IV. METODOLOGI. Gambar 14. Peta Orientasi Lokasi Penelitian.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. METODOLOGI. Gambar 14. Peta Orientasi Lokasi Penelitian."

Transkripsi

1 IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada jalur pendakian Gunung Tambora wilayah Kabupaten Bima dan Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan pengamatan lapangan mulai dari bulan Februari sampai dengan April Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14. Peta Orientasi Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Alat Berkaitan dengan kegiatan survei primer dan pengolahan data, alat bantu yang digunakan adalah : 1. Alat fotografi kamera digital. 2. Global Positioning System (GPSmap 60CSx GARMIN). 3. Software GIS ArcView Versi Software Global Mapper Versi 8.

2 Bahan Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data-data digital tematik dari berbagai sumber dan data-data sekunder lainnya. Penelitian ini diawali dengan proses pengambilan data primer dan data sekunder. Data yang dibutuhkan serta teknik analisis yang akan dilakukan sesuai dengan Tabel 4. (1) Data Primer Mendata gambaran umum tentang kondisi eksisting, letak dan posisi jalur wisata Tambora secara geografis dalam wilayah pemerintahan daerah Kabupaten Bima dan Dompu yang merupakan lokasi tempat peneliti melakukan proses pengumpulan data. Untuk memberikan hasil yang optimal dilakukan ground check terhadap objek-objek penelitian, sehingga dapat memperjelas pengamatan dan mengecek apabila terjadi perubahan-perubahan yang tidak terlihat pada peta. (2) Data Sekunder Data-data sekunder yang dikumpulkan : 1. Data keanekaragaman flora dan fauna. 2. Sumber data dan informasi dari instansi dinas keparawisataan : a. Jumlah pendakian Gunung Tambora. b. Potensi ekologi. c. Peninggalan-peninggalan (situs) kerajaan Gunung Tambora. d. Kesejarahan Gunung Tambora. e. Kebudayaan tradisional dan adat istiadat masyarakat Gunung Tambora. f. Aksesibilitas menuju objek wisata. g. Data sarana dan prasarana penunjang wisata yang ada. 3. Data spasial: a. Peta RBI skala 1: digital, standar pemetaan dari Bakosurtanal, format data ArcView (Shapefile). b. Peta Tata Ruang Kabupaten Bima skala 1 : digital. c. Peta Tematik Kehutanan (Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan). d. Peta Tanah skala 1 : e. Peta Land System.

3 43 Tabel 9. Identifikasi Kebutuhan Data dan Teknik nya. TUJUAN STUDI DATA YANG DIPERLUKAN TEKNIK ANALISIS OUTPUT Orientasi Titik Objek SDW (1) Mengidentifikasi potensi SDW (visual) (2) Mengklasifikasikan serta menilai potensi SDW (Ekologi, Arkeologi, Budaya) Orientasi Jalur / Track Wisata (1) Mengidentifikasi Potensi Jalur Wisata (2) Mengklasifikasikan serta menilai kondisi Jalur Wisata (Ekologi, Arkeologi, Budaya) Orientasi Titik Objek SDW (1) Mengetahui Sebaran Objek SDW (2) Mengidentifikasi Potensi SDW Data Primer : - Dokumentasi fotofoto lansekap di tiap titik SDW Potensi tertentu. - Data/Informasi dari Wawancara Masyarakat Deskriptif Kuantitatif Orientasi Titik Objek SDW (1) Data Hasil Identifikasi Potensi SDW (visual) (2) Penilaian bobot dan klasifikasi SDW (Ekologi, Arkeologi, Budaya) Orientasi Jalur / Track Wisata (1) Data Hasil Identifikasi Potensi Jalur Wisata (2) Penilaian bobot dan klasifikasi Jalur Wisata (Ekologi, Arkeologi, Budaya) Orientasi Titik Objek SDW (1) Peta Sebaran Objek SDW (2) Peta Hasil Identifikasi Potensi SDW Orientasi Jalur / Track Wisata (1) Peta Jalur/Track Wisata (2) Peta Hasil Identifikasi Potensi Jalur Wisata Orientasi Jalur / Track Wisata (1) Mengetahui Jalur/Track Wisata (2) Mengidentifikasi Potensi Jalur Wisata Data Primer : - Data Koordinat Objek Wisata - Data Track GPS Jalur Wisata Data Sekunder : Data Spasial Kawasan (Peta administratif, sungai, jalan, penutupan lahan, iklim, tanah, kelerengan, status lahan) - Data Umum Daerah - Data Kunjungan Wisata - Data Spasial Kawasan (administratif, sungai, jalan, penutupan lahan, iklim, tanah, kelerengan, status lahan) Spasial (GIS) Menentukan Lebar Jalur Koridor dan mengidentifikasi panjang dan luas Koridor (1) Menentukan Kesesuaian Lahan Jalur Koridor Wisata Ekologi (2) Menentukan Kesesuaian Lahan Jalur Koridor Wisata Arkeologi (3) Menentukan Kesesuaian Lahan Jalur Koridor Wisata Budaya Kesesuaian Jalur Peta Jalur Koridor dengan buffer 50 meter Peta Kesesuaian Lahan (1) Jalur Koridor Wisata Ekologi (2) Jalur Koridor Wisata Arkeologi (3) Jalur Koridor Wisata Budaya

