2015 HUBUNGAN FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISORY BEHAVIORS DAN TRUST IN SUPERVISOR DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia industri dan organisasi (Lingtangsari, Yusuf & Priyatama, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) adalah pelaksanaan job analysis, perencanaan SDM,

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa studi yang mengkorelasikan antara tingginya job. Perusahaan tidak lagi hanya mencari calon karyawan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT Studio Cilaki Empat Lima Gambar 1.1 Logo Perusahaan

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis employee engagement di

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap organisasi. Banyak usaha dan daya yang dilakukan untuk mengatasi,

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan organisasi. Terlebih, kepemimpinan dari seorang pemimpin

kepemimpinan partisipatif cenderung melakukan tugasnya dengan maksimal dibandingkan karyawan yang psikologisnya tidak diberdayakan. 2. Pemberdayaan ps

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting karena manusia merupakan penggerak utama dalam

MEMBANGUN EMPLOYEE ENGAGEMENT EMPLOYEE ENGAGEMENT. Dian Yanuar Roffanna, S.Psi., M.Psi. Bagian Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, dengan keadaan yang selalu berkembang maka setiap perusahaan baik

`BAB I PENDAHULUAN. dunia industri dan organisasi menyebabkan psikologi tidak akan pernah kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural

tujuan organisasi sebagai satu kesatuan yang akan dicapainya.

BAB VIII PERAN ORGANISASI DALAM MENGHADAPI MASALAH WORK FAMILY CONFLICT. organisasi dengan bukti meningkatnya hubungan konflik kerja-keluarga yang

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang efektif semakin menyadari bahwa faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kualitas SDM yang ada (Ambarwati, 2002), karena itu Sumber daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi memaksa setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulankeunggulan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan terjadinya perubahan ini adalah globalisasi dalam bidang ekonomi serta

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah

Hubungan Work Family Conflict Dengan Quality Of Work Life Pada Karyawan Wanita Perusahaan X

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Safitri Hamzah, 2014

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti modal, metode, dan mesin. visi dan misi yang telah ditargetkan (Dessler, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kompetitif dengan mendorong sebuah lingkungan kerja yang positif (Robbins dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia saat ini sudah mengarah pada human capital, dimana sumber daya

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan suatu organisasi, khususnya di bidang bisnis. Sumber Daya

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang mendukungnya. Dunia perbankan seakan-akan sedang diuji

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan organisasi dan masyarakat disebut sebagai integrasi dalam. manajemen sumber daya manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Permasalahan. memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama untuk

BAB I PENDAHULUAN. peralatan, standar profesi dan peningkatan manajemen rumah sakit. Manajemen sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari

PERANAN EMPLOYEE ENGAGEMENT TERHADAP PENINGKATAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kinerja karyawan dibutuhkan setiap organisasi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Tracey, 2000). Intensi keluar sendiri, bisa dipengaruhi banyak hal mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah hal yang menjadi topik penting dalam setiap penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik mengenai kepuasan kerja pada karyawan operasional tempat billiard

BAB I PENDAHULUAN. karyawan ataupun pekerjaan yang dapat mempengaruhi kehidupan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dirasakan baik oleh perusahaan maupun karyawan (Giannikis dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja suatu perusahaan tidak dapat berhasil, dikarenakan setiap karyawan dalam

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. Keterikatan kerja atau yang sering disebut engagement

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan inovasi di bidang finansial yang semakin canggih.

BAB I. padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh konflik pekerjaan..., Sekar Adelina Rara, FPsi UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

supervisi merupakan satu bentuk bantuan untuk mengatasi kesulitan dalam pemberian bantuan; supervisi merupakan bagian dari proses

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Organisasi adalah suatu sistem kerja sama yang dijalankan oleh

HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. STUDIO CILAKI EMPAT LIMA

PENTINGNYA ASPEK SOFT SKILLS

BAB V PENUTUP. keadilan organisasional pada employee engagement. Peneliti melakukan. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. pada individu akibat menanggung peran ganda, baik dalam pekerjaan (work)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan multinasional. Beberapa perusahaan telah mendirikan pabrik-pabrik baru di

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Naderi, et al. (2014) Dalam dunia organisasi modern,

KINERJA DITINJAU DARI STRES KERJA PADA KARYAWAN STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA. Ariana Sumekar

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif ini dapat diperoleh dengan memiliki sumber daya manusia. Perusahaan harus menyadari bahwa manusia pada dasarnya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala hal yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia) adalah suatu perusahaan yang memberikan layanan di bidang jasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu. Dalam melakukan pekerjaan, individu tidak akan lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

Riset Per iila il k O u rgan isas

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kemudahan dan pelayanan yang diberikan. Mulai dari kemudahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang di kemukakan oleh Martoyo (2000), bahwa kepuasan kerja adalah

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Perspektif Karyawan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang alasan yang melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian. Bab ini meliputi latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi. A. Latar Belakang Penelitian Penelitian dalam beberapa dekade terakhir menunjukkan banyaknya perubahan yang terjadi dalam dunia kerja. Perubahan ini meliputi karyawan, peran keluarga serta hubungan antara keluarga dan pekerjaan. Bukti dari perubahan ini mencakup peningkatan jumlah persentase keluarga yang berpendapatan ganda, peningkatan pekerja dengan banyak tanggung jawab keluarga hingga meningkatnya jumlah orang tua tunggal dikalangan pekerja (Hammer dkk, 2009). Permasalahan yang terjadi tersebut sebagai akibat dari konflik antara pekerjaan dan keluarga. Untuk mengatasi perubahan yang terjadi, diperlukan kebijakankebijakan yang mampu mereduksi konflik antara pekerjaan dan keluarga. Kebijakan seperti fleksibilitas dalam pengaturan jadwal kerja oleh supervisor atau pemimpin sangatlah perlu diterapkan karena memiliki dampak langsung pada penurunan beban kerja dan stress karyawan. Di sinilah perlunya peranan atasan atau supervisor dalam memberlakukan kebijakan-kebijakan yang mampu mendukung karyawannya sehingga konflik antara pekerjaan dan keluarga dapat diatasi. Supervisor dalam memimpin karyawannya harus mampu memberikan dukungan terhadap karyawannya. Supportive Supervisiors didefinisikan sebagai kemampuan supervisor dalam memberikan dorongan dan dukungan kepada karyawan atau bawahannya dalam kelompok kerja mereka yang secara langsung memiliki dampak pada reaksi afektif dari karyawan atau bawahannya (Griffin dkk dalam Zaigham, 2010). Beberapa studi mengenai dukungan supervisor pada pekerjaan dan keluarga menunjukkan bahwa dukungan supervisor pada pekerjaan dan keluarga karyawan sangat penting karena dapat mereduksi efek-efek negatif

2 yang ditimbulkan dari stress akibat konflik antara pekerjaan dan keluarga. Salah satu bentuk dukungan supervisor pada karyawannya adalah melalui Family Supportive Supervision Behaviors. Family Supportive Supervision Behaviors adalah perilaku suportif dari atasan terhadap permasalahan keadaan keluarga bawahannya mengenai dukungan organisasi (Hammer L.B., Kossek, Zimmerman, & Daniels, 2007). Family Supportive Supervision Behaviors merupakan salah satu bentuk dukungan informal yang diterapkan oleh pemimpin dari organisasi (Greenhaus, Ziegert & Allen, 2012). Atasan atau pemimpin dalam suatu organisasi memiliki peranan yang sangat penting, karena perannya yang menghubungkan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang diterapkan perusahaan (dukungan formal) kepada bawahannya (Hammer L.B., Kossek, Zimmerman, & Daniels, 2007). Family Supportive Supervisory Behaviors tentunya tidak akan lepas dari kepercayaan bawahan pada atasannya. Penerapan gaya kepemimpinan supervisor mempengaruhi kepercayaan karyawan. Kepercayaan pada pemimpin khususnya bagi supervisor (trust in supervisor) memiliki korelasi positif pada berbagai aspek, baik dari pihak perusahaan, karyawan maupun bagi supervisor itu sendiri. Kepercayaan merupakan sebuah faktor penentu yang penting dari kepuasan terhadap pemimpin karena berasal dari keadaan afektif maupun keadaan kognitif bukan berasal dari perilaku yang diamati (Conger dkk, 2004 dalam Sugito dan Sriwidodo, 2007). Kepercayaan merupakan komponen kunci dalam hubungan kerja yang baik antara pemimpin dan bawahan. Kepercayaan memungkinkan pemimpin dan bawahan untuk dapat bekerja sama dengan baik, saling membantu untuk mengelola perbedaan, tersalurnya informasi antara pemimpin dan bawahan, serta meningkatkan keterbukaan dan penerimaan antara pemimpin dan bawahannya. Kepercayaan merupakan atribut utama yang dikaitkan dengan kepemimpinan, jika kepercayaan ini luntur, dampaknya bisa serius terhadap kinerja kelompok. Kepercayaan terhadap atasan memiliki hubungan positif bahkan menjadi mediator terhadap berbagai aspek karyawan, antara lain performance karyawan, kepuasan kerja dan berbagai aspek lain. Employee Engagement sendiri

