BAB I PENDAHULUAN. Faisal Basri (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan sektor pertanian dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. manajemenm, pemerintah, karyawan, serta pelaku pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. dijalani oleh sektor industri tekstil di Indonesia. Bermula dari kenaikan harga bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis yang melanda Indonesia, banyak masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan. Tujuan dari perusahaan dalam menjalankan kegiatannya adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Krisis perekonomian global telah mengubah tatanan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. alas kaki atau sepatu. Produk sepatu merupakan salah satu kebutuhan sandang

BAB I PENDAHULUAN. pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive) dalam

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Nama : Dessy Septiyani NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Nova Anggrainie, SE., MMSI

BAB I PENDAHULUAN. perhatian kepada kebutuhan masyarakat dalam hal produk yang diinginkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. prospektif untuk dikembangkan. Dengan populasi lebih dari 250 juta penduduk, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi yang terjadi sangat besar pengaruhnya bagi bangsa-bangsa di dunia,

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dampaknya adalah perusahaan yang berskala kecil akan mengalami. krisis keuangan dalam perusahaan mereka.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (kondisi ekonomi, keadaan politik, dan bencana alam) dan faktor internal (kinerja

FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT PELAYARAN TEMPURAN EMAS DAN ENTITAS ANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

kesulitan keuangan yang mengarah pada prediksi kebangkrutan. Semakin awal

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal berfungsi menghubungkan perusahaan terbuka pada investor dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Di tahun yang akan datang diperkirakan Kebutuhan obat obatan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketentuan perusahaan rokok masing-masing di setiap negara. Meskipun yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. swasta maupun pemerintah didorong dalam peningkatan efisien dan efektifitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di sektor Food and Beverages, karena dalam industri ini kepekaan

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar kita di Malaysia kecil sekali, di bawah 1%, dengan itu 10 merek sepatu

BAB I PENDAHULUAN. semakin anjlok, terjun bebas dari Rp ,-/dollar AS hingga tembus hampir

BAB I. sangat panjang (going concern). Hal ini berarti dapat diasumsikan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang semakin ketat antara pasar dalam negeri dan luar negeri dalam

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT MULIA INDUSTRINDO, Tbk.

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB

BAB I PENDAHULUAN. bisa membuat suatu perusahaan mengalami financial distress (Wahyu, 2009 dalam

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun 1997 lalu, banyak masalah dan penderitaan yang dialami

METODE PENELITIAN. diolah, dianalisis, dan diproses berdasarkan teori yang relevan sehingga diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. Dimana faktor terpenting untuk melihat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan hubungan antara struktur modal dan nilai

MEMPREDIKSI TINGKAT KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDUSTRI SEMEN YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan kontribusi yang sangat positif terhadap dunia usaha dan

Tinjauan Mata Kuliah. nalisis laporan keuangan adalah menganalisis laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk ekspor batubara, peringkat ke-2 untuk produksi timah, peringkat ke-2 untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh faktor luar (ekstern) seperti bencana alam dan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak perusahaan yang berskala kecil atau besar memiliki perhatian besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif

PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z -SCORE PADA PT SKYBEE, Tbk. DAN ENTITAS ANAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan erat dengan pasar modal. Dengan adanya pasar modal,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang sudah go public dapat menjual sahamnya kepada para investor.

BAB I PENDAHULUAN. sektor rill dan sektor keuangan. Salah satu sektor yang cukup baik untuk dicermati

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal Indonesia telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dari semakin banyaknya transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman di Indonesia memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. (Sinambela, 2009). Pada dasarnya tujuan didirikannya suatu perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis global telah menyebabkan kegiatan dunia usaha di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan pada perekonomian global, terjadi beberapa

BAB I PENDAHULUAN. menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia. Dunia usaha mengalami kesulitan

BAB I PENDAHULUAN adalah 67% dan tingkat pengangguran terbuka di kota jauh lebih tinggi

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE

BAB I PENDAHULUAN. BUMN yang bergerak dibidang usaha transmisi dan distribusi gas bumi. Produsen Gas Bumi dengan Pengguna Gas Bumi.

BAB I PENDAHULUAN. stratregi bisnis nya dalam menghadapi persaingan. persaingan, perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya yang tergambar dalam

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. TAMBANG TIMAH Tbk PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat krusial demi berlangsungnya kestabilan dalam sebuah perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. para investor untuk berinvestasi. Sektor industri makanan dan minuman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MODEL ALTMAN PADA SEKTOR PARMACEUTICALS DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I. berbagai cara seperti melakukan inovasi produk dengan meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. operasional, terutama yang berkaitan dengan keuangan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. besar maupun kecil, ataupun bersifat profit motif maupun non-profit motif akan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat panjang bahkan hingga ribuan tahun. Pada periode waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan Current Ratio, Debt to Equity dan Return on Investment terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pokok, tetapi juga merupakan bagian dari gaya hidup (lifestyle) masyarakat di

