BAB I PENDAHULUAN. faktor penyebab kemiskinan yang paling penting menurut World Bank (2004)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tahap awal pembangunan, disparitas regional menjadi lebih besar dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengkait antara satu faktor dengan faktor lainnya. pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan. Sejak tahun 1960-an

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BERITA RESMI STATISTIK

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

Otonomi Daerah : Implementasi

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi tingkat kalangsungan hidup. Menurut World bank (2004), salah

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2017 OLEH : DINAS SOSIAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT TANGGAL 02 NOVEMBER 2017 DI MEDAN DAN SEKITARNYA

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

Lampiran 1. Sampel. Universitas Sumatera Utara

ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Beryl Artesian Girsang

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh peningkatan konsumsi beras nasional.penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

Descriptive Statistics

KAJIAN FISKAL REGIONAL SUMATERA UTARA

bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan, SALINAN NOMOR 15 TAHUN 2017 Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa)

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian,

PERAN DAN UPAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA DI SUMATERA UTARA. Oleh: Chairuddin Panusunan Lubis

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

I. PENDAHULUAN. nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan bagi

KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PROMOSI PROVINSI SUMATERA UTARA

PENDAHULUAN. dan banyak penduduk masih bergantung pada sektor ini, sehingga di masa

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2012


LAMPIRAN. Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian

RENCANA PENGADAAN BARANG/JASA PADA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVSU APBD TA Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan atau berkembangnya suatu daerah adalah tidak terlepas dari

Medan, Maret 2014 Plt. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara. Syahril Anwar NIP

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK

PENDAHULUAN. perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya

PROFIL PEMBANGUNAN SUMATERA UTARA

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Abstrak :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan secara umum merupakan suatu kondisi dimana tidak terpenuhinya kebutuhan pokok manusia, seperti pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan, dan lainnya. Hal ini mengandung arti bahwa untuk mengurangi bahkan menghapuskan kemiskinan harus dipenuhinya kebutuhan pokok manusia tersebut, dan inilah yang menjadi salah satu tujuan pokok dari pembangunan. (BPS, 2004) Banyak faktor yang menyebabkan kemiskinan, namun dari sekian banyak faktor penyebab kemiskinan yang paling penting menurut World Bank (2004) adalah karena kurangnya pendapatan dan aset (Lack of income and assets) untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan, kesehatan dan pendidikan yang dapat diterima (accepable). Disamping itu kemiskinan juga berkaitan dengan keterbatasan lapangan pekerjaan, yang dikategorikan miskin karena tidak memiliki pekerjaan (pengangguran), serta tingkat pendidikan dan kesehatan yang umumnya tidak memadai. Program-program pengentasan kemiskinan sebenarnya telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 1960, namun karena krisis politik di tahun 1965, program ini sempat terhenti. Di tahun 1970 hingga tahun 2000, meskipun program-program anti kemiskinan kembali dilaksanakan, namun jumlah penduduk miskin relatif tidak berhasil diturunkan. Kondisi ini diperparah lagi

dengan terjadinya krisis ekonomi di tahun 1997-1998 yang menghancurkan sendisendi perekonomian, yang pada gilirannya angka kemiskinan meningkat tajam. (TKPK, 2002) Belajar dari pengalaman dalam menuntaskan kemiskinan, pemerintah Indonesia di tahun 2007 meluncurkan proram-program pengentasan kemiskinan secara simultan dan menyeluruh. Hasilnya, jumlah penduduk miskin di Indonesia turun dari tahun 2007 sebesar 16,58% menjadi sebesar 11,47% di tahun 2013 (BPS, 2014). Kondisi penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia ini, diikuti oleh penurunan penduduk miskin baik di level propinsi maupun di level kabupaten/ kota di seluruh Indonesia, termasuk di propinsi Sumatera Utara dan di kabupaten Langkat yang merupakan bagian dari wilayah kesatuan negara Republik Indonesia. 19.00 18.00 17.00 16.00 15.00 14.00 13.00 12.00 11.00 10.00 Persen 18.23 16.58 15.42 14.81 14.15 13.90 13.33 12.75 12.36 12.55 11.31 11.66 11.47 11.51 10.83 10.85 10.41 10.39 10.31 10.44 10.02 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Indonesi Sumut Langkat Tahun Sumber : BPS Gambar 1.1. Persentase Kemiskinan di Indonesia, Propinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat Tahun 2007 2013

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin di Indonesia dari tahun 2007 yang sebesar 16,58 persen terus mengalami penurunan hingga tahun 2013 tercatat sebesar 11,47 persen. Kondisi tersebut sama dengan kondisi untuk propinsi Sumatera Utara, dimana di tahun 2007 sebesar 13,90 persen dan terus mengalami penurunan hingga menjadi sebesar 10,39 persen di tahun 2013. Berbeda untuk kondisi kabupaten Langkat, dimana di tahun 2007 persentase penduduk miskin sebesar 18,23 persen lebih tinggi dari kondisi Sumatera Utara dan Indonesia. Tahun 2008 hingga tahun 2012 persentase penduduk miskin secara signifikan mengalami penurunan, dimana di tahun 2008 sebesar 14,81 persen dan di tahun 2012 sebesar 10,02 persen. Namun di tahun 2013 terjadi peningkatan persentase penduduk miskin hingga menjadi sebesar 10,44 persen. Namun demikian, kondisi kabupaten Langkat di tahun 2013 menjadi lebih rendah dari kondisi nasional, dan masih lebih tinggi dari kondisi propinsi Sumatera Utara. Kondisi ini jika dibandingkan dengan persentase penduduk miskin antara kabupaten/ kota lainnya di seluruh propinsi Sumatera Utara dari tahun 2012 hingga tahun 2013, terdapat sebanyak 9 kabupaten dan 3 kota yang mengalami peningkatan persentase penduduk miskin selebihnya sebanyak 13 kabupaten/ kota yang mengalami penurunan persentase penduduk miskin selama tahun 2012-2013. Untuk lebih terperinci perkembangan persentase penduduk miskin antara kabupaten/ kota di propinsi Sumatera Utara selama tahun 2012-2013 disajikan dalam Gambar 1.2 berikut.

15.00 10.00 Persen 10.21 5.00 - (5.00) (10.00) (15.00) (20.00) 2.09 (7.46) (16.88) 2.52 1.11 1.18 (11.19) 4.83 (1.39) (6.45) 4.14 (1.49) 2.78 N i a s Madina Tapsel Tapteng Taput Tobasa Lab.Batu Asahan Simalungun Dairi K a r o D.Serdang Langkat Humbahas P.Bharat Samosir Sergai Batu Bara Sibolga (9.04) (7.64) 6.06 (0.76) (1.64) (0.06) (5.41) 1.29 3.27 0.48 Tj.Balai P.Siantar T.Tinggi Medan Binjai P.Sidimpuan (5.82) Kab/Kota Sumber : BPS Gambar 1.2. Pertumbuhan Persentase Kemiskinan di Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013 Dari Gambar 1.2 menjelaskan bahwa pertumbuhan persentase penduduk miskin kabupaten/ kota di propinsi Sumatera Utara tahun 2013 bervariasi, dimana peningkatan penduduk miskin yang terbesar adalah Kabupaten Asahan sebesar 10,21 persen diikuti oleh Kabupaten Batubara sebesar 6,06 persen, Kabupaten Simalungun sebesar 4,83 persen dan Kabupaten Langkat sebesar 4,14 persen serta Kota Medan sebesar 3,27 persen. Sementara itu penurunan persentase penduduk miskin yang paling kecil adalah Kabupaten Mandailing Natal sebesar 16,88 persen, Kabupaten Labuhan Batu sebesar 11,19 persen, Kabupaten Pakpak Bharat sebesar 9,04 persen dan Kabupaten Samosir sebesar 7,54 persen serta Kabupaten Dairi sebesar 6,45 persen. Untuk Kabupaten Langkat sendiri, terjadinya peningkatan persentase penduduk miskin di tahun 2013 disebabkan oleh banyak faktor. Jika ditinjau dari

sisi Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan tolok ukur capaian keberhasilan pembangunan daerah mengalami peningkatan di tahun 2013. Oleh sebab itu pihak pemerintah kabupaten Langkat terus melakukan pengkajian dan evaluasi terhadap program-program anti kemiskinan baik program dari pusat, program dari propinsi Sumatera Utara maupun program-program yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten Langkat itu sendiri. Berdasarkan data BPS (2014), pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat di tahun 2007 mencapai 4,91 persen meningkat di tahun 2008 sebesar 5,07 persen. Namun di tahun 2009 pertumbuhan ekonomi turun menjadi sebesar 5,04 persen. Hingga tahun 2011 pertumbuhan ekonomi meninkat, masing-masing sebesar 5,74 persen di tahun 2010 dan sebesar 5,78 persen di tahun 2011. Tahun 2012 kembali mengalami penurunan hingga mencapai 5,66 persen. Tahun 2013 pertumbuhan ekonomi kabupaten Langkat kembali meningkat menjadi sebesar 6,05 persen. Secara umum pertumbuhan ekonomi kabupaten Langkat dari tahun 2007 2013 menunjukkan peningkatan yang berarti pembangunan yang dilaksanakan di kabupaten Langkat ditinjau dari sisi pertumbuhan ekonomi relatif menunjukkan kemajuan. Dari sisi pencapaian keberhasilan pembangunan lainnya yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tidak berbeda jauh dengan pertumbuhan ekonomi, Indikator keberhasilan pembangunan jika dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten Langkat di tahun 2007 sebesar 71,50. Hingga tahun 2013 IPM kabupaten Langkat terus menunjukkan pola peningkatan, dimana masing-masing nilai IPM sebesar 72,24 di tahun 2008, sebesar 72,82 di tahun