3 didefinisikan sebagai keterlibatan, kepuasan dan antusiasme individual dengan kerja yang mereka lakukan. Employee Engagement didefinisikan sebagai keadaan motivasional yang positif yang dikarakteristikan oleh vigor atau level energi yang tinggi, dedication atau antusiasme bekerja, dan absorption atau totalitas karyawan dalam bekerja (Scaufelli, 2002). Engagement terjadi ketika seseorang secara sadar waspada dan atau secara emosi terhubung dengan orang lain. Dengan kata lain, karyawan atau bawahan dapat secara emosi, kognitif, atau fisik terikat oleh pekerjaannya. Riset yang dilakukan oleh Gallup Consulting pada tahun 2008 menunjukkan bahwa karyawan yang terikat (engaged employee) merupakan karyawan yang lebih produktif. Penelitian yang dilakukan oleh Nusatria dan Suharmono (2011) juga menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi employee engagement seperti karakteristik pekerjaan, perceived organizational support, perceived supervisor support serta rewards recognitions. Hasil diskusi dan penelitian yang dilakukan oleh The National Institutes for Occupational Safety and Health Grant pada tahun 2008 juga menjelaskan hubungan antara individu, pekerjaan dan keluarga hingga menghasilkan suatu model gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi berbagai outcomes individu. Kepemimpinan supervisor yang memberikan dukungan terhadap keluarga bawahannya akan menghasilkan perasaan keterikatan antara individu, keluarga dan pekerjaan, hal ini secara langsung akan membawa dampak bagi outcomes dari individu antara lain bagi keluarga, pekerjaan, kesehatan dan kenyamanan. Karyawan yang memiliki supervisor yang memberikan dukungan bukan saja pada pekerjaan, namun juga memberikan dukungan terhadap isu-isu di luar pekerjaan salah satunya isu keluarga menunjukkan dampak yang positif dan membawa manfaat bagi outcomes individu secara keseluruhan. Studi pendahuluan juga menghasilkan bahwa tingkat engaged karyawan dapat dipengaruhi banyak faktor antara lain: upah kerja, beban kerja, kesempatan pengembangan karir hingga kepemimpinan yang diterapkan oleh atasan dalam suatu perusahaan. Pemimpin atau atasan yang dapat memfasilitasi karyawan bukan hanya dalam hal pekerjaan, cenderung membuat karyawan merasa nyaman bekerja sehingga akan membawa dampak positif bagi engaged karyawan. Hasil

4 studi pendahuluan ini didukung pula dengan penelitian yang telah dilakukan pada generasi Y (generasi yang lahir pada tahun 1980-1994) di Indonesia yang menunjukkan hasil bahwa salah satu hal yang dapat mempengaruhi komitmen karyawan di perusahaan ialah dukungan supervisor dan work life balance (Salim, 2014). Komitmen merupakan salah satu aspek yang terdapat dalam engagement. Penelitian yang dilakukan Swiggard (dalam Salim, 2014) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi generasi Y untuk tetap bertahan dalam organisasi meliputi: insentif, fleksibiltas kerja, hubungan dengan rekan kerja, kerja sama, partisipasi karyawan, pemberian training, perasaan terhadap organisasi, work life balance, hingga hubungan dengan atasan yang terjalin Riset yang dilakukan Global Workforce Study (2012) menunjukkan bahwa pada awalnya faktor-faktor seperti gaji dan lokasi tempat kerja karyawan merupakan faktor penting dalam terbentuknya engagement karyawan. Namun seiring berkembangnya waktu, hubungan interpersonal di tempat kerja baik antara sesama rekan kerja ataupun antara atasan dan karyawan serta peluang pengembangan karir menjadi faktor yang sangat penting bagi karyawan untuk merasa engaged dan tetap bertahan di perusahaan, sehingga di sinilah perlunya pengelolaan sumber daya manusia yang efektif. Riset yang dilakukan Gallup Consulting juga menemukan bahwa tingkat engagement di perusahaan-perusahaan kelas dunia lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lain. Badan usaha atau perusahaan di Indonesia sendiri dibagi menjadi 3 jenis, yaitu BUMN (Badan Usaha Milik Negara), BUMS (Badan Usaha Milik Swasta) dan Koperasi. Bagi perusahaan, manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan karena pengelolaan yang baik akan menghasilkan output yang baik pula bagi perusahaan. Perusahaan yang tidak dapat mengelola kinerja dan engagement karyawannya akan membawa dampak negatif bagi keberlangsungan perusahaan khususnya pada persaingan global. Begitupun dengan BUMN dan BUMS yang ada di Indonesia, sistem pengelolaan sumber daya manusia pun berbeda pada tiap perusahaan sehingga output yang dihasilkan pun berbeda pada setiap perusahaan, begitupun dengan engagement karyawannya. Engagement karyawan tentunya

5 berbeda pada tiap perusahaan, tergantung dari banyaknya faktor yang mempengaruhi di setiap perusahaan tersebut. Penurunan jumlah BUMN setiap tahunnya dan semakin berkembangnya BUMS di Indonesia merupakan salah satu implikasi dari sistem pengelolaan perusahaan akan sumber daya manusianya. Perusahaan yang mampu mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia dengan efektif akan mampu bersaing dan menciptakan tenaga kerja yang berkualitas yang memiliki rasa engaged terhadap pekerjaan dan perusahaan. Perbedaan akan kinerja karyawan BUMN dan BUMS membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan membandingkan hasil korelasi dari variabelvariabel yang dapat mempengaruhi tingkat engagement karyawan pada perusahaan BUMN dan BUMS, selain itu juga karena penelitian mengenai engagement karyawan selama ini hanya berfokus pada satu perusahaan saja dan belum banyak penelitian yang menjelaskan perbedaan engagement pada karyawan BUMN dan BUMS.. B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah yang diajukan dalam bentuk pertanyaan penelitian dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana hubungan Family Supportive Supervisory Behaviors dengan Employee Engagement pada karyawan BUMN dan BUMS? 2. Bagaimana hubungan Trust In Supervisor dengan Employee Engagement pada karyawan BUMN dan BUMS? 3. Bagaimana hubungan Family Supportive Supervisory Behaviors dengan Trust In Supervisor pada karyawan BUMN dan BUMS? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang diajukan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan hubungan Family Supportive Supervisory Behaviors dengan Employee Engagement pada karyawan BUMN dan BUMS.

6 2. Mendeskripsikan hubungan Trust In Supervisor dengan Employee Engagement pada karyawan BUMN dan BUMS. 3. Mendeskripsikan hubungan Family Supportive Supervisory Behaviors dengan Trust In Supervisor pada karyawan BUMN dan BUMS. D. Manfaat Penelitian Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan menjadi masukan serta sebagai sarana pengembangan konsep Family Supportive Supervisory Behaviors, Trust In Supervisor dan Employee Engagement dan dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi disiplin keilmuan psikologi, khususnya di bidang psikologi industri dan organisasi. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. E. Struktur Organisasi Skripsi Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab dimana setiap bab terdiri dari beberapa sub-bab, antara lain: Bab I adalah bab pendahuluan. Bab ini membahas tentang latar belakang penelitian yang menjelaskan tentang fenomena yang diteliti dalam penelitian. Bab ini juga membahas tentang rumusan masalah dari penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi atau sistematika penulisan laporan penelitian. Bab II adalah kajian pustaka. Bab ini menjelaskan tentang teori Family Supportive Supervisory Behaviors, teori Trust In Supervisor dan Employee Engagement yang digunakan peneliti sebagai landasan teori dalam penelitan. Bagian ini juga membahas kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian dari ketiga variabel. Bab III adalah metode penelitian. Bagian ini menjelaskan tentang metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian yang terdiri dari pendekatan yang digunakan dalam penelitian, identifikasi dan definisi operasional setiap variabel, populasi dan sampel penelitian, instrument penelitian, prosedur pengumpulan data dan uji statistik yang digunakan dalam mengolah data.

7 Bab IV merupakan hasil dan pembahasan. Bab ini menjelaskan tentang analisis hasil penelitian mengenai hubungan antara Family Supportive Supervisory Behaviors dan Trust In Supervisor dengan Employee Engagement pada karyawan BUMN dan BUMS. Bagian ini juga menjelaskan tentang hasil temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data serta menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Bab V ialah kesimpulan, saran dan rekomendasi. Bagian ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan yang menjawab rumusan masalah penelitian serta saran dan rekomendasi dari hasil penelitian yang dapat diterapkan untuk penelitian selanjutnya.