PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET BONDED BaO.6 Fe 2 DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Analisis Sifat Magnet Dan Mekanik Pada Permanent Bonded Magnet Pr-Fe-B Dengan Matriks Bakelit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Journal of Mechanical Engineering: Piston 2 (2018) Pembuatan Hybrid Magnet Berbasis NdFeB / BaFe 12 O 19 dan Karakterisasinya

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

PENGARUH WAKTU DRY MILLING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MAGNET PERMANEN ND-FE-B

PENGARUH WAKTU DRY MILLING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MAGNET PERMANEN ND-FE-B

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR SINTERING TERHADAP SIFAT FISIS, MAGNET DAN MIKROSTRUKTUR DARI BaFe 12 O 19 DENGAN ADITIF Al 2 O 3 SKRIPSI

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS SIFAT MEKANIK DAN MAGNET TERHADAP VARIASI MATRIKS POLIESTER DAN SILICONE RUBBER PADA MAGNET PERMANEN BONDED Pr-Fe-B

PEMBUATAN RIGID BONDED MAGNET BERBASIS Pr-Fe-B UNTUK KOMPONEN GENERATOR LISTRIK MINI

TEKANAN UDARA DALAM PROSES CURING PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BONDED NdFeB

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Ukuran Butir (garin size) pada pembuatan Bonded Magnet NdFeB

BAB I PENDAHULUAN. Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang

PENGARUH ADITIF SiO2 TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET BaO.6Fe2O3

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

LAMPIRAN 1. Peralatan dan Bahan Penelitian

4.2 Hasil Karakterisasi SEM

EFEK WAKTU WET MILLING DAN SUHU ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS, MIKROSTRUKTUR, DAN MAGNET DARI FLAKES NdFeB SKRIPSI WAHYU SOLAFIDE SIPAHUTAR

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

PEMBUATAN MAGNET PERMANENT Ba-Hexa Ferrite (BaO.6Fe 2 O 3 ) DENGAN METODE KOOPRESIPITASI DAN KARAKTERISASINYA SKRIPSI

PEMBUATAN MAGNET BONDED PERMANEN PrFeB DENGAN BINDER POLYESTER DAN SILICONE RUBBER SKRIPSI HILDA AYU MARLINA

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU SECARA STOIKIOMETRI DAN NON STOIKIOMETRI TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BaO.

Unnes Physics Journal

SINTESIS NANOPARTIKEL FERIT UNTUK BAHAN PEMBUATAN MAGNET DOMAIN TUNGGAL DENGAN MECHANICAL ALLOYING

Pembuatan dan karakterisasi magnet komposit berbahan dasar barium ferit dengan pengikat karet alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Aplikasi Magnet Permanen di Indonesia: Data Pasar dan Pengembangan Material Magnet

Pengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pengambilan sampel tanah Entisol di lapangan

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

INOVASI TEKNOLOGI PEMBUATAN MAGNET PERMANEN UNTUK MEMBANGUN INDUSTRI MAGNET NASIONAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

PENGARUH SUHU SINTERING PADA MAGNET NdFeB (Neodymium Iron Boron) TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNETIK DAN STRUKTUR KRISTALIN SKRIPSI

Pembuatan Beton High-Strength Berbasis Mikrosilika dari Abu Vulkanik Gunung Merapi

Bab III Metodologi Penelitian

PENGARUH VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TERHADAP SIFAT MAGNETIK PADA PEMBUATAN SOFT-MAGNETIC DARI SERBUK BESI SKRIPSI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

PEMBUATAN MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERIT YANG DIDOPING ION Cu

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

PENGARUH FRAKSI VOLUME PARTIKEL TERHADAP KETAHANAN BAKAR KOMPOSIT FLY ASH-RIPOXY R-802

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

Menyetujui Komisi Pembimbing:

PENGARUH PENAMBAHAN Fe TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNETIK DARI BARIUM HEKSAFERIT (BaFe 12 O 19 ) TESIS. Oleh YOLA ALLAN SEMBIRING /FIS

