SKRIPSI AUDITIYA ASTRI YULITA SNIS

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM

KERANGKA PEMIKIRAN III.

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

SKRIPSI ALFIANTI SARI H

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit

IV. METODE PENELITIAN

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

SKRIPSI RISKI IRAWATI H

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

BAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup.

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT DAN REPAYMENT CAPACITY

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Kredit di Dalam Perkembangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAIRAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT CIGOMBONG-BOGOR)

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010]

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI ARDIANSYAH H

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak dimana 99,7% atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH NASABAH DI SEKTOR PERDAGANGAN AGRIBISNIS (KASUS PADA BPR RAMA GANDA BOGOR)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun

dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI. Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Kredit

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN

ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE PENELITIAN IV.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUNGGAKAN KUR MIKRO BRI UNIT CIAMPEA BOGOR INDAH PURNAMAWATI

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Usaha mikro, kecil dan

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

I. PENDAHULUAN. peranan sangat strategis dalam struktur perekonomian nasional. Karena

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS REPAYMENT CAPACITY KREDIT USAHA RAKYAT SEKTOR AGRIBISNIS PADA BANK RAKYAT INDONESIA UNIT CIBUNGBULANG-BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO (Studi Kasus : BRI Unit Lalabata Rilau, Soppeng) SKRIPSI ASTRI YULITA AUDITIYA H34070121 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUTT PERTANIAN BOGOR 20111 i

RINGKASAN ASTRI YULITA AUDITIYA. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat Mikro (Studi Kasus : BRI Unit Lalabata Rilau, Soppeng). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan DWI RACHMINA). Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran yang penting dalam perekonomian nasional serta mampu bertahan terhadap krisis ekonomi global yang sedang melanda kalangan usaha di Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada kontribusinya dalam nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional serta penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Menurut data Kementerian UMKM dan Koperasi 2011, pada tahun 2010 usaha Mikro berkontribusi dalam penciptaan nilai PDB nasional atas harga konstan 2000, yaitu sebesar 33,81 persen dari PDB nasional. Usaha Mikro juga mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 99.401.775 orang pada tahun 2010. Sektor usaha yang memiliki kontribusi terbesar dalam penciptaan nilai PDB dan penyerapan tenaga kerja adalah sektor agribisnis yang tidak hanya meliputi sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan tetapi juga sektor industri pengolahan serta perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor agribisnis terutama usaha mikro yang bergerak di bidang pertanian masih memiliki permasalahan, terutama dalam hal permodalan. Lembaga keuangan seperti perbankan masih sulit dijangkau oleh petani dan pelaku usaha mikro agribisnis lainnya untuk memperoleh modal. Hal ini disebabkan pelaku usaha tersebut masih belum memenuhi persyaratan agunan dan syarat lainnya yang diajukan oleh bank. Oleh karena itu, masalah tersebut dapat diatasi salah satunya melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan program kredit tanpa agunan yang dikeluarkan oleh pemerintah bekerja sama dengan beberapa bank di Indonesia. Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan bank penyalur KUR Mikro terbesar karena BRI menjangkau pelaku usaha hingga pelosok kecamatan. Penelitian dilakukan di BRI Unit Lalabata Rilau. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa BRI Unit Lalabata Rilau merupakan salah satu dari dua BRI Unit di wilayah kantor cabang BRI Watansoppeng yang menyalurkan KUR di bidang pertanian baik on farm maupun off farm. Selain itu, nilai NPL KUR Mikro di BRI Unit Lalabata Rilau paling rendah dibandingkan BRI unit lainnya yang menyalurkan KUR Mikro di bidang usaha pertanian on farm dan off farm, yaitu sebesar 0,03 persen pada bulan Mei 2011. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara peneliti dengan pihak BRI, sedangkan data sekunder diperoleh dari data internal BRI yang terkait nasabah KUR Mikro, data Koperasi dan UMKM, artikel, jurnal penelitian, skripsi, buku, dan data lain yang terkait dengan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi pengembalian KUR Mikro di BRI Unit Lalabata Rilau. Hasil analisis menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian KUR Mikro di BRI Unit Lalabata Rilau adalah variabel jarak tempat tinggal nasabah dengan BRI dan omset usaha. ii

Variabel jarak tempat tinggal dengan BRI memiliki nilai koefisien positif, artinya semakin jauh jarak rumah debitur dengan BRI Unit Lalabata Rilau akan memperbesar peluang untuk mengembalikan KUR Mikro secara lancar. Debitur yang jarak tempat tinggalnya lebih jauh akan memiliki rasa tanggung jawab untuk mengembalikan kredit secara lancar karena mereka tidak ingin mengurangi rasa kepercayaan pihak bank terhadap mereka. Pihak bank akan sulit memberikan kredit lagi kepada nasabah dengan tempat tinggal yang jauh dan sering menunggak karena akan mengeluarkan biaya lebih besar dan waktu yang lebih lama karena hal ini akan merugikan pihak bank. Variabel omset usaha memiliki koefisien positif, artinya semakin besar omset usaha yang dihasilkan oleh debitur akan semakin memperbesar peluang mengembalikan kredit secara lancar. Jumlah omset yang besar menunjukkan bahwa usaha tersebut berjalan dengan baik. Omset usaha berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian kredit, padahal omset usaha merupakan penghasilan kotor nasabah. Hal ini disebabkan oleh perilaku nasabah KUR Mikro di BRI Unit Lalabata Rilau yang sebagian besar membayar angsuran dikurangi dari pendapatan kotornya, bukan dari sisa pendapatan bersih yang telah dikurangi pengeluaran rumah tangga dan lainnya. Saran yang dapat diberikan kepada pihak BRI adalah mensosialisasikan kepada para nasabah KUR Mikro agar pendapatan kotor yang mereka terima disisihkan untuk membayar angsuran kredit sehingga tidak akan terjadi tunggakan. Hal ini terlihat dari perilaku sebagian besar nasabah di BRI Unit Lalabata Rilau yang membayar angsuran kredit dikurangi langsung dari pendapatan kotornya sehingga tingkat NPL nya rendah. Selain itu, pihak BRI harus tetap memperhatikan nasabah yang bertempat tinggal dekat dengan BRI karena mereka belum tentu disiplin untuk datang ke bank untuk membayar pinjaman walaupun rumah mereka dekat. Monitoring ke tempat usaha nasabah diperlukan untuk mengetahui perkembangan usaha nasabah, apakah kredit digunakan dengan baik untuk mengembangkan usaha atau tidak. iii

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO (Stuid Kasus : BRI Unit Lalabata Rilau, Soppeng) ASTRI YULITA AUDITIYA H34070121 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 iv

Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat Mikro (Studi Kasus : BRI Unit Lalabata Rilau, Soppeng) : Astri Yulita Auditiya : H34070121 Menyetujui, Pembimbing Ir. Dwi Rachmina, M.Si NIP. 1963 1227 1990 032 001 Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 1958 0908 1984 031 002 Tanggal Lulus : v

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Usaha Rakyat Mikro Bank Rakyat Indonesia Unit Lalabata Rilau adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Desember 2011 Astri Yulita Auditiya H34070121 vi

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 Juli 1989. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Chairy Lifiyan dan Ibunda Telly Marzukie. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 2 Cilenggang, Tangerang Selatan pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SLTP Negeri 1 Serpong, Tangerang Selatan. Lalu penulis melanjutkan pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 1 Cisauk, Tangerang Selatan yang diselesaikan pada tahun 2007. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2007 dan diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai mayor. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis pernah ikut serta dalam kepanitiaan di kampus seperti Agrination 2008 dan Agrimeet 2009. Penulis berhasil didanai dalam Program Kreativitas Mahasiswa di bidang Kewirausahaan 2010 (PKM-K) dengan tulisan yang berjudul fruitaro (snack sehat dari talas dengan rasa buah asli) vii

KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat Mikro (Studi Kasus : BRI Unit Lalabata Rilau, Soppeng). Skipsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro untuk nasabah bidang agribisnis on farm dan off farm (perdagangan dan industri pertanian) di Bank Rakyat Indonesia Unit Lalabata Rilau, Kabupaten Soppeng. Skripsi ini merupakan hasil kerja maksimal yang dapat dikerjakan oleh penulis. Semoga skripsi ini dapat menjadi masukan dan bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang terkait. Bogor, Desember 2011 Astri Yulita Auditiya viii

UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ir. Dwi Rachmina, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Arif Karyadi Uswandi, SP selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Ir. Anita Ristianingrum, MSi yang telah menjadi dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis. 5. Direksi dan seluruh staf karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Lalabata Rilau, Kabupaten Soppeng. Bapak Yusriadi Mulyadi selaku Kepala Unit BRI Unit Lalabata Rilau, Bapak Chaeril selaku account officer KUR Mikro Unit Lalabata Rilau, seluruh staf Account Officer, Customer Service, Teller, dan seluruh staf operasional. 6. Nasabah KUR Mikro sektor Agribisnis PT. BRI Unit Lalabata Rilau, Soppeng yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data. 7. Ibu dan Bapak serta adik (Mia, Sandy, Puput) tercinta yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang dan doa untuk penulis. Semoga skripsi ini bisa menjadi persembahan yang terbaik dan awal untuk memberikan kebahagiaan kepada kalian. 8. Keluarga besar Bapak Jumain dan Ibu Nurhaedah atas dukungan, bantuan dan doa yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. 9. Muhammad Ridwan Nurindah atas dukungan moral, doa, serta kritik dan saran yang diberikan. ix

10. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan penulis selama proses perkuliahan, penyusunan skripsi, seminar, dan sidang. 11. Sahabat-sahabat Anisa Rahmadhani dan Yulita Dwi Fatmasari atas bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis. 12. Citra Sari, Alfianti Sari, Arini Ungki, Risamaya P, Ana Zufrida, Anggi Andhika, Febrina Mahliza, Lika Oktaviani, Annisa Milki, Salysa Pramono dan teman-teman Agribisnis 44 lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas semangat, dukungan, dan saran yang diberikan kepada penulis 13. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun tidak menghilangkan rasa hormat dan rasa terima kasih penulis atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan. Bogor, Desember 2011 Astri Yulita Auditiya x

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 9 1.3. Tujuan Penelitian... 10 1.4. Manfaat Penelitian... 11 1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 11 II TINJAUAN PUSTAKA... 12 2.1. Karakteristik UMKM... 12 2.2. Kinerja Kredit Usaha Rakyat (KUR)... 13 2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit... 15 III KERANGKA PEMIKIRAN... 17 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis... 17 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank... 17 3.1.2. Pertimbangan Kredit... 17 3.1.3. Kredit Bermasalah... 19 3.1.4. Pengertian, Unsur-unsur dan Tujuan Kredit... 21 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional... 23 3.3. Hipotesis Penelitian... 27 IV METODE PENELITIAN... 28 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 28 4.2. Data dan Instrumentasi... 28 4.3. Metode Penentuan Sampel... 28 4.4. Metode Pengumpulan Data... 30 4.5. Metode Analisis Data... 30 4.5.1. Analisis Kualitatif... 30 4.5.2. Analisis Kuantitatif... 30 4.5.3. Definisi Operasional... 33 V GAMBARAN UMUM BANK RAKYAT INDONESIA... 35 5.1. Sejarah BRI... 35 5.2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Jangka Panjang BRI... 36 5.3. Bidang Usaha dan Produk BRI... 38 5.4. Gambaran Umum BRI Unit Lalabata Rilau... 39 5.5. Persyaratan, Mekanisme Penyaluran dan Cara Pembayaran KUR... 43 5.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian KUR Mikro BRI Unit Lalabata Rilau... 45 xiii xv xvi xi

VI 5.6.1. Pengembalian KUR Mikro Berdasarkan Karakteristik Individu... 46 5.6.2. Pengembalian KUR Mikro Berdasarkan Karakteristik Usaha... 49 5.6.3. Pengembalian KUR Mikro Berdasarkan Karakteristik Kredit... 52 ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO PADA BRI UNIT LALABATA RILAU... 57 6.1. Variabel Usia... 59 6.2. Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga... 59 6.3. Variabel Jarak Tempat Tinggal... 60 6.4. Variabel Jenis Usaha... 61 6.5. Variabel Omset Usaha... 61 6.6. Variabel Nilai RPC... 62 6.7. Variabel Jumlah Pinjaman... 63 6.8. Variabel Jumlah Angsuran... 63 6.9. Variabel Jangka Waktu Pengembalian Kredit... 64 VII KESIMPULAN DAN SARAN... 66 7.1. Kesimpulan... 66 7.2. Saran... 66 DAFTAR PUSTAKA... 68 LAMPIRAN... 70 xii

Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha menurut Skala Usaha Tahun 2009-2010... 1 2. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) UMKM menurut Skala Usaha Tahun 2009-2010 Atas Dasar Harga Konstan 2000...2 3. Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja menurut Skala Usaha Tahun 2009-2010... 3 4. Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2009...4 5. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2009 Atas Dasar Harga Konstan 2000...5 6. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat per 31 Mei 2011... 7 7. Jumlah Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia per 31 Mei 2011...8 8. Nilai Tunggakan Riil atau NPL (Non Performing Loan) KUR Mikro BRI Unit Lalabata Rilau per Mei 2011... 10 9. Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI Wilayah Kantor Cabang Watansoppeng hingga Mei 2011... 40 10. Jumlah dan Proporsi Responden Nasabah Lancar dan Menunggak KUR Mikro BRI Unit Lalabata Rilau menurut Usia pada Tahun 2011... 47 11. Jumlah dan Proporsi Responden Nasabah Lancar dan Menunggak KUR Mikro BRI Unit Lalabata Rilau menurut Jumlah Tanggungan Keluarga pada Tahun 2011... 48 12. Jumlah dan Proporsi Responden Nasabah Lancar dan Menunggak KUR Mikro BRI Unit Lalabata Rilau menurut Jarak Tempat Tinggal pada Tahun 2011... 49 13. Jumlah dan Proporsi Responden Nasabah Lancar dan Menunggak KUR Mikro BRI Unit Lalabata Rilau menurut Jenis Usaha pada Tahun 2011... 50 14. Jumlah dan Proporsi Responden Nasabah Lancar dan Menunggak KUR Mikro BRI Unit Lalabata Rilau menurut Omset Usahapada Tahun 2011... 51 xiii

Nomor Halaman 15. Jumlah dan Proporsi Responden Nasabah Lancar dan Menunggak KUR Mikro BRI Unit Lalabata Rilau menurut Nilai RPC pada Tahun 2011... 52 16. Jumlah dan Proporsi Responden Nasabah Lancar dan Menunggak KUR Mikro BRI Unit Lalabata Rilau menurut Jumlah Pinjaman pada Tahun 2011... 53 17. Jumlah dan Proporsi Responden Nasabah Lancar dan Menunggak KUR Mikro BRI Unit Lalabata Rilau menurut Angsuran Kredit pada Tahun 2011... 54 18. Jumlah dan Proporsi Responden Nasabah Lancar dan Menunggak KUR Mikro BRI Unit Lalabata Rilau menurut Jangka Waktu Pengembalian pada Tahun 2011... 55 19. Dugaan Parameter Regresi Logistik Berdasarkan Omnibus Tests of Model Coefficients... 57 20. Dugaan Parameter Regresi Logistik Berdasarkan Hosmer and Lemeshow Test... 57 21. Hasil Pengolahan Regresi Logistik Mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUR Mikro pada BRI Unit Lalabata Rilau... 58 xiv

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Diagram Kerangka Pemikiran Operasional... 26 2. Struktur Organisasi BRI Unit Lalabata Rilau... 42 3. Mekanisme Pembayaran Kredit... 44 xv

Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Output Regresi Logistik Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUR Mikro... 71 2. Formulir Pengajuan KUR Mikro... 74 xvi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis serta terbukti sebagai sektor usaha yang mampu bertahan terhadap krisis ekonomi global yang sedang melanda kalangan usaha di tingkat internasional maupun kalangan usaha di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah UMKM yang mengalami peningkatan sebesar 2,01 persen, yaitu dari 52.764.603unit pada tahun 2009 menjadi 53.823.732 unit pada tahun 2010. Perkembangan jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha menurut Skala Usaha Tahun 2009-2010 Jumlah (Unit) Perkembangan No. Skala Usaha Tahun 2009*) Tahun 2010**) (Unit) (%) 1 Usaha Mikro 52.176.795 53.207.500 1.030.705 1,98 2 Usaha Kecil (UK) 546.675 573.601 26.926 4,93 3 Usaha Menengah (UM) 41.133 42.631 1.498 3,64 4 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 52.764.603 53.823.732 1.059.129 2,01 5 Usaha Besar (UB) 4.677 4.838 161 3,43 Jumlah 52.769.280 53.828.569 1.059.289 2,01 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2011) Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Usaha Mikro merupakan skala usaha yang jumlahnya paling besar dibandingkan dengan skala usaha lainnya terhadap total usaha yang ada di Indonesia, yaitu sekitar 98,88 persen pada tahun 2009 dan 98,85 persen pada tahun 2010. Sektor UMKM, terutama Usaha Mikro merupakan salah satu sektor yang berperan penting terhadap perekonomian nasional Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari kontribusi sektor Usaha Mikro yang cukup signifikan terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) di Indonesia. Pada tahun 2009, 1

kontribusi Usaha Mikro terhadap PDB nasional menurut harga konstan 2000 tercatat sebesar Rp 682.259,8 milyar atau 32,66 persen, sedangkan pada tahun 2010 kontribusi Usaha Mikro terhadap PDB nasional menurut harga konstan 2000 tercatat sebesar Rp 719.070,2 milyar atau 32,42 persen. Perkembangan nilai produk domestik bruto UMKM menurut skala usaha tahun 2009-2010 atas dasar harga konstan 2000 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) UMKM menurut Skala Usaha Tahun 2009-2010 Atas Dasar Harga Konstan 2000 No. Skala Usaha Jumlah (Rp Milyar) Tahun 2009*) Tahun 2010**) Perkembangan Jumlah (%) 1 Usaha Mikro 682.259,8 719.070,2 36.810,4 5,40 2 Usaha Kecil (UK) 224.311,0 239.111,4 14.800,4 6,60 3 Usaha Menengah (UM) 306.028,5 324.390,2 18.361,7 6,00 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 1.212.599,3 1.282.571,8 69.972,5 5,77 4 Usaha Besar (UB) 876.459,2 935.375,2 58.916,0 6,72 Jumlah 2.089.058,5 2.217.947,0 128.888,5 6,17 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2011) Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Pada tahun 2008 hingga 2009, sektor ekonomi Usaha Mikro yang memiliki kontribusi terbesar terhadap PDB Indonesia adalah (1) sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yang tercatat mengalami perkembangan sebesar 4,38 persen dan diikuti oleh (2) sektor perdagangan yang mengalami peningkatan sebesar 1,74 persen. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan tercatat memiliki proposi sebesar 37,8 persen dari PDB Indonesia pada tahun 2008 dan 37,9 persen pada tahun 2009, sedangkan pada sektor perdagangan memiliki proporsi sebesar 29,9 persen pada tahun 2008 dan 29,2persen pada tahun 2009. Selain memberikan kontribusi besar terhadap PDB nasional, UMKM juga merupakan usaha yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan karena sifatnya yang padat karya, berbeda dengan usaha besar yang bersifat padat modal. Pada tahun 2009, total tenaga kerja Indonesia yang terserap sebesar 96.211.332orang, sedangkan pada tahun 2010, total tenaga kerja yang terserap sebesar 2

99.401.775orang. UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 97,30 persen dari total tenaga kerja yang ada pada tahun 2009 dan 97,22 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada pada tahun 2010. Perkembangan jumlah tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2009-20010 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja menurut Skala Usaha Tahun 2009-2010 Jumlah (Orang) Perkembangan No. Skala Usaha Tahun Tahun Jumlah (%) 2009*) 2010**) 1 Usaha Mikro 90.012.694 93.014.759 3.002.065 3,34 2 Usaha Kecil (UK) 3.521.073 3.627.164 106.091 3,01 3 Usaha Menengah (UM) 2.677.565 2.759.852 82.287 3,07 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 96.211.332 99.401.775 3.190.443 3,32 4 Usaha Besar (UB) 2.674.671 2.839.711 165.040 6,17 Jumlah 98.886.003 102.241.486 3.355.483 3,39 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2011) Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Ternyata, Usaha Mikro juga memiliki kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja, yaitu sebesar 91,03 persen dari total tenaga kerja pada tahun 2009, begitu juga pada tahun 2010 sebesar 90,98 persen dari total tenaga kerja yang terserap berasal dari Usaha Mikro. Hal ini menunjukkan bahwa Usaha Mikro telah berperan besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran. Proporsi terbesar sektor ekonomi Usaha Mikro yang mampu mengatasi masalah pengangguran adalah (1) sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, yaitu sebesar 47,5 persen menyerap tenaga kerja pada tahun 2008 dan 46,7 persen pada tahun 2009, kemudian diikuti oleh (2) sektor perdagangan yang menyerap tenaga kerja sebesar 22,11 persen pada tahun 2008 dan 22,8 persen pada tahun 2009. Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja Usaha Mikro menurut sektor ekonomi tahun 2008-2009 dapat dilihat pada Tabel 4. 3

Tabel 4. Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2009 No. Lapangan Usaha Jumlah (Orang) Tahun 2008*) Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2011) Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Tahun 2009**) Perkembangan Jumlah (%) 1 Pertanian, Peternakan, 41.720.781 42.041.978 321.197 0,77 Kehutanan dan Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 913.150 985.077 71.928 7,88 3 Industri Pengolahan 8.471.573 8.833.784 362.211 4,28 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 82.463 74.576 (7.887) (9,56) 5 Bangunan 3.515.263 3.449.378 (65.885) (1,87) 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 19.417.114 20.518.886 1.101.772 5,67 7 Pengangkutan dan Komunikasi 5.745.591 5.670.008 (75.583) (1,32) 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.098.718 1.131.821 33.103 3,01 9 Jasa-jasa Swasta 6.845.714 7.307.185 461.472 6,74 Jumlah 87.810.366 90.012.694 2.202.328 2,51 Sektor perdagangan, pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan bagian dari agribisnis. Selain itu, sektor perdagangan dan industri juga merupakan bagian dari agribisnis. Ketiga sektor tersebut merupakan sektor yang menyumbang PDB terbesar di Indonesia, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 yaitu tabel perkembangan nilai produk domestik bruto Usaha Mikro menurut sektor ekonomi tahun 2008-2009 atas dasar harga konstan 2000.Namun, UMKM masih memiliki banyak permasalahan, diantaranya adalah rendahnya produktivitas, terbatasnya akses UMKM kepada sumberdaya produktif (permodalan, teknologi, informasi, dan pasar), masih rendahnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi, tertinggalnya kinerja koperasi dan kurang baiknya citra koperasi, serta kurang kondusifnya iklim usaha (Rafinaldy 2006). Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi kegiatan. Kegiatan berhubungan yang dimaksud adalah kegiatan usaha yang menunjang 4

kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian (Davis and Golberg 1957; Downey and Erickson 1987; Saragih 1998, diacu dalam Antara 2004). Apabila mata rantai kegiatan agribisnis dipandang dalam suatu konsep sistem, maka mata rantai tersebut dapat dipilah-pilah menjadi empat subsistem yaitu subsistem produksi, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran, dan subsistem lembaga penunjang. Keempat subsistem ini mempunyai kaitan yang erat, sehingga gangguan pada salah satu subsistem atau kegiatan akan berpengaruh terhadap subsistem atau kelancaran kegiatan dalam bisnis (Antara 2004). Tabel 5. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2009 Atas Dasar Harga Konstan 2000 No. 1 Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Jumlah (Rp. Milyar) Tahun 2008*) Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2011) Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Tahun 2009**) Perkembangan Jumlah (%) 247.922,6 258.787,5 10.864,9 4,38 2 Pertambangan dan Penggalian 16.888,9 18.099,9 1.211,0 7,17 3 Industri Pengolahan 61.302,7 64.822,4 3.519,7 5,74 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 33,9 34,4 0,5 1,50 5 Bangunan 13.628,8 14.696,1 1.067,4 7,83 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 196.077,7 199.497,3 3.419,6 1,74 7 Pengangkutan dan Komunikasi 32.199,7 34.414,7 2.215,0 6,88 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 20.963,7 21.807,2 843,5 4,02 9 Jasa-jasa 66.685,9 70.302,8 3.616,9 5,42 Produk Domestik Bruto 655.703,8 682.462,4 26.758,6 4,08 Produk Domestik Bruto Tanpa Migas 655.700,8 682.459,4 26.758,6 4,08 Seluruh kegiatan usaha agribisnis pasti membutuhkan modal untuk membiayai usahanya, baik untuk modal investasi maupun modal kerja. Namun, pelaku usaha ini masih kesulitan dalam memperoleh fasilitas kredit perbankan. 5

