METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan
|
|
- Hendri Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 27 METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan Pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi yang terjadi pada tiap waktu membutuhkan peningkatan kebutuhan akan ruang. Di sisi lain luas ruang sifatnya tetap, walaupun dari sisi komposisi baik fisik, ekonomi dan sosial akan selalu berubah seiring dengan perubahan pemanfaatan ruang. Begitupun juga dengan perkembangan yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang yang disebabkan oleh adanya perubahan dari aktivitas penduduk wilayah dalam memanfaatkan ruang yang ada. Perubahan pemanfaatan ruang yang ada ini jika tidak memperhitungkan keseimbangan geobiofisik dapat berakibat pada kemubaziran dan dampak bencana alam yang akan terjadi seperti banjir, longsor dan lain sebagainya. Selama ini hutan dan kawasan lindung lainnya telah mengalami degradasi akibat adanya tekanan yang berat berupa eksploitasi yang berlebihan serta okupasi untuk pemanfaatan lahan lainnya pada pada lahan yang tidak bertuan terlebih lagi pada era otonomi daerah dimana pengurusan hutan telah diberikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten. Mengingat fungsi hutan dan kawasan lindung lainnya yang sangat vital bagi keberlangsungan hidup manusia maka sudah seharusnya ditentukan luas minimum kawasan bervegetasi yang harus ada di suatu wilayah termasuk arahan spasialnya yang dapat menjamin keberlanjutan proses pembangunan dalam arti mampu meminimalkan kemungkinan-kemungkinan bencana yang muncul. Dalam kajian ini, kondisi wilayah Kabupaten dianalisis secara spasial untuk menentukan kawasan hutan dan kawasan lindung yang sesuai karakteristik dan kondisi biofisiknya harus tetap dipertahankan demi menjamin kelestarian lingkungan dan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya alam di Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Dokumen Perencanaan Tata ruang (RTRW) Kabupaten Deli Serdang yang saat ini secara legal digunakan diperbandingkan dengan analisisis hasil kajian dari kawasan lindung dimaksud berdasarkan parameter fisik dari sumber data yang ada dan
2 28 dihasilkan sebaran dan besaran ketidaksesuaian fungsi lindung di Kabupaten Deli Serdang. Kerangka pendekatan ini dilakukan dengan suatu pendekatan sistem sebagaimana tertera pada Gambar 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, yang secara geografis terletak diantara koordinat 2 o 57 sampai dengan 3 o 16 Lintang Utara serta 98 o 33 sampai dengan 99 o 27 Bujur Timur dengan luas wilayah administrasi seluas ha yang terdiri dari 22 Kecamatan, 14 Kelurahan dan 389 Desa. Adapun batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Deli Serdang, dapat diuraikan sebagai berikut : Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kab. Karo dan Kab. Simalungun. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kab. Langkat dan Kab. Karo. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kab. Serdang Bedagai. Penelitian dilaksanakan selama lima (5) bulan mulai bulan Juni sampai dengan Oktober 2007.
3 29 " # # % # $ #! Gambar 1. Diagram Alir Pendekatan Penelitian
4 30 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dikumpulkan dari berbagai instansi sesuai dengan atribut yang akan dikaji, yaitu dari Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, Badan Meteoriologi dan Geofisika, Biro Pusat Statistik (BPS), Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat dan Departemen Kehutanan. Data yang dikumpulkan berupa peta-peta, peraturan/perundangan yang berlaku dan data numerik lainnya. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian No Jenis Data Skala Sumber 1. Fisik Peta Administrasi Peta RBI Peta Jenis Tanah Peta/Data Curah Hujan Peta Sungai Peta RTRW Kabupaten Peta RTRW Propinsi Peta Kawasan Hutan Peta Kawasan Mangrove Peta landcover/landuse tahun 2005 Peta Kerentanan Tanah Prop.Sumut Lokasi sebaran mata air 1 : : : : : : : : : : : Bappeda Kab. Deli Serdang BP DAS Medan PPTA Bogor BMG-Sampali Medan BP DAS Medan Bappeda Kab. Deli Serdang Bappeda Prop. Sumut BPKH Medan BP DAS Medan BP DAS Medan Distamben Sumut Dishut Kab. Deli Serdang 2. Data Kependudukan dan Sosial Ekonomi BPS Kab. Deli Serdang 3. Peraturan dan kebijakan yang terkait dengan penataan ruang, hutan dan kawasan lindung BPKH/ Bappeda Kab. Deli Serdang
5 31 Analisis Data Penyusunan Basis Data Data masukan yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini terdiri dari dua kategori, yaitu data spasial berupa data grafis peta dan data numerik berupa data tabular. Sebelum dapat dilakukan operasi tumpang tindih (overlay) dengan menggunakan sistem informasi geografis (SIG), diperlukan proses pemasukan data kedalam bentuk digital. Peta yang masih berwujud manual dirubah kedalam bentuk digital dengan melakukan digitasi secara layar (on screen digitation) dan dikuti dengan pemasukan data atribut. Terhadap peta yang memiliki sistem koordinat berbeda dilakukan tranformasi koordinat, sehingga terusun basis data spasial dengan koordinat yang sama. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara mengelompokkan data berdasar temanya, memanggil data dan mengklasifikasi ukuran data dan menumpangtindihkan data (overlay). Operasi yang dilakukan berupa dissollve, merge, clip, intersect, union dan pemanfaatan X tools untuk menghitung luasan area. Analisis Kawasan Hutan Metode yang digunakan dalam analisis kawasan hutan terdiri dari beberapa metode antara lain : 1. Analisis kawasan hutan berdasarkan penunjukan kawasan hutan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 44/Menhut-II/2003 tanggal 16 Pebruari 2003 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Propinsi Sumatera Utara. Teknik analisis yang dilakukan adalah dengan melakukan overlay antara peta administrasi Kabupaten Deli Serdang dengan peta penunjukan dimaksud. 2. Analisis kawasan hutan berdasarkan proses skoring terhadap parameter fisik wilayah sesuai dengan kriteria Departemen Kehutanan. Analisis dilakukan dengan mengevaluasi wilayah terhadap 3 (tiga) parameter penentu fisik wilayah yaitu kemiringan lereng, jenis tanah dan intensitas curah hujan
6 32 dengan melakukan pembobotan pada masing-masing faktor tersebut sesuai dengan kriteria pembobotan yang dilakukan oleh Badan Planologi Departemen Kehutanan (Santoso dan Hinrichs, 2000). Kriteria pembobotan pada masing-masing parameter tersebut tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Kriteria pembobotan parameter fisik berdasarkan skoring Nilai Kemiringan Intensitas curah Jenis tanah lereng hujan (mm/hari) kelas (bobot = 20) (bobot = 15) (bobot = 10) % Alluvial, tanah Glei, Planosol, Hidromorf 13, % Latosol 13,6-20, % % 5 >40 % Brown Forest Soil, Non Calcic, Brown, Podsolik Andosol, laterit, Grumusol, Podsol, Podsolik Regosol, Litosol, Organosol, Renzina 20,7-27,7 27,7-34,8 >34,8 Nilai skoring untuk masing-masing parameter ditentukan dengan mengalikan nilai kelas yang relevan dengan angka bobotnya. Skoring akhir ini merupakan nilai indeks wilayah dari suatu kawasan yang kemudian dievaluasi untuk menentukan fungsi kawasan seperti tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Indeks wilayah dan klasifikasi fungsi kawasan No Indeks wilayah Klasifikasi fungsi Hutan produksi Hutan poduksi terbatas 3 Lebih dari 175 Hutan lindung 3. Analisis kawasan hutan berdasarkan kemampuan lahan dari suatu wilayah. Analisis ini dilakukan dengan membuat klasifikasi kemampuan lahan dengan metode faktor penghambat. Kriteria yang dipakai adalah dengan menilai potensi lahan bagi penggunaan secara umum dengan membagi lahan kedalam sejumlah kecil kategori yang dirunut jumlah dan intensitas faktor penghambat yang berpengaruh yang mengacu kepada Klingebiel dan Montgomery (1973). Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan hutan berdasarkan analisis ini adalah kawasan dengan kemampuan lahan kelas VII dan VIII. Kelas
7 33 kemampuan lahan VII dan VIII ini dihasilkan dari pengklasifikasian kualitas lahan dari karakteristik lahan penciri yaitu; tekstur tanah, permeabilitas, lereng permukaan, drainase, kedalaman efektif tanah, tingkat erosi yang terjadi, serta faktor khusus (batuan dan ancaman banjir) (Arsyad, 1979). 4. Analisis kawasan hutan berdasarkan analisis penutupan lahan (vegetasi) pada kawasan hutan. Analisis ini dilakukan untuk mengevaluasi terhadap keberadaan atau kondisi eksisting kawasan hutan pada saat ini. Teknik analisis ini dilakukan melalui overlay antara data/peta kawasan dengan peta vegetasi (tutupan lahan) yang masih berupa hutan berdasarkan hasil interpretasi citra landsat ETM.. Secara ringkas proses analisis data disajikan pada Gambar 2. Peta Administrasi Peta RBI Peta Jenis Tanah Peta/Data Curah Hujan Peta Kontur Peta Sungai Peta RTRW Kabupaten Peta RTRW Propinsi Peta Kawasan Hutan Peta Kawasan Mangrove Data sebaran mata air Peta Penggunaan lahan Overlay, skoring, Buffering Analisis Kawasan Hutan Data SK Menhut Analisis Skoring Fisik Kawasan Analisis Kemampuan Lahan Analisis Tutupan Lahan Peta Arahan Kawasan Hutan Gambar 2. Proses Analisis Kawasan Hutan
8 34 Analisis Kawasan Lindung Analisis kawasan lindung dilakukan berdasarkan kriteria penentuan kawasan lindung menurut Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Teknik analisis penentuan kawasan lindung yang dilakukan adalah dengan cara melakukan overlay data/peta kondisi biofisik Kabupaten sesuai dengan kriteria penetapan kawasan lindung berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990 seperti tertera pada Tabel 5 dan di cross tabulasikan dengan peta administrasi Kabupaten. - Kawasan hutan lindung Penentuan kawasan hutan lindung dilakukan dengan cara melakukan indeks wilayah dan klasifikasi fungsi kawasan yang memiliki nilai lebih dari 175, memiliki ketinggian lebih dari 2000 meter serta memiliki kemiringan lebih dari 40 %. Teknik yang dilakukan adalah dengan melakukan overlay peta kawasan hutan dengan peta ketinggian dan kemiringan lereng. - Sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan sekitar mata air/danau Penentuan sempadan sungai, sempadan pantai dan kawasan sekitar mata air/danau dilakukan dengan membuat buffer pada sungai, pantai dan mata air/danau. Proses buffering dilakukan untuk menentukan kawasan lindung pada kawasan dimaksud. Besarnya buffer dilakukan sepanjang meter untuk sungai, 100 meter untuk pantai serta 200 meter untuk kawasan mata air. - Kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam Penentuan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam diperoleh dari peta kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh Departemen Kehutanan, serta informasi lainnya. - Peta rawan bencana Penentuan kawasan rawan bencana didekati dengan peta kerentanan tanah yang telah dibuat oleh Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sumatera Utara. Peta kerentanan tanah ini memuat informasi mengenai zona kawasan yang rawan, agak rawan dan tidak rawan terhadap bencana longsor dari berbagai parameter fisik.