4 Metode Penelitian Pendekatan Penelitian ini disusun dengan mempertimbangkan aspek jalur wisata ekologi yaitu wisata pendakian Gunung Tambora. Aspek lain yang dipertimbangkan dalam penelitian ini yaitu pengembangan potensi sumberdaya wisata arkeologi dan budaya dalam rangka meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya setempat. Dengan melihat kondisi spesifik lingkungan dan potensi sumberdaya alam serta minimnya kajian wisata di wilayah ini maka penelitian lebih diarahkan untuk menginventarisasi dan mengidentifikasi data dan informasi melalui pendekatan orientasi obyek Sumberdaya Wisata (SDW) dan orientasi jalur wisata. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan: 1. Keragaman atraksi wisata budaya. 2. Keunikan. 3. Kemudahan akses Inventarisasi Potensi Sumberdaya Wisata Inventarisasi potensi sumberdaya wisata adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data serta fakta di lapangan mengenai sumberdaya wisata untuk perencanaan jalur wisata budaya, arkeologi, dan ekologi sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Inventarisasi potensi meliputi: 1. Inventarisasi SDW dan sarana pendukungnya. 2. Pengambilan data letak dan posisi SDW dan sarana pendukungnya secara geografis. 3. Informasi karakteristik alam dan bentuk daya tariknya. Tujuan inventarisasi potensi sumberdaya wisata adalah untuk mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi sebaran obyek wisata yang dipergunakan sebagai bahan perencanaan jalur interpretasi wisata baik budaya, arkeologi, dan ekologi.

5 45 Identifikasi Permasalahan Pada Jalur Wisata Tambora Pengamatan Lapang Data Primer: 1. Data Koordinat Objek Wisata 2. Data Track GPS Jalur Wisata 3. Dokumentasi Visual Potensi SDW 4. Data/Informasi dari Wawancara Masyarakat Studi Pustaka Data Sekunder: 1. Sosial Ekonomi 2. Biofisik 3. Sarana dan Prasarana 4. Lingkungan 5. Rencana Pembangunan Tahap Data Deskriptif Kuantitatif Spasial (GIS) Kesesuaian Lahan Daya Dukung Tahap Jalur Budaya Jalur Arkeologi Jalur Ekologi Sintesis Konsep Ruang Jalur Interpretasi Wisata Yang Berkelanjutan Konsepsi RENCANA PENATAAN JALUR INTERPRETATIF WISATA GUNUNG TAMBORA Perencanaan Gambar 15. Tahapan Penelitian Pengolahan Data (1) Identifikasi Potensi Sumberdaya Wisata Mendata obyek-obyek wisata, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang wisata, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Tujuan dari analisis ini yaitu untuk mengungkapkan fakta di lapangan serta menggali data yang digunakan sebagai informasi untuk mengetahui pola karakteristik dan penilaian sumberdaya wisata.

6 46 Informasi yang diperoleh dari hasil analisis ini digunakan sebagai input untuk merencanakan penempatan sarana prasarana interpretasi wisata yang mampu mendukung pengembangan jalur wisata Tambora dan pengembangan wilayah secara umum. Format tabel untuk identifikasi secara deskriptif kualitatif obyek-obyek wisata yang ditemukan di sepanjang jalur wisata Tambora sesuai Tabel 0. Tabel 10. Format Tabel Identifikasi Deskriptif Setiap Obyek yang Ditemukan. No. Nama Obyek Dokumentasi 1 Dokumentasi 2 1. Deskripsi :.. (2) Penilaian Deskriptif Objek Wisata penilaian deskriptif objek wisata di lakukan dengan mengelompokkan menjadi tiga objek wisata yaitu objek wisata budaya, objek wisata ekologi, dan objek wisata arkeologi. Sumberdaya wisata dinilai dengan menggunakan kriteria Mac Kinnon (1990). Penghitungan klasifikasi kondisi kelayakan masing-masing obyek dan atraksi wisata dilakukan dengan rumus = Σ (Kriteria X Bobot). Hasil penilaian kelayakan masing-masing obyek dan atraksi wisata dilakukan dengan rumus = ((Nt Nr) : 3), dengan Nt = nilai tertinggi objek dan daya tarik wisata, Nr = nilai terendah objek dan daya tarik wisata. Metode penilaian yang digunakan adalah dengan memberikan skor dengan menggunakan Skala Likert (Smith, 1989) terhadap berbagai kriteria jenis sumberdaya wisata yang ada. Secara umum, skala 1, 2, dan 3 secara berurutan menunjukkan nilai kualitatif buruk, sedang, dan baik. (a) Penilaian Obyek Wisata Budaya Kriteria sumberdaya wisata budaya yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah: (1) tingkat keragaman tradisi masyarakat, (2) nilai daya tarik estetika, (3) keunikan sejarah, (4) nilai partisipasi, (5) fungsi sosial, dan (6) kerapatan

7 47 musiman. Kriteria wisata budaya dapat dilihat pada Tabel 11. Selanjutnya penilaian terhadap masing-masing obyek wisata untuk kategori wisata budaya di kawasan Tambora mengikuti format tabel penilaian obyek dan atraksi wisata budaya sesuai Tabel 11. Dari tabel tersebut maka dapat ditentukan obyek-obyek wisata mana saja yang menjadi prioritas untuk dikelola. Hasil penilaian tersebut dievaluasi dan dianalisis lebih lanjut secara spasial GIS. Tabel 11. Kriteria dan Parameter Penilaian Obyek Wisata Budaya. Kriteria No. Budaya 1. Tingkat keragaman tradisi masyarakat 2. Nilai Daya Tarik Estetika 3. Keunikan Sejarah 4. Nilai Partisipasi 5. Fungsi Sosial 6. Kerapatan Musiman Parameter 1 Sangat Rendah Tidak ada aktivitas yang biasa dilakukan 2 Rendah Hanya 1 aktivitas yang biasa dilakukan 3 Cukup Hanya 2 aktivitas yang biasa dilakukan 4 Tinggi Hanya 3 aktivitas yang biasa dilakukan 5 Tinggi sekali Banyak aktivitas yang biasa dilakukan 1 Sangat buruk Terdapat > 5 lokasi tempat lain 2 Buruk Terdapat (3-5) lokasi tempat lain 3 Sedang Terdapat (1-2) lokasi tempat lain 4 Baik Terdapat (1) lokasi tempat lain 5 Sangat baik Hanya ditemui di tempat ini saja 1 Sangat Rendah Terdapat > 5 lokasi tempat lain 2 Rendah Terdapat (3-5) lokasi tempat lain 3 Cukup Terdapat (1-2) lokasi tempat lain 4 Tinggi Terdapat (1) lokasi tempat lain 5 Tinggi sekali Hanya ditemui di tempat ini saja 1 Sangat buruk Tidak ada aktivitas yang biasa dilakukan 2 Buruk Hanya 1 aktivitas yang biasa dilakukan 3 Sedang Hanya 2 aktivitas yang biasa dilakukan 4 Baik Hanya 3 aktivitas yang biasa dilakukan 5 Sangat baik Banyak aktivitas yang biasa dilakukan 1 Sangat buruk Tidak ada aktivitas yang biasa dilakukan 2 Buruk Hanya 1 aktivitas yang biasa dilakukan 3 Sedang Hanya 2 aktivitas yang biasa dilakukan 4 Baik Hanya 3 aktivitas yang biasa dilakukan 5 Sangat baik Banyak aktivitas yang biasa dilakukan 1 Sangat Jarang 1 bulan pertahun 2 Jarang 1-4 bulan pertahun 3 Sedang 4-6 bulan pertahun 4 Sering 6-8 bulan pertahun 5 Sangat Sering 8 bulan pertahun Sumber: Mac Kinnon (1990) (Penyesuaian). Setelah masing-masing obyek wisata budaya berhasil dinilai berdasarkan 6 kriteria yang telah ditentukan maka selanjutnya berdasarkan perhitungan statistik

8 48 percentile ditentukan interval kelas untuk masing-masing kategori penilaian: (1) Rendah (C) = 33,33% atau 1/3, (2) Sedang (B) = 66,66% atau 2/3, dan (3) Baik (A) = 100,00% atau 3/3. (b) Penilaian Obyek Wisata Arkeologi Kriteria sumberdaya wisata arkeologi yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah: (1) daya tarik, (2) keunikan obyek, dan (3) kelangkaan sejarah yang dilakukan mengikuti uraian parameter sesuai dengan Tabel 12. Tabel 12. Kriteria dan Parameter Penilaian Obyek Wisata Arkeologi. Kriteria No. Arkeologi 1. Daya Tarik 2. Keunikan Obyek 3. Kelangkaan Sejarah Parameter 1 Sangat buruk Terdapat > 5 lokasi tempat lain 2 Buruk Terdapat (3-5) lokasi tempat lain 3 Sedang Terdapat (1-2) lokasi tempat lain 4 Baik Terdapat (1) lokasi tempat lain 5 Sangat baik Hanya ditemui di tempat ini saja 1 Sangat Rendah Terdapat > 5 lokasi tempat lain 2 Rendah Terdapat (3-5) lokasi tempat lain 3 Cukup Terdapat (1-2) lokasi tempat lain 4 Tinggi Terdapat (1) lokasi tempat lain 5 Tinggi sekali Hanya ditemui di tempat ini saja 1 Sangat Rendah Terdapat > 5 lokasi tempat lain 2 Rendah Terdapat (3-5) lokasi tempat lain 3 Cukup Terdapat (1-2) lokasi tempat lain 4 Tinggi Terdapat (1) lokasi tempat lain 5 Tinggi sekali Hanya ditemui di tempat ini saja Sumber: Mac Kinnon (1990) (Penyesuaian). Setelah masing-masing obyek wisata budaya berhasil dinilai berdasarkan 6 kriteria yang telah ditentukan maka selanjutnya berdasarkan perhitungan statistik percentile ditentukan interval kelas untuk masing-masing kategori penilaian: (1) Rendah (C) = 33,33% atau 1/3, (2) Sedang (B) = 66,66% atau 2/3, dan (3) Baik (A) = 100,00% atau 3/3. (c) Penilaian Obyek Wisata Ekologi Kriteria sumberdaya wisata ekologi yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah: (1) keunikan, (2) daya tarik, (3) tingkat keragaman aktivitas yang dapat

