BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III BAHAN DAN METODE

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.SUBANG TANPA SKALA TANPA SKALA DESA PASIRJAYA PETA JAWA BARAT LOKASI STUDI

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur

Gambar 2. Lokasi Studi

Gambar 1 Lokasi penelitian.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

Gambar 2 Peta lokasi studi

IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

Gambar 7. Lokasi Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. Persiapan

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang

Gambar 1 Lokasi penelitian (Sumber: Wikimapia.org)

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERUNTUKAN KAWASAN PERMUKIMAN, INDUSTRI, MANGROVE WILAYAH PESISIR UTARA SURABAYA TAHUN 2010 DAN 2014

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

METODOLOGI Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

I. PENDAHULUAN. lainnya. Keunikan tersebut terlihat dari keanekaragaman flora yaitu: (Avicennia,

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor ( 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGANN PARIWISATA DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT FELIK DWI YOGA PRASETYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PESAWARAN DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PESAWARAN DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V. EVALUASI HASIL PENELITIAN Evaluasi Parameter Utama Penelitian Penilaian Daya Dukung dengan Metode Pembobotan 124

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

IV. METODOLOGI. Gambar 14. Peta Orientasi Lokasi Penelitian.

BAB II METODE PENELITIAN

Pemetaan Pola Hidrologi Pantai Surabaya-Sidoarjo Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu dan Peristiwa Lapindo Menggunakan Citra SPOT 4

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

Evaluasi Kesesuaian Lahan Peruntukan Kawasan Permukiman, Industri, Mangrove Wilayah Pesisir Utara Surabaya Tahun 2010 dan 2014

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran, Secara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala

III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu 3.2. Metode Studi Inventarisasi

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

20 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu 4 bulan, pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012. Persiapan dilakukan sejak bulan Maret 2011 hingga Desember 2011. Penelitian ini dilakukan di kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran yaitu yang berada di Kecamatan Punduh Pidada. Luas wilayah penelitian ini adalah 22.419 ha. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Peta Orientasi Kawasan Pesisir Kecamatan Punduh Pidada Kabupaten Pesawaran (Sumber: Google earth)

21 Kabupaten Pesawaran sendiri memiliki luas kurang lebih 117.377 (seratus tujuh belas ribu tiga ratus tujuh puluh tujuh) hektar. Batas-batas wilayah kabupaten meliputi: a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pardasuka, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Gadingrejo, Kecamatan Adiluwih (Kabupaten Pringsewu); b. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kalirejo, Kecamatan Bangunrejo, Kecamatan Bumi Ratu Nuban, Kecamatan Trimurjo (Kabupaten Lampung Tengah); c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Natar (Kabupaten Lampung Selatan) Kecamatan Kemiling, Kecamatan Teluk Betung Barat (Kota Bandar Lampung); dan d. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Teluk Lampung Kecamatan Kelumbayan dan Kecamatan Cukuh Balak Kabupaten Tanggamus 3.2 Batasan Penelitian Lokasi penelitian ini terbatas pada daratan Kecamatan Punduh Pidada Kabupaten Pesawaran, tidak termasuk pulau-pulau kecil yang ada di Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dan pengumpulan data dengan tahapan kerja berupa pendekatan sumberdaya, aktivitas, dan peluang terjadinya hazard. Penelitian ini dibatasi hingga pembuatan siteplan perencanaan lanskap kawasan wisata tambak di kawasan pesisir yang berbasis konservasi mangrove dan RTH lainnya. 3.3 Alat dan Bahan Pengumpulan data hingga pengolahan data dilakukan dengan alat dan bahan yang mendukung. Alat dan Bahan yang dibutuhkan : 1. alat tulis, kamera, laptop, GPS 2. software seperti Photoshop, Sketch Up, ArcGIS, dan Arcview, Erdas 3. peta tematik Kabupaten Pesawaran 4. citra landsat serta data primer dan data sekunder lainnya

22 3.4 Metode Metode analisis yang digunakan adalah dengan analisis deskriptif dan juga analisis kuantitatif dengan pembobotan dan skoring. Penentuan letak spasial ruang terbuka hijau serta analisis spasial kesesuaian lahan untuk wisata, tambak, dan mangrove dilakukan dengan metode GIS. Menggunakan GIS untuk analisi spasial pada perencanaan ini bertujuan agar didapatkan hasil yang lebih akurat. Sistem ini banyak digunakan untuk menyimpan, menarik, memelihara, memanipulasi, menganalisa, dan membuat format digital dari data spasial. Sistem ini juga berguna untuk membuat suatu data spasial data bentuk hardcopy dan softcopy (Aronoff 1991). GIS (geographyc Information System) atau dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu sistem informasi yang mampu menggabungkan basis data spasial dengan basis data tabular. Fungsi dari suatu sistem informasi adalah meningkatkan kemampuan dalam membuat keputusan terutama dalam suatu perencanaan tata ruang (Rais, 1996). Menurut Star (1990), SIG adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang mereferensi pada koordinat geografi atau spasial dan juga non spasial. SIG sangat membantu dalam bidang perencanaan kota dan daerah, pengelolaan sumberdaya, dan bidang lainnya yang menggunakan informasi geografis. Metode SIG, environmental mapping approach yang digunakan saat analisis spasial sangat tergantung pada komponen yang dipilih dan merupakan parameter yang akan memberikan hasil pada evaluasi tapak. Lyle (1985), menjelaskan bahwa SIG dapat mengumpulkan data yang terbentuk struktur, fungsi, dan juga lokasi. Dua buah file yang berbeda dapat digunakan secara interaktif, misalnya digabung menjadi satu file. Oleh sebab itu alat ini digunakan untuk menunjang perencanaan kawasan pesisir dengan berbasis pada lingkungan, khususnya perencanaan lanskap kawasan wisata tambak karena dapat menganalisa lebih mudah dan cepat. Dalam penelitian ini, SIG digunakan dalam mengklasifikasian tipe penutupan lahan yang terdiri dari pemukiman, badan air, dan RTH. Hasil overlay peta tematik membantu dalam menentukan perencanaan lanskap kawasan wisata tambak.

23 Persiapan Inventarisasi Analisis Sintesis Perencanaan Lokasi Penelitian Latar Belakang Tujuan Penelitian Rencana Penelitian Data Biofisik Data Sosial Budaya Potensi dan Kendala Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Peta Analisis Kesesuaian Lokasi Persebaran RTH Alternatif Pengemba ngan Blok Plan Perencana -an Konsep Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Tambak di Kawasan Pesisir Gambar 11. Bagan Tahapan Perencanaan (Modifikasi Gold, 1980) Rencana Perencanaan Ruang Lanskap Kawasan Wisata Tambak di Kawasan Pesisir Metode yang digunakan dalam penelitian ini melalui tahapan inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan. 1. Persiapan Tahap ini merupakan tahap penentuan tujuan dan lokasi, penyusunan usulan penelitian, permohonan izin, pembuatan daftar data primer maupun sekunder, pembuatan jadwal penelitian, penyusunan latar belakang studi, tujuan studi, manfaat studi, dan rencana studi serta persiapan alat yang dibutuhkan. 2. Inventarisasi Tahap ini dilakukan pengumpulan data primer maupun sekunder berdasarkan daftar data yang telah dibuat sebelumnya. Data primer didapatkan dari pengamatan langsung pada tapak berupa foto maupun hasil dari wawancara. Wawancara dilakukan terhadap instansi terkait di Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran, Lembaga Swadaya Masyarakat serta masyarakat Kabupaten Pesawaran. Wawancara bertujuan untuk mengetahui prilaku dan keinginan masyarakat maupun stakeholder terhadap perencanaan ini. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pustaka maupun lembaga terkait. Data yang perlu di inventarisasi adalah data biofisik, sosial, dan budaya serta data pendukung lainnya. Jenis dan bentuk data serta metode pengumpulan dapat dilihat pada Tabel 1.

24 Tabel 1. Daftar Jenis Data, bentuk data, dan metode pengumpulan data No Jenis Data Bentuk Data Sumber Data Metode Pengambilan 1. Biofisik Letak Geografi dan Batas Administrasi Deskripsi dan Spasial Bappeda, RTRW, BPS Studi Pusstaka, Peta Iklim -Suhu -Kelembaban -Curah Hujan -Kecepetan Angin Topografi/kemiring an Lahan Geologi dan Jenis Tanah Tata Guna Lahan Deskripsi dan Tabular Bappeda, BPS Deskripsi dan Bappeda, RTRW Spasial Deskripsi dan Bappeda, RTRW Spasial Deskripsi dan Bappeda, Dinas Spasial Kehutanan, RTRW Vegetasi dan Satwa Deskripsi Dinas Kehutanan, Bappeda Hidro-oceanografi Deskripsi Dinas Kelautan dan -Batimetri Perikanan, Bappeda -Pasang Surut -Arus Gelombang -Sungai Fasilitas dan Aksesibilitas 2. Sosial dan Budaya Deskripsi Bappeda, dan Lapangan Studi Pustaka Peta, Survei Peta Survei Survei Survei Survei Demografi Deskripsi dan Tabular Bappeda, BPS Studi Pustaka Industri dan Jumlah Kendaraan Deskripsi Bappeda, BPS Studi Pustaka Kepemilikan Lahan Deskripsi Dinas Kehutanan, LSM Mitra Bentala Survei Sejarah Wilayah Deskripsi Bappeda, Lapangan Survei 3. Analisis Pada tahap analisis dilakukan penentuan kendala dan potensi maupun masalah yang ada pada tapak. Serta mengamati karakteristik pesisir untuk tujuan perencanaan lanskap kawasan wisata tambak. Analisis dilakukan pada setiap data yang telah didapatkan dari inventarisasi. Kemudian dilakukan analisis spasial menggunakan GIS, untuk menentukan wilayah yang sesuai untuk perencanaan kawasan wisata tambak dan untuk perencanaan konservasi mangrove. Namun perencanaan ini lebih

25 ditekankan untuk perencanaan kawasan wisata tambak yang memperhatikan kawasan mangrove dan ruang terbuka hijau lainnya, agar dapat menjaga keberlanjutan tambak itu sendiri. Selain dilakukan analisis deskriptif dan analisis spasial dilakukan juga analisis kuantitatif dengan pembobotan dan skoring. a. Analisis Spasial Pada Perencanaan ini analisis spasial dilakukan terhadap 3 evaluasi kesesuaian yaitu kesesuaian untuk tambak dan kesesuaian untuk wisata, serta kesesuaian untuk mangrove. Analisis spasial ini dilakukan dengan metode tumpang susun (overlay), pembobotan dan skoring. Dari hasil overlay pada ketiga evaluasi kesesuaian akan dioverlay kembali untuk membuat perencanaan lanskap kawasan wisata tambak yang berbasis konservasi mangrove dan memperhatikan RTH lainnya. Analisis spasial dilakukan melalui interpretasi data dengan cara digitasi dan mengklasifikasi data, yang kemudian dijadikan basis data spasial. Data yang digunakan diantaranya peta penutupan lahan Kabupaten Pesawaran tahun 2008, peta RTRW Kabupaten Pesawaran tahun 2008-2028 dan peta pendukung lainnya. Identifikasi masingmasing jenis RTH serta penutupan lahan lainnya didasarkan pada perbedaan kombinasi dasar nilai digital piksel yang terekam pada sifat pantulan (refleksi) dan pancaran (emisi) spektral yang dimilikinya. Dengan memanfaatkan perbedaan pola spektral (spectral pattern recognition) dan pola spasial (spatial pattern recognition) berupa aspek tekstur citra, pengulangan rona, bentuk dan ukuran objek, arah, hubungan serta posisi piksel yang berdekatan, maka suatu bentuk kawasan RTH dapat diidentifikasi untuk dianalisis sehingga diperoleh data penggunaan lahan, RTH eksisting, dan peta tematik lainnya sehingga dapat dioverlay untuk memperoleh peta perencanaan lanskap kawasan wisata tambak di kawasan pesisir yang berbasis konservasi mangrove. Agar mendapatkan peta kesesuaian untuk tambak diperlukan beberapa peta tematik yang dibutuhkan untuk nantinya dioverlay yaitu

26 Peta Buffer Pantai, Peta Ketinggian, Peta Jenis Tanah, Peta Kemiringan, Peta Buffer Sungai, Peta Geologi, dan Peta Salinitas Air. Sedangkan kesesuaian untuk wisata diperlukan Peta Buffer Pantai, Peta Aksesibilitas, Peta Penggunaan Lahan, Peta Satuan Geologi Lingkungan, dan Peta Rawan Bencana. Serta kesesuaian untuk mangrove dibutuhkan Peta Kemiringan, Peta Ketinggian Lahan, Peta Jenis Tanah, Peta Buffer Tanah, dan Peta Buffer Sungai. Ketiga proses evaluasi kesesuaian tersebut dapat dilihat secara berurutan pada Gambar 12, Gambar 13, dan Gambar 14. Peta Buffer Pantai Peta Ketinggian Peta Jenis Tanah Peta Kemiringan Peta Buffer Sungai Peta Geologi Peta Salinitas Overlay Peta Kesesuaian Lahan Untuk Tambak Gambar 12. Overlay pada Analisis Kesesuaian Lahan untuk Tambak Peta Buffer Pantai Peta Aksesibilitas Peta Penggunaan Lahan Peta Satuan Geologi Lingkungan Peta Rawan Bencana Overlay Peta Kesesuaian Lahan Untuk Pariwisata Gambar 13. Overlay pada Analisis Kesesuaian Lahan untuk Pariwisata