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT PREDIKSI KEBANGKRUTAN.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan didirikannya suatu perusahaan umumnya adalah untuk. memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimalkan nilai saham, dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Weston, 1993).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE BERDASARKAN METODE RISK BASED CAPITAL DAN Z-SCORE PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya stabilitas pasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kegagalan bisnis atau mengalami financial distress yang menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Faisal Basri (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan sektor pertanian dan industri manufaktur pada tahun 2005 memang nyata-nyata merosot dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Bahkan, pertumbuhan industri manufaktur sudah lebih rendah dari pada pertumbuhan PDB. Beberapa jenis industri manufaktur mengalami pertumbuhan negatif. Sementara itu, pertumbuhan industri-industri padat karya sangat rendah. Secara keseluruhan, sektor penghasil barang pada tahun 2005 hanya tumbuh 3.2%, yang berarti jauh lebih rendah dari pada pertumbuhan PDB yang mencapai 5.6%, oleh karena itu fenomena ini sangat menarik untuk diteliti. Salah satu industri manufaktur yang mengalami penurunan adalah industri sepatu. Kondisi industri sepatu dan sandal nasional kian memprihatinkan, sejak tahun 2001 hingga sekarang sebanyak 28 perusahaan sepatu nasional tutup usaha. Akibat tutupnya 28 pabrik sepatu dan sandal tersebut, sebanyak 55.496 tenaga kerja terpaksa dirumahkan. Empat perusahaan sepatu terakhir yang tutup pada tahun 2004, yakni PT Truba Raya Trading, PT Eltri Indo Footwear, PT Kasogi International Tbk, dan PT Golden Adishoes, karena kalah bersaing harga dengan sepatu impor ilegal yang masuk ke Indonesia. Kapasitas terpasang produsen sepatu dan sendal nasional juga menurun dengan kemampuan utilitas pabrik 75 persen. "Derasnya sepatu impor ilegal yang masuk ke Indonesia dari China, Vietnam, dan Thailand menghancurkan harga pasar. Perusahaan sepatu sudah sulit bersaing,

sehingga produksinya terus menurun sampai akhirnya tutup. Selain itu ada lima hal yang mendorong kondisi tersebut seperti masalah bahan baku kulit, tingginya upah buruh, pendanaan, distorsi pasar, dan banyaknya pungutan lokal." kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Persepatuan Indonesia Yudhi Komarudin. Menurut Yudhi, potensi pasar sepatu di Indonesia sebenarnya cukup besar, yakni 60 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 220 juta orang, Aprisindo memperkirakan pangsa pasar domestik mencapai Rp 2,7 triliun per tahun. Angka tersebut didasarkan pada perhitungan 65% penduduk (220 juta) merupakan pengguna sepatu segala umur. Namun, karena derasnya impor sepatu ilegal, ditambah kebijakan pemerintah yang masih belum mendukung dunia usaha membuat industri sepatu sulit berkembang. Tidak hanya di pasar lokal, pasar ekspor sepatu produsen Indonesia juga mengalami penurunan yang cukup signifikan. Jika pada tahun 2000, nilai ekspor sepatu mencapai 1,672 miliar dollar AS, maka pada tahun 2004 hanya 1,325 miliar dollar AS. Untuk pembagian pasar ekspor sepatu dan sendal Indonesia hampir 40 persen diekspor ke Amerika Serikat, disusul negara Eropa sekitar 30 persen dan sisanya sekitar 30 persen tersebar merata di negara Amerika Latin, Afrika, dan Australia. Para pelaku bisnis selalu menelaah kondisi dan hasil dari suatu usaha serta memahami pola arus dana secara lebih spesifik. Untuk itu, para pelaku bisnis membutuhkan masukan informasi formal dan informal, baik keuangan maupun non keuangan yang relevan dengan tujuan tersebut. Bentuk informasi keuangan yang paling umum adalah seperangkat laporan keuangan.

Munawir (1995) dalam Amelina (2006) mengatakan bahwa pada mulanya, laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan digunakan sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan untuk kepentingan pengambilan keputusan. Keputusan-keputusan tersebut yang pada masa yang akan datang akan dijalankan oleh manajemen perusahaan akan menghasilkan ukuran kinerja perusahaan. Informasi tentang kinerja perusahaan tercermin dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan laporan arus kas perusahaan. Untuk dapat memahami informasi dan kinerja perusahaan tersebut diperlukan analisis laporan keuangan yang meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan. Analisis ini merupakan salah satu alat untuk mengukur kinerja perusahaan ataupun kepailitan perusahaan secara dini, sehingga pihak manajemen perusahaan dapat dengan cepat melakukan perbaikan-perbaikan untuk mengantisipasi kepailitan perusahaan tersebut. Salah satu model rasio statistik yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan ataupun kepailitan suatu perusahaan adalah Altman Z-score. Model Altman pada dasamya merupakan "indikator kepailitan", dapat digunakan oleh makelar atau pedagang saham untuk memprediksi apakah menguntungkan jika melakukan investasi dalam perusahaan tertentu, dan secara internal digunakan untuk memprediksi kesehatan keuangan perusahaan. Altman Z- score menghitung lima rasio, yaitu : profitabilitas, aktivitas, solvency, leverage, dan likuiditas. (Sumber: Altman, Heine, Leonard, 2002: 1)