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BRIKET ORGANIK TERHADAP TEMPERATUR DAN WAKTU PEMBAKARAN

PENGARUH WAKTU SINTER TERHADAP DENSITAS PELET UO 2 DARI BERBAGAI UKURAN SERBUK

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

SIFAT MEKANIK, STRUKTURMIKRO DAN SIFAT MAGNETIK MAGNET KOMPOSIT SrO.6Fe 2. O 3 (SrM)-POLIMER TERMOPLASTIK DAN TERMOSET

Efek Aditiv Al 2 O 3 Terhadap Struktur dan Sifat Fisis Magnet Permanen BaO.6(Fe 2 O 3 )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH ANNEALING DAN KOMPOSISI ADITIF FERRO BORON (FeB) TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET DARI BARIUM HEKSAFERIT (BaFe 12 O 19 ) SKRIPSI

Sifat fisika kimia - Zat Aktif

Gravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: ABSTRAK

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

PENGARUH KOMPOSISI POLYVINYL BUTIRAL (PVB) PADA PEMBUATAN BONDED MAGNET NdFeB TERHADAP MIKROSTRUKTUR, SIFAT FISIS DAN MAGNET

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI Α-FE 2 O 3 BERBASIS LIMBAH BAJA MILL SCALE DENGAN ADITIF FeMo

Sintesis dan Karakterisasi Sifat Mekanik Mortar Berbasis Material Komposit Silika Amorf dengan Variasi Penambahan Sekam Tebu

SINTESIS NANOPARTIKEL MgFe 2 O 4 DENGAN COATING PEG 6000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI SKRIPSI ADINDA SUCI PRATIWI SAPUTRA

ANALISIS DAN KARAKTERISASI GENTENG POLIMER BERBAHAN BAKU BAN DALAM BEKAS, PASIR DAN ASPAL DENGAN PEREKAT POLIPROPILENA SKRIPSI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

Gambar 4.1 Hasil anodizing aluminium 1XXX dengan suhu elektrolit o C dan variasi waktu pencelupan (a) 5 menit. (b) 10 menit. (c) 15 menit.

PENGARUH UKURAN GRANUL DAN KADAR SOLUTIO GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP MIGRASI VITAMIN B6

KARAKTERISASI DAN PEMBUATAN SEMEN POZOLAN KAPUR (SPK) SEBAGAI SEMEN ALTERNATIF SKRIPSI TRIYA SULASIH

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS

FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB PEMUAIAN DALAM PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

Karakterisasi Suseptibilitas Magnet Barium Ferit yang Disintesis dari Pasir Besi dan Barium Karbonat Menggunakan Metode Metalurgi Serbuk

PEMANFAATAN PARTIKEL TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN PENGUAT PADA KOMPOSIT RESIN POLIESTER

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

PELAPISAN Ni PADA MAGNET BONDED Nd-Fe-B DENGAN METODE ELEKTROPLATING

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BATAKO RINGAN MENGGUNAKAN ABU VULKANIK SINABUNG DAN SERAT BATANG PISANG DENGAN PEREKAT POLYESTER SKRIPSI

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

Tabel Lampiran 1. Hasil Pengukuran Densitas n-hap/cs. (gram) (cm) A 10% B 20%

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Transkripsi:

Akreditasi LIPI Nomor : 395/D/2012 Tanggal 24 April 2012 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET BONDED BaO.6 DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL ABSTRAK Ayu Yuswita Sari, Perdamean Sebayang dan Muljadi Pusat Penelitian Fisika (P2F) - LIPI Kawasan Puspiptek, Serpong 15314, Tangerang Selatan e-mail: ayuy001@lipi.go.id PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET BONDED BaO.6 DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL. Telah dilakukan pembuatan magnet bonded BaO.6 dengan variasi ukuran partikel yaitu : 74 µm, 105 µm, 150 µm, 300 µm, 425 µm, 600 µm dan 850 µm. Perbandingan BaO.6 dengan epoksi sebagai perekat/pengikat (bond) dibuat tetap yaitu 97 : 3 % berat. Pengujian tingkat kekeruhan dan true density dikaitkan korelasinya dengan ukuran butir partikel. Dari hasil pengujian diketahui bahwa Standar Deviasi (SD) tingkat kekeruhan serbuk magnet BaO.6 berbanding lurus dengan akar rata-rata diameter partikel. Nilai true density serbuk magnet BaO.6 berkisar antara 5,2 g/cm 3 hingga 5,6 g/cm 3. Serbuk magnet tersebut kemudian dicetak menjadi pelet, dimagnetisasi, dicuring dan selanjutnya diukur sifat fisisnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa korelasi nilai densitas terhadap ukuran partikel adalah berbanding terbalik. Nilai densitas maksimum yang diperoleh adalah 3,12 g/cm 3 untuk serbuk magnet BaO.6 ukuran butir hingga 74 µm. Untuk ukuran butir yang sama menunjukkan nilai kekerasan HB tertinggi yaitu 26 HB dan nilai induksi remanensi (Br) tertinggi sebesar 1,23 kg. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran partikel tidak secara langsung meningkatkan kuat medan magnet yang dihasilkan. Kata kunci : BaO.6, Kekeruhan, Densitas, Kekerasan HB, Sifat magnet. ABSTRACT PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF BaO.6 BONDED MAGNET WITH PARTICLE SIZE VARIATION. Bonded magnets BaO.6 with various grain size i.e. 74, 105, 150, 300, 425, 600 and 850 µm have been synthesized. Composition of BaO.6 and epoxy was fixed i.e. 97 : 3 in weight percent. Turbidity and true density test associated its correlation by grain size. The result shows that turbidity SD BaO.6 and the square root of average particle diameter have linear relationship. True density value of BaO.6 around 5.2-5.6 g/cm 3. This magnet powder molded cilindrical, magnetized, burned and then measured its physcal properties. Correlation between density and grain size is inversely proportional. The maximum density is 3.12 g/cm 3 for BaO.6 until size 74 µm. At the same size have hardness brinell maximum 26 HB and inductance remance (Br) maximum 1.23 kg. The results of this study show that the smaller the particle size does not directly increase the magnetic field strength generated. This phenomenon needs to be seen again by linking the micro-structure correlation, homogeneity, and the improvement of the printing process with a strong magnetic field. Keywords : BaO.6, Turbidity, Density, Hardness brinell HB, Characteristic of magnet PENDAHULUAN Magnet barium heksaferit (BaO.6 ) memiliki karakteristik energi lebih rendah dibandingkan dengan magnet keras lainnya seperti NdFeB, SmCo dan Alnico. Namun karena bahannya melimpah dan harganya murah, didukung oleh sifat kimia yang stabil tahan korosi, suhu Curie (T c ) yang tinggi, magnet barium heksaferit masih banyak digunakan secara luas di industri dan peralatan rumah tangga. Magnet bonded memegang peranan penting dan selalu berkembang untuk penyediaan magnet permanen secara komersial [1]. Pembuatan magnet bonded dapat disintesis melalui pencampuran antara serbuk magnet dengan bahan pengikat (binder) dengan komposisi tertentu. Bahan pengikat yang digunakan dapat berupa metal atau polimer [2]. Pada penelitian ini bahan pengikat yang digunakan adalah jenis polimer, yaitu resin epoksi, karena selain relatif lebih murah proses pencampurannya juga lebih mudah. Secara teori, semakin banyak komposisi resin epoksi maka porositas yang terbentuk akan semakin besar, sehingga mempengarui sifat intrinsik magnet. 168

Pembuatan dan Karakterisasi Magnet Bonded BaO.6 dengan Variasi Ukuran Partikel (Ayu Yuswita Sari) Efek penambahan epoksi resin mengakibatkan nilai densitas, remanensi, koersivitas dan energi produk maksimum menjadi turun [3]. Dari hasil penelitian tersebut, komposisi optimum penambahan epoksi resin adalah 3 % berat[3]. Sifat-sifat kemagnetan magnet permanen dipengaruhi oleh kemurnian bahan, ukuran butir (grain size), kepadatan (densitas) dan orientasi dari kristal [4,5]. Serbuk magnet yang berukuran butir kecil dapat diidentifikasi dengan mengukur tingkat kekeruhannya. Tingkat kekeruhan suatu material menunjukkan banyaknya partikel yang terdispersi di dalam suatu cairan. Hal ini berarti semakin tinggi jumlah serbuk magnet yang terdispersi maka tingkat kekeruhannya akan semakin besar. Korelasi ukuran partikel berbanding lurus dengan fluktuasi tingkat kekeruhan yang terukur yang berarti semakin besar ukuran serbuk magnet maka tingkat kekeruhannya menjadi semakin tinggi [6]. Meskipun presisi metode ini tidak tinggi tetapi mempunyai kegunaan praktis, sedangkan akurasi pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk partikel. Jika tingkat kekeruhan serbuk magnet diketahui, maka ukuran butirnya dapat diprediksi. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan magnet bonded permanen berbasis BaO.6 dengan variasi ukuran. Presentase penambahan epoksi resin dibuat tetap yaitu sebesar 3 %berat. Bahan serbuk magnet BaO. 6 yang digunakan adalah serbuk magnet cacat dari PT. NEOMAX Cilegon. Pengaruh ukuran butir (lolos ayakan) terhadap tingkat kekeruhan, nilai densitas butir (true density), nilai densitas pelet (bulk density), nilai kekerasan (HB) dan juga terhadap sifat magnet menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini. METODE PERCOBAAN Tabel 1. Konversi Ukuran Mesh Terhadap Ukuran partikel Ukuran Mesh Ukuran Partikel (µm) 20 Mesh < 850 30 Mesh < 600 40 Mesh < 425 50 Mesh < 300 100 Mesh < 150 150 Mesh < 105 200 Mesh < 74 setiap sampel dengan interval waktu selama 10 detik di dalam cairan toluene. Sedangkan pengukuran true density untuk serbuk magnet BaO. 6 menggunakan piknometer dengan medium etanol. Sampel magnet bonded dibuat dengan mencampurkan 8 g BaO 6 dengan 3 %berat epoksi resin. Campuran kemudian dicetak menjadi pelet berbentuk disc ( = 2 cm). Pencetakkan dilakukan secara dry-pressing dengan penekanan sebesar 100 kgf/cm 2 selama 1 menit. Kemudian pelet dimagnetisasi, dan dibakar dengan menggunakan oven. Suhu curing ditetapkan 250 C selama 2 jam. Proses pencetakkan dilakukan tanpa pengaruh dari magnet luar karena proses magnetisasi terjadi setelah proses pencetakan. Agar magnet terlihat mengkilat dan tidak berlumpur, pelet magnet yang telah jadi dilapisi shelak. Kemudian dikeringkan di dalam oven dengan suhu rendah. Karakterisasi pelet magnet bonded yang dilakukan meliputi uji densitas (bulk density), kekerasan (HB), dan sifat magnet (BH-Curve). Untuk analisis sifat magnet pelet BaO 6 dilakukan dengan menggunakan alat Permagraph (R) C Dr. Steingroever GmbH yang berada di PPET-LIPI, Bandung. Pada tahap awal bahan baku serbuk BaO 6 digerus dengan menggunakan mortar kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran butir yang lebih kecil. Variasi ukuran butir serbuk BaO 6 adalah lolos ayakan 400 mesh, 200 mesh, 150 mesh, 100 mesh, 50 mesh, 40 mesh, 30 mesh dan 20 mesh atau ukuran masing-masing butir lebih kecil sama dengan dari 37 µm, 74 µm, 105 µm, 150 µm, 300 µm, 425 µm, 600 µm dan 850 µm. Masing-masing variasi ukuran, ditimbang sebanyak 0,5 g dan 8 g. Serbuk magnet 0,5 g digunakan untuk pengukuran tingkat kekeruhan dan true density, sedangkan serbuk magnet 8 g digunakan untuk membuat pelet magnet bonded. Pengukuran tingkat kekeruhan dilakukan dengan menggunakan alat Turbiditymeter Lutron model TU-2016. Sebanyak 0,5 g serbuk magnet dengan masing-masing ukuran dimasukkan ke dalam botol sampel kemudian ditambahkan 10 ml toluene. Botol sampel tersebut kemudian dikocok menggunakan sonic cleaning selama 1 menit agar serbuk dapat tercampur merata di dalam cairan. Data kekeruhan dilakukan sebanyak 40 data untuk HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran tingkat kekeruhan untuk masing-masing variasi lolos ayakan terhadap waktu diperlihatkan pada Gambar 1. Pengambilan data yang dilakukan sebanyak 40 kali dengan interval waktu Tingkat Kekeruhan (NTU) t (detik) Gambar 1. Grafik Hubungan Tingkat Kekeruhan (NTU) Terhadap Waktu 169

