BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan gizi manusia dan diminati berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Susu memiliki kandungan gizi lengkap yang dibutuhkan oleh tubuh, serta baik untuk kesehatan, kecerdasan dan pertumbuhan. Susu merupakan bahan pangan yang berasal dari sekresi kelenjar ambing pada hewan mamalia seperti sapi, kambing, kerbau dan kuda. Susu mengandung protein, lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007). Jenis susu yang beredar di pasaran meliputi susu segar, susu pasteurisasi dan susu Ultra High Temperature (UHT). Susu segar dapat tercemar dengan cepat oleh mikroba patogen dan nonpatogen setelah proses pemerahan. Pertumbuhan mikroba dalam susu dapat menurunkan mutu dan keamanan pangan susu yang ditandai dengan perubahan rasa, aroma, warna dan konsistensi. Pengolahan susu lebih lanjut diperlukan untuk mencegah adanya bakteri penyebab kerusakan susu (Isnaeny, 2009). Proses pengolahan susu bertujuan untuk memperoleh susu yang berkualitas tinggi, berkadar gizi tinggi, daya tahan simpan, mempermudah pemasaran dan transportasi (Diastari dan Agustina, 2014). Pengolahan susu antara lain dengan cara 1
2 didinginkan pada suhu 4 C-7 C selama 2-3 jam segera setelah pemerahan, atau dengan cara pemanasan untuk membunuh mikroba yang ada (Saleh, 2004). Pasteurisasi merupakan salah satu tindakan pengolahan susu dengan cara pemanasan yang dapat dilakukan untuk mematikan bakteri patogen. Susu pasteurisasi hanya memiliki masa kadaluarsa sekitar satu minggu. Pasteurisasi tidak mengubah komposisi susu sehingga komposisinya masih setara dengan susu segar. Pasteurisasi dilakukan pada suhu 72 C selama 15 detik (Suwito, 2010). Selain pasteurisasi, pengolahan susu secara Ultra High Temperature merupakan pemanasan susu pada suhu 135-150 C selama 2-3 detik dan selanjutnya dikemas dalam kemasan aseptik (Kurniawan dan Putri, 2013), dan biasanya dilakukan di Instansi Pengolahan Susu atau pabrik-pabrik yang mengolah susu dalam skala yang besar. Peningkatan ekonomi masyarakat yang bertambah serta pengetahuan tentang manfaat susu yang bertambah pula, permintaan konsumen akan susu semakin meningkat khususnya di kecamatan Pedurungan Semarang, sehingga banyak pedagang yang menjual susu segar dengan berbagai varian rasa dan harga yang terjangkau. Sifat susu yang mudah rusak atau basi, minimnya pengetahuan pedagang tentang bagaimana cara pengolahan susu yang benar serta keinginan untuk mendapatkan keuntungan yang besar menjadi alasan bagi pedagang untuk menambahkan pengawet pada susu tersebut. Penambahan pengawet selain untuk memperpanjang daya tahan susu, juga dapat membuat aroma khas susu lebih pekat,
3 sehingga menarik konsumen untuk membelinya. Salah satu pengawet yang biasa digunakan adalah formalin. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999 dan Peraturan Pemerintah (PP) RI Nomor 28 Tahun 2004, formalin merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya dalam makanan. Nama lain formalin adalah formaldehida, dengan kadar formaldehida tidak kurang dari 34,0% dan tidak lebih dari 38,0%, merupakan cairan jernih, tidak berwarna atau hampir tidak berwarna, bau menusuk, uap merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan (Farmakope Indonesia, 1979). Formalin memiliki BM 30,03, bobot per ml kurang lebih 1,08 g (Farmakope Indonesia, 1995). Formalin digunakan sebagai antiseptikum ekstern, pengawet, desinfektan, pembersih toilet dan pembasmi serangga (Puspasari dan Hadijanto, 2014). Manusia yang mengkonsumsi bahan pangan yang berformalin dalam waktu yang singkat mungkin belum bisa menimbulkan gejala, tetapi efek yang dari bahan pangan berformalin dapat dirasakan beberapa tahun kemudian karena terakumulasi di dalam tubuh. Formalin berbahaya untuk tubuh manusia karena merupakan zat beracun, karsinogen, mutagen (menyebabkan perubahan sel dan jaringan tubuh), korosif dan iritatif (Sajiman et al., 2015). Uap formalin sangat berbahaya, jika terhirup oleh saluran pernafasan dan iritatif jika tertelan. Formalin juga dapat merusak persyarafan tubuh manusia dan dikenal sebagai zat yang dapat mengganggu organ reproduksi seperti kerusakan
4 testis dan ovarium, gangguan menstruasi, infertilitas sekunder (Sajiman et al., 2015). Di Indonesia terdapat berbagai kasus tentang produk pangan yang sengaja dicampur dengan formalin. Pada tanggal 24 Juli 2007 dalam surat peringatan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Pusat Nomor KH 01.04.53.094 menyebutkan tujuh dari 39 produk olahan susu yang diimpor dari China dan beredar di Indonesia mengandung formalin (Merdeka, 2007). Pada tanggal 23 September 2008 berdasarkan surat Kepala BPOM kepada Asosiasi Peritel Indonesia dengan nomor PO.04.01.1.4970 disebutkan, ada 28 jenis produk makanan dan minuman mengandung susu yang diimpor dari China disita karena mengandung melamin (Tiger, 2008) dan ada pula kasus susu berformalin di Tiongkok yang memakan banyak korban, terutama bayi (Kompasiana, 2015). Di pasar kecamatan Pedurungan Semarang terdapat penjual susu sapi segar, namun belum pernah dilaporkan adanya penelitian tentang kemungkinan adanya formalin pada susu sapi segar di kecamatan tersebut. Berdasarkan latar belakang dan bahaya yang ditimbulkan formalin yang dikonsumsi secara terus menerus sehingga terakumulasi dalam tubuh, serta banyaknya kasus di Indonesia tentang bahan pangan berformalin, maka perlu dilakukan penelitian tentang identifikasi formalin pada susu sapi segar yang dijual di pasar kecamatan Pedurungan Semarang.
5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas timbul permasalahan apakah susu sapi segar yang dijual di pasar kecamatan Pedurungan Semarang mengandung formalin? C. Tujuan Penelitian Untuk mengidentifikasi formalin pada susu sapi segar yang dijual di pasar kecamatan Pedurungan Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan tentang susu berformalin dan bahaya yang ditimbulkan. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan Mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi Institusi Menambah perbendaharaan karya tulis ilmiah di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS). 4. Bagi Masyarakat Mendapatkan pengetahuan tentang bahaya formalin pada tubuh dan lebih berhati-hati dalam membeli serta mengkonsumsi susu sapi segar yang dijual di sembarang tempat.