9 49 dilakukan, (4) rekreasi ruang terbuka, dan (5) kerapatan musiman. Uraian parameter dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Kriteria dan Parameter Penilaian Obyek Wisata Ekologi. Kriteria No. Ekologi 1. Keunikan 2. Daya Tarik 3. Tingkat keragaman aktivitas yang dapat Parameter 1 Sangat Rendah Terdapat > 5 lokasi tempat lain 2 Rendah Terdapat (3-5) lokasi tempat lain 3 Cukup Terdapat (1-2) lokasi tempat lain 4 Tinggi Terdapat (1) lokasi tempat lain 5 Tinggi sekali Hanya ditemui di tempat ini saja 1 Sangat buruk Terdapat >5 lokasi tempat lain 2 Buruk Terdapat (3-5) lokasi tempat lain 3 Sedang Terdapat (1-2) lokasi tempat lain 4 Baik Terdapat (1) lokasi tempat lain 5 Sangat baik Hanya ditemui di tempat ini saja 1 Sangat Rendah Tidak ada aktivitas yang bisa dilakukan 2 Rendah Hanya 1 aktivitas yang bisa dilakukan 3 Cukup Hanya 2 aktivitas yang bisa dilakukan 4 Tinggi Hanya 3 aktivitas yang bisa dilakukan dilakukan 5 Tinggi sekali Banyak aktivitas yang bisa dilakukan 1 Sangat Sedikit Tidak ada aktivitas yang biasa dilakukan 2 Sedikit Hanya 1 aktivitas yang biasa dilakukan 3 Sedang Hanya 2 aktivitas yang biasa dilakukan 4 Banyak Hanya 3 aktivitas yang biasa dilakukan 4. Rekreasi Ruang Terbuka 5. Kerapatan Musiman 5 Sangat Banyak Banyak aktivitas yang biasa dilakukan 1 Sangat Jarang 1 bulan pertahun 2 Jarang 1-4 bulan pertahun 3 Sedang 4-6 bulan pertahun 4 Sering 6-8 bulan pertahun 5 Sangat Sering 8 bulan pertahun Sumber: Mac Kinnon (1990). (Penyesuaian) Setelah masing-masing obyek wisata budaya berhasil dinilai berdasarkan 6 kriteria yang telah ditentukan maka selanjutnya berdasarkan perhitungan statistik percentile ditentukan interval kelas untuk masing-masing kategori penilaian: (1) Rendah (C) = 33,33% atau 1/3, (2) Sedang (B) = 66,66% atau 2/3, dan (3) Baik (A) = 100,00% atau 3/3.

10 50 (3) Spasial (a) Sebaran Spasial Sumberdaya Wisata Menganalisis obyek-obyek wisata yang ada dan mengidentifikasi ketersediaan sarana dan prasarana penunjang wisata dengan menggunakan metode analisis spasial secara deskriptif kualitatif. Dengan metode ini dapat diketahui pola pelayanan secara spasial dari sarana dan prasarana akomodasi yang ada. Ruang lingkup analisis ini yaitu meng-overlay data-data hasil survei dari alat GPSmap 60CSx GARMIN (format *.gpx) ke dalam perangkat komputer untuk selanjutnya dianalisis dengan menggunakan software GIS ArcView Versi 3.3. Data-data hasil survei di lapangan terdiri dari data koordinat titik-titik objek wisata, sarana prasarana pendukungnya, data hasil wawancara, dan informasi deskriptif mengenai kondisi dan hal-hal lain terkait dengan obyek yang diambil termasuk dokumentasi foto. Informasi tersebut dimasukkan ke dalam atribut data spasial. (b) Penentuan Model Sirkulasi Jalur Untuk memperoleh informasi mengenai kondisi aksesibilitas dianalisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Informasi yang diperoleh dari hasil analisis ini digunakan sebagai input untuk merencanakan pengembangan sarana dan prasarana jalur interpretasi wisata yang mampu mendukung pengembangan jalur wisata Tambora dan pengembangan wilayah secara umum. (c) Penentuan Lebar Koridor Konsep ruang wisata yang dikembangkan pada jalur wisata Gunung Tambora berfungsi untuk menjaga kelestarian budaya, sejarah, dan ekologi yang ada pada Gunung Tambora. Konsep ini bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi ruang wisata yang selanjutnya dimanfaatkan dalam bentuk jalur wisata interpretasi. Konsep ruang wisata dibagi atas tiga ruang wisata interpretasi budaya, ruang wisata interpretasi arkeologi, dan jalur wisata interpretasi ekologi. Pada dasarnya jalur wisata interpretasi yang dikembangkan memberikan sebuah perjalanan yang menarik bagi pengunjung untuk kegiatan interpretasi di Gunung Tambora. Konsep