10 detik, sehingga pengambilan data yang dilakukan sampai 400 detik. Dari Gambar 1 terlihat bahwa penurunan tingkat kekeruhan terhadap waktu disebabkan oleh gerak jatuh serbuk BaO.6 pada cairan pendispersi, dalam hal ini toluena, sehingga sebagian partikel telah membentuk sedimentasi. Dari grafik terlihat semakin besar ukuran serbuk BaO.6 maka semakin cepat pula gerak jatuh partikel dan nilai kekeruhannya akan semakin kecil. Tingkat kekeruhan yang semakin tinggi menunjukkan bahwa serbuk BaO.6 membutuhkan waktu yang lebih lama untuk turun dan mengendap di dasar. Waktu pengendapan ini ternyata memiliki korelasi yang berbanding terbalik dengan ukuran partikel. Gambar 1 menunjukkan nilai optimum tingkat kekeruhan terjadi pada t = 10 detik, di mana serbuk BaO.6 berada dalam keadaan homogenisasi sedangkan pada t>10 detik terjadi sedimentasi serbuk atau endapan pada larutan pendispersi tersebut. Hal ini menyebabkan nilai kekeruhannya cenderung menurun.secara umum semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar tingkat kekeruhan yang terukur. Sehingga dengan menggunakan hasil pengukuran ini dapat dibuktikan bahwa serbuk magnet BaO.6 lolos ayakan 200 mesh memang memiliki ukuran partikel paling kecil dibandingkan variasi ukuran yang lain. Hubungan antara ukuran partikel dengan fluktuasi tingkat kekeruhan dengan menggunakan analisis gambar. Korelasi antara standar deviasi (SD) tingkat kekeruhan dan akar rata-rata diameter untuk larutan tertentu adalah berbanding lurus dengan korelasi tersebut dengan korelasi antara ukuran partikel yang di kalkulasikan dari image analysis dengan ukuran partikel yang sebenarnya. Ternyata data SD tingkat kekeruhan secara proporsional linear terhadap akar rata-rata diameter suatu material yang berkelompok [6]. Data SD tingkat kekeruhan serbuk magnet BaO.6 dengan akar rata-rata diameter partikel diperlihatkan pada Gambar 2. Nilai regresi yang didapat adalah 0,959, sedangkan pada percobaan sebelumnya memiliki nilai regresi 0,995 [6]. Dapat diasumsikan hubungan antara SD tingkat kekeruhan terhadap akar rata-rata diameter partikel adalah berbanding lurus. Dengan meningkatnya ukuran partikel menunjukkan bahwa nilai tingkat kekeruhan cenderung naik. Nilai regresi dalam penelitian ini lebih kecil dari penelitian sebelumnya karena pengambilan data turbiditas yang dilakukan adalah setiap sepuluh detik selama 400 detik, jadi hanya 40 data untuk masing-masing ukuran partikel. Sedangkan dari referensi pegambilan data dilakukan setiap detik, selama sepuluh menit sehingga memperoleh 600 data[6]. Selain itu akar rata-rata diameter yang diambil adalah nilai diameter terbesar. Dalam penelitian ini tidak dilakukan image analysis sehingga ukuran partikel rata-rata tidak diketahui. SD Tingkat Kekeruhan (NTU) Gambar 2. Grafik hubungan Standar Deviasi Turbiditas Dengan Akar Rata-Rata Dianeter Partikel True Density (g/cm 3 ) Akar Rata-Rata Diameter Partikel ( m) Gambar 3. Grafik Korelasi Antara True Density Dengan Ukuran Partikel Partikel yang lebih besar memiliki standar deviasi kekeruhan yang lebih besar dibanding partikel yang lebih kecil. Hal ini karena partikel yang lebih besar lebih cepat jatuh ke bawah daripada partikel yang lebih kecil sehingga range antar nilai tingkat kekeruhan untuk partikel yang lebih besar juga lebih besar dibandingkan partikel dengan diameter lebih kecil. Hal ini menyebabkan partikel yang lebih besar memiliki nilai SD tingkat kekeruhan yang lebih besar. Semakin basar ukuran partikel maka nilai rata-rata kekeruhannya semakin kecil. Hal ini karena semakin besar ukuran partikel, maka cahaya yang dipancarkan oleh LED akan samakin banyak yang terabsorpsi dibandingkan dengan partikel dengan ukuran yang lebih kecil. Hal ini menyebabkan cahaya yang tersebar yang tertangkap oleh detektor semakin kecil, sehingga tingkat kekeruhannya juga semakin kecil. Pada percobaan ini dilakukan dua uji densitas, yaitu true density dan bulk density. Gambar 3 menunjukkan bahwa korelasi true density terhadap ukuran partikel adalah cenderung berbanding terbalik, dengan nilai true density dalam penelitian ini berkisar antar 5,2 g/cm 3 hingga 5,6 g/cm 3. Sehingga perbandingan serbuk BaO.6 dengan kemurnian bahan 99,5% memiliki nilai true density 5,4 g/cm 3 [7]. Selain menghitung rapat massa butir atau true densisty, nilai rapat massa pelet atau bulk densisty juga dihitung. Pada Gambar 4 menunjukkan korelasi bulk density terhadap ukuran partikel. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai bulk density berkisar antara 170