Menurut Ratnawati diacu dalam Ashari (2009) pada tahun 2002-2006 pangsa kredit perbankan untuk sektor pertanian rata-rata hanya 5,72 persen, padahal perbankan memiliki potensi yang cukup besar dalam pembiayaan pertanian. Perbankan kurang antusias dalam menyalurkan kredit untuk pertanian karena sifat komoditas pertanian yang musiman sehingga pendapatan yang diperoleh petani tergantung dari hasil panen musiman, sedangkan pembayaran kredit dilakukan secara bulanan. Risiko pada bidang pertanian juga relatif tinggi, cuaca yang tidak menentu dan hama tanamanan sering mengakibatkan tanaman rusak sehingga petani mengalami gagal panen. Selain itu, tidak adanya jaminan sebagai syarat pengajuan kredit serta kurangnya pemahaman petani terhadap administrasi perbankan menyebabkan petani kesulitan dalam mengakses kredit perbankan. Pemerintah sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan petani, telah meluncurkan beberapa kredit program atau bantuan modal bagi petani dan pelaku usaha pertanian melalui beberapa skim pembiayaan pertanian seperti KUT, KKP-E dan KUR. Perkembangan skim-skim kredit yang dijalankan oleh pemerintah ada kecenderungan mengarah kepada kegiatan kredit yang memiliki link dengan perbankan dan sifatnya eksekuting. Beberapa contoh skim kredit yang mengarah kepada model tersebut di antaranya KKP-E dan KUR yang diinisiasi dari model SP3 (Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian) Deptan (Departemen Pertanian 2009) 1. Kredit Usaha Rakyat merupakan skim kredit pertanian baru yang diluncurkan oleh pemerintah pada tanggal 5 November 2007. Program kredit ini bertujuan untuk membantu aksesibilitas kredit bagi para petani yang dikembangkan melalui kerjasama dengan beberapa bank komersil yang ditunjuk oleh pemerintah dengan plafon kredit sampai dengan 500 juta rupiah serta suku bunga maksimal sebesar 14 persen untuk KUR Ritel dan 22 persen untuk KUR Mikro. KUR diberikan kepada usaha mikro, kecil dan menengah yang merupakan usaha produktif dan layak (feasible), namun belum bankable. Agunan pokok KUR adalah proyek yang dibiayai, sedangkan agunan tambahan sebagian di-cover oleh program penjaminan (PT. Askrindo dan Perum Jamkrindo)sebesar 80 persenuntuk 1 Departemen Pertanian. 2007. Kredit Usaha Rakyat (KUR). http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&task=view&id=563&itemid=1 55 [10 Oktober 2010] 6

sektor pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan dan industri, dan untuk KUR Tenaga Kerja Indonesia serta 70 persen untuk sektor lainnya 2. Hal ini dikarenakan UMKM pada umumnya jarang memiliki agunan tambahan. Tabel 6. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat per 31 Mei 2011 Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rata-Rata Plafon Outstanding Debitur Kredit (Rp Juta) (Rp Juta) (RpJuta/Dbtr) BNI 4.223.634 2.403.964 36.324 116,3 BRI KUR Ritel 7.827.460 3.984.990 55.683 140,6 BRI KUR Mikro 21.924.334 8.422.456 4.351.296 5,0 Mandiri 4.606.626 2.884.894 84.605 54,4 BTN 1.185.918 639.471 6.716 176,6 Bukopin 1.010.675 452.494 7.058 143,2 BSM 1.123.764 737.331 9.781 114,9 Bank Nagari 194.286 170.092 5.280 36,8 Bank DKI 107.761 87.663 993 108,5 Bank Jabar 1.169.766 936.433 12.189 96,0 Bank Jateng 482.201 390.067 8.131 59,3 BPD DIY 32.951 28.980 345 95,5 Bank Jatim 1.456.653 1.282.640 12.945 112,5 Bank NTB 36.814 30.291 467 78,8 Bank Kalbar 93.893 66.284 861 109,1 Bank Kalteng 50.866 42.218 1.148 44,3 Bank Kalsel 72.381 62.998 1.100 65,8 Bank Sulut 38.829 33.606 1.520 25,5 Bank Maluku 23.983 19.381 830 28,9 Bank Papua 58.016 46.621 821 70,7 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2011) Data yang diperoleh dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM menunjukkan bahwa hingga bulan Mei 2011 BRI merupakan bank penyalur KUR dengan jumlah debitur terbesar, yaitu 4.406.979 debitur. Jumlah debitur BRI 2 Kementerian Keuangan. 2010. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189. http://www.sjdih.depkeu.go.id/fulltext/2010/189~pmk.05~2010per.htm. [22 Desember 2011] 7

didominasi oleh nasabah KUR Mikro yang jumlahnya mencapai 4.351.296 dan merupakan jumlah terbesar dibandingkan dengan bank-bank penyalur KUR lainnya. Besarnya penyaluran KUR yang dilakukan oleh BRI tidak terlepas dari usaha BRI menjaring debitur hingga pelosok kecamatan serta pengetahuan pengelola terhadap sektor pertanian yang cukup baik.realisasi penyaluran KUR dan jumlah debiturnya dapat dilihat pada Tabel 6. Jumlah realisasi KUR Mikro BRI pada Tabel 7 menurut sektor ekonomi menunjukkan bahwa proporsi sektor yang paling banyak menyerap KUR adalah (1) Sektor perdagangan, restoran dan hotelsebesar 78,59 persen, (2) Sektor pertanian sebesar 11,94 persen, (3) Sektor lain-lain sebesar 4,95 persen, (4) Sektor jasa-jasa dunia usaha sebesar 1,63 persen, dan (5) Sektor industri pengolahan sebesar 1,03 persen. Jumlah realisasi pada KUR mikro lebih besar dibandingkan pada KUR ritel karena usaha mikro merupakan skala usaha yang memiliki jumlah terbesar dalam UMKM. Tabel 7. Jumlah Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia per 31 Mei 2011 Plafon Kredit Jumlah Debitur No. Sektor Ekonomi Rp Juta (%) Debitur (%) 1. Pertanian 2.618.926 11,94 529.269 12,16 2. Pertambangan 1.448 0,01 311 0,01 3. Industri Pengolahan 266.231 1,03 56.660 1,3 4. Listrik Gas dan Air 667 0,003 83 0,002 5. Konstruksi 3.453 0,02 683 0,02 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 17.230.617 78,59 3.443.111 79,13 7. Pengangkutan,Pergudangan, Komunikasi 31.122 0,14 5.467 0,13 8. Jasa-jasa Dunia Usaha 356.997 1,63 61.536 1,41 9. Jasa-jasa Sosial/ Masyarakat 328.885 1,51 64.132 1,47 10. Lain-lain 1.085.988 4,95 190.044 4,37 Total 21.924.334 100,000 4.351.296 100,000 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2011) 8

1.2. Perumusan Masalah Kredit Usaha Rakyat merupakan pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR diperuntukkan bagi usaha produktif yang feasible namun belum bankable. Tujuan dari program KUR adalah untuk mempercepat pengembangan sektor-sektor primer dan pemberdayaan usaha skala kecil, untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap kredit dan lembaga-lembaga keuangan, mengurangi tingkat kemiskinan, dan memperluas kesempatan kerja (Departemen Pertanian 2009) 3. Program penjaminan KUR sebesar 80 persen untuk sektor pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan dan industri serta 70 persen untuk sektor lainnya yang dilakukan oleh pemerintah membuat masyarakat tidak berusaha untuk mengembalikan pinjaman karena menganggap bahwa pemerintah telah bertanggung jawab atas hutangnya tersebut, padahal banyak di antara mereka yang sebenarnya mampu mengembalikan hutang. Hal ini sering mengakibatkan terjadinya kredit macet pada bank. Selain itu, kredit macet juga dapat terjadi karena ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan kredit. Ketidakmampuan nasabah membayar angsuran pokok pinjaman dan bunga yang dibebankan sesuai yang diperjanjikan dapat menyebabkan nilai tunggakan riil atau NPL (Non Performing Loan) pada suatu bank menjadi tinggi. Batas NPL KUR Mikro di BRI tidak boleh lebih dari 3 persen, jika lebih dari itu maka BRI tersebut kemungkinan besar tidak diperbolehkan untuk menyalurkan KUR Mikro. Di BRI Unit Lalabata Rilau, tingkat NPL KUR Mikro cukup rendah yaitu sebesar 0,03 persen per Mei 2011. Tingkat NPL tersebut lebih rendah dari bulan Desember 2010 yang besarnya 0,60 persen atau hampir mendekati 1 persen dan menurun pada bulan Januari 2011 menjadi 0,29 persen, kemudian tingkat NPL stabil hingga Mei 2011. Berbeda dengan NPL KUR Mikro di BRI Unit Cibungbulang sebesar 35,61 persen pada tahun 2009 (Lubis 2009) dan BRI Unit Pajalesang pada bulan Mei 2011 sebesar 5,95 persen. Permasalahan NPL berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian 2 Departemen Pertanian. 2007. Kredit Usaha Rakyat (KUR). http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&task=view&id=563&itemid=1 55 [10 Oktober 2010] 9

kredit. Faktor-faktor ini diturunkan dari prinsip 5C yang digunakan untuk menganalisis layak atau tidaknya nasabah menerima kredit, yaitu Character, Capacity, Collateral, dan Capital Condition of Economy. Nilai tunggakan riil atau NPL (Non Performing Loan) KUR Mikro BRI Unit Lalabata Rilau per Mei 2011 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai Tunggakan Riil atau NPL (Non Performing Loan) KUR Mikro BRI Unit Lalabata Rilau per Mei 2011 Tahun Bulan Kurang Lancar+Diragukan+Macet NPL (%) (Rp) 2010 Desember 17.373.970 0,60 Januari 9.456.262 0,29 Februari 2.581.112 0,07 2011 Maret 680.300 0,02 April 4.612.900 0,10 Mei 832.792 0,03 Sumber : BRI Unit Lalabata Rilau (2011) Pengembalian KUR Mikro di BRI Unit Lalabata Rilau terbilang baik dibandingkan beberapa BRI Unit lainnya. Hal ini dapat menjadi contoh bagi BRI Unit lainnya untuk memilih nasabah agar pengembaliannya lebih lancar. Oleh karena itu, hasil analisis faktor-faktor yang diturunkan melalui prinsip 5C tersebut diharapkan dapat menjadi saran atau gambaran kepada pihak BRI Unit Lalabata Rilau maupun BRI unit lainnya untuk memilih nasabah yang dapat mengembalikan kredit dengan lancar. Dengan kata lain, BRI dapat menghindari nasabah yang kemungkinan besar akan menunggak kredit. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian KUR Mikro di BRI Unit Lalabata Rilau. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian KUR Mikro di BRI Unit Lalabata Rilau. 10

1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat, informasi serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu : 1. Bagi BRI, diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan strategi untuk menentukan kebijakan khususnya terkait dengan rencana penyaluran kredit sehingga dapat mencegah adanya kasus penunggakan pengembalian kredit (kredit bermasalah). 2. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat memberikan masukan dan menjadi bahan pustaka dan referensi untuk melakukan penelitian terkait. 3. Bagi penulis, diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang telah diperoleh pada saat perkuliahan serta dapat mengaplikasikan teori-teori dan ilmu yang telah diperoleh sebagai bekal yang dapat diaplikasikan dalam dunia kerja. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan kepada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro, khususnya oleh debitur yang bergerak dalam bidang agribisnis. Dalam hal ini, debitur di bidang agribisnis adalah debitur yang memiliki usaha pertanian on farm, perdagangan produk pertanian, dan industri pengolahan produk pertanian. 11

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM Menurut Raffinaldy (2006) dalam tulisannya yang berjudul Memeta Potensi dan Karakteristik UMKM Bagi Penumbuhan Usaha Baru bahwa karakteristik UMKM merupakan sifat atau kondisi fluktual yang melekat pada aktivitas usaha maupun perilaku pengusaha yang bersangkutan dalam menjalankan bisnisnya. Karakteristik ini yang menjadi ciri pembeda antar pelaku usaha sesuai dengan skala usahanya. Berdasarkan aspek komoditas yang dihasilkan, UMKM memiliki karakteristik tersendiri, yaitu : 1. Kualitasnya belum memenuhi standar, hal ini disebabkan karena sebagian besar UMKM belum memiliki teknologi yang seragam dan biasanya produk yang dihasilkan dalam bentuk hand made sehingga dari sisi kualitas relatif beragam. 2. Keterbatasan desain produk yang dimiliki oleh produk UMKM karena keterbatasan pengetahuan dan pengalamannya tentang produk karena selama ini UMKM bekerja didasarkan pada order, tidak banyak yang berani berkreasi dengan mencoba desain baru. 3. Terbatasnya jenis produk, biasanya UMKM hanya memproduksi sejenis atau terbatas sehingga apabila ada permintaan model baru dari buyer sulit untuk memenuhi karena kesulitan dalam penyesuaian dan waktunya biasanya sangat panjang untuk memenuhi order tersebut. 4. Terbatasnya kapasitas dan price list produknya, biasanya kapasitas produk yang sulit untuk ditetapkan dan harga yang tidak terukur dapat menyulitkan para pembeli atau konsumen. Kurang standarnya bahan baku juga termasuk karakteristik UMKM. biasanya bahan baku diperoleh dari berbagai sumber dan tidak memenuhi standar baku. Selain itu, kontinuitas produk tidak terjamin dan kurang sempurna karena produksi belum teratur, biasanya produk-produk yang dihasilkan sering apa adanya dan belum sempurna. Karakteristik UMKM tidak hanya dilihat dari aspek 12

komoditas yang dihasilkan, tetapi juga berdasarkan aspek manajemen usahanya yang dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Usaha Mikro memiliki karakteristik (1) jenis komoditinya berubah-ubah dan sewaktu-waktu dapat berganti produk/usaha, (2) tempat usahanya tidak selalu menetap atau sewaktu-waktu dapat pindah, (3) belum adanya pencatatan keuangan usaha secara baik, (4) sumber daya manusianya rata-rata masih rendah, (5) pada umumnya belum mengenal perbankan dan lebih sering berhubungan dengan tengkulak atau rentenir, (6) umumnya usaha ini tidak memiliki ijin usaha. 2. Usaha Kecil biasanya memiliki karakteristik yaitu (1) komoditinya tidak gampang berubah, (2) mempunyai kekayaan maksimal 200 juta dan dapat menerima kredit maksimal 500 juta, (3) lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap, (4) sudah memiliki pembukuan walaupun masih sederhana artinya pencatatan administrasi keuangan perusahaan sudah mulai dipisah, (5) memiliki legalitas usaha atau perijinan lainnya, (6) sumber daya manusianya sudah lumayan baik dari aspek tingkat pendidikan yakni setingkat SMU, (7) sudah mulai mengenal perbankan. 3. Usaha Menengah memiliki karakteristik (1) kekayaan 200 juta sampai 10 milyar dan dapat menerima kredit antara 500 juta sampai 5 milyar, (2) memiliki manajemen dan organisasi yang lebih teratur dan baik dengan pembagian tugas yang lebih jelas antar unit, (3) telah memiliki sistem manajemen keuangan sehingga memudahkan untuk dilakukan auditing termasuk oleh pihak auditor publik, (4) telah melakukan penyesuaian terhadap peraturan pemerintah di bidang ketenagakerjaan, Jamsostek, dan lain-lain, (5) memiliki persyaratan legal secara lengkap, (6) sering bermitra dengan perbankan dan pelaku usaha lainnya, (7) sumber daya manusianya jauh lebih baik dan handal pada level Manajer dan Supervisor. 2.2. Kinerja Kredit Usaha Rakyat (KUR) Hasil kajian yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap pemanfaatan KUR di Provinsi Kalimantan Tengah menunjukkan bahwa perkembangan jumlah debitur sampai dengan bulan Juli 2009 mengalami peningkatan sebesar 12,15 persen menjadi 21.507 debitur dibandingkan triwulan sebelumnya. Dilihat dari 13

sisi perbankan, penyaluran KUR dapat memberikan beberapa manfaat yang dipetakan menjadi tiga hal, yaitu : 1. KUR dapat meningkatkan laba, namun tidak signifikan karena kecilnya nilai kredit KUR dibandingkan total kredit secara keseluruhan serta adanya kesulitan penyaluran KUR karena minimnya nasabah yang memenuhi syarat dan kurangnya SDM bank dalam penetrasi pasar ke kredit UMKM. 2. KUR dapat meningkatkan permintaan UMKM walaupun tidak terlalu signifikan. 3. Pengaruh KUR terhadap rasio NPL dimana tingkat NPL KUR pada perbankan rata-rata kurang dari 1 persen dari total kredit mengingat kecilnya nilai kredit dan tingginya seleksi nasabah, namun ada beberapa bank yang tingkat NPLnya mencapai 10 persen dari total kredit Kendala yang dihadapi oleh perbankan dalam menyalurkan KUR adalah sulitnya memperoleh calon debitur yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh bank dan kerjasama dengan lembaga penjamin masih belum jelas. Sedangkan pada sisi UMKM, penyaluran KUR telah memberikan kesempatan pada pengusaha untuk mengembangkan usahanya ke arah yang lebih besar. Selain itu, KUR juga menyebabkan peningkatan pemanfaatan tenaga kerja dan kesejahteraan UMKM. Kajian BI di Provinsi Maluku menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang paling dominan menyerap KUR adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sedangkan sektor pertanian menempati urutan ketiga. Evaluasi yang dilakukan terhadap KUR menghasilkan beberapa poin yang perlu dikembangkan guna meningkatkan performance program KUR di Provinsi Maluku, yaitu : 1. Perlunya perluasan dan peningkatan pemahaman KUR kepada masyarakat secara tepat dan juga meningkatkan program edukasi dengan menggunakan bahasa komunikasi yang efektif agar dapat dengan mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat. 2. Bank-bank pelaksana KUR di Maluku masih kurang mampu menjangkau seluruh masyarakat, sehingga perlu ditambah bank penyalur KUR yang telah memiliki jaringan kantor cukup luas dan telah memiliki kemampuan dan pengalaman dalam pembiayaan UMKM. 14

3. Suku bunga KUR dinilai masih terlalu tinggi bagi UMKM, sehingga perlu ditinjau kembali mengenai besar suku bunga KUR agar lebih diminati oleh para pelaku UMKM di Maluku. 4. Masih rendahnya proporsi penyerapan KUR pada sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor unggulan di Provinsi Maluku. Para pelaku UMKM yang bergerak pada sektor pertanian hendaknya mengoptimalkan manfaat KUR untuk mengembangkan usahanya. 2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Penelitian-penelitian yang terkait dengan pengembalian kredit telah banyak dilakukan diantaranya oleh Hasibuan (2010) yang meneliti tentang faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit macet pada kredit usaha pedesaan (Kupedes) sektor agribisnis di BRI Unit Cijeruk, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit macet Kupedes adalah usia, pendidikan, tanggungan keluarga, jumlah pembinaan, jarak rumah debitur dengan BRI, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga, dan omset usaha. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel usia, tingkat pendidikan, dan variabel agunan memiliki pengaruh nyata terhadap pengembalian tunggakan Kupedes pada BRI Unit Cijeruk. Sedangkan Handoyo (2009) menganalisis bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian pembiayaan syariah untuk UMKM yang bergerak dalam sektor agribisnis pada KMBT Wihdatul Ummah Kota Bogor adalah tingkat pendidikan dan pengalaman usaha. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit usaha rakyat (KUR) dilakukan oleh Agustania (2009) dan Lubis (2009). Agustania melakukan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian KUR adalah omzet usaha, besarnya jumlah pinjaman, dan pinjaman lain. Variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian KUR adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama usaha, dan jangka waktu pengembalian. 15

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustania, penelitian yang dilakukan oleh Lubis pada BRI Unit Cibungbulang tidak hanya tentang faktorfaktor yang mempengaruhi pengembalian Kredit Usaha Rakyat, tetapi juga realisasi kreditnya. Variabel faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit dikategorikan berdasarkan karakteristik individu, karakteristik usaha, dan karakteristik kredit. Hasil penelitian menunjukkan kredit bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap realisasi dan pengembalian kredit adalah jenis kelamin dan kewajiban per bulan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dilihat dari variabel yang ada dalam penelitian sehingga adanya gambaran variabel penjelas lain yang mempengaruhi pengembalian KUR. Selain itu, tempat yang digunakan dalam penelitian adalah unit BRI yang memiliki prestasi bagus dalam pengembalian KUR di antara unit BRI lainnya sehingga dapat menjadi rekomendasi bagi unit BRI lainnya dalam pemilihan calon debitur KUR untuk meminimalisasi terjadinya kredit macet. 16

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk menghindari terjadinya kredit macet. Oleh karena itu, pihak bank perlu melakukan pengendalian kredit, yaitu usaha-usaha untuk menjaga kredit yang diberikan tetap lancar, produktif, dan tidak macet (Hasibuan, 2008). Lancar, produktif, dan tidak macet berarti bahwa kredit beserta bunga yang telah diberikan kepada debitur dapat dikembalikan sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Penyaluran kredit harus didasarkan pada prinsip kehati-hatian serta pengendalian yang baik dan benar agar tidak terjadi kerugian pada pihak bank yang bersangkutan. 3.1.2. Pertimbangan Kredit Pengendalian kredit dapat dilakukan sebelum merealisasikan kredit kepada debitur. Pihak bank biasanya melakukan penyeleksian terhadap calon debiturnya untuk mencegah terjadinya kredit macet. Analisis yang biasa digunakan untuk mempertimbangkan pengajuan kredit yaitu prinsip 5C dan 7P. Menurut Hasibuan (2008), prinsip 5C meliputi : 1. Character (watak), yaitu mengumpulkan informasi mengenai perilaku, kejujuran, pergaulan, dan ketaatan calon debitur dalam memenuhi pembayaran transaksi. Karakter yang baik ditunjukkan dengan adanya keinginan untuk membayar (willingness to pay) kewajibannya, sedangkan karakter yang buruk ditunjukkan dengan ketidaktaatan debitur dalam memenuhi kewajibannya mengembalikan kredit. 2. Capacity (kemampuan), yaitu kemampuan calon debitur dalam memimpin perusahaan dengan baik dan benar. Jika calon debitur mampu memimpin perusahaan, ia akan dapat membayar pinjaman sesuai dengan perjanjian dan perusahaannya tetap berdiri serta menghasilkan profit. Semakin besar kemampuan calon debitur dalam mengendalikan perusahaan, maka kemampuannya dianggap baik serta layak untuk mendapatkan kredit. 17

3. Capital (modal), merupakan analisis tentang struktur dan besarnya modal yang terlihat dari neraca lajur perusahaan calon debitur. Hasil analisis neraca lajur akan memberikan gambaran dan petunjuk sehat atau tidak sehatnya perusahaan. Demikian juga mengenai tingkat likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan struktur modal perusahaan yang bersangkutan. 4. Condition of Economy(kondisi perekonomian), yaitu pertimbangan terhadap kondisi perekonomian pada umumnya dan bidang usaha pemohon kredit pada khususnya. Semakin baik prospek usaha serta baiknya kondisi ekonomi suatu wilayah, maka semakin besar kemungkinan permohonan kreditnya disetujui. 5. Collateral (agunan), yaitu barang-barang yang akan digunakan oleh nasabah untuk membayar kredit jika terjadi kredit macet. Setiap kredit yang disalurkan suatu bank kepada nasabahnya harus memiliki agunan yang cukup. Selain prinsip 5C, prinsip lainnya yang digunakan bank sebagai pertimbangan untuk menyalurkan kredit kepada nasabah adalah prinsip 7P. Menurut Hasibuan (2008), prinsip 7P meliputi : 1. Personality (kepribadian) adalah sifat dan perilaku calon nasabah debitur yang mengajukan permohonan kredit kepada bank. Jika calon nasabah berkepribadian baik, maka kredit akan diberikan, sebaliknya jika kepribadiannya buruk, maka kredit tidak akan diberikan. Kepribadian calon nasabah dapat diketahui dengan cara mengumpulkan informasi mengenai pekerjaan, pendidikan, dan pergaulannya. 2. Party, yaitu menggolongkan nasabah ke dalam golongan tertentu berdasarkan modal, karakter, atau loyalitasnya. Setiap golongan nasabah akan mendapatkan fasilitas berbeda dari bank. 3. Purpose (tujuan) merupakan tujuan dan penggunaan kredit yang diajukan oleh calon debitur kepada bank yang bersangkutan. Jika kredit digunakan untuk kegiatan konsumtif, maka kredit tidak dapat diberikan, sebaliknya jika kredit digunakan sebagai modal kerja, maka kredit dapat diberikan. 4. Prospect adalah prospek perusahaan di masa yang akan datang. Jika perusahaan dinilai memiliki prospek yang baik, maka kredit dapat diberikan dan sebaliknya. 18