V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA 5.1. Perdagangan Internasional Hasil Perikanan Selama lebih dari beberapa dekade ini, sektor perikanan dunia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan. Berdasarkan data International Trade Centre (ITC) dan Kementerian Perdagangan tahun 2010, perdagangan internasional dalam komoditas perikanan mencapai US$ 103 miliar, mengalami kenaikan 13,2 persen dari tahun 2009 (US$ 91 miliar). Meskipun pada tahun 2009 nilai total ekspor mengalami penurunan dari tahun 2008 (US$ 96 miliar), namun angka yang dicapai tersebut masih terhitung tinggi. Sejak tahun 2000, perdagangan internasional di sektor perikanan dunia telah menunjukkan peningkatan secara signifikan (Aisya, et al. 2006). Secara terperinci, data ekspor komoditas perikanan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai Ekspor Perikanan Dunia Tahun 2007-2010 No Negara Nilai (juta US$) Share (%) 2007 2008 2009 2010 2010 1 China 9,508.86 10,364.12 10,500.16 13,539.77 13.03 2 Norway 6,089.74 6,722.43 6,923.22 8,660.35 8.33 3 Thailand 5,614.68 6,487.52 6,208.88 7,012.62 6.75 4 USA 4,387.76 4,364.02 4,075.66 4,544.43 4.37 5 Vietnam 3,764.00 4,510.57 4,253.37 4,368.40 4.20 6 Canada 3,657.84 3,672.86 3,211.09 3,804.87 3.66 7 Netherlands 2,713.90 2,865.08 2,627.14 3,439.00 3.31 8 Spain 3,285.14 3,490.64 3,131.11 3,293.28 3.17 9 Indonesia 2,258.92 2,699.68 2,466.20 2,863.83 2.76 10 Chile 3,166.16 3,409.71 3,010.62 2,846.10 2.74 11 Lainnya 43,678.83 47,780.89 45,209.56 49,575.63 47.69 Total 88,125.83 96,367.51 91,616.99 103,948.26 100.00 Sumber: ITC Comtrade (2011), Kemendag (2011), BPS (2011), (diolah) Berdasarkan Tabel 8, ekspor perikanan dunia dikuasai oleh China sebesar US$ 13,5 miliar pada tahun 2010 dengan kontribusi sebesar 13,03 persen dari ekspor perikanan dunia. Asia Tenggara berkontribusi sebesar 13,71 persen dari ekspor perikanan dunia melalui Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Melalui sepuluh negara eksportir terbesar perikanan dunia tersebut, dapat dilihat bahwa perdagangan internasional hasil perikanan terus meningkat setiap tahunnya. Jika dilihat dari data FAO 2004, perdagangan internasional dalam ekspor komditas
perikanan telah mencapai mencapai US$ 58,2 miliar pada tahun 2002, mengalami kenaikan relatif lima persen pada tahun 2000 dan 45 persen sejak tahun 1992. Peningkatan ekspor perikanan dunia tidak terlepas dari impor perikanan dunia yang tercatat juga terus meningkat setiap tahunnya. Data impor perikanan dunia dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai Impor Perikanan Dunia Tahun 2007-2010 No Negara Nilai (Juta US$) Share (%) 2007 2008 2009 2010 2010 1 USA 12,852.19 13,207.72 12,127.38 13,588.34 13.85 2 Japan 12,099.44 13,305.58 12,114.15 13,463.85 13.72 3 Spain 6,953.18 7,038.11 5,795.99 6,294.02 6.41 4 France 5,091.72 5,507.90 5,257.19 5,590.74 5.70 5 Italy 5,213.11 5,511.88 5,040.30 5,271.60 5.37 6 China 3,505.68 3,716.65 3,660.07 4,449.14 4.53 7 Germany 3,849.13 4,100.53 4,365.10 4,437.00 4.52 8 UK 3,707.57 3,782.90 3,096.68 3,137.74 3.20 9 Hongkong 2,472.44 2,685.91 2,734.49 3,118.58 3.18 10 Sweden 2,333.70 2,569.66 2,451.18 3,086.56 3.15 11 Lainnya 31,203.03 35,445.66 32,540.99 35,678.39 36.36 Total 89,281.19 96,872.50 89,183.52 98,115.95 100.00 Sumber: ITC Comtrade (2011), Kemendag (2011), (diolah) Tabel 9 menunjukkan bahwa sepuluh negara importir perikanan dunia terdiri dari USA, Jepang, Spanyol, Prancis, Italia, Cina, Jerman, Inggris, Hongkong, dan Swedia. Negara lainnya yang termasuk dalam importir perikanan dunia umumnya dikuasai oleh negara-negara Uni Eropa. Lebih dari 70 persen nilai impor dunia telah terkonsentrasi pada tiga wilayah utama, yaitu: Uni Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat. Importir terbesar dari Tabel 9 terlihat dikuasai oleh Amerika Serikat, namun jumlah ini tidak begitu jauh jika dibandingkan dengan Jepang yang juga berkontribusi di atas tiga belas persen terhadap impor perikanan dunia. Pada tahun 2002, melalui data FAO yang diacu dalam data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2009, Jepang pernah menjadi importir perikanan terbesar, yaitu dengan menguasai 22 persen dari nilai impor perikanan dunia. Uni Eropa tercatat tidak jauh berbeda dengan saat ini, dimana impor perikanannya dikuasai oleh Spanyol, Prancis, Italia, Jerman, dan Inggris. 31
5.2. Perkembangan Ekspor Produk Perikanan Indonesia Berdasarkan data statistik ekspor hasil perikanan, selama sepuluh tahun terakhir (2001-2011) volume ekspor produk hasil perikanan Indonesia mengalami kenaikan volume yang cukup baik, namun mengalami penurunan pada tahun tertentu dimana salah satu penyebabnya karena terjadinya krisis keuangan di negara importir utama produk perikanan. Grafik perkembangan volume ekspor produk perikanan Indonesia ditunjukkan pada Gambar 2. 1,400,000 1,200,000 1,103,576 1,159,349 Volume (Ton) 1,000,000 800,000 600,000 487,116 565,739 857,783 907,970 857,922 926,478 854,328 911,674 881,413 400,000 200,000-2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Gambar 2. Grafik Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Tahun 2001-2011 Sumber: BPS (2012), KKP (2012), (diolah) Berdasarkan Gambar 2, total ekspor hasil perikanan Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat baik dari tahun 2001-2011. Meskipun pada tahun 2003-2009 mengalami fluktuasi yang stagnan, namun setelah tahun 2009 volume ekspor hasil perikanan Indonesia kembali meningkat mencapai 1,10 juta ton pada tahun 2010 dan 1,15 juta ton pada tahun 2011 dengan nilai sebesar US$ 2,8 miliar dan US$ 3,5 miliar. Dari total nilai hasil ekspor produk hasil perikanan Indonesia tahun 2011, 66 persen ekspor produk perikanan Indonesia masuk ke pasar tradisional yaitu Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Jumlah ini mengalami penurunan dibanding tahun 2010 yang mencapai 70 persen, namun mengalami peningkatan di pasar prospektif (Asia Tenggara dan Asia Timur) dan pasar potensial (Timur Tengah, Afrika, dan eks Eropa Timur) sebesar 34 persen pada tahun 2011. 32
Komoditas hasil produk perikanan Indonesia yang diekspor meliputi udang, tuna, ikan ekonomis penting lainnya (kerapu, kakap, tenggiri, tilapia, dll), cephalopoda (squid, ocopus, cuttlefish), daging kepiting rajungan, kepiting, rumput laut, teripang, dan lobster. Komoditas perikanan tersebut diolah menjadi produk perikanan (produk akhir) yang dapat dikelompokkan menurut proses penanganan dan atau pengolahannya sebagai berikut: 1) Produk hidup, 2) Produk segar (fresh product) melalui proses pendinginan, 3) Produk beku (frozen product) baik mentah (raw) atau masak (cooked) melalui proses pembekuan, 4) Produk kaleng (canned product) melalui proses pemanasan dengan suhu tinggi (sterilisasi) dan pasteurisasi, 5) Produk kering (dried product) melalui proses pengeringan alami, atau mekanis, 6) Produk asin kering (dried salted product) melalui proses penggaraman dan pengeringan alami, atau mekanis, 7) Produk asap (smoked product) melalui proses pengasapan, 8) Produk fermentasi (fermented product) melalui fermentasi, 9) Produk masak (cooked product) melalui pemasakan/pengukusan, 10) Surimi (based product) melalui proses leaching atau pengepresan (minced). Secara lebih detail, jumlah share ekspor produk hasil perikanan Indonesia berdasarkan kelompok komoditas tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 3. 33
Gambar 3. Share Ekspor Perikanan Indonesia Tahun 2010 Per Kelompok Komoditas. Sumber: BPS (2011), (diolah) Pada Gambar 3, diketahui bahwa share ekspor perikanan Indonesia berdasarkan kelompok komoditas didominasi oleh kelompok crustaceae (udang dan kepiting) yaitu sebesar 34,19 persen. Sisanya dipenuhi oleh kelompok ikan olahan (kalengan) 19,82 persen, ikan beku 11,87 persen, fillet dan daging ikan 9,32 persen, ikan segar atau dingin 8,50 persen, dan di bawah lima persen terdiri dari rumput laut, molusca, ikan kering, mutiara, ikan hidup, ikan hias, dan lainnya. 5.3. Perkembangan Ekspor Udang Indonesia 5.3.1. Perkembangan Ekspor Udang Indonesia di Pasar Internasional Indonesia merupakan salah satu negara eksportir terbesar di dunia untuk komoditas udang. Berdasarkan total ekspor perikanan Indonesia tahun 2011, komoditas udang memberikan kontribusi hasil ekspor sebesar 37,19 persen dari total nilai ekspor perikanan Indonesia yang mencapai US$ 3,5 miliar (KKP, 2012). Perkembangan ekspor udang Indonesia menurut negara tujuan utama dapat dilihat pada Gambar 4. 34
Volume (Ton) 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 Jepang Amerika Serikat Uni Eropa 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Tahun Gambar 4. Kontribusi Ekspor Udang Indonesia Menurut Pasar Utama Tahun 2005-2011 Sumber: BPS (2012), KKP (2012), (diolah) Gambar 4 menunjukkan perbedaan kontribusi ekspor udang Indonesia di ketiga pasar utama tersebut, yaitu Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa tahun 2005-2011. Periode tersebut menunjukkan bahwa volume ekspor udang Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2008 yaitu sebesar 170,5 ribu ton dan terendah pada tahun 2010 yaitu sebesar 145 ribu ton. Jika dilihat menurut negara tujuan ekspornya, Amerika Serikat memberikan perkembangan yang baik sebagai importir udang Indonesia. Meskipun dalam periode tahun 2008-2010 mengalami penurunan yang cukup besar, namun pada tahun 2011 ekspor udang Indonesia ke Amerika Serikat kembali meningkat menjadi 70 ribu ton dengan nilai US$ 615 juta. Kondisi ini berbeda dengan periode 1993-2002, dimana Amerika Serikat sebagai tujuan utama ekspor dengan pangsa rata-rata 11,46 persen, berada jauh dibawah Jepang dengan rata-rata 57,34 persen (Aisya, et al. 2006). Peningkatan yang terjadi dalam periode ini didukung kuat oleh peningkatan konsumsi udang Amerika Serikat, dimana sejak periode tahun 1997-2005, kebutuhan Amerika Serikat untuk konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 355.000 ton dan data statistik menunjukkan konsumsi udang Amerika Serikat selama kurun waktu tahun 1997-2000 rata-rata meningkat tujuh persen lebih tinggi dari konsumsi 35
tahun 1996 dan melewati rekor tertinggi sebelumnya sebesar dua persen (Infofish, 2003). Perkembangan nilai ekspor udang Indonesia sama halnya seperti perkembangan volumenya yang berfluktuatif, namun nilai ekspor komoditas ini tidak selalu sejalan dengan perkembangan volumenya. Volume udang seperti yang disebutkan sebelumnya tertinggi pada tahun 2008, akan tetapi nilai ekspor tertingginya justru terjadi pada tahun 2011 yaitu senilai US$ 1,3 miliar, sedangkan pada tahun 2008 hanya US$ 1,1 miliar. Sementara itu, nilai ekspor terendah terjadi pada tahun 2005, yaitu sebesar US$ 948,1 juta. Fenomena ini menunjukkan bahwa nilai ekspor udang Indonesia secara implisit lebih respon terhadap perubahan harga udang dunia (Aisya, et al. 2006). 5.3.2. Perkembangan Ekspor Udang Indonesia ke Uni Eropa Uni Eropa (UE) dengan 27 negara anggota saat ini menjadi pasar terbesar di dunia untuk komoditas perikanan. Penduduk yang diperkirakan mencapai hampir setengah miliar akan membutuhkan pasokan bahan pangan yang luar biasa. Diperkirakan konsumsi komoditas perikanan selama enam tahun terakhir mengalami pertumbuhan sebesar 18 persen (Purnomo, 2007a). Salah satu komoditas perikanan Indonesia yang banyak masuk ke Uni Eropa adalah udang. Perkembangan volume ekspor udang selama 12 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 5. 35,000 30,000 Volume (Ton) 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 17,734 20,056 16,140 31,016 26,317 27,775 28,845 27,834 23,689 23,689 16,659 13,383 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Tahun Gambar 5. Perkembangan Ekspor Udang Indonesia ke Uni Eropa Tahun 2000-2011. Sumber: KKP (2012), (diolah) 36
Produk udang yang diekspor ke Uni Eropa terdiri dari bentuk segar (fresh atau chilled), bentuk beku (frozen), dan bentuk olahan (preserved) baik dalam kemasan kedap udara (in airtight containers) maupun kemasan tidak kedap udara (in not airtight containers). Volume ekspor udang Indonesia ke Uni Eropa didominasi oleh udang beku dan segar. Uni Eropa setiap tahunnya mengimpor udang tidak kurang dari 300 ribu ton dan merupakan pasar udang terbesar bersama Jepang dan Amerika Serikat, namun selama periode tahun 2000-2011 (Gambar 5), ekspor udang Indonesia ke Uni Eropa tidak pernah berkontribusi lebih dari 10 persen kebutuhan impor udang Uni Eropa. Meskipun demikian, jika dilihat perkembangan pada periode 1974-1999, volume ekspor udang Indonesia ke Uni Eropa telah menunjukkan peningkatan yang sangat baik, dimana pada periode tersebut meningkat sebesar 2.545,46 persen yaitu dari 0,55 ribu ton menjadi 14,55 ribu ton (DKP 2009). Hingga periode 2011 ini, volume ekspor udang Indonesia ke Uni Eropa tertinggi berada pada tahun 2006 yaitu sebesar 31 ribu ton. Importir udang terbesar di pasar Uni Eropa ini adalah Spanyol, Inggris, dan Perancis. Penurunan volume ekspor udang Indonesia ke Uni Eropa dalam lima tahun terakhir ini, menurut Yusuf dan Tajerin (2007) disebabkan oleh melemahnya harga rata-rata udang di pasar internasional sebagai akibat dari lonjakan produksi, terutama udang vannamae. Disamping itu, banyak muncul berbagai hambatan perdagangan perdagangan yang bernuansa tarif seperti isu dumping dan hambatan-hambatan nontarif seperti bioterrorism act, traceability, zero tolerance terhadap residu antibiotik, isu lingkungan, dan sebagainya. 37