Pembuatan dan Karakterisasi Magnet Bonded BaO.6 dengan Variasi Ukuran Partikel (Ayu Yuswita Sari) Tabel 2. Karakteristik Sifat Magnet Hasil Percobaan Bulk density (g/cm 3 ) Gambar 4. Grafik hubungan ukuran partikel dan bulk density Ukuran Mesh Bulk density (g/cm 3 ) Br (kg) Hc (koe) (BH)max (MGOe) 20 2,82 1,23 1,770 0,09 30 2,96 1,2 2,332 0,29 40 3,03 1,09 1,329 0,23 50 3,07 1,15 1,147 0,08 100 3,09 1,14 1,618 0,11 150 3,10 1,19 2,139 0,08 200 3,12 1,25 1,974 0,01 Kekerasan HB Gambar 5. Grafik Hubungan antara Kekerasan (HB) terhadap Ukuran partikel 2,82 g/cm 3 hingga 3,11 g/cm 3. Selain itu korelasi antara bulk density dengan ukuran partikel juga berbanding terbalik. Semakin kecil ukuran serbuk BaO.6 maka nilai bulk density cenderung naik. Hal ini disebabkan karena semakin kecil ukuran serbuk BaO.6 maka kepadatan pelet juga semakin tinggi. Nilai densitas secara teori adalah 4,79 g/cm 3. Perbedaan nilai yang ada kemungkinan besar terjadi karena adanya porositas. Suhu curring yang ditetapkan sebesar 250 o C menyebabkan porositas yang terbentuk pada pelet semakin banyak sehingga menurunkan nilai densitanya. Nilai densitas maksimum yang diperoleh adalah serbuk magnet BaO.6 ukuran butir hingga 74 µm dengan nilai densitas 3,12 g/cm 3. Pada Gambar 5. menunjukkan korelasi kekerasan (HB) terhadap ukuran partikel adalah berbanding terbalik dengan ukuran partikel. Penurunan kekerasan (HB) tersebut berkaitan dengan nilai bulk densisty. Pada keadaan volume konstan, sampel dengan ukuran partikel penyusun yang kecil akan memiliki jumlah partikel yang lebih banyak daripada ukuran partikel yang besar. Dengan demikian, sampel dengan ukuran partikel yang kecil akan lebih padat dan rongga atau pori dalam sampel tidak terlalu besar sehingga meningkatkan kekerasan dari sampel tersebut. Gambar 5 menunjukkan bahwa kekerasan HB maksimum terdapat pada komposisi serbuk magnet BaO.6 ukuran butir hingga 74 µm, dengan nilai kekerasan (HB) adalah 26 Ukuran butir serbuk magnet memegang peranan penting dalam kekerasan magnet bonded yang dihasilkan. Semakin halus ukuran butir, maka semakin padat sampel magnet yang dihasilkan sehingga akan meningkatkan nilai kekerasan (HB). Dari referensi diketahui standar nilai hardness untuk magnet ferrite sinter adalah 480 HV [8] atau sebanding dengan 451 HB. Perbedaan yang sangat signifikan bisa jadi karena bahan dasar dari magnet ini merupakan bahan cacat, sehingga kualitas yang dihasilkan kurang memenuhi syarat. Selain itu magnet yang dibuat merupakan magnet bonded bukan magnet sintered. Dari hasil pengukuran sifat-sifat magnet pelet menggunakan alat permagaph, diperoleh karakteristik magnet pada Tabel 2. Dalam Tabel 2 tersebut terlihat bahwa perbedaan ukuran butir serbuk magnet yang digunakan menghasilkan perbedaan sifat magnet (Br, Hc dan BHmax). Ukuran serbuk magnet BaO.6 dengan ukuran butir paling kecil hingga 74 µm memiliki nilai remanensi maksimum, yaitu 1,25 kg. Sementara itu nilai remanensi paling kecil adalah 1,09 kg untuk ukuran butir hingga 425 µm. Sedangkan untuk ukuran butir paling besar yaitu 850 µm memiliki nilai remanensi 1,23 kg. Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum nilai remanensi yang dihasilkan tidak berkorelasi secara langsung dengan ukuran partikel. Hal ini terjadi karena ukuran partikel tidak secara langsung mengubah kuat medan magnet yang dihasilkan. Fenomena ini perlu dilihat lagi dengan mengkaitkan korelasi strukturmikro dengan kuat medan magnet. Homogenitas serbuk partikel yang digunakan juga berpengaruh terhadap sifat kemagnetan. Ukuran butir pelet cenderung tidak homogen. Namun karena faktor teknis yang tidak bisa dihindarkan hal ini belum bisa dilaksanakan. Selain itu kualitas magnet yang digunakan sangat berpengaruh. KESIMPULAN Bahan komposit magnet bonded variasi ukuran BaO.6 dengan pengikat resin epoksi telah berhasil dibuat dalam penelitian ini. Data Standar Deviasi tingkat kekeruhan serbuk magnet BaO.6 memiliki korelasi berbanding lurus dengan akar rata-rata diameter. Korelasi 171