11 51 jalur wisata ini diharapkan bisa memberikan suatu pengalaman yang berharga bagi pengunjung tentang potensi obyek sehingga tumbuh pemahaman, kesadaran, keinginan untuk ikut melindungi dan melestarikannya. Menurut Simonds (1983), dalam touring system perlu mempertimbangkan: 1. Jarak atau waktu tempuh yang merupakan fungsi dari area, sedangkan area merupakan fungsi dari ruang (space), sehingga keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh. 2. Keutuhan, yang menggambarkan keharmonisan dan kesatuan (unity) dari elemen-elemen sehingga elemen-elemen tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri. 3. Sekuen yang menggambarkan urutan terhadap obyek yang mempunyai persepsi kontinyuitas sehingga merupakan pengorganisasian dari elemenelemen pada ruang. Penentuan jalur dilakukan berdasarkan pendekatan sebaran titik (obyek dan atraksi) wisata yang terdapat pada lokasi penelitian Gunung Tambora. Selanjutnya pola sebaran titik (obyek dan atraksi) digunakan untuk menentukan model jalur interpretasi. Setiap obyek merupakan wujud yang dapat dilihat dalam waktu dan ruang. Hal ini menyatakan bahwa objek tidak dapat dipahami seluruhnya secara tepat atau dari beberapa titik tertentu dalam suatu observasi, sehingga dapat menimbulkan suatu kesan (flow of impression). Pola jalur wisata interpretatif menggunakan pendekatan pola rangkaian (sequence) yang diharapkan di dalam melewati jalur bisa merasakan suatu rangkaian dari ruang, dan merasakan ekspresi having continuity. Pada daerah alami, sequence bersifat casual dan bebas (free). Pola sequence pada jalur wisata Gunung Tambora dpat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Pola Sequence.

12 52 Penentuan batas koridor dan analisis ruang sepanjang koridor dilakukan untuk mengetahui peluang dan hambatan yang mungkin terjadi di sepanjang jalur wisata bagi sebuah pengelolaan fisik maupun non fisik. Pada penelitian ini ditetapkan sebuah istilah ruang koridor jalur wisata yang memiliki batasan lebar tertentu yang dalam penelitian ini ditetapkan selebar 50 meter, yaitu masingmasing 25 meter arah kanan dan kiri di sepanjang jalur aksesibilitas. (4) Kesesuaian Lahan (a) Kesesuaian Lahan untuk Jalan Setapak (Paths and Trails) Jalan setapak digunakan untuk lintas alam (cross country). Daerah ini akan digunakan sebagai jalan setapak seperti dalam keadaan aslinya, dan tidak ada pemindahan tanah, baik melalui penggalian maupun penimbunan. Klasifikasi kesesuaian lahan untuk jalan setapak dapat dilihat pada Tabel 14. Hasil penilaian tersebut dievaluasi dan dianalisis lebih lanjut secara spasial untuk menghasilkan peta kesesuaian lahan sepanjang jalur wisata Tambora. Tabel 14. Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Jalan Setapak (USDA, 1968). Sifat Tanah Drainase tanah Kelas Kesesuaian dan Faktor Penghambat Baik Sedang Buruk Agak jelek. Air tanah kurang dari 50 cm Cepat, agak cepat, baik dan agak baik. Air tanah lebih dari 50 cm Jelek, sangat jelek. Air tanah kurang dari 50 cm, sering dekat permukaan Lereng 0-15% 15-25% >25% Tekstur*) tanah Lp, lph, lpsh, l, ld Lli, llip, llid Lip, lid, li permukaan Penutupan Lahan Hutan, Kebun, Belukar, Padang Rumput Kebun, Belukar, Padang Rumput Hanya Belukar/Padang Rumput Sumber: Evaluasi kesesuaian lahan dan perencanaan tataguna lahan, Hardjowigeno, dkk. (2007). Keterangan: *) lp = lempung berpasir, lph = lempung berpasir halus, lpsh = lempung berpasir sangat halus, l = lempung, ld = lempung berdebu, lli = lempung liat, llip = lempung liat berpasir, llid = lempung liat berdebu, pl = pasir berlempung, lip = liat berpasir, lid = liat berdebu, li = liat, dan p = pasir. (b) Kesesuaian Lahan untuk Tempat Berkemah (Camping Ground) Tempat berkemah adalah tempat untuk menginap dengan tenda maupun semua aktivitas di luar kemah (outdoor living). Tanah harus mampu untuk

