BAB I PENDAHULUAN. rumen dalam menghasilkan produk metabiolit rumen (VFA, N-NH3 maupun protein

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Optimalisasi penggunaan fungsi rumen melalui peningkatan proses fermentasi rumen dalam menghasilkan produk metabiolit rumen (VFA, N-NH3 maupun protein mikroba) merupakan salah satu strategi dalam optimalisasi keunggulan sapi bali dalam pemanfaatan pakan berserat kasar tinggi. Langkah ini semakin strategis mengingat kebijakan nasional pengadaan pakan ruminansia dalam menopang program swasembada daging sapi diprioritaskan melalui pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan sapi potong (Ditjennak, 2010; Sunari et al., 2010). Ginting (2004) mengungkapkan bahwa pemanfaatan limbah pertanian akan dapat menurunkan biaya operasional usaha peternakan sekaligus meningkatkan jumlah ternak yang dapat dipelihara oleh seorang peternak. Namun Putri et al. (2009); Mudita et al. (2009, 2010) dan Wibawa et al. (2009; 2010) menunjukkan pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan tanpa aplikasi teknologi akan menurunkan proses fermentasi dalam rumen, produk metabolit rumen maupun produktivitas ternak. Upaya peningkatan proses fermentasi dalam rumen khususnya produksi metabolit rumen pada pemberian ransum berbasis sumber daya lokal asal limbah pertanian haruslah ditekankan pada upaya mengatasi berbagai kelemahan yang ada pada bahan pakan tersebut khususnya terkait rendahnya tingkat kecernaan sebagai akibat tingginya kandungan serat pakan pada bahan pakan tersebut. Fermentasi 1

2 ransum melalui pemanfaatan inokulan yang diproduksi dari cairan rumen sapi bali dan rayap merupakan salah satu strategi yang dapat dikembangkan untuk mengatasi permasalahan tersebut (Giraldo et al., 2004). Rayap (Termites sp) merupakan serangga pemakan kayu yang merupakan bahan organik kaya serat kasar. Watanabe et al.(1998) mengungkapkan sel tubuh, air liur dan saluran pencernaan rayap mengandung berbagai mikroba dan enzim pendegradasi serat. Purwadaria et al.(2003 a,b dan 2004) menyatakan saluran pencernaan rayap mengandung mikroba (bakteri, kapang/fungi, dan protozoa), menghasilkan kompleks enzim selulase yaitu endoglukanase/cmc-ase, aviselase, eksoglukanase dan glukosidase, dan enzim hemiselulase seperti endoxilanase serta enzim mannanase. Sedangkan cairan rumen sapi Bali juga sangat potensial sebagai inokulan kaya nutrien ready fermentable, mikroba dan enzim pendegradasi serat (Kamra,2005). Penelitian Mudita etal.(2009;2010) menunjukkan penggunaan cairan rumen ml/liter menghasilkan inokulan dengan kandungan nutrien dan mikrobiologi tinggi yang efektif dimanfaatkan sebagai starter maupun suplemen ransum limbah inkonvensional. Selain itu pemanfaatan cairan rumen sebagai inokulan dan atau produk inokulan dalam pembuatan silase akan mempercepat dan memperbaiki fermentasi silase (penurunan ph, peningkatan rasio laktat:setat, menurunkan amonia), menurunkan kandungan serat pakan, menekan/mengurangi kandungan senyawa antinutrisi, meningkatkan kecernaan bahan kering (Ginting, 2004; Kaiser, 1984), kecernaan protein, energi dan serat NDF/Neutral Detergen Fiber (Hau et al., 2006; Mudita dan Wibawa, 2008; Mudita et al., 2009; Putri et al., 2009). 2

3 Kombinasi cairan rumen sapi bali dan rayap diharapkan menghasilkan efek sinergis yang dapat meningkatkan efektivitas enzim dalam mendegradasi pakan kaya serat kasar sehinga proses fermentasi terhadap ransum dapat berlangsung dengan baik dan suplai nutrien bagi induk semang baik berupa VFA, N-NH3 maupun protein mikroba akan meningkat. Hasil penelitian Prabowo et al. (2007) menunjukkan kombinasi mikrobia ekstrak rayap, cairan rumen kerbau dan feses gajah menghasilkan aktivitas spesifik enzim endoglukanase lebih tinggi daripada yang dihasilkan mikrobia dari sumber isolat tersebut secara terpisah. Hasil penelitian Mudita et al (2012) menunjukkan pemanfaatan limbah cairan rumen sapi bali 10-20% serta rayap 0,1-0,3% mampu menghasilkan inokulan berkualitas dengan tingkat efektivitas dalam memfermentasikan ransum yang cukup baik. Pada penelitian tersebut telah diperoleh 3 inokulan unggul yaitu BR 2 T 2 /inokulan mengandung 20% cairan rumen dan 0,2% rayap, 2) BR 1 T 3 /inokulan mengandung 10% cairan rumen dan 0,3% rayap, dan 3) BR 2 T 3 /bioinokulan mengandung 20% cairan rumen dan 0,3% rayap. Ketiga inokulan tersebut mempunyai kadar nutrien dan mikroba yang tinggi dan mampu menghasilkan produk metabolit substrat yang tinggi yaitu N-NH3, VFA total, asetat, propionate dan butirat masing-masing 18,45-18,47 mm; 114,94-115,27 mm; 63,03-63,43 mm; 34,09 35,07 mm; dan 11,60-11,64 mm, dan dengan tingkat kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik secara invitro yang cukup tinggi, yaitu 65,63-67,13% dan 67,55 69,45%. Namun informasi mengenai efektivitas pemanfaatan inokulan yang diproduksi dari kombinasi rayap dengan cairan rumen sapi bali dalam pengembangan usaha sapi bali khususnya terhadap 3

4 produk metabolit dalam rumen yang dapat dijadikan tolak ukur produktivitas ternak (Leng,1997) belum diperoleh, sehingga kegiatan penelitian ini dilaksanakan. 1.2 Rumusan masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah metabolit rumen sapi bali yang diberikan ransum terfermentasi inokulan yang diproduksi dari cairan rumen sapi bali dan rayap 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ransum terfermentasi dengan inokulan yang diproduksi dari cairan rumen sapi bali dan rayap terhadap metabolit rumen sapi bali. 1.4 Hipotesis Penelitian Fermentasi ransum berbasis limbah pertanian menggunakan inokulan yang diproduksi dari cairan rumen sapi bali dan rayap dapat menghasilkan metabolit rumen yang lebih tinggi. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan akan dapat memberikan manfaat berupa informasi ilmiah mengenai metabolit rumen sapi bali yang diberi ransum berbasis limbah pertanian terfermentasi inokulan yang diproduksi dari cairan rumen sapi bali dan rayap. 4

5 5