Pada awal tahun 60-an, Profesor Edward Altman menggunakan multiple discriminant analysis untuk mengkombinasikan 5 rasio keuangan yang terintegrasi menjadi Altman Z-score. Altman Z-score menggunakan teknik-teknik statistik untuk memprediksi probabilitas kegagalan suatu perusahaan sehingga kinerja perusahaan juga dapat diprediksi dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang meliputi laporan laba rugi dan neraca. (Sumber: www.ereditguru.com, 2002: 1) Sebagai salah satu perusahaan sepatu, PT. Sepatu Bata Indonesia Tbk mengalami pertumbuhan yang cukup berarti sejak awal berdirinya pada tahun 1931 perusahaan tersebut telah berhasil menjadi salah satu perusahaan nasional yang produknya sudah ada di seluruh pelosok daerah Indonesia dan masih bertahan sampai saat ini di tengah-tengah krisisnya industri sepatu. Penulis tertarik untuk mengambil topik yang berjudul ANALISIS MODEL ALTMAN Z-SCORE SEBAGAI DASAR UNTUK MENILAI KINERJA PT. SEPATU BATA INDONESIA, Tbk. Alasan penulis mengambil topik tersebut karena model Altman Z-score dapat menilai kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan juga dapat memprediksi probabilitas kebangkrutan perusahaan.

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka permasalahaan yang diangkat oleh penulis adalah: 1. Bagaimana kondisi keuangan perusahaan PT Sepatu Bata Indonesia, Tbk dengan menggunakan model altman Z-score? 2. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan PT Sepatu Bata Indonesia, Tbk dengan menggunakan model altman Z-score? 3. Apakah terdapat kemungkinan perusahaan akan mengalami kebangkrutan di masa yang akan datang? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan PT Sepatu Bata Indonesia, Tbk dengan menggunakan model altman Z-score. 2. Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan PT Sepatu Bata Indonesia, Tbk dengan menggunakan model altman Z-score. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat kemungkinan perusahaan akan mengalami kebangkrutan di masa yang akan datang. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu sebagai berikut :

1. Bagi penulis, selain berguna sebagai bahan penyusunan skripsi, penelitian ini juga berguna untuk menambah ilmu, pengalaman, serta pemahaman masalah manajemen keuangan. 2. Bagi obyek yang diteliti, dalam hal ini adalah PT. Sepatu Bata Indonesia, Tbk secara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam mengevaluasi tingkat kesehatan perusahaan sehingga membantu pihak manajemen perusahaan ataupun yang berwenang dalam menjaga tingkat kesehatan perusahaan pada posisi yang diharapkan. 3. Bagi kalangan pendidikan dan pembaca umumnya, diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan khususnya Fakultas Ekonomi beserta mahasiswa sehingga dapat digunakan sebagai informasi dalam studi perbandingan untuk mengetahui tata cara penilaian serta metode dalam mengukur tingkat kesehatan sebuah perusahaan. 1.5 Kerangka Pemikiran Dalam perekonomian modern laporan keuangan sudah merupakan media penting dalam proses pengambilan keputusan ekonomis. Laporan keuangan perusahaan lazim diterbitkan secara periodik bisa tahunan, semesteran, triwulan, bulanan, bahkan bisa harian. Laporan keuangan ini sudah menjadi kebutuhan para pengusaha, investor, bank, manajemen, pemerintah maupun pelaku pasar modal dalam proses pengambilan keputusan.

Laporan keuangan yang terdiri dari 3 jenis : neraca, laba rugi dan arus kas sebenarnya memberikan informasi menyeluruh mengenai kondisi perusahaan tetapi karena sifatnya menyeluruh maka kedalaman informasi itu berkurang. Selain itu sifat-sifat akuntansi mengandung berbagai keterbatasan dan kelemahan. Untuk mengurangi distorsi perlulah kita menggali informasi yang lebih luas, sehingga kita perlu mempelajari suatu bidang ilmu yang disebut analisis laporan keuangan. (Sumber : Standar Akuntansi Keuangan, 2002: 1) Analisis laporan keuangan ini dapat memperluas dan mempertajam informasi yang disajikan oleh laporan keuangan. Kegiatan analisis ini dapat menggali, mengungkapkan berbagai hal yang tersembunyi dalam laporan keuangan biasa. Hasil analisis ini dapat memberikan informasi untuk maksud screening, diagnosa, evaluasi, dan prediksi keadaan ekonomi perusahaan. Dengan demikