan pabrik Biaya energi Biaya pemasaran Total biaya tidak langsung 715.370.150 82.528.700 1.231.250 12.789.000 29.553.350 13.300.000 872.709.950 Total Biaya Langsung 1.421.713.015 243.991.650 110.761.280 31.621.673 31.029.850 23.407.705 5.857.500 446.645.658 137.497.500 36.465.619 35.256.000 23.747.570 36.222.350 42.177.490 98.270.000 1.262.267.393 Total biaya 2.277.995.201 59

Sumber: CV Jawa Dipa Berdasarkan data biaya diatas maka dapat diperoleh data pemakaian biaya overhead pabrik CV. Jawa Dipa pada tahun 2012, yang dapat dilihat pada tabel 14 berikut ini: Tabel 14. Data Biaya Overhead Pabrik CV. Jawa Dipa tahun 2012 No Keterangan Jumlah (Rp) 1. Biaya bahan pembantu 446.645.658 2. Biaya energi 42.177.490 3. Biaya tenaga kerja tak langsung 137.497.500 4. Biaya penyusutan mesin 36.465.619 5. Biaya pemeliharaan mesin 35.256.000 6. Biaya penyusutan bagunan 23.747.570 7. Biaya keperluan pabrik 36.222.350 8. Biaya pemasaran 98.270.000 Total biaya overhead pabrik 856.282.186 Sumber: Data sekunder yang telah diolah berikut ini: Pemakaian biaya overhead pabrik CV. Jawa Dipa dapat dijelaskan sebagai 1. Bahan pembantu Bahan pembantu terdiri dari biaya produk supllies, accessories, batyline, packing, viro dan press batyline yang penggunaannya seiring dengan jumlah unit produk yang diproduksi CV. Jawa Dipa. Dasar pembebanannya adalah jumlah unit produksi. 2. Biaya Energi Biaya energi merupakan biaya yang digunakan untuk membayar tenaga listrik maupun genset yang digunakan untuk penerangan maupun untuk mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi selama 1tahun, dengan dasar pembebanan KWH. 60

3. Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung Biaya tenaga kerja tak langsung adalah biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk menggaji tenaga kerja tidak langsung atau tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan produksi seperti tenaga kerja pegawas dan keamanan. Biaya tenaga kerja tak langsung dikonsumsi oleh jumlah waktu yang diberlakukan untuk melakukan inspeksi. 4. Biaya Penyusutan Mesin Biaya penyusutan mesin adalah biaya yang terjadi karena penggunan mesin dalam jangka waktu tertentu yang mengakibatkan turunnya nilai mesin tersebut. Dasar pembebanannya adalah jumlah unit produk yang diproduksi. 5. Biaya pemeliharaan mesin Biaya pemeliharaan mesin adalah biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan dan memelihara mesin yang digunakan dalam proses produksi. Dasar pembebanannya adalah jumlah jam inspeksi. 6. Biaya penyusutan bangunan Biaya penyusutan bangunan adalah biaya yang terjadi karena adanya penggunaan bangunan yang dapat menyebabkan penurunan nilai bangunan dalam jangka waktu tertentu. Dasar pembebanannya adalah luas bangunan pabrik. 7. Biaya keperluan pabrik 61

Biaya keperluan pabrik adalah biaya yang dikeluarkan pemeliharaan bangunan pabrik. Biaya ini didasarkan pada luas area pabrik yang digunakan dalam proses produksi. 8. Biaya pemasaran Biaya pemasaran adalah seluruh biaya yang digunakan dalam rangka memasarkan produk yang diproduksi CV. Jawa Dipa. Dasar pembebanan jumlah unit yang diproduksi. Selain data di atas, data lain yang digunakan untuk mendukung penerapan Activity-based costing system, antara lain: 1. Jumlah pemakaian energi 2. Jumlah jam inspeksi 3. Luas area yang dikonsumsi Jumlah penggunaannya dapat dilihat pada tabel 15 dibawah ini: Tabel 15. Daftar Cost Driver CV. Jawa Dipa Tahun 2012 no cost driver umbrellas Bench Chair table jumlah 1 jumlah unit 41 466 637 1.316 2.460 2 jumlah KWH 1.173,42 13.336,87 18.230,87 37.663,78 70.404,94KWH 3 jam inspeksi 656jam 22.368jam 61.152jam 63.168jam 147.344jam 4 luas area 1.235 1730 5.190 5.825 13.980 m2 Sumber: Data sekunder yang telah diolah A. Analisis Data Dari hasil penelitian ini, CV. Jawa Dipa belum menggunakan metode Activity-based costing system untuk menghitung Harga Pokok Produksi. Yang artinya CV. Jawa Dipa masih menggunakan Sistem Tradisional. Harga Pokok 62

Produksi dapat dihitung menggunakan dua metode yaitu dengn Activity-Based Costing System dan Sistem Tradisional. Dan di bab ini akan membahas mengenai perhitungan Activity-Based Costing System untuk menghitung Harga Pokok produksi CV. Jawa Dipa yang kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan hasil perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Sistem Tradisional untuk menentukan ketepatan Harga Pokok Produksi Mebel CV. Jawa Dipa. 1. Perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Sistem Tradisional pada CV. Jawa Dipa. Untuk menghitung biaya overhead pabrik Sistem Tradisional mempunyai dua alternatif yaitu berdasarkan tarif tunggal dan berdasarkan tarif departemen. Namun yang biasa digunakan dalam pembebanan biaya overhead pabrik adalah tarif tunggal dengan menggunakan cost driver berdasarkan unit yang diproduksi. Pembebanan biaya overhead pabrik dengan tarif tunggal dilakukan melalui dua tahap. Pembebanan pada tahap pertama biaya overhead pabrik selama satu periode diakumulasikan menjadi satu berdasarkan jam mesin, unit produk dan jam tenaga kerja. Kemudian tahap kedua pembebanan biaya overhead pabrik yang sudah dibebankan kepada produk tersebut diakumulasikan kepada masing-masing produk. a) Tahap pertama Tahap pertama yaitu biaya overhead pabrik diakumulasikan menjadi satu untuk keseluruhan pabrik berdasarkan unit produksi seperti berikut ini: 63

Diketahui: Total overhead pabrik= Rp.856.282.186 Total produk = 2.460unit Tarif tunggal berdasarkan unit produk = Rp.856.282.186 2.460 = Rp.348.082,19 per unit b) Tahap kedua Tahap kedua yaitu membebankan biaya overhead pabrik yang sudah dibebankan kepada masing-masing produk. Perhitungannya dapat dilihat pada tabel 16 sebagai berikut: 64

Tabel 16. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional Umbrellas Elemen biaya Biaya total (Rp) Jumlah Biaya per unit (Rp) Biaya Utama 18.994.117 41 463.271 Biaya Overhead pabrik =348.082,19 X 41 14.271.370 41 348.082 jumlah 33.265.487 811.353 Bench Elemen biaya Biaya total (Rp) Jumlah Biaya per unit (Rp) Biaya utama 412.506.132 466 885.206 Biaya Overhead pabrik =348.082,19X466 155.244.657 466 333.143 jumlah 567.750.789 1.218.349 Chair Elemen biaya Biaya total (Rp) Jumlah Biaya per unit (Rp) Biaya Utama 345.602.211 637 542.547 Biaya Overhead pabrik =348.082,19X637 221.728.355 637 348.082 Jumlah 567.330.566 890.629 Table Elemen biaya Biaya total (Rp) Jumlah Biaya per unit (Rp) Biaya Utama 624.610.555 1.316 474.628 Biaya Overhead pabrik =348.082,19X1.316 458.076.162 1.316 348.082 Jumlah 1.082.686.717 822.710 Sumber: Data Sekunder yang telah diolah 65

Hasil perhitungan Harga Pokok Prosuksi menggunakan Sistem Tradisional pada CV. Jawa Dipa adalah untuk Umbrellas sebesar Rp.811.353 per unit, untuk Bench adalah sebesar Rp.1.218.349 per unit, untuk Chair adalah sebesar Rp.890.629 per unit, dan untuk Table adalah sebesar Rp.822.710. 2. Perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Activity-Based Costing System pada CV. Jawa Dipa tahun 2012 Untuk menghitung Harga Pokok produksi menggunakan Activity-Based Costing System terdiri dari dua prosedur, yaitu: a. Prosedur pertama Tahap pertama untuk menentukan Harga Pokok Produksi menggunakan Activity-Based Costing System adalah menelusuri biaya dari aktivitas yang mengkonsumsi biaya tersebut, yang terdiri dari: 1) Mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas Pada CV. Jawa Dipa digolongkan menjadi empat level aktivitas. Rincian penggolongan aktivitas-aktivitas dapat dilihat pada tabel 17 sebagai berikut: 66

Tabel 17. Penggolongan biaya ke berbagai aktivitas pada CV. Jawa Dipa Level aktivitas Komponen BOP Jumlah (Rp) Biaya bahan pembantu 446.645.658 Aktivitas level unit Biaya energy 42.177.490 Biaya penyusutan mesin 137.497.500 Aktivitas level batch Biaya tenaga kerja tak langsung 36.456.619 Biaya pemeliharaan mesin 35.256.000 Aktivitas level produk Biaya pemasaran 98.270.000 Aktivitas level fasilitas Biaya penyusutan bagunan 23.747.570 Biaya keperluan pabrik 36.222.350 Jumlah 856.273.187 Sumber: Data sekunder yang telah diolah Penjelasan dari tiap level aktivitas sebagai berikut ini: a) Aktivitas unit level Aktivitas unit level merupakan aktivitas yang terjadi seiring dengan jumlah unit yang diproduksi dan jenis aktivitas ini meliputi pemakaian bahan pembantu, aktivitas pemakaian energi, dan aktivitas penyusutan mesin. b) Aktivitas level batch Aktivitas level batch merupakan biaya aktivitas yang berkaitan dengan kelompok unit. Jenis aktivitas ini meliputi biaya tenaga kerja tak langsung dan biaya pemeliharaan mesin. c) Aktivitas level produk Aktivitas level produk merupakan aktivitas pendukung produk yang dilakukan untuk mendukung setiap produk 67

tanpa menghiraukan jumlah unit atau batch unit yang diproduksi. Jenis aktivitas ini adalah aktivitas pemasaran. d) Aktivitas level fasilitas Aktivitas level fasilitas merupakan aktivitas yang tidak dapat ditelusuri ke produk atau jasa individual namun mendukung operasi perusahaan secara keseluruhan. Jenis aktivitas ini meliputi penyusutan bangunan dan keperluan pabrik. 1) Menghubungkan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas, seperti berikut ini: a) Aktivitas pemakaian bahan pembantu dalam proses produksi mengkonsumsi biaya bahan pembantu. b) Aktivitas pemakaian energi listrik dalam proses produksi mengkonsumsi listrik. c) Aktivitas penyusutan mesin mengkonsumsi biaya penyusutan mesin. d) Aktivitas pemakaian tenaga kerja tidak langsung mengkonsumsi biaya tenaga kerja tidak langsung. e) Aktivitas pemasaran mengkonsumsi biaya pemasaran. f) Aktivitas penyusutan bangunan mengkonsumsi biaya penyusutan bangunan. g) Aktivitas keperluan pabrik mengkonsumsi biaya keperluan pabrik. 68

2) Menentukan cost driver yang tepat untuk masing-masing aktivitas. Setelah aktivitas-aktivitas produksi didentifikasi sesuai dengan levelnya, maka selanjutnya adalah mengidentifikasi cost driver dari setiap biaya untuk menentukan tarif cost driver per unit. Data cost drivernya dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini: Tabel 18. Daftar Cost Driver CV. Jawa Dipa Tahun 2012 no cost driver umbrellas Bench Chair Table jumlah 1 jumlah unit 41 466 637 1.316 2.460 2 jumlah KWH 1.173,42 13.336,87 18.230,87 37.663,78 70.404,94KWH 3 jam inspeksi 656jam 22.368jam 61.152jam 63.168jam 147.344jam 4 luas area 1.235 1730 5.190 5.825 13.980 m2 Sumber: Data sekunder yang telah diolah 3) Penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen Tujuan pembentukan cost pool yang homogen adalah untuk meringkas jumlah cost pool yang jumlahnya terlalu banyak. Rincian cost pool yang homogen pada CV. Jawa Dipa dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini: Tabel 19. Cost Pool Homogen CV. Jawa Dipa Cost pool Level Aktivitas BOP Cost driver homogeny aktivitas Aktivitas bahan pembantu Jumlah unit Unit level Pool 1 Aktivitas penyusutan mesin Jumlah unit Unit level Pool 2 Aktivitas pemakaian listrik KWH Unit level Aktivitas tenaga kerja tak Jam Bacth level langsung inspeksi Pool 3 Jam Aktivitas pemeliharaan mesin Bacth level inspeksi Unit Pool 4 Aktivitas pemasaran Produk level produk Aktivitas penyusutan bangunan Luas area Fasilitas level Pool 5 aktivitas keperluan pabrik Luas area Fasilitas level 69

Sumber: Data sekunder yang telah diolah 4) Penentuan tarif kelompok (Pool Rate) Tarif kelompok ( pool rate) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif per unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Tarif BOP per kelompok aktivitas = BOP kelompok aktivitas tertentu Driver biayanya Sumber: Supriyono (2002: 232) Pool rate aktivitas level unit pada CV. Jawa Dipa tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini: Tabel 20. Pool Rate aktivitas level unit pada CV. Jawa Dipa 2012 Cost Pool Elemen BOP Jumlah (Rp) cost pool 1 biaya bahan pembantu 466.645.658 biaya penyusutan mesin 137.497.500 total biaya 604.143.158 unit produk 2.460 pool rate 1 245.587 cost pool Elemen BOP Jumlah (Rp) cost pool 2 biaya energy 42.177.490 total biaya 42.177.490 KWH 70.405 pool rate 2 599 sumber: Data sekunder yang sudah diolah 70

Pool rate akttivitas level batch pada CV. Jawa Dipa tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 21 berikut ini: Tabel 21. Pool Rate aktivitas level bacth pada CV. Jawa Dipa 2012 Cost Pool Elemen BOP Jumlah (Rp) Cost Pool biaya tenaga kerja tidak langsung 36.465.619 3 biaya pemeliharaan mesin 35.256.000 total biaya 71.721.619 jam inspeksi 147.344 pool rate 3 sumber: Data sekunder yang sudah diolah 487 Pool rate aktivitas level produk pada Mebel CV. Jawa Dipa 2012 dapat dilihat pada tabel 22 berikut ini: Tabel 22. Pool Rate aktivitas level produk pada CV. Jawa Dipa 2012 Cost pool Elemen BOP Jumlah (Rp) Cost pool 4 biaya pemasaran 98.270.000 total biaya 98.270.000 unit produk 2.460 pool rate 4 39.947 sumber: Data sekunder yang sudah diolah Pool rate aktivitas level fasilitas pada CV. Jawa Dipa pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 23 berikut ini: Tabel 23. Pool Rate aktivitas level fasilitas pada CV. Jawa Dipa 2012 Cost pool Elemen BOP Jumlah (Rp) Cost pool biaya penyusutan bangunan 23.747.570 5 biaya keperluan pabrik 36.222.350 total biaya 59.969.920 luas area 13.980 pool rate 5 4.290 sumber: Data sekunder yang sudah diolah 71

b. Prosedur kedua Tahap kedua adalah menentukan Harga Pokok Produksi berdasarkan aktivitas dengan membebankan tarif kelompok berdasarkan Cost Driver. Setiap kelompok biaya overhead dilacak ke berbagai jenis produk. BOP ditentukan dari setiap kelompok ke setiap produk dengan rumus sebgai berikut ini: BOP dibebankan = tarif kelompok x unit cost driver yang digunakan Sumber: Supriyono (2002: 234) Pembebanan Harga Pokok Produksi dengan metode Activity- Based Costing System disajikan pada tebel 24 sebagai berikut: 72

Tabel 24. Pembebanan BOP dengan Activity-Based Costing System Pada CV. Jawa Dipa Tahun 2012 Level aktivitas Cost driver Proses pembebanan Umbrellas Bench Chair Table Jumlah 245.586,65 X 41 10.069.053 Unit produk 245.586,65 X 466 114.443.379 245.586,65 X 637 156.438.696 Level Unit 245.586,65 X 1.316 323.192.031 604.143.159 599,07 X 1.173,42 702.961 KWH 599,07 X 13.336,87 7.989.719 599,07 X 18.230,87 10.921.567 599,07 X 37.663,78 22.563.241 42.177.487 Level Bacth Level Produk Level Fasilitas Jam inspeksi Unit produk Sumber: Data sekunder yang telah diolah 486,76 X 656 319.315 486,76 X 22.368 10.887.848 486,76 X 61.152 29.766.348 486,76 X 63.168 30.747.656 71.721.165 39.947,15 X 41 1.637.833 39.947,15 X 466 18.615.372 39.947,15 X 637 25.446.335 39.947,15 X 1.316 52.570.449 98.269.989 4.289,69 X 1235 5.297.767 4.289,69 X 1730 7.421.164 Luas area 4.289,69 X 5190 22.263.491 4.289,69 X 5825 24.987.444 59.969.866 Jumlah 18.026.928 159.357.481 244.836.437 454.060.821 876.281.667 73

Berdasarkan pembebanan biaya overhead yang telah dilakukan diatas, maka perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode Activity-Based Costing Systempada CV. Jawa Dipa pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 25 sebagai berikut ini: Tabel 25. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Activity-Based Costing System pada CV. Jawa Dipa tahun 2012 Keterangan Umbrellas Bench Chair Table BBB 4.448.951 247.187.906 119.620.000 177.746.208 BTKL 14.545.166 165.318.226 225.982.211 466.864.347 BOP 18.026.928 159.357.486 244.836.499 454.060.861 (pembulatan) HPP 37.021.045 571.863.618 590.438.660 1.098.671.416 Unit Produk 41 466 637 1.316 HPP per Unit (pembulatan) 902.952 1.227.175 926.905 834.857 Sumber: Data sekunder yang telah diolah Berdasarkan tabel diatas hasil perhitungan Harga Pokok Produksi per unit menggunakan Activity-Based Costing System pada CV. Jawa Dipa tahun 2012 adalah untuk Umbrellas sebesar Rp.902.952, untukbench sebesar Rp.1.227.175, untuk Chair Rp.926.905 dan untuk Table sebesar Rp.834.857. b) Membandingkan hasil perhitungan Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional dengan Activity-Based Costing System. Perbandingan perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Sistem Tradisional dengan Activity-Based Costing System dapat dilihat pada tabel 26 sebagai berikut ini: 74

Tabel 26. Perbandingan Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional dengan Activity-Based Costing System pada CV. Jawa Dipa tahun 2012 Jenis produk Sistem Sistem Selisih Nilai Kondisi Tradisional ABC Umbrellas 811.353 902.952 91.599 Undercost Bench 1.218.349 1.227.175 8.826 Undercost Chair 890.629 926.905 36.276 Undercost Table 822.710 834.857 12.147 Undercost Sumber: Data sekunder yang telah diolah Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Activity-Based Costing System adalah untuk Umbrellas sebesar Rp.902.952, untuk Bench sebesar Rp.1.227.175, untuk Chair sebesar Rp.926.905 dan untuk Table sebesar Rp.834.857. Dari hasil perhitungan di atas jika dibandingkan dengan Sistem Tradisional, maka Activity-Based Costing System memberikan hasil perhitungan yang lebih besar, yaitu dengan selisih produk Umbrellas sebesar Rp.91.599, selisih produk Bench sebesar Rp.8.826, dan untuk produk Chair sebesar Rp.36.276, sedangkan untuk produk Table sebesar Rp.12.147. C. Pembahasan 1. a) Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional pada Mebel CV. Jawa Dipa tahun 2012. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, hasil perhitungan harga pokok produksi menggunakan sistem tradisional memperoleh hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan perhitungan harga pokok produksi menggunakan activity-based costing system. Hasil perhitungan harga pokok 75

produksi menggunakan sistem tradisional adalah sebesar Rp.811.353 untuk produk Umbrellas, untuk produk Bench sebesar Rp.1.218.349, untuk produk Chair sebesar Rp.890.629 dan untuk produk Table sebesar Rp.822.710. Hal ini terjadi karena karena sistem tradisional hanya menggunakan satu cost driver saja yaitu berdasarkan jumlah unit yang menurut Hansen & Mowen (2000: 317) penggunaan pendorong kegiatan berdasarkan unit saja untuk membebankan biaya overhead pabrik maka biaya overhead yang terkait dengan non unit dapat menghasilkan biaya produk yang terdistorsi. Biaya-biaya non unit yang terdistorsi tersebut adalah seperti biaya pemeliharaan mesin, biaya penyusutan gedung, dan biaya pemakaian listrik. Selain itu Mebel CV. Jawa Dipa juga memproduksi produk yang lebih dari satu jenis dengan jumlah unit yang bervariasi sehingga jumlah overhead pabrik yang dikonsumsi oleh setiap produk juga berbeda sesuai dengan karakteristik masing-masing produk. Sesuai pendapat Carter & Usry (2004: 419) Penggunaan dasar volume output cenderung mengakibatkan perhitungan biaya yang terlalu besar untuk produk yang volumenya tinggi dan terlalu rendah untuk produk yang volumenya rendah. Dengan begitu pembebanan biaya overhead pabrik tidak bisa didasarkan pada jumlah output yang diproduksi karena pembebanan tersebut tidak tepat dalam menentukan biaya overhead.. b) Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Activity-Based Costing System pada Mebel CV. Jawa Dipa tahun 2012. 76

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, hasil perhitungan harga pokok produksi menggunakan activity-based costing system memperoleh hasil yang lebih tinggi dibandingkan hasil perhitungan harga pokok produksi menggunakan sistem tradisional. Hasil perhitungan harga pokok produksi menggunakan system tradisional adalah sebesar Rp.902.952 untuk produk umbrellas, sebesar Rp.1.227.175 untuk produk bench, sebesar Rp.926.905 untuk produk Chair, dan sebesar Rp.834.857 untuk produk table. Hal ini terjadi karena activity-based costing system membebankan biaya overhead berdasarkan aktivitas yang dikonsumsi oleh produk yang dibagi ke dalam beberapa cost driver sesuai dengan pendapat Firdaus & Wasilah (2009: 322) bahwa dengan pengelompokan biaya berdasarkan aktivitas tersebut ABC dapat menghasilkan informasi biaya produk yang lebih akurat dan dapat dipercaya. Dan selain dapat menghasilkan perhitungan Harga Pokok Produksi yang lebih akurat, menurut Srikant M. Datar, dan George Fostar (2006: 177) Activity-Based Costing System juga memuat informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan manajemen guna meningkatkan kepuasan pelanggan dan profitabilitas. Secara luas temasuk keputusan tentang harga, pengurangan biaya, peningkatan proses dan perancangan produk. Sehingga dapat membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai aktivitas-aktivitas apa saja yang harus dikurangi apabila terjadi pemborosan biaya dalam proses produksi. 77

2. Ketepatan Perhitungan Harga Pokok Produksi Mebel CV. Jawa Dipa Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa secara keseluruhan Acivity-Based Costing System memberikan hasil yang lebih besar dari Sistem Tradisional. Rincian perbandingan Harga Pokok Produksi dengan Activity-Based Costing System dan Sistem Tradisional dapat dilihat pada tabel 27 dibawah ini: Tabel 27. Perbandingan Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional dengan Activity-Based Costing System pada CV. Jawa Dipa tahun 2012 Jenis produk Sistem Sistem ABC Selisih Tradisional Umbrellas 811.353 902.952 91.599 Bench 1.218.349 1.227.175 8.826 Chair 890.629 926.905 36.276 Table 822.710 834.857 12.147 Sumber: Data sekunder yang telah diolah Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Activity-Based Costing System memberikan hasil yang lebih besar dari Sistem Tradisional, yaitu dengan selisih sebesar Rp.91.599 untuk produk umbrellas, selisih sebesar Rp.8.826 untuk produk bench, selisih sebesar Rp.36.276 untuk produk Chair dan selisih sebesar Rp.12.147 untuk produk Table. Perbedaan ini terjadi karena pembebanan biaya overhead pabrik yang berbeda antara Sistem Tradisional dengan Activity-Based Costing System. Sesuai dengan pendapat Carter & Usry (2004: 496) Activity-Based Costing System menggunakan tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan 78

volume dan dibandingkan dengan sistem akuntansi Tradisional, Activity-Based Costing System mewakili penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh. Sistem Tradisional membebankan biaya overhead pabrik dengan satu cost driver saja yaitu jumlah unit produksi, yang mengakibatkan terjadinya distorsi biaya, yaitu tarjadi overcost atau undercost. Sedangkan pada Activity- Based Costing System biaya overhead pabrik dibebankan pada beberapa cost driver seperti tingkat unit, tingkat batch, tingkat produk dan tingkat pabrik, sehingga alokasi biayanya sesuai dengan aktivitas yang dikonsumsi oleh produk dan memperoleh hasil yang lebih akurat. Selain itu menurut Mulyadi 1993: 54 sistem tradisional (full costing dan variable costing) merupakan metode penentuan harga pokok produk yang dirancang berdasarkan kondisi teknologi manufaktur pada masalalu, dan activity-based costing system menjadi alternative perhitungan harga pokok produksi yang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi. Sehingga untuk perusahaan yang bersaing secara global seperti CV. Jawa Dipa activity-based costing system lebih tepat digunakan untuk menentukan harga pokok produksi. 79