antara true density dengan ukuran partikel dan bulk density dengan ukuran partikel adalah berbanding terbalik. Semakin kecil ukuran partikel, maka kepadatannya akan semakin besar. Hasil uji kekerasan menunjukkan bahwa hubungan antara hardness dengan ukuran partikel adalah juga berbanding terbalik. Nilai hardness tertinggi dicapai pada ukuran partikel hingga 74 µm yaitu 26 HB. Nilai induksi remanen (Br) tertinggi yaitu 1,25 kg pada ukuran partikel hingga 74 µm. Namun dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa sifat magnet yang dihasilkan tidak secara langsung berkorelasi dengan ukuran butir. DAFTAR ACUAN [1]. D. PLUSA, M DOSPIAL, B. SLUSAREK, U. KOTLARCZYK and T. MYDLARZ, Rev. Advance Mater Science, 18 (2008) 541-544 [2]. RIDWAN, dkk., Sifat-Sifat Magnet Bahan Komposit Karet alam Dengan BaO.6 dan SrO.6, Prosiding Seminar Nasional Bahan Magnet, (2000) 72-76 [3]. HERAWATI, Pembuatan Bonded Magnet NDFeB Dengan Serbuk Epoxy Resin, Laporan Tugas Akhir, ISTN Jakarta, (2011) [4]. M. J. SABLIK, J. Appl. Phys., 89 (2001)5610 [5]. M. J. SABLIK, J. Appl. Phys., 89 (2001)7254 [6]. WEN PO CHENG, RUEY FANG YU, YING JU HSIEH,SHUYIWU,YUWEIHUANG,SINMING CHEN, Prove The Relationship Between Particle Size And Turbidity Fluctuations By Image Analysis, Hans Weghorn and Ajith P. Abraham, (2008) 170-172. 172