2009 dan 2010, sebesar 73,62 di tahun 2011, sebesar 73,98 di tahun 2012 dan sebesar 73,98 di tahun 2013. Secara umum IPM kabupaten Langkat juga menunjukkan pola peningkatan. Secara teori, jika indikator keberhasilan pembangunan seperti pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meningkat akan menurunkan tingkat kemiskinan, dan sebaliknya jika indikator keberhasilan pembangunan seperti pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menunjukkan pola penurunan maka tingkat kemiskinan akan meningkat (Maipita, 2010) Jadi untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kemiskinan tidak hanya dapat dilihat secara makro, namun lebih detail langsung pada indikator pembentuk variabel itu sendiri. Dalam hal ini, penelitian ini akan menganalisis faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di kabupaten Langkat propinsi Sumatera Utara di lihat dari sisi pembentuk indikator makro sosial. Jika dilihat dari data BPS (2014), indikator pembentuk variabel makro sosial diantaranya terdiri dari angka harapan hidup dan rata-rata lama sekolah menunjukkan arah yang positif berarti variabel-variabel makro sosial tersebut mengalami peningkatan selama tahun 2007 hingga tahun 2013, sedangkan variabel tingkat pengangguran terbuka dan angka buta huruf menunjukkan arah negatif yang berarti terjadi penurunan selama tahun 2007 hingga tahun 2013. Secara terperinci data-data variabel makro sosial tersebut disajikan pada tabel 1.1 berikut.

Tahun Tabel 1.1. Indikator Makro Sosial Kabupaten Langkat Angka Harapan Hidup Angka Buta Huruf Rata-Rata Lama Sekolah Tingkat Pengangguran Terbuka (Tahun) (%) (Tahun) (%) 2007 68.92 3.19 8.70 10.95 2008 68.99 3.19 8.70 9.90 2009 69.03 3.15 8.72 8.77 2010 69.07 3.08 8.76 8.69 2011 69.12 3.04 8.78 5.78 2012 69.16 2.52 8.80 5.98 2013 69.25 2.02 8.82 7.10 Sumber : BPS, 2014 Pada Tabel 1.1 menunjukkan indikator makro sosial kabupaten Langkat selama tahun 2007 2013, seperti harapan hidup di tahun 2007 sebesar 68,92 tahun terus meningkat hingga tahun 2013 menjadi sebesar 69,25 tahun. Angka buta huruf di tahun 2007 dan tahun 2008 sebesar 3,19 persen menurun terus hingga tahun 2013 menjadi sebesar 2,02 persen. Sementara angka rata-rata lama sekolah di tahun 2007 sebesar 8,70 tahun dan menjadi sebesar 8,82 tahun di tahun 2013. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka sebesar 10,95 persen di tahun 2007 hingga tahun 2013 menurun menjadi sebesar 7,10 persen. Tulisan ini mengkaji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan dilihat dari sisi makro sosial di kabupaten Langkat, diantaranya adalah tingkat pendidikan yang diukur dengan angka buta huruf dan rata-rata lama sekolah, tingkat kesehatan yang diukur dengan harapan hidup, dan ketenagakerjaan yan diukur dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT).

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah angka harapan hidup, angka buta huruf, angka rata-rata lama sekolah, dan angka tingkat pengangguran terbuka berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Langkat? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah angka harapan hidup, angka buta huruf, angka rata-rata lama sekolah, dan angka tingkat pengangguran terbuka berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Langkat. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Dapat dijadikan alat evaluasi dalam kerangka penilaian arah pembangunan apakah berperspektif pembangunan propoor atau tidak. 2. Sebagai masukan bagi kaum akademisi untuk lebih banyak lagi melakukan kajian dan penelitian tentang kemiskinan di Kabupaten Langkat yang relatif masih jarang dilakukan. Diharapkan dengan semakin banyaknya penelitian akan semakin terbuka informasi dan cara-cara yang efektif dalam menanggulangi masalah kemiskinan di Kabupaten Langkat.