HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Penambahan Nitrogen dan Sulfur Pada Ensilase Jerami Jagung Terhadap NH3 dan VFA Rumen Sapi Potong (In Vitro)

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Unsur-unsur Nutrien dalam Singkong (dalam As Fed)

PENGARUH PENAMBAHAN NITROGEN DAN SULFUR PADA ENSILASE JERAMI UBI JALAR (Ipomea batatas L.) TERHADAP KONSENTRASI NH 3 DAN VFA (IN VITRO)

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

Okt ,30 75,00 257,00 Nop ,30 80,00 458,00 Des ,10 84,00 345,00 Jumlah 77,70 264, ,00 Rata-rata 25,85 88,30 353,34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap

HASIL DAN PEMBAHASAN M0 9,10 MJ 6,92 MIL 7,31 MILT 12,95 SEM 1.37

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

senyawa humat (39,4% asam humat dan 27,8% asam fulvat) sebesar 10% pada babi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan konversi pakan secara sign

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia berasal dari non protein nitrogen

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan domba-domba lokal. Domba lokal merupakan domba hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Ubi Kayu menjadi Tepung Tapioka Industri Rakyat Sumber : Halid (1991)

HASIL DAN PEMBAHASAN

tepat untuk mengganti pakan alami dengan pakan buatan setelah larva berumur 15 hari. Penggunaan pakan alami yang terlalu lama dalam usaha pembenihan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi terhadap kondisi alam setempat (Sumardianto et al., 2013). Selain itu

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar. Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering. Jumlah Rata-Rata (menit)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Suplementasi Biomineral

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

(S). Tanpa suplementasi, maka mineral sulfur akan menjadi faktor pembatas pertumbuhan

II KAJIAN PUSTAKA. ransum yang ekonomis serta dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok, Agar terpenuhinya produksi yang maksimal maka perlu

Raden Febrianto Christi, Abu Bakar Hakim, Lesha Inggriani, Atun Budiman Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daging dan kulit. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

II. TINJAUAN PUSTAKA. penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

Tingkat Kelangsungan Hidup

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan 100% Bahan Kering (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Jenis Rumput

1 Kontrol (S0K) 50, , , ,285 93, , Inokulum (S1I) 21, , , , ,752 2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

PENGARUH PENAMBAHAN NITROGEN DAN SULFUR PADA ENSILASE JERAMI UBI JALAR (Ipomea batatas L.) TERHADAP GAS TOTAL DAN ph CAIRAN RUMEN DOMBA (IN VITRO)

TINJAUAN PUSTAKA Keunggulan Rumen Kerbau Potensi Sapi Fries Holland , Performa dan Penyapihan Pedet

TINJAUAN PUSTAKA. Hijauan sebagai Pakan Ternak Ruminansia

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pengaruh Fermentasi terhadap Kandungan Energi Bruto

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

PENGARUH BINDER MOLASES DALAM COMPLETE CALF STARTER BENTUK PELLET TERHADAP KONSENTRASI VOLATILE FATTY ACID DARAH DAN GLUKOSA DARAH PEDET PRASAPIH

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas,

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

Pengaruh Berbagai Umur Pemotongan Tanaman Rami...Delia R.O.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawa dari

I. PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap peningkatan produksi ternak. Namun biaya pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdiri dari oksida rangkap seperti Al 2 O 3, SiO 2, Fe 2 O 3, CaO, dan

PENGANTAR. sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak. dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan makanan favorit di

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bintoro dkk (2010) sagu ( Metroxylon sp) merupakan tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. rumen dalam menghasilkan produk metabiolit rumen (VFA, N-NH3 maupun protein

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

Transkripsi:

33 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3 NH3 atau amonia merupakan senyawa yang diperoleh dari hasil degradasi protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa nitrogen yang dibutuhkan, diserap, dan dimanfaatkan oleh mikroorganisme rumen untuk pertumbuhan dan pembentukan protein mikrobial. Kandungan protein dalam jerami jagung dan aditif nitrogen akan didegradasi menjadi asam amino oleh mikroba rumen, yang selanjutnya asam amino tersebut akan dirombak menjadi amonia. Hasil penelitian pengaruh penambahan sumber nitrogen dan sulfur dalam ensilase jerami jagung terhadap NH3 dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3. Konsentrasi NH3 Hasil Penelitian Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3.. mm.. 1 5,90 14,20 18,25 17,30 2 6,00 13,60 16,35 17,05 3 5,45 12,05 17,85 15,90 4 4,50 14,10 18,35 18,75 5 4,60 14,20 19,50 20,20 Total 26,45 68,15 90,30 89,20 Rata-rata 5,29 13,63 18,06 17,84 Keterangan: P0 = Ensilase jerami jagung dengan aditif 0% nitrogen dan 0% sulfur, P1 = Ensilase jerami jagung dengan aditif 2% nitrogen dan 0,150% sulfur, P2 = Ensilase jerami jagung dengan aditif 2,5% nitrogen dan 0,186% sulfur, dan P3 = Ensilase jerami jagung dengan aditif 3% nitrogen dan 0,225% sulfur Rataan konsentrasi NH3 setiap perlakuan terlihat dari urutan terendah sampai tertinggi berturut-turut yaitu P0 = 5,29 mm, P1 = 13,63 mm, P3 = 17,84 mm, dan

P2 = 18,06 mm. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa ensilase jerami jagung tanpa ditambahkan nitrogen dan sulfur memiliki konsentrasi NH3 yang terendah yaitu 5,29 mm, sedangkan ensilase jerami jagung yang ditambahkan nitrogen sebanyak 2,5% dan sulfur sebanyak 0,186% memiliki konsentrasi NH3 yang tertinggi yaitu 18,06 mm. Pemberian sumber nitrogen yang lebih tinggi akan menyebabkan jumlah NH3 yang terbentuk lebih tinggi, namun pada batas tertentu tidak lagi terjadi peningkatan karena kebutuhan mikroba sudah tercukupi. Menurut Ranjhan (1980), faktor yang mempengaruhi konsentrasi amonia adalah kadar protein pakan, kelarutan protein, sumber dan proporsi karbohidrat terlarut. Karbohidrat terlarut yang tersedia di P3 kemungkinan lebih rendah dibandingkan dengan P2. Hal ini berkaitan dengan ensilasenya. Mikroba dalam silase selama ensilase pada P3 banyak menggunakan karbohidrat terlarut, sehingga pada saat difermentasi di rumen menghasilkan NH3 yang rendah dibandingkan P2. Hal ini didukung oleh data VFA yang menunjukkan hasil yang lebih rendah pada P3 dibandingkan P2. Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 4) menunjukkan terdapat pengaruh perbedaan yang nyata penambahan nitrogen dan sulfur terhadap konsentrasi NH3 dalam silase jerami jagung. Guna mengetahui perbedaan pengaruh antar perlakuan, maka dilakukan uji lanjut jarak berganda Duncan. Hasil uji lanjut jarak berganda Duncan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Signifikansi Uji Jarak Berganda Duncan NH3 Perlakuan Rataan Signifikansi (0,05).mM P0 5,29 a P1 13,63 b P3 17,84 c P2 18,06 c Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan berbeda nyata (P 0,05) 34