9 35 - Peta kawasan hutan bakau Penentuan kawasan hutan bakau diperoleh dari peta kawasan mangrove yang telah ada, yang diperoleh dari Departemen Kehutanan Tabel 5. Kriteria kawasan lindung menurut Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 Kriteria - kriteria Kawasan hutan dengan lereng, jenis tanah, intensitas hujan harian rata-rata dengan skor melebihi 175 Kawasan hutan dengan lereng melebihi 40 % Jalur pengaman sungai, minimal 100 m kanan kiri sungai besar dan 50 m kanan kiri anak sungai diluar pemukiman Pelindung mata air, minimal 200 meter disekeliling mata air Pelindung sempadan pantai, minimal 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat Pelindung danau/waduk, meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat Kawasan rawan bencana, yaitu yang berpotensi mengalami longsor, letusan gunung berapi dan gempa bumi Kawasan hutan dengan ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut Kawasan gambut dihulu sungai dengan tebal 3 meter atau lebih Kawasan resapan air, yaitu daerah dengan curah hujan tinggi mempunyai geomorfologi dan struktur tanah yang mudah meresapkan air secara besarbesaran Kawasan hutan bakau, minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah kearah darat Kawasan suaka alam, taman nasional dan cagar budaya
10 36 Secara ringkas proses analisis data dapat dilihat pada Gambar 3. Peta Administrasi Peta RBI Peta Jenis Tanah Peta/Data Curah Hujan Peta Kontur Peta Sungai Peta RTRW Kabupaten Peta RTRW Propinsi Peta Kawasan Hutan Peta Kawasan Mangrove Data sebaran mata air Peta Penggunaan lahan Peta Kerentanan Tanah Overlay, skoring, Buffering Analisis Kawasan Lindung (Keppres No.32/1990) Peta Arahan Kawasan Lindung Gambar 3. Proses Analisis Kawasan Lindung Analisis Kemungkinan Penyimpangan Fungsi Kawasan Lindung Analisis kemungkinan penyimpangan fungsi kawasan lindung dilakukan dengan Teknik overlay antara : 1. Peta rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten dan peta rencana tata ruang wilayah (RTRW) Propinsi dengan penggunaan lahan eksisting. 2. Peta rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten dan peta rencana tata ruang wilayah (RTRW) Propinsi dengan peta arahan kawasan lindung. 3. Peta arahan kawasan lindung dengan kondisi penggunaan lahan eksisting. Berdasarkan analisis ini akan diketahui prosentase kemungkinan penyimpangan pemanfaatan kawasan lindung di Kabupaten Deli Serdang.
11 37 Analisis Tekanan Penduduk Analisis tekanan penduduk dilakukan untuk mengidentifikasi ketergantungan penduduk terhadap lahan, terutama kemungkinan terhadap degradasi hutan dan degradasi kawasan lindung lainnya. Tekanan penduduk disebabkan karena lahan pertanian disuatu daerah tidak cukup untuk mendukung kehidupan penduduk pada tingkat yang dianggap layak, sehingga penduduk berusaha untuk mendapatkan tambahan pendapatan antara lain dengan membuka lahan baru (UML, 2005) Nilai tekanan penduduk dihitung dengan menggunakan persamaan yang dilakukan oleh Soemarwoto (1985) dengan satuan analisis wilayah desa, sebagai berikut : ft P0 (1+r) t PPt = Zt Lt Dimana : PPt = Indeks tekanan penduduk Zt P0 Ft r t Lt = Luas lahan minimal per petani untuk dapat hidup (ha/orang) = Jumlah penduduk pada t0 (jiwa) = Proporsi petani dalam populasi = Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun = Rentang waktu dalam tahun = Total luas lahan pertanian (ha) Nilai indeks tekanan penduduk merupakan faktor yang mendorong penduduk untuk melakukan perluasan lahan. Nilai ini baru berarti jika nilainya lebih besar dari 1 (satu). Penyajian Hasil Data spasial dan hasil analisis dipetakan menggunakan software Arcview 3.3, serta disajikan dengan koordinat UTM dan tidak semua objek digambarkan pada peta, hal ini dimaksudkan untuk memperjelas gambar pada peta. Skala peta
12 38 menggunakan skala grafis, disesuaikan dengan ukuran media kertas yang digunakan untuk pembuatan peta, dan data tabular setiap poligon disajikan dalam bentuk tabel. Batasan-Batasan Beberapa batasan dalam kajian ini adalah : 1. Wilayah kajian adalah Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. 2. Data biofisik dan sosial ekonomi disajikan dalam batas wilayah administrasi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang. 3. Arahan kawasan hutan adalah peruntukan kawasan hutan yang harus tetap dipertahankan dengan kondisi eksisting hutan sesuai dengan analisis kondisi biofisik di wilayah Kabupaten Deli Serdang. 4. Arahan kawasan lindung adalah peruntukan kawasan tertentu dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup sesuai dengan Peraturan Pemerintah. 5. Dokumen perencanaan tata ruang (RTRW) Kabupaten Deli Serdang yang saat ini secara legal digunakan adalah RTRW Kabupaten Deli Serdang tahun dan RTRW Propinsi Sumatera Utara tahun di wilayah Kabupaten Deli Serdang. 6. Kondisi eksisting wilayah Kabupaten Deli Serdang didasarkan dari peta landuse/landcover tahun Luasan wilayah hasil kajian didasarkan atas perhitungan di dalam peta yang telah dikonversi dengan luas wilayah administrasi Kabupaten yang telah ditetapkan.
EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Firman Farid Muhsoni Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo JL. Raya Telang
Lebih terperinciIII. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian
16 III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian Ruang lingkup dan batasan-batasan kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Wilayah kajian adalah wilayah administratif Kabupaten b.
Lebih terperinciGambar 7. Peta Lokasi Penelitian
19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang sempadan Sungai Ciliwung, Kota Bogor (Gambar 7). Panjang Sungai Ciliwung yang melewati Kota Bogor sekitar 14,5 km dengan garis
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º
Lebih terperinciTema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan
Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan 3 Nilai Tanah : a. Ricardian Rent (mencakup sifat kualitas dr tanah) b. Locational Rent (mencakup lokasi relatif dr tanah) c. Environmental Rent (mencakup sifat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah
25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data
Lebih terperinciKESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA
KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA Asmirawati Staf Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba asmira_st@gmail.com ABSTRAK Peningkatan kebutuhan lahan perkotaan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai tambang timah rakyat dilakukan di Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS
27 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o 40 30 LS-6 o 46 30 LS dan 106
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 837/Kpts/Um/11/1980 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN HUTAN LINDUNG
SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 837/Kpts/Um/11/1980 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN HUTAN LINDUNG MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa untuk lebih mantap dan tertibnya tata cara penetapan
Lebih terperinci19 Oktober Ema Umilia
19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013
ANALISIS SPASIAL ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN KEKRITISAN LAHAN SUB DAS KRUENG JREUE Siti Mechram dan Dewi Sri Jayanti Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian
20 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu 4 bulan, pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012. Persiapan dilakukan sejak bulan Maret 2011
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi
Lebih terperinciGambar 7. Lokasi Penelitian
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat sebagai daerah penelitian yang terletak pada 6 56'49''-7 45'00'' Lintang Selatan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan
Lebih terperinciKeputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha yang memanfaatkan potensi sumberdaya lahan secara maksimal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik serta alatalat tertentu(surakhmad
Lebih terperinciSTUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ALDILA DEA AYU PERMATA - 3509 100 022 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni
Lebih terperinciPeta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung
50 BAB VI SINTESIS Untuk menetapkan zonasi perencanaan tapak diterapkan teori Marsh (2005) tentang penataan ruang pada Daerah Aliran Sungai (DAS) yang membagi tapak menjadi tiga satuan lahan, yaitu Satuan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur
Lebih terperinciAnalisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)
Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten ) Arfina 1. Paharuddin 2. Sakka 3 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Unhas Sari Pada penelitian ini telah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi
TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun
Lebih terperinciGambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi
BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas
Lebih terperinciBAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA
PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan
Lebih terperinciGambar 3 Peta lokasi penelitian
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian mengenai kajian penentuan rute kereta api yang berwawasan lingkungan sebagai alat transportasi batubara di Propinsi Kalimantan Selatan ini dilaksanakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai Timur dan Pantai Barat. Salah satu wilayah pesisir pantai timur Sumatera Utara adalah Kota Medan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan wilayah yang didominasi oleh permukiman, perdagangan, dan jasa. Perkembangan dan pertumbuhan fisik suatu kota dipengaruhi oleh pertambahan penduduk,
Lebih terperinci12. Tarigan, Robinson Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara : Jakarta. 13. Virtriana, Riantini. 2007, Analisis Korelasi Jumlah Penduduk
DAFTAR PUSTAKA 1. Andries, Benjamin. 2007. Pengembangan Metode Penilaina Tanah dengan Mempertimbangkan Aspek Ekonomi, Sosial dan Lingkungan untuk Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai Fungsi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa
Lebih terperinciAnalisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)
Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten ) Risma, Paharuddin, Sakka Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Unhas risma.fahrizal@gmail.com Sari Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan suatu kejadian dan fenomena baik alam non alam dan sosial yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan kehidupan
Lebih terperinciMETODOLOGI. dilakukan di DAS Asahan Kabupaen Asahan, propinsi Sumatera Utara. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inventarisasi Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian dan penelitian lapangan dilakukan di DAS Asahan Kabupaen Asahan,
Lebih terperinciAnalisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting
Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Artikel Ilmiah Diajukan kepada Program Studi Sistem Informasi guna memenuhi
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan menegaskan bahwa air beserta sumber-sumbernya, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak
Lebih terperinci3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DALAM EVALUASI DAERAH RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN BANJARNEGARA (Studi Kasus di Gunung Pawinihan dan Sekitarnya Sijeruk Kecamatan Banjarmangu Kabupaten
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi
KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
11 BAB BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Studi mengenai perencanaan lanskap pasca bencana ini dilakukan di kawasan Situ Gintung dengan luas areal 305,7 ha, yang terletak di Kecamatan Ciputat
Lebih terperinciANALISIS PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN RESAPAN AIR DI KELURAHAN RANOMUUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO
ANALISIS PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN RESAPAN AIR DI KELURAHAN RANOMUUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO Erlando Everard Roland Resubun 1, Raymond Ch. Tarore 2, Esli D. Takumansang 3 1 Mahasiswa S1 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya
Lebih terperinciANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PERKEBUNAN DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PERKEBUNAN DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Delvi Yanti 1, Feri Arlius 1, Waldi Nurmansyah 2 1 Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas-Padang
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DENGAN SIG (STUDI KASUS: KECAMATAN TUTUYAN)
HASIL PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KESESUAIAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DENGAN SIG (STUDI KASUS: KECAMATAN TUTUYAN) Sri Rezeki Mokodompit 1, Ir. Sonny Tilaar MSi², & Raymond
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Metode dalam penelitian ini adalah Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku atau laporanlaporan yang ada hubungannya
Lebih terperinciANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG
ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG Oleh : Muhammad 3615100007 Friska Hadi N. 3615100010 Muhammad Luthfi H. 3615100024 Dini Rizki Rokhmawati 3615100026 Klara Hay 3615100704 Jurusan Perencanaan
Lebih terperinciARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN DI KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR
ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN DI KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR Oleh : AJENG DHIOS YAYUNG PERMATA SUCI L2D 005 337 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciGambar 9. Peta Batas Administrasi
IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur
Lebih terperinciV KESESUAIAN KAWASAN UNTUK PERMUKIMAN DI DAS CILIWUNG HULU
91 V KESESUAIAN KAWASAN UNTUK PERMUKIMAN DI DAS CILIWUNG HULU 5.1. Pendahuluan Pembangunan berkelanjutan bertumpu pada kemampuan daya dukung lingkungan (Rees 1996; Khanna et al. 1999; Richard 2002). Lahan
Lebih terperinciProsiding SEMINAR NASIONAL. Banda Aceh, 19 Maret 2013
SEMINAR Prosiding NASIONAL ISBN: 978-979-8278-89-1 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat Menuju Hutan Aceh Berkelanjutan Keynote Speaker Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan RI) Pengantar Zaini
Lebih terperinciPenelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Mousafi Juniasandi Rukmana E
PEMODELAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN LAHAN UNTUK EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI OPAK HULU Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut
IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan ekowisata hutan lindung mangrove dan penangkaran buaya di Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara mempunyai kewenangan untuk memanfaatkan sumber daya alamnya untuk pembangunan. Pada negara berkembang pembangunan untuk mengejar ketertinggalan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang selalu bergerak dan saling menumbuk.