13 53 dilewati berulang kali oleh kaki manusia dan secara terbatas oleh kendaraan. Klasifikasi kesesuaian lahan untuk tempat berkemah dapat dilihat pada Tabel 15. Pemberian angka bobot setiap parameter dilakukan berdasarkan pada layak tidaknya suatu parameter terhadap suatu bentuk peruntukan lahan tertentu. Besarnya bobot parameter ditunjukan bagi keseluruhan area yang dianalisis. Tabel 15. Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tempat Berkemah (USDA, 1968). Sifat Tanah Drainase tanah Kelas Kesesuaian dan Faktor Penghambat Baik Sedang Buruk Agak baik, dan agak jelek. Air tanah lebih dari 50 cm Cepat, agak cepat, baik dan agak baik. Air tanah lebih dari 75 cm Agak jelek, jelek, sangat jelek. Air tanah kurang dari 50 cm Lereng 0-8% 8-15% >15% Tekstur*) tanah permukaan Lp, lph, lpsh, l, ld Lli, llip, llid, pl, p Lip, lid Sumber: Evaluasi kesesuaian lahan dan perencanaan tataguna lahan, Hardjowigeno, dkk. (2007). Keterangan: *) lp = lempung berpasir, lph = lempung berpasir halus, lpsh = lempung berpasir sangat halus, l = lempung, ld = lempung berdebu, lli = lempung liat, llip = lempung liat berpasir, llid = lempung liat berdebu, pl = pasir berlempung, lip = liat berpasir, lid = liat berdebu, li = liat, dan p = pasir. Secara skematis alur analisis kesesuaian lahan dapat dilihat pada Gambar 17. evaluasi lahan dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kesesuaian, tingkat kemampuan, dan tingkat ketersediaan lahan untuk sarana dan prasarana pendukung sepanjang koridor jalur wisata. Teknik analisis yang dipergunakan di dalam evaluasi lahan ini adalah teknik scoring dan teknik overlay peta yang didasarkan kepada kriteria penetapan kawasan lindung dan budidaya untuk lahan koridor jalur wisata budaya, arkeologi, dan ekologi. Nilai akhir dari kesesuaian lahan diperoleh dengan operasi matematis scoring dan overlay data-data spasial. Data-data spasial dianalisis dengan menggunakan perangkat GIS dengan metode Union sehingga menghasilkan peta kesesuaian lahan. Ilustrasi teknik overlay dapat dilihat pada Gambar 18.

14 54 Tutupan Tutupan Lahan Lahan Jenis Jenis Tanah Tanah Kelerengan Kelerengan Lahan Lahan Drainase Drainase Lahan Lahan Standar Standar Kriteria Kriteria Untuk Untuk Wisata Wisata Ekologi, Ekologi, Budaya Budaya dan dan Arkeologi Arkeologi Teknik Teknik Overlay Overlay Peta Peta Ternatik Ternatik yang yang telah telah diberi diberi Atribut Atribut Skor Skor Skoring Skoring Peta Peta Ternatik Ternatik Berdasarkan Berdasarkan Kriteria Kriteria Lahan Lahan Koridor Koridor Untuk Untuk Wisata Wisata Ekologi, Ekologi, Budaya Budaya dan dan Arkeologi Arkeologi Peta Peta Kesesuaian Kesesuaian Lahan Lahan Koridor Koridor untuk untuk Wisata Wisata Ekologi, Ekologi, Budaya Budaya dan dan Arkeologi Arkeologi Kebutuhan Kebutuhan Pemanfaatan Pemanfaatan Lahan Lahan Koridor Koridor Hasil Hasil Kesesuaian Kesesuaian Gambar 17. Flowchart Kesesuaian Lahan. Gambar 18. Ilustrasi Proses SIG dengan Metode Union. (5) daya dukung Perhitungan untuk Daya Dukung Fisik (PCC = Physical Carrying Capasity) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik tercukupi oleh ruang yang

15 55 disediakan pada waktu tertentu dan dinyatakan dengan rumus (Mowforth dan Munt 1997): PCC = A x V/a x Rf Dimana: A = area yang tersedia untuk digunakan oleh umum. V/a = 1 pengunjung per m 2. Rf = faktor rotasi (jumlah kunjungan per hari).

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Agustus 2007, bertempat di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMB). Taman Nasional Gunung Merbabu

Lebih terperinci

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Gambar 1 Lokasi penelitian. 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012. Gambar

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Studi

Gambar 2. Lokasi Studi 17 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi Studi Studi ini berlokasi di Kawasan Sungai Kelayan di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sungai Kelayan terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan (Gambar 2).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

KAJIAN JALUR WISATA INTERPRETASI GUNUNG TAMBORA PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT (NTB) MAS UDDIN

KAJIAN JALUR WISATA INTERPRETASI GUNUNG TAMBORA PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT (NTB) MAS UDDIN KAJIAN JALUR WISATA INTERPRETASI GUNUNG TAMBORA PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT (NTB) MAS UDDIN SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O G O R 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kuin adalah wilayah sepanjang daerah aliran Sungai Kuin yang terletak di kota Banjarmasin.

Lebih terperinci

KAJIAN JALUR WISATA INTERPRETASI GUNUNG TAMBORA PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT (NTB) MAS UDDIN

KAJIAN JALUR WISATA INTERPRETASI GUNUNG TAMBORA PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT (NTB) MAS UDDIN KAJIAN JALUR WISATA INTERPRETASI GUNUNG TAMBORA PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT (NTB) MAS UDDIN SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O G O R 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu Tika ( 2005:6) survei merupakan suatu metode penelitian

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari 2011 hingga bulan Juni 2011 di Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten (Gambar

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur 16 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Grama Tirta Jatiluhur, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat (Gambar 2 dan 3). Penelitian berlangsung

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus 30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data

Lebih terperinci

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012)

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012) 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 5 Juli 2013, meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan pengamatan lapangan (ground

Lebih terperinci

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Perkampungan Portugis Kampung Tugu Jakarta Utara Lanskap Sejarah Aspek Wisata Kondisi Lanskap: - Kondisi fisik alami - Pola Pemukiman - Elemen bersejarah - Pola RTH

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email

Lebih terperinci

LOGO Potens i Guna Lahan

LOGO Potens i Guna Lahan LOGO Potensi Guna Lahan AY 11 Contents 1 Land Capability 2 Land Suitability 3 4 Ukuran Guna Lahan Pengantar Proses Perencanaan Guna Lahan Land Capability Pemanfaatan Suatu lahan untuk suatu peruntukan

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 33 METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar,

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian 20 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu 4 bulan, pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012. Persiapan dilakukan sejak bulan Maret 2011

Lebih terperinci

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Gambar 7. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat sebagai daerah penelitian yang terletak pada 6 56'49''-7 45'00'' Lintang Selatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia termasuk Negara Kepulauan yang memiliki rangkaian pegunungan dengan jumlah gunung berapi yang cukup tinggi, yaitu sekitar 240 gunung. Diantaranya, sekitar 70

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada gambut yang berada di tengah Kota Sintang dengan luas areal sebesar hektar. Kawasan ini terletak di Desa Baning, Kota Sintang,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI Bahan dan Alat yang Digunakan Data Data Relevan

BAB IV METODOLOGI Bahan dan Alat yang Digunakan Data Data Relevan 4.1. Bahan dan Alat yang Digunakan Bahan yang digunakan sebagai referensi: 1. Citra Landsat 7 ETM dan untuk wilayah Kabupaten Tanah laut. 2. Peta RTRW Kabupaten Tanah Laut. Data lokasi Potensi Sumberdaya

Lebih terperinci

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian 11 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis citra dan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kabupaten Sambas dengan fokus lokasi penelitian pada kawasan pesisir kecamatan Paloh propinsi Kalimantan Barat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Sintang (Gambar 4). Secara geografis Kabupaten Sintang terletak pada 1 0 05 Lintang Utara 1 0 21 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode Survey Deskriptif Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey deskriptif. Metode survey deskriptif merupakan metode untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMB) merupakan salah satu dari taman nasional baru di Indonesia, dengan dasar penunjukkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 135/MENHUT-II/2004

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Lokasi yang dijadikan fokus penelitian berlokasi di TWA Cimanggu Sesuai administrasi pemangkuan kawasan konservasi, TWA Cimanggu termasuk wilayah kerja Seksi Konservasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di kawasan agropolitan Cendawasari, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Kegiatan analisis data dilakukan

Lebih terperinci

Gambar 12. Lokasi Penelitian

Gambar 12. Lokasi Penelitian III. METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalur wisata Puncak, terletak di Kabupaten Bogor. Jalur yang diamati adalah jalur pemasangan reklame yang berdasarkan data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada daerah kajian Provinsi Kalimantan Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Fisik Remote Sensing dan Sistem

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Januari 2010 Februari 2010 di Harapan Rainforest, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kawasan wisata yang dikelola dibawah Perum Perhutani, dan memiliki luas

BAB III METODE PENELITIAN. kawasan wisata yang dikelola dibawah Perum Perhutani, dan memiliki luas 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian. 1. Lokasi. Lokasi penelitian berada di Bumi Perkemahan Ranca Upas, merupakan kawasan wisata yang dikelola dibawah Perum Perhutani, dan memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Luas KHDTK Cikampek adalah 51,10 ha. Secara administratif

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

Lebih terperinci

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Sakti Pulau Nusa Penida Provinsi Bali. Untuk lebih jelas peneliti mencantumkan denah yang bisa peneliti dapatkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 170 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis yang telah penulis lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Sorake,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan

BAB IV METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisis dari studi yang dilakukan terhadap persepsi wisatawan terhadap Objek Wisata Batu Mentas, maka selanjutnya diuraikan kesimpulan dan rekomendasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi mengenai perencanaan lanskap jalur interpretasi wisata sejarah budaya ini dilakukan di Kota Surakarta, tepatnya di kawasan Jalan Slamet Riyadi. Studi ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala 14 III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian berada di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan yang merupakan bagian dari Kawasan Agropolitan Merapi Merbabu, Kabupaten Magelang, Provinsi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Gunung Tambora terletak di Pulau Sumbawa. Gunung ini terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi Selatan sampai Barat Laut) dan Kabupaten Bima (bagian lereng

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini difokuskan pada lahan sagu yang ada di sekitar Danau Sentani dengan lokasi penelitian mencakup 5 distrik dan 16 kampung di Kabupaten Jayapura.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 34 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tentang strategi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat dilaksanakan di beberapa objek dan daya tarik wisata (ODTW) di tujuhbelas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Citra 5.1.1 Kompilasi Citra Penelitian menggunakan citra Quickbird yang diunduh dari salah satu situs Internet yaitu, Wikimapia. Dalam hal ini penulis memilih mengambil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.SUBANG TANPA SKALA TANPA SKALA DESA PASIRJAYA PETA JAWA BARAT LOKASI STUDI

III. METODOLOGI LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.SUBANG TANPA SKALA TANPA SKALA DESA PASIRJAYA PETA JAWA BARAT LOKASI STUDI 14 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Rencana Pengembangan Lanskap Pantai Tanjung Baru sebagai Kawasan Wisata Berbasis Ekologis ini dilaksanakan di Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik. Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Mei Agustus 2008. Tempat

Lebih terperinci

MODEL AMBANG BATAS FISIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS AREA WISATA. Abstrak

MODEL AMBANG BATAS FISIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS AREA WISATA. Abstrak MODEL AMBANG BATAS FISIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS AREA WISATA BERWAWASAN KONSERVASI DI KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO KABUPATEN SEMARANG Rahma Hayati Jurusan Geografi FIS -UNNES Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Upaya untuk penentuan satuan kawasan wisata merupakan suatu pengalokasian beberapa obyek wisata untuk pengembangan wilayah. Dimana hakekatnya SKW merupakan pengelompokan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya 1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik serta alatalat tertentu(surakhmad

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Juli 2012 di area Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Mamberamo Alasmandiri,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk membuat model kesesuaian habitat orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii) dilakukan di Suaka Margasatwa Sungai Lamandau.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pembangunan dan pengembangan wilayah di setiap daerah merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat di wilayah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 55 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Ekologis Kawasan Gambut Karakter ekologis kawasan gambut Baning yang diperhatikan adalah kondisi fisik dan vegetasi dalam kawasan. Karakter ekologis terdiri dari ketebalan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata selama ini terbukti menghasilkan berbagai keuntungan secara ekonomi. Namun bentuk pariwisata yang menghasilkan wisatawan massal telah menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara dalam pengembangan suatu kawasan atau daerahnya. Pengembangan pariwisata ini tidak terlepas dari keberadaan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau peristiwa yang terjadi di muka bumi yang timbul dari aktifitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya,

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. Penelitian ini dilakukan di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-buali (Studi Kasus: Desa Bulu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri Primer Tohpati-Kusamba Terhadap Penggunaan Lahan di Desa Gunaksa Kecamatan Dawan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai Sari Ringgung, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, pada bulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan alasan mengapa penulis mengambil judul dari masalah yang dialami atau disebut juga latar belakang, rumusan masalah dan batasan masalah dari judul

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE JAKARTA, MEI 2005 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o 40 30 LS-6 o 46 30 LS dan 106

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yakni penentuan lokasi untuk TPA sampah. Penentuan lokasi TPA sampah ditentukan sesuai dengan

Lebih terperinci

Gambar 1 Lokasi penelitian (Sumber: Wikimapia.org)

Gambar 1 Lokasi penelitian (Sumber: Wikimapia.org) 10 III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini bertempat di sebidang lahan pertanian di Desa Krajan, Kelurahan Pangulah Utara dan Selatan, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

Contents 11/11/2012. Variabel-variabel Kemampuan Lahan. Land Capability

Contents 11/11/2012. Variabel-variabel Kemampuan Lahan. Land Capability LOGO Contents Potensi Guna Lahan AY 12 1 2 Land Capability Land Suitability Land Capability Klasifikasi Potensi Lahan untuk penggunaan lahan kawasan budidaya ataupun lindung dengan mempertimbangkan faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Metode dalam penelitian ini adalah Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku atau laporanlaporan yang ada hubungannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (UPT BKT Kebun Raya

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta 11 BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian mengenai pengaruh konsep lanskap Keraton terhadap lanskap Kota ini dilakukan pada kawasan Keraton Kesunanan dan kawasan Kota. Peta lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmu geografi, dalam rangka memperoleh pengetahuan yang benar (Widoyo Alfandi,

III. METODE PENELITIAN. ilmu geografi, dalam rangka memperoleh pengetahuan yang benar (Widoyo Alfandi, 21 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian geografi adalah tata cara kerja atau pedoman yang sistematis untuk memahami obyek penelitian geografi, dengan menggunakan alat dan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan ekowisata hutan lindung mangrove dan penangkaran buaya di Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan

Lebih terperinci