35 Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan konsentrasi NH3 di antara perlakuan. P0 menghasilkan konsentrasi NH3 yang paling rendah, hal ini disebabkan karena sedikitnya konsentrasi nitrogen, sehingga kebutuhan mikroba rumen kurang tercukupi. P2 memiliki konsentrasi NH3 yang paling tinggi diantara perlakuan. Hal ini disebabkan karena banyaknya jumlah protein dan NPN yang mudah dicerna oleh protein mikroba. Protein mikrobial adalah bentuk protein yang sederhana, sehingga dalam rumen dapat didegradasi dengan mudah untuk menghasilkan NH3 yang tinggi. Dalam penelitian menunjukkan konsentrasi NH3 melebihi nilai kecukupan NH3 dalam in vivo. Sutardi (1992), menyatakan bahwa mikroba rumen membutuhkan NH3 antara 3,5-14 mm. Pemberian nitrogen 2,5% dan sulfur 0,186% menghasilkan konsentrasi NH3 yang tinggi dalam metode in vitro karena mikroba rumen masih dapat hidup optimal. NH3 yang diserap akan dikonversi oleh hati menjadi urea yang sebagian akan disimpan dalam saliva dan bagian lainnya disekresikan melalui urin. Penyerapan NH3 yang berlebihan akan meracuni ternak karena bagian amonia yang tidak dirubah menjadi urea akan berubah menjadi nitrit. Nitrit merupakan zat yang berbahaya dalam tubuh ternak. Menurut Irmanto dan Suyatna (2009) efek toksik yang ditimbulkan oleh nitrit adalah methemoglobin, yaitu merupakan penghambatan terhadap pengangkutan oksigen di dalam aliran darah. Jika jumlah methemoglobin lebih dari 15% dari total hemoglobin maka akan terjadi suatu keadaan yang disebut sianosis. Sianosis merupakan suatu keadaan dimana seluruh jaringan tubuh kekurangan oksigen. Tingginya konsentrasi NH3 dalam rumen menunjukkan kemungkinan protein dan NPN yang terkandung dalam jerami jagung mudah terdegradasi oleh mikroba

36 rumen. Sesuai dengan pendapat Puastuti dkk. (2012), bahwa protein dari beberapa bahan memiliki tingkat kelarutan yang berbeda-beda. Semakin tinggi kelarutan bahan pakan maka akan semakin mudah pula terdegradasi dalam rumen. Berdasarkan Tabel 4. dapat dilihat bahwa penambahan sumber nitrogen dan sulfur yang tertinggi pada ensilase jerami jagung terhadap konsentrasi NH3 adalah pada perlakuan 2,5% nitrogen dan 0,186% sulfur. Pada perlakuan P3 terjadi penurunan konsentrasi NH3, sedangkan pemberian nitrogen lebih tinggi. Terjadinya penurunan NH3 berkaitan dengan proses perombakan sumber nitrogen urea oleh bakteri rumen. Pada perlakuan P3 terjadi penurunan populasi bakteri, sehingga aktivitasnya pun dalam mendegradasi sumber nitrogen menjadi amonia berkurang. Keadaan tersebut terindikasi dugaan terjadi toksiksitas sulfur pada level tersebut. Pemberian sulfur sebanyak 0,225% dalam ensilase tidak disarankan untuk digunakan. 4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi VFA VFA atau Volatile Fatty Acid merupakan hasil akhir dari fermentasi karbohidrat di dalam rumen. Hasil fermentasi karbohidrat yang utama yaitu asetat, propionat, butirat, valerat dan format. VFA merupakan sumber energi bagi mikroba rumen serta penyusun kerangka karbon bagi pembentukan protein mikroba. Konsentrasi VFA yang tinggi menunjukkan tingginya kandungan karbohidrat yang difermentasi oleh mikroba rumen. Hasil penelitian mengenai pengaruh penambahan sumber nitrogen dan sumber sulfur dalam ensilase jerami jagung terhadap konsentrasi VFA dapat dilihat pada Tabel 5. VFA yang diproduksi dari silase jerami jagung dengan penambahan sumber nitrogen dan sulfur memiliki hasil yang beragam. Dapat dilihat rataan konsentrasi VFA setiap perlakuan dari urutan terendah sampai tertinggi berturut-

37 turut yaitu P0 = 98 mm, P3 = 132,70 mm, P1 = 134,40 mm, dan P2 = 171,90 mm. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa ensilase jerami jagung yang tanpa ditambahkan nitrogen dan sulfur memiliki konsentrasi VFA terendah yaitu 98 mm, sedangkan ensilase jerami jagung yang ditambahkan nitrogen sebanyak 2,5% dan sulfur sebanyak 0,186% memiliki konsentrasi VFA yang tertinggi yaitu 171,90 mm. Tabel 5. Konsentrasi VFA Hasil Penelitian Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3.. mm.. 1 99,00 139,50 159,50 138,00 2 94,50 134,00 179,50 123,50 3 98,00 129,00 170,50 130,00 4 103,50 135,50 185,50 138,00 5 95,00 134,00 164,50 134,00 Total 490,00 672,00 859,50 663,50 Rata-rata 98,00 134,40 171,90 132,70 Keterangan: P0 = Ensilase jerami jagung dengan aditif 0% nitrogen dan 0% sulfur, P1 = Ensilase jerami jagung dengan aditif 2% nitrogen dan 0,150% sulfur, P2 = Ensilase jerami jagung dengan aditif 2,5% nitrogen dan 0,186% sulfur, dan P3 = Ensilase jerami jagung dengan aditif 3% nitrogen dan 0,225% sulfur Berdasarkan analisis ragam terhadap data konsentrasi VFA (Lampiran 5) menunjukkan terdapat pengaruh perbedaan yang nyata penambahan nitrogen dan sulfur terhadap konsentrasi VFA dalam ensilase jerami jagung. Guna mengetahui perbedaan pengaruh antar perlakuan, maka dilakukan uji lanjut jarak berganda Duncan terhadap VFA. Hasil uji jarak berganda Duncan dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6. dapat dilihat bahwa perlakuan P1 dan P3 menghasilkan konsentrasi VFA yang tidak berbeda nyata. Konsentrasi VFA berbeda nyata (P 0,05) diperoleh pada perlakuan P2 yaitu pemberian 2,5% nitrogen dan 0,186% sulfur. Pada proses ensilase, penambahan nitrogen dan sulfur dapat merubah

38 kompleksitas dari karbohidrat, yaitu karbohidrat kompleks menjadi lebih sederhana. Tingginya nilai VFA disebabkan karena banyaknya karbohidrat sederhana yang dapat dicerna oleh mikroba rumen. Tabel 6. Hasil Signifikansi Uji Jarak Berganda Duncan VFA Perlakuan Rataan Signifikansi..mM. P0 98,00 a P3 132,70 b P1 134,40 b P2 171,90 c Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan berbeda nyata (P 0,05) Pemberian 2,5% nitrogen dan 0,186% sulfur membuat konsentrasi VFA yang tinggi yaitu 171,90 mm. Pemberian tingkatan tersebut sudah melebihi dari nilai kecukupan VFA dalam metode in vivo. Sutardi (1977) menyatakan bahwa kadar VFA yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan mikroba rumen yang optimal adalah 80 160 mm. Namun pada pemberian 3% nitrogen dan 0,225% sulfur, mikroba rumen sudah tidak dapat mentolerirnya sehingga menyebabkan turunnya konsentrasi VFA. Keadaan tersebut terindikasi dugaan terjadi toksiksitas sulfur pada level tersebut. Hal ini terlihat dari perkembangan bakteri rumen yang menurun, sehingga produk yang dihasilkan dari proses fermentasi oleh mikroba pun mengalami penurunan diantaranya termasuk VFA. Menurut McDonald dkk., (2010) bahwa konsentrasi VFA yang tinggi menunjukkan peningkatan kandungan protein dan karbohidrat mudah larut dari pakan. Lebih lanjut dikemukakan oleh Hindratiningrum dkk., (2011). Beberapa faktor yang mempengaruhi konsentrasi VFA antara lain pemanfaatan mikroba, penyerapan serta fermentabilitas dari karbohidrat.

39 Berdasarkan Tabel 6. dapat dilihat bahwa penambahan sumber nitrogen dan sulfur yang tertinggi pada ensilase jerami jagung terhadap konsentrasi VFA adalah pada perlakuan 2,5% nitrogen dan 0,186% sulfur.