Lebih terperinci3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi
3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware
Lebih terperinciARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG
Sidang Ujian PW 09-1333 ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG IKA RACHMAWATI SURATNO 3606100051 DOSEN PEMBIMBING Ir. SARDJITO, MT 1 Latar belakang Luasnya lahan
Lebih terperinciAnalisis DAS Sambong Dengan Menggunakan Aplikasi GIS
Analisis DAS Sambong Dengan Menggunakan Aplikasi GIS 1) Moh Arif Bakhtiar E 1) Dosen Fakultas Teknik Universitas MerdekaMadiun Abstract Watershed management becomes an important effort for development
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah
Lebih terperinciKAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE
KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE 1 Cindy Tsasil Lasulika, Nawir Sune, Nurfaika Jurusan Pendidikan Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo e-mail:
Lebih terperinciAMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.
AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UULH = Undang-Undang Lingkungan Hidup no 23 Tahun 1997, yang paling baru adalah UU no 3 tahun 2009 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana ekologis seperti bencana banjir, tanah longsor, kekeringan setiap saat melanda Negara Indonesia. Bencana tersebut menimbulkan kerugian baik harta benda bahkan
Lebih terperinciDasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman
Lebih terperinciGeo Image (Spatial-Ecological-Regional)
Geo Image 4 (1) (2015) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage ANALISIS KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN DI KABUPATEN BOYOLALI
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur
Lebih terperinciGambar 2. Lokasi Studi
17 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi Studi Studi ini berlokasi di Kawasan Sungai Kelayan di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sungai Kelayan terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan (Gambar 2).
Lebih terperinciARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KECAMATAN BUNGKU TENGAH KABUPATEMOROWALI MENGGUNAKAN METODE GIS
ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KECAMATAN BUNGKU TENGAH KABUPATEMOROWALI MENGGUNAKAN METODE GIS Oleh : SYAHRUL 45 07 042 008 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS 45 MAKASSAR
Lebih terperinci10. PEMBOBOTAN (WEIGHTING)
S k o r i n g 56 10. PEMBOBOTAN (WEIGHTING) Pembobotan merupakan teknik pengambilan keputusan pada suatu proses yang melibatkan berbagai faktor secara bersama-sama dengan cara memberi bobot pada masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.
BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai wilayah secara
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78
Identifikasi Daerah Rawan Tanah Longsor Menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis) Dr. Ir. M. Taufik, Akbar Kurniawan, Alfi Rohmah Putri Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciPEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO
PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO Iqbal L. Sungkar 1, Rieneke L.E Sela ST.MT 2 & Dr.Ir. Linda Tondobala, DEA 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Provinsi Sumatera Barat (Gambar 5), dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Kota merupakan salah satu dari
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI
-157- LAMPIRAN XXII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SINJAI TAHUN 2012-2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI A. KAWASAN
Lebih terperinciPEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Siti Maulidah 1, Yuswanti Ariani Wirahayu 2, Bagus Setiabudi Wiwoho 2 Jl. Semarang 5
Lebih terperinciDasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman
Lebih terperinciPENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani
ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani Abstrak Daerah penelitian adalah DAS Deli yang meliputi tujuh subdas dan mempunyai luas
Lebih terperinciLAMPIRAN DATA Lampiran 1. Matriks Pendapat Gabungan Berdasarkan Kriteria Faktor Utama Penyebab Banjir
LAMPIRAN DATA Lampiran 1. Matriks Pendapat Gabungan Berdasarkan Kriteria Faktor Utama Penyebab Banjir Faktor Penyebab Banjir ta 1 ta 2 ta 3 ta 4 RG VP Curah hujan 0.315 0.057 0.344 0.359 0.217 0.261 Jenis
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang
BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah
Lebih terperinciKONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha)
B A B KONDISI GEOGRAFIS 3.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Sumedang terletak antara 6º44 70º83 Lintang Selatan dan 107º21 108º21 Bujur Timur, dengan Luas Wilayah 152.220 Ha yang terdiri dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah di wilayah Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah di wilayah Indonesia, Kabupaten Lamongan sangat perlu penggalian akan potensi daerah, terutama untuk pembuatan perencanaan
Lebih terperinciKAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO
Sabua Vol.6, No.2: 215-222, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Arifin Kamil 1, Hanny Poli, 2 & Hendriek H. Karongkong
Lebih terperinciEVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERUNTUKAN KAWASAN PERMUKIMAN, INDUSTRI, MANGROVE WILAYAH PESISIR UTARA SURABAYA TAHUN 2010 DAN 2014
Evaluasi Kesesuaian Lahan Peruntukan Kawasan Permukiman, Industri, Mangrove Wilayah Pesisir Utara Surabaya Tahun 2010 dan 2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERUNTUKAN KAWASAN PERMUKIMAN, INDUSTRI, MANGROVE
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2014
PEMANFAATAN SIG UNTUK MENENTUKAN LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN (Studi Kasus Kabupaten Boyolali) Yoga Kencana Nugraha, Arief Laila Nugraha, Arwan Putra Wijaya *) Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia dikenal sebagai sebuah negara kepulauan. Secara geografis letak Indonesia terletak pada 06 04' 30"LU - 11 00' 36"LS, yang dikelilingi oleh lautan, sehingga
Lebih terperinciPOTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK
1 POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi DAS Deli berdasarkan evaluasi kemampuan
Lebih terperinciGambar 3.16 Peta RTRW Kota Bogor
Gambar 3.16 Peta RTRW Kota Bogor 39 Gambar 3.17 Peta RTRW Kabupaten Bogor 40 Gambar 3.18 Peta RTRW Kota Depok 41 Gambar 3.19 Peta RTRW Kota Tangerang 42 Gambar 3.20 Peta RTRW Kabupaten Tengarang 43 Gambar
Lebih terperinciKAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN WONOSOBO TUGAS AKHIR
KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN WONOSOBO TUGAS AKHIR Oleh: HEBY RAKASIWI L2D 005 362 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010 ABSTRAK Lahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
11 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan, termasuk hutan tanaman, bukan hanya sekumpulan individu pohon, namun merupakan suatu komunitas (masyarakat) tumbuhan (vegetasi) yang kompleks yang terdiri dari pohon,
Lebih terperinciEvaluasi Kesesuaian Lahan Peruntukan Kawasan Permukiman, Industri, Mangrove Wilayah Pesisir Utara Surabaya Tahun 2010 dan 2014
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2015) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX XXXX Print) 1 Evaluasi Kesesuaian Lahan Peruntukan Kawasan Permukiman, Industri, Mangrove Wilayah Pesisir Utara Surabaya Tahun 2010 dan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.12/MENLHK-II/2015
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN TANAH LONGSOR DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL BERBASIS WEB
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN TANAH LONGSOR DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL BERBASIS WEB 1 Sari Mulyaningsih, 2 Tedy Setiadi (0407016801) 1,2 Program Studi Teknik Informatika Universitas Ahmad
Lebih terperinciINDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN
INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika
Lebih terperinciCindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³
KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN PADA KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG BERAPI DI KOTA TOMOHON Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³ ¹Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik
Lebih terperinci