27 Peta Kemiringan Peta Ketinggian Peta Jenis Tanah Peta Buffer Pantai Peta Buffer Sungai Overlay Peta Kesesuaian Lahan Untuk Mangrove Gambar 14. Overlay pada Analisis Kesesuaian Lahan untuk Mangrove b. Pembobotan dan Skoring Pembobotan pada setiap faktor pembatas ditentukan berdasarkan pada pengaruh dominannya parameter tersebut terhadap suatu peruntukkan. Pembobotan dan skoring bukanlah nilai mutlak, karena hanya digunakan untuk memudahkan analisis terhadap kesesuaian lahan. Nilai bobot setiap parameter yaitu diantara 0,1 sampai 0,9 dengan jumlah total bobot semua parameter untuk setiap peruntukkan lahan adalah 1,0. Untuk skoring berkisar antara 1 sampai 4. Dengan pembobotan dan skoring tersebut didapat skor untuk setiap peruntukan lahan adalah 1 sampai 4. Berdasarkan nilai tersebut maka penentuan kelas lahan untuk perencanaan ini dapat terbagi menjadi empat, yaitu: 1. Sangat Sesuai : 3,26-4,00 Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi lahan tersebut, serta tidak menambah masukan dari pengusahaan lahan tersebut. 2. Sesuai : 2,51-3,25 Lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk suatu penggunaan tertentu yang lestari. Pembatas tersebut akan mengurangi produktifitas lahan dan keuntungan yang diperoleh serta meningkatkan masukan untuk mengusahakan lahan tersebut.

28 3. Tidak Sesuai : 1,76-2,50 Lahan yang mempunyai pembatas dengan tingkat sangat berat, akan tetapi masih memungkinkan diatasi/diperbaiki, artinya masih dapat ditingkatkan menjadi sesuai jika dilakukan perbaikan dengan tingkat introduksi teknologi yang lebih tinggi atau dapat dilakukan dengan perlakuan tambahan dengan biaya yang rasional. 4. Tidak Sesuai Permanen : 1,00-1,75 Lahan yang mempunyai pembatas sangat berat sehingga tidak mungkin dipergunakan terhadap suatu penggunaan terntentu yang lestari. Pembobotan dan skoring untuk analisis kesesuaian lahan untuk tambak, mangrove, dan pariwisata dapat dilihat secara berurutan pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4. Tabel 2. Pembobotan dan Skoring pada Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Tambak Parameter Bobot Kategori dan Skor (%) Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Kemiringan (%) 20 0-2 4 3-6 3 6-9 2 >9 1 Buffer Pantai (m) 10 200-300 4 2000-3 <200 2 >4000 1 4000 Buffer Sungai 10 0-1000 4 1000-3 2000-2 >3000 1 (m) 2000 3000 Jenis Tanah 10 Alluvial 4 Alluvial 3 Regsol, 2 Regosol, 1 pantai hidromorf glehumus glehumus Ketinggian (m) 15 0-5 4 6-15 3 16-20 2 >21 1 Drainase 10 Tergenang 4 Tergenang 3 Tidak 2 Tidak 1 Periodik Periodik Tergenang Tergenang Salinitas (Ppt) 15 5-45 4 5-45 3 <5 ; >45 2 >5 ; <45 1 Geologi 10 Sedimen Lepas 4 Sedimen Lepas 3 Sedimen Padu 2 Sedimen Padu 1 Sumber : Aminudin 2003

29 Tabel 3. Pembobotan dan Skoring pada Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Mangrove Parameter Bobot Kategori dan Skor (%) Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Kemiringan (%) 5 0-2 4 3-15 3 >15 2 >6 1 Buffer Pantai (m) 20 <500 4 500-1000 3 1000-2 >2000 1 2000 Buffer Sungai 20 0-1000 4 1000-3 1500-2 >3000 1 (m) 1500 3000 Jenis Tanah 20 Alluvial 4 Alluvial 3 Glehumus 2 Regosol, 1 pantai hidrolof kelabu, regosol glehumus Bervegatsi Pantai 20 Mangrove 4 Mangrove 3 Non 2 Non 1 Mangrove Mangrove Drainase 10 Tergenang 4 Sering 3 Tidak 2 Tidak 1 Periodik Tergenang Tergenang Tergenang Ketinggian (m) 5 0-5 4 6-15 3 16-20 2 >21 1 Sumber : Aminudin 2003 Tabel 4. Pembobotan dan Skoring pada Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Parame-ter Penggunaan Lahan (Tambak) Buffer Pantai (m) Aksesibilitas (km) Satuan Geologi Pariwisata Bobot Kategori dan Skor (%) Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor 15 Tambak 4 Tambak 3 Nontambak 2 Non-tambak 1 20 <300 4 300-700 3 700-1000 2 >1000 1 20 <1 4 1-2 3 2-3 2 >3 1 45 GL4 4 GL5 3 GL3 2 GL1, GL2 1 Keterangan: Modifikasi dari Aminudin 2003 Pembobotan rawan bencana dijadikan satu dengan pembobotan satuan geologi

30 Pembobotan dan skoring tersebut mengacu pada kriteria-kriteria untuk kesesuaian lahan tambak, wisata, maupun mangrove. Kriteriakriteria tersebut adalah sebagai berikut: a. Kriteria untuk kawasan tambak 1. Lokasi tidak jauh dari pantai antara 200-4.000 meter; 2. Memiliki ketersediaan air payau (jarak dari sungai 0-2.000 m); 3. Terdapat pada daerah dengan jenis alluvial pantai; 4. Terletak pada kemiringan antara 0-8 %; 5. Terletak pada ketinggian 0-5 m; 6. Terletak pada daerah tergenang periodik. b. Kriteria untuk kawasan mangrove 1. Berada pada kawasan mangrove (bervegetasi mangrove); 2. Berada pada lokasi sektar <200 m dari garis pantai; 3. Terletak di daerah dengan jenis tanah alluvial pantai; 4. Terletak pada kemiringan antara 0-5 % dan pada ketinggian < 5 m; 5. Terletak pada daerah tergenang periodik; 6. Terletak pada daerah dengan ketersediaan air payau. c. Kriteria untuk kawasan wisata 1. Jarak dari pantai minimal 1 km; 2. Jenis penggunaan lahan merupakan lahan terbuka, tegalan, sawah; 3. Tipe pantai/ jenis tanah berpasir; 4. Tingkat kerawanan bencana rendah. 4. Sintesis Peta komposit hasil overlay yang diperoleh dari analisis kesesuaian lahan untuk mangrove, tambak, dan wisata kemudian dioverlay kembali sehingga mendapat peta komposit akhir yang akan digunakan untuk menyusun alternatif perencanaan dalam bentuk rencana blok. Proses overlay tersebut dapat dilihat pada Gambar 14. Kemudian menentukan konsep dasar dari perencanaan ini dan dituangkan ke dalam rencana blok. Pembuatan block plan dilakukan dengan pembagian zona pada tapak berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dengan memperhatikan

31 peluang hazard maupun dampak yang ada. Untuk perencanaan lanskap kawasan wisata tambak sintesis dilakukan berorientasi untuk pemeliharaan kualitas dan perbaikan kualitas. Kesesuaian Lahan Untuk Wisata Kesesuaian Lahan Untuk Tambak Peta Kesesuaian Lahan Untuk Perencanaan Lankap Kawasan Wisata Tambak di Kawasan Pesisir Kecamatan Punduh Pidada Kesesuaian Lahan Untuk Mangrove Gambar 15. Overlay dari Peta Komposit Evaluasi Kesesuaian Lahan 5. Perencanaan Dari sintesis kemudian dilakukan perencanaan pembagian ruang, aktivitas, jenis RTH, fungsi RTH dan jenis vegetasi. Dalam pembagian ruang, aktivitas, jenis RTH, fungsi RTH, dan jenis vegetasi tersebut dilakukan berdasarkan konsep yang sebelumnya telah dibuat. Perencanaan ini difokuskan pada perencanaan lanskap kawasan wisata tambak di kawasan pesisir Kecamatan Punduh Pidada, dengan memperhatikan kawasan mangrove dan ruang terbuka hijau lainnya.