BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia serta negara-negara Asia lainnya berasal dari tumbuh-tumbuhan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri. Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin. Pneumonia masih

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Staphylococcus aureus merupakan salah satu. penyebab utama infeksi di rumah sakit dan komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protein hewani oleh manusia. Komponen-komponen penting dalam susu adalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Broiler atau ayam pedaging merupakan ternak yang efisien dalam

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. penyingkiran susu, biaya perawatan dan pengobatan yang cukup tinggi, serta

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan juga merupakan patogen utama pada manusia. Bakteri S. aureus juga

BAB I PENDAHULUAN. Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. untuk memenuhi hampir semua keperluan zat-zat gizi manusia. Kandungan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan dalam melakukan kolonisasi

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Produksi susu segar dalam negeri hanya mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Kolonisasi bakteri merupakan keadaan ditemukannya. koloni atau sekumpulan bakteri pada diri seseorang.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lain (Jawetz dkk., 2013). Infeksi yang dapat disebabkan oleh S. aureus antara lain

Donna Mesina R. Pasaribu. Staf Pengajar Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UKRIDA Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi sarana potensial bagi penyebaran bakteri patogenik (milkborne

BAB 1 P ENDAHULUAN. irasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yaitu menggunakan

ABSTRAK. Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi perah (Peranakan Friesian Holstein)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. melioidosis (Udayan et al., 2014). Adanya infeksi B. pseudomallei paling sering

BAB I PENDAHULUAN. dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World

aeruginosa ATCC secara in vitro Pembuatan filtrat Streptomyces sp... 25

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus adalah bakteri gram positif. berbentuk kokus. Hampir semua spesies Staphylococcus

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan produksi telur. Faktor-faktor pendukung / penyebab gangguan produksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Staphylococcus aureus merupakan bakteri kokus gram. positif yang dapat menyebabkan penyakit dengan

ABSTRAK PREVALENSI GEN OXA-24 PADA BAKTERI ACINETOBACTER BAUMANII RESISTEN ANTIBIOTIK GOLONGAN CARBAPENEM DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

IDENTIFIKASI VANCOMYCIN RESISTANT Staphylococcus aureus (VRSA) PADA MEMBRAN STETOSKOP DI RUMAH SAKIT MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

BAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Bakteri dari genus Staphylococcus adalah bakteri. gram positif kokus yang secara mikroskopis dapat diamati

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

PADA TENAGA MEDIS DAN PARAMEDIS DI RUANG INTENSIVECARE UNIT (ICU) DAN RUANG PERAWATAN BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK

BAB I PENDAHULUAN. perikanan pada posisi yang penting sehingga menyebabkan intensifikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

TINJAUAN PUSTAKA Mastitis Subklinis

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) merupakan salah satu fenomena

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan

Epidemiologi veteriner PKH-UB 2013

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

I. PENDAHULUAN. tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Makanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI BAKTERI OXACILLIN RESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS (ORSA)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella sp merupakan salah satu bakteri patogen yang dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIVITAS SALEP DAUN SIRIH DAN MENIRAN TERHADAP PENURUNAN JUMLAH BAKTERI PADA SAPI PERAH PENDERITA MASTITIS SUB KLINIS

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kambing peranakan etawa (PE) merupakan salah satu ternak di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut

III. METODE PENELITIAN. menggunakan media Mannitol Salt Agar (MSA). pada tenaga medis di ruang Perinatologi dan Obsgyn Rumah Sakit Umum

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang

Setiawan B, Soleha TU, Rukmono P. Medical Faculty of Lampung University

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ikan merupakan komoditas budidaya unggulan di Indonesia, karena

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007).

Kata Kunci: MRSA, Infeksi, Resistensi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Antibiotik merupakan substansi yang sangat. bermanfaat dalam kesehatan. Substansi ini banyak

PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP KANDUNGAN RESIDU ANTIBIOTIK DALAM AIR SUSU SAPI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN MOLEKULER BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT 9A HASIL ISOLASI DARI KOLON SAPI BALI MELALUI ANALISIS GEN 16S rrna SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Staphylococcus epidermidis (S. epidermidis) merupakan salah satu spesies dari genus bakteri

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan pada manusia. Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor

Staphylococcus aureus

BAB I PENDAHULUAN.

Pola Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotik pada Pasien Unit Perawatan Intensif Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan protein yang tinggi masyarakat Indonesia yang tidak disertai oleh kemampuan untuk pemenuhannya menjadi masalah bagi bangsa Indonesia. Harper dkk. (1985) melaporkan bahwa protein yang biasa dikonsumsi penduduk Indonesia serta negara-negara Asia lainnya berasal dari tumbuh-tumbuhan (protein nabati), sehingga kebutuhan protein hewani yang bersumber pada susu masih harus ditingkatkan. Peningkatan produksi susu yang sehat dan berkualitas merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Dalam mewujudkan hal tersebut maka kesehatan sapi perah termasuk lingkungannya harus mendapatkan perhatian khusus. Salah satu kendala dalam peternakan sapi perah adalah adanya penyakit radang ambing atau mastitis. Mastitis merupakan penyakit infeksi yang sering terjadi pada sapi perah. Penyakit ini merupakan masalah utama dalam peternakan yang menyebabkan kerugian sehubungan dengan penurunan produksi susu, kualitas susu, dan biaya penanganannya (Abbrar dkk., 2003). Oliver (2000) menambahkan, secara ekonomi mastitis banyak menimbulkan kerugian karena adanya penurunan produksi mencapai 70% dari seluruh kerugian akibat mastitis. Kejadian mastitis pada sapi perah di Indonesia sangat tinggi yaitu mencapai 85%, dan kejadian ini sebagian besar merupakan infeksi subklinis (Sudarwanto, 1999; Wibawan dkk., 1999). Tingkat kejadian mastitis subklinis pada masing-masing wilayah berbeda, seperti dilaporkan oleh

Wahyuni (2008) kejadian mastitis subklinis pada sapi perah di Yogyakarta memiliki rata-rata tingkat kejadian 72%, Jawa Tengah 65 % dan Jawa Timur 44,66%. Kejadian mastitis subklinis dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar terutama karena turunnya produksi susu yang dapat mencapai 25% dari total produksi (Han dkk., 2000). Beberapa bakteri dilaporkan sebagai penyebab mastitis. Staphylococcus aureus merupakan bakteri utama penyebab mastitis klinis maupun subklinis pada sapi perah. Pengobatan mastitis sampai sekarang masih menggunakan antibiotik, sementara penggunaan antibiotik yang tidak tepat menyebabkan resistensi S. aureus terhadap antibiotik. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah salah satu strain bakteri yang telah menjadi masalah serius di seluruh dunia dan sering diasosiasikan sebagai penyebab mastitis pada sapi. Bakteri MRSA merupakan strain S. aureus yang tahan terhadap berbagai antibiotik termasuk metisilin. Gen meca merupakan suatu gen yang mengkode modifikasi Penicillin Binding Protein (PBP2a) sehingga resisten terhadap antibiotik metisilin. Saat ini MRSA telah muncul di seluruh dunia sebagai bakteri patogen nosokomial pada hewan dan manusia, serta bersifat zoonosis. Permasalahan dalam mengatasi penyebab penyakit ini adalah resistensi antibiotik. Menurut Tato (2012), kejadian infeksi MRSA di Indonesia cukup tinggi dan biasanya strain bakteri ini resisten terhadap multipel antibiotik. Strategi pengendalian infeksi S. aureus dari berbagai negara ditentukan berdasarkan karakter bakteri; eksistensi bakteri setelah mengalami seleksi terhadap tekanan dari berbagai antibiotik, faktor virulensi yang dimiliki, kondisi geografis tempat bakteri berkembang dan beradaptasi terhadap lingkungan, dan

faktor-faktor lain. Faktor-faktor tersebut menyebabkan infeksi yang disebabkan S. aureus menjadi sulit untuk dilakukan pengobatan. Pada penelitian ini, keberadaan gen penyandi methicillin resistance (meca) dideteksi dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR) (Todar, 2008). Selanjutnya hasil PCR akan disekuensing untuk memastikan kebenaran gen meca hasil PCR. B. Rumusan Masalah Staphylococcus aureus merupakan bakteri utama penyebab mastitis klinis maupun subklinis pada sapi perah. Pengobatan mastitis sampai sekarang masih menggunakan antibiotik, sementara penggunaan antibiotik yang tidak tepat menyebabkan resistensi S. aureus terhadap antibiotik. Methicillin resistant Staphylococcus aureus adalah salah satu strain S. aureus yang resisten terhadap metisilin (Todar, 2002). Pertama kali, terdeteksi pada susu sapi yang menderita mastitis dan merupakan bakteri patogen pada manusia (Anonim, 2007). Permasalahan dalam mengatasi penyebab mastitis ini adalah resistensi antibiotik. Beberapa strain S. aureus dilaporkan telah resisten terhadap beberapa antibiotik komersial, meskipun belum banyak dilaporkan resisten terhadap metisilin (Todar, 2002). Strain MRSA resisten terhadap semua antibiotik beta-laktam, tidak hanya tergantung pada produksi beta-laktamase namun bergantung pada modifikasi Penicillin Binding Protein (PBP2a) dalam bakteri yang mempunyai afinitas rendah terhadap semua antibiotik beta-laktam. Gen meca merupakan gen yang mengkode modifikasi Penicillin Binding Protein (PBP2a) dan bertanggungjawab terhadap resistensi metisilin, namun dilaporkan juga bahwa gen meca ditemukan juga pada S. aureus yang sensitif terhadap metisilin (Tato, 2012). Staphylococcus

aureus banyak ditemukan dari susu sapi perah baik susu normal, mastitis klinis, maupun subklinis, sedangkan di Indonesia penelitian tentang MRSA yang berasal dari susu sapi perah normal, mastitis klinis, dan mastitis subklinis belum dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah gen meca dapat ditemukan pada S. aureus yang resisten dan sensitif terhadap metisilin? 2. Apakah strain MRSA dapat ditemukan dari susu normal, mastitis klinis, dan mastitis subklinis? Mengingat bahwa identifikasi karakter resistensi dan sensitivitas S. aureus terhadap antibiotik metisilin baik secara konvensional dan molekuler yang berasal dari susu sapi perah di wilayah Boyolali, Pacitan, dan Ponorogo belum pernah dilaporkan, maka dilakukan penelitian ini. C. Keaslian Penelitian Identifikasi bakteri MRSA pada kasus mastitis sapi perah telah dilakukan Turutoglu dkk. (2009), dari 18 isolat MRSA yang resisten terhadap antibiotik oxacillin, hanya tiga isolat yang ditemukan adanya gen meca. Hal ini menunjukkan bahwa gen meca tidak dapat digunakan sebagai penanda genetik Staphylococcus aureus yang resisten terhadap antibiotik oxacillin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asfour dan Darwish (2011), MRSA banyak ditemukan pada kasus mastitis subklinis dibandingkan mastitis klinis. Methicillin resistant coagulase negative S. aureus merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan pada kasus mastitis subklinis. Secara konvensional, MRSA

ditunjukkan dengan adanya resistensi terhadap antibiotik cefoxitin dan oxacillin. Setelah dilakukan kajian molekuler, beberapa S. aureus yang resisten terhadap kedua antibiotik tersebut, tidak ditemukan adanya gen meca, sehingga keberadaan gen meca tidak dapat digunakan sebagai penanda genetik. Kajian secara konvensional dan molekuler MRSA dari susu sapi perah juga telah dilakukan oleh Tato (2012), deteksi MRSA dengan teknik molekuler lebih sensitif dan akurat dibanding dengan metode klasik disc diffusion. Penelitian tentang penentuan sifat resisten dan sensitif terhadap metisilin serta deteksi gen meca dari S. aureus isolat susu sapi perah normal, mastitis klinis, dan mastitis subklinis dari wilayah Boyolali, Pacitan, dan Ponorogo belum pernah dilakukan. D. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi ulang secara konvensional isolat S. aureus dari susu sapi perah normal, mastitis klinis, dan mastitis subklinis dari wilayah Boyolali, Pacitan, dan Ponorogo. 2. Mengidentifikasi secara molekuler isolat S. aureus dari susu sapi perah normal, mastitis klinis, dan mastitis subklinis dari wilayah Boyolali, Pacitan, dan Ponorogo. 3. Menentukan S. aureus yang sensitif dan resisten terhadap metisilin. 4. Mendeteksi gen meca S. aureus yang sensitif dan resisten terhadap metisilin. 5. Menentukan persentase MRSA dari susu normal, mastitis klinis, dan mastitis subklinis.

E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang distribusi methicillin resistant staphylococcus aureus (MRSA) dan sensitivitasnya terhadap beberapa antibiotik yang berasal dari susu sapi perah di wilayah Boyolali, Pacitan, dan Ponorogo. Dengan penelitian tersebut dapat digunakan sebagai informasi bagi dokter hewan dalam menentukan pengendalian yang tepat terhadap infeksi MRSA dan menjaga kualitas dan kuantitas susu sapi perah.