II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR. Geografi menurut ikatan Geografi Indonesia (IGI :1988) dalam adalah ilmu yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. bekerja di sektor pertanian. Di sektor tersebut dikembangkan sebagai sumber mata

III. METODOLOGI PENELITIAN

DESKRIPSI KEMITRAAN TEBU MILIK MASYARAKAT DENGAN PT GUNUNG MADU PLANTATION

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Semarang dalam Suharyono dan Moch. Amien (2013: 19) bahwa geografi adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Tanggung Jawab Pabrik Gula Trangkil dalam Kerja Sama dengan Petani Tebu Rakyat di Trangkil Kabupaten Pati. Ema Bela Ayu Wardani

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan Industri Gula Indonesia 2.2. Karakteristik Usahatani Tebu

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

BAB V KESIMPULAN. Pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang program TRI 1975 dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

DINAMIKA DAN RISIKO KINERJA TEBU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI GULA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. pemerintah yang konsisten yang mendukung pembangunan pertanian. Sasaran pembangunan di sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

III KERANGKA PEMIKIRAN

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

I. PENDAHULUAN. zaman pendudukan Belanda. Pabrik-pabrik gula banyak dibangun di Pulau Jawa,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia merupakan daerah agraris artinya pertanian memegang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. mutu hidup serta kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung. perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Kegiatan usaha ini harus diiringi oleh perhatian terhadap keseimbangan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. empiris, baik pada kondisi ekonomi normal maupun pada saat krisis. Peranan pokok

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

12 II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Ilmu Geografi Geografi menurut ikatan Geografi Indonesia (IGI :1988) dalam adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Fenomena geosfer yang dimaksud adalah gejala-gejala yang ada dipermukaan bumi baik lingkungan alamnya maupun mahluk hidupnya termasuk manusia (Nursid Sumaatmadja, 2001:11). Daldjoeni, (1997: 12) berpendapat bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara bumi dan manusia. Bumi dan manusia disini dapat ditafsirkan sebagai alam dan manusia, atau lingkungan alam dan penduduk. Manusia yang dimaksud bukanlah manusia sebagai individu malainkan sebagai kelompok karena adaptasinya terhadap lingkungan alamnya dilaksanakan secara kolektif.

13 Cabang ilmu geografi dibagi menjadi dua, yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Sehubungan dengan penelitian Deskripsi Kemitraan Tebu PT Gunung Madu Plantation Dengan Mayarakat Terhadap Petani Di Kampung Gunung Agung Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012 maka penelitian ini akan menekankan pada ilmu geografi manusia khususnya geografi ekonomi. Geografi ekonomi adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur keruangan aktifitas ekonomi. Dengan demikian titik berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia yang termasuk kedalamnya bidang pertanian industry, perdagangan transportasi, komunikasi dan lain sebagainya (Nursid Sumaatmadja 1988 : 54). Deskripsi geografi merupakan suatu cara atau prinsip pada ilmu geografi dan studi geografi untuk memberikan gambaran lebih jauh tentang gejala dan masalah yang akan diteliti, deskripsi geografi akan membantu memberikan penjelasan dan kejelasan tentang apa yang sedang kita pelajari, teliti, dan selidiki dalam kerangka kerja ilmu geografi (Nursid Sumaatmadja, 1988:43). Berdasarkan hal tersebut,keberadaan kemitraan industri gula PT Gunung Madu dengan petani dapat memberikan keuntungan masing-masing pihak, terutama dalam mensejahterakan petani, khususnya di Kampung Gunung Agung Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah.

14 2. Luas Lahan Menurut Soekartawi (1990:4) semakin luas lahan garapan yang diusahakan petani, maka akan semakin besar produksi yang akan dihasilkan dan pendapatan pendapatan yang akan diperoleh bila disertai pengolahan yang baik. Besar kecilnya pendapatan petani dari usaha taninya terutama ditentukan oleh luas lahan pertaniannya. Luas lahan akan mempengaruhi produksi tanaman yang dihasilkan. Semakin luas lahan yang ditanami maka akan menghasilkan produksi yang besar begitu juga sebaliknya, jika lahan yang ditanami sempit maka hasil produksi tanaman juga sedikit. Sesuai dengan pendapat Rahim dan Hastuti (2007:117) lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Semakin luas lahan (yang digarap/ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Dalam penelitian tesis yang dilakukan oleh Elis Suyono mengatakan bahwa usaha dibidang pertanian dan perkebunan, jumlah produksi sangat dipengaruhi oleh luas lahan. Maka jelaslah bahwa luas lahan memegang peranan penting terhadap besarnya pendapatan petani tebu, begitu pula dalam kemitraan, sebaliknya jika petani mempunyai tanah yang sempit atau tidak bertanah merupakan beban usaha pada sektor pertanian.

15 Jumlah sawah, tegalan, dan pekarangan yang digarap selama satu tahun di hitung dalam 1 hektar (ha). Begitu juga untuk luas lahan tanaman tebu, karena tebu termasuk dalam tegalan. Kriteria penggolongan luas lahan menurut Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad (1987 : 88) yaitu sebagai berikut: 1) Sempit, jika luas lahan milik < 0,50 ha 2) Sedang, jika luas lahan milik 0,50 0,99 ha 3) Luas, jika luas lahan milik > 1,00 ha 3. Jumlah Penghasilan Setiap Tahun Penghasilan merupakan arus masuk atau peningkatan lainnya atas etiva sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20567/3/chapter%2011.pdf). Penghasilan yang diperoleh dari kemitraan dengan PT Gunung Madu Plantation ditentukan oleh jumlah produksi dari lahan perkebunannya. Semakin tinggi produksi pada lahan semakin tinggi juga penghasilan yang diperoleh masyarakat. Sesuai dengan teori yang dikembangkan oleh Soekartawi (1990:132), yaitu perubahan tingkat penghasilan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi. Bahkan seringkali dengan bertambahnya penghasilan, maka barang yang dikonsumsi bukan saja bertambah tetapi juga kualitas barang tersebut. Dengan jumlah penghasilan yang tinggi, petani dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, dan berpengaruh terhadap keberadaan keluarga dalam

16 masyarakatnya dimana posisi keluarga akan menentukan status sosial dalam masyarakat. Semakin tinggi penghasilan seseorang maka kebutuhan hidupnya baik sandang, pangan, dan papan akan terpenuhi, namun semakin rendah penghasilan seseorang maka akan semakin sulit pula seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan data ideal produksi tebu nasional tahun 2010 produksi tanaman tebu sebesar 82 ton/ha, untuk ideal produksi tebu provinsi pada tahun 2010 sebesar 65 ton/ha, sedangkan di Kabupaten Lampung Tengah produksi tebu ideal pada tahun 2010 sebesar 67 ton/ha. Untuk produktivitasnya, pada tahun 2009 secara nasional produktivitas tebu sebesar 63 ton per hektar sedangkan pada tahun 2010 menurun menjadi 55 ton/ha. Pada tahun 2009 ideal produktivitas tebu di Provinsi Lampung sebesar 66 ton/ha dan pada tahun 2010 menjadi 65 ton/ha (Dinas Perkebunan Provinsi Lampung Tahun 2010). Untuk ideal produksi tebu kemitraan antara PT Gunung Madu Plantation dengan masyarakat pada tahun 2010 sebesar 78 ton/ha (Dinas Perkebunan Kecamatan Terusan Nunyai, tahun 2010). Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu petugas PPL dari PT Gunung Madu Plantation, harga tebu setiap ton nya pada tahun ini mencapai Rp. 450.000 sedangkan hasil produksi setiap tonnya bisa mencapai 76 ton/ha. Hasil yang dirasakan cukup besar bagi petani tebu dan cukup untuk memenuhi kehidupan pokoknya dalam berkeluarga.

17 Dalam penelitian ini penghasilan yang dimaksud adalah jumlah penghasilan bersih yang diperoleh masyarakat pemilik lahan dari kemitraan dengan industri PT Gunung Madu Plantation dinilai dengan rupiah dalam waktu satu tahun. 4. Manfaat dan Bentuk Kemitraan Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Dengan demikian kemitraan akan selalu dibutuhkan selama tuntunan pemerataan belum teratasi. Dilain pihak kemitraan adalah suatu proses yang memerlukan waktu dan berkembang secara dinamis untuk memenuhi harapan dan kebutuhan dari pelaku kemitraan (Mohammad Jafar. H, 2002:195). Menurut Haeruman dalam Achmad Zaelani (2008:21), pola kemitraan merupakan suatu strategi dalam meningkatkan kinerja pelaku agribisnis khususnya petani/pengusaha kecil. Pada pola kemitraan pihak perusahaan memfasilitasi pengusaha kecil dengan modal usaha, teknologi, manajemen modern dan kepastian pemasaran hasil, sedangkan pengusaha kecil melakukan proses produksi sesuai dengan petunjuk teknis dari pihak pengusaha besar. Dari kemitraan, diharapkan tidak hanya menguntungkan para pelaku ekonomi saja melainkan juga harus membawa dampak positif bagi seluruh kehidupan bangsa, yaitu mensejahterakan masyarakat.

18 Sesuai dengan tujuan dari Inpres Nomor 9 Tahun 1975 adalah menjadikan industri gula sebagai bagian integral pembangunan nasional dengan memberikan dampak terhadap peningkatan produksi menuju swasembada gula nasional, tetapi juga sekaligus meningkatkan harkat dan martabat petani menjadi mitra kerja/mitra usaha yang sepadan dan serasi bagi pabrik gula, guna secara lebih nyata dapat meningkatkan kesejahteraannya melalui peningkatan pendapatan sekalipun pada masa itu kerjasama tersebut dapat populer sebagai kemitraan usaha. Inpres ini pada hakekatnya merupakan titik awal dari penerapan konsepsi kemitraan. M. Jafar Hafsah (1999:201) memandang bahwa output dari kemitraan dapat dilihat dari tiga manfaat yaitu manfaat ekonomi, manfaat teknis, dan manfaat sosial. Manfaat ekonomi meliputi tingkat pendapatan, tingkat produksi, dan kontinuitas modal. Manfaat teknis terdiri dari mutu produk dan penguasaan teknologi pertanian melalui penyuluhan dari perusahaan, sedangkan manfaat sosial terdiri dari kelanjutan kerjasama dan kelestarian lingkungan. Mengingat hal tersebut, akan dibuktikan bahwa kemitraan agribisnis dengan perusahaan merupakan kesempatan bagi petani untuk meningkatkan kesejahteraan dan kelangsungan usahatani. Dalam kemitraan di PT Gunung Madu Plantation manfaat ekonomi yang diberikan yaitu memberikan bantuan berupa modal usaha sebesar Rp. 9.275.000/hektar. Bantuan modal yang diberikan tersebut diberikan guna meningkatkan tingkat produksi dan pendapatan dapat meningkat, sehingga masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Sedangkan untuk

19 manfaat teknis yang diberikan dari PT Gunung Madu Plantation berupa penyuluhan langsung kepada masyarakat petani tebu kemitraan guna meningkatkan mutu produk. Penyuluhan tersebut juga mencakup pada manfaat sosial karena menciptakan kerjasama yang baik dan penyuluhan yang diberikan masuk dalam kelestarian lingkungan. Bentuk-bentuk pola kemitraan yang banyak dilaksanakan (Departemen Pertanian, 2002) dalam Achmad Zaelani (2008,47),terdapat bentuk kemitraan bernama subkontrak. Merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Syarat-syarat kelompok mitra dintaranya: (1) memproduksi kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari komponen produksinya, (2) menyediakan tenaga kerja, (3) membuat kontrak bersama yang mencantumkan volume, harga, dan waktu. Di sisi lain syarat-syarat perusahaan mitra yaitu: (1) menampung dan membeli komponen produksi perusahaan yang dihasilkan oleh kelompok mitra, (2) menyediakan bahan baku/modal kerja, (3) melakukan kontrol kualitas produksi. Bentuk kemitraan tersebut sesuai dengan bentuk kemitraan antara PT Gunung Madu Plantation dengan masyarakat, yaitu kelompok tani berhubungan langsung dengan perusahaan mitra PT Gunung Madu Plantation dengan masyarakat merupakan bentuk subkontrak yang merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya berupa pembudidayaan tanaman tebu dengan sewa lahan tanah,penentuan harga

20 dan waktu tanam telah disepakati bersama perusahaan. Sedangkan perusahaan mitra yang akan membeli hasil produksi tebu milik petani mitra dan modal kerja juga diberikan setiap pembukaan lahan per hektar diberikan sebesar Rp. 9.275.000/hektar. Perusahaan mitra juga memberikan penyuluhan kepada petani kemitraan setiap bulannya guna meningkatkan mutu produksi dan kelestarian lingkungan. Secara umum, dalam kemitraan yang sederhana perusahaan mempunyai tanggung jawab terhadap kelompok tani dalam memberikan dukungan atau kemudahan dalam memperoleh permodalan untuk mengembangkan usaha, penyediaan sarana produksi yang dibutuhkan, dukungan teknologi untuk meningkatkan produksi dan mutu produksi. Dalam kemitraan mandiri petani hanya mengelola produksi lahan dan tanaman, sedangkan modal, teknis dan hasil dibantu oleh PT GMP. Sistem kerjasama antara pemilik lahan kemitraan dengan PT Gunung Madu Plantation yaitu jual beli tebu antara petani mitra dengan PT Gunung Madu Plantation. Tanah petani yang diikutsertakan dalam kemitraan tersebut produksinya diusahakan sendiri oleh petani mulai dari pembukaan lahan, tanam, pemeliharaan tanaman, sampai ke tebang angkut, dan PT Gunung Madu Plantation hanya membantu dalam bentuk pembinaan teknis budidaya tebu yang meliputi metode penanaman, pemeliharaan tanaman sampai penebangan agar memiliki kualitas yang baik. Sebelum mengikuti kemitraan dengan PT GMP, petani harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh perusahaan tersebut.untuk lebih jelasnya, lihat padfa tabel berikut:

21 Tabel 1 Persyaratan Dalam Mengikuti Program Kemitraan Tebu Mandiri di PT Gunung Madu Plantation Tahun 2012: KONDISI KETERANGAN Luas Tanah Tidak dibatasi (sistem jual beli tebu) Lokasi Tanah Mengelompok, luas paling sedikit adalah 15 hektar per kelompok Jarak Lokasi Radius 60 Km dari pabrik dan ada jalan yang bisa dilewati truk Status Hukum Tanah Dikuasai sepenuhnya, punya surat kepemilikan yang sah (SKT, SHM) dan tidak bersengketa Penentuan Luas Tanah Sesuai dengan alat ukur teknis (kompas atau GPS) oleh petugas Sekitar 80% dari luas tanah karena 20% dipakai Hitungan Luas Kebun untuk jalan dan drinase (potongan luas dihitung rata-rata per kelompok) Budidaya Dan Panen Varietas tebu, waktu tanam dan panen ditentukan oleh GMP Jangka Waktu Sebaiknya 4 (empat) musim panen Pembayaran Hasil Langsung ke petani Pembiayaan Apabila diperlukan akan dipinjamkan dari bank yang difasilitasi oleh Koperasi Gunung Madu Luas Maksimal 8.000 ha tanaman - Antara GMP dengan ketua kelompok tani Surat Perjanjian - Surat kuasa anggota petani mitra ke ketua kelompok tani. Sumber: Pedoman program kemitraan tebu mandiri GMP, tahun 2012 Dalam mengikuti kemitraan, pemilik lkahan harus memenuhi seluruh persyaratan dari PT Gunung Madu Plantation, selanjutnya mereka bisa bergabung dan menjalankan segala bentuk kegiatan dari kemitraan, diantaranya penyuluhan. Penyuluhan dilakukan dari pihak perusahaan sebanyak 2-3 kali dalam sebulan bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan petani mitra dalam melakukan usahatani tebu melalui penyuluhan tentang cara budidaya tanaman tebu yang baik mulai dari awal pembukaan lahan,perawatan tebu, penanggulangan hama pada tebu, dan saat pemanenan. Peningkatan pengetahuan petani mitra berimplikasi kepada peningkatan mutu tebu dan produktivitas usahatani yang dijalankan oleh

22 petani mitra. Perusahaan juga memberikan permodalan untuk biaya operasional kebun petani yang difasilitasi melalui Koperasi Gunung Madu, dikelola oleh GMP, dan pembayaran pinjaman diperhitungkan dari hasil yang didapat. Modal yang dipinjamkan sebesar Rp. 9.275.000 per hektar yang dapat dibayar pada saat penjualan hasil produksi,jadi hasil yang didapat akan dipotong biaya pinjaman petani. Oleh karena itu, seharusnya kemitraan memiliki peran yang penting bagi petani tebu dalam peningkatan hasil produksi melalui bantuan teknis yang diberikan oleh PT GMP dan memberikan keringanan dalam pembiayaan operasional kebun. 5. Tanggapan Masyarakat Terhadap Kemitraan Tanggapan merupakan pendapat yang diungkapkan seseorang baik secara tertulis, lisan, atau dalam bentuk tindakan dan keinginan. Suatu program akan berjalan dengan baik jika tanggapan dari masyarakat mendukung (http://www. Repository.usu.ac.id/../Chapter%2011.pdf). Perilaku atau hubungan antar kelompok diperlukan dalam proses kemitraan. begitu juga dengan keinginan, dalam proses kemitraan keinginan dibutuhkan untuk menentukan strategi, dan rencana dalam pengambilan keputusan. Perilaku ditunjukkan dengan keaktifan dan keinginan petani pemilik lahan kemitraan dalam mengikuti program kemitraan yang diadakan oleh PT Gunung Madu Plantation, yaitu dalam kegiatan penyuluhan. Karena kegiatan inidapat

23 meningkatkan mutu produksi pada budidaya tanaman tebu dan pilihan dalam dapat menentukan jalannya program kemitraan. dari sinilah diketahui juga, bagaimana peran kemitraan terhadap masyarakat yang mengikutinya. Dengan meningkatnya taraf perekonomian petani yang bermitra akan semakin aktif dalam mendukung program-program kemitraan yang dicanangkan oleh industri PT Gunung Madu Plantation. Tanggapan yang baik juga akan mendukung kemitraan dan semakin meningkatkan perekonomian keluarga petani yang bermitra. Kemitraan bagi pengembangan ekonomi lokal ini diharapkan mampu berfungsi sebagai penampung aspirasi para anggota kemitraan tersebut. Hal ini perlu diingat karena salah satu fungsi dari lembaga kemitraan adalah harus mampu mencerminkan keikutsertaan para anggotanya dan mengikutsertakan masyarakat agar dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan diwilayahnya (Elis Suyono, 2006:43). Tanpa adanya sistem kelembagaan yang kondusif sebagai sarana untuk melaksanakan strategi pembangunan, maka kesejahteraan sosial masyarakat yang lebih baik akan sulit dicapai, bahkan akan makin menjauh (Muslimin Nasution, 2002:86). Dalam menciptakan kelembagaan kemitraan yang kondusif ini diperlukan tanggapan masyarakat dengan mendukung dan aktif dalam kemitraan yang diikutinya, misalnya mengikuti penyuluhan atau pembinaan untuk meningkatkan hasil produksi tanaman dan mendukung program kemitraan. Dalam

24 menentukan perilaku ekonomis, tanggapan petani mampu memberikan batasan dan pilihan dalam bermitra dengan PT Gunung Madu Plantation. 6. Penelitian Sejenis Elis Suyono (2006) hasil penelitiannya mengenai Inovasi Pola Kemitraan Agribisnis Sayuran di Propinsi Jawa Barat tahun 2006. Data dikumpulkan melalui studi lapangan dan dianalisa dengan dua pendekatan yakni : analisis diskriptif dan analisis Uji Pangkat Tanda Wilcoxon.Setelah data diolah, dari 6 variabel yang diteliti yakni menunjukkan bahwa Program Kemitraan bagi Pengembangan Ekonomi Lokal (KPEL) secara statistik berpengaruh positif terhadap pendapatan petani budidaya ulat sutera di Kabupaten Wonosobo. Ninuk Purnaningsih (2006) hasil penelitiannya tentang adopsi inovasi pola kemitraan agribisnis sayuran di provinsi Jawa Barat tahun 2006. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa manfaat ekonomi yang diperoleh petani dari pola kemitraan adalah pendapatan yang lebih tinggi, harga yang lebih pasti, produktivitas lahan lebih tinggi, penyerapan tenaga kerja dan modal yang lebih tinggi, dan risiko usaha ditanggung bersama. Manfaat teknis yang diperoleh petani yaitu penggunaan teknologi yang lebih baik sehingga mutu produk menjadi lebih baik. Manfaat sosial yang diperoleh petani adalah ada kesinambungan kerjasama antara petani dan perusahaan, koperasi maupun pedagang pengumpul, serta pola kemitraan mempunyai kontribusi terhadap kelestarian lingkungan. Achmad Zaelani (2008) hasil penelitiannya tentang Manfaat Kemitraan Agribisnis Bagi Petani Mitra (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang Dengan Kelompok Tani

25 Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) tahun 2008. Hasil analisis kuantitatif menunjukan bahwa variabelvariabel yang sangat kuat mempengaruhi manfaat kemitraan bagi petani mitra yaitu luas lahan petani mitra yang semakin besar akan menambah manfaat kemitraan bagi petani mitra. Jarak tempuh rumah petani mitra ke lahan sawah yang jauh akan mengurangi manfaat kemitraan terkaitdengan biaya transport dan efisiensi waktu. Sumber informasi mengenai kemitraan yang jelas dan terperinci akan meningkatkan manfaat kemitraan bagi petani mitra. Ketersediaan modal kredit secara tepat waktu dan jumlah yang diberikan perusahaan mitra akan meningkatkan manfaat kemitraan bagi petani mitra. Proses manajemen kemitraan yang baik dan sistematis dengan melibatkan petani mitra di dalamnya akan menambah manfaat kemitraan bagi petani mitra. B. Kerangka Pikir Dalam perekonomian masyarakat petani di pedesaan, keberadaan industri biasanya akan berdampak pada masyarakat disekitarnya. Dampak positif pada masyarakat sekitar industri tersebut, umumnya memberikan kesempatan kerja dan berusaha yang dapat menambah pendapatan masyarakatnya Selain hal tersebut, nampaknya PT Gunung Madu Plantation yang tumbuh dan berkembang dengan bahan baku utama dari hasil pertanian, khususnya tanaman tebu. Karena jumlah luas lahan tanaman tebu milik PT Gunung Madu Plantation dirasakan produksinya masih terbatas. Dalam upaya peningkatan produksinya, dirasakan masih dibutuhkan penambahan luas lahan untuk dengan melibatkan

26 masyarakat petani sekitar pabrik untuk bermitra. Adanya kemitraan dengan masyarakat petani ini, diharapkan mampu memberikan manfaat untuk mengembangkan industri dan kesejahteraan petani mitra. Berdasarkan uraian tersebut, menarik untuk dilakukan penelitian dengan judul deskripsi kemitraan tebu milik masyarakat dengan PT Gunung Madu Plantation Di Kampung Gunung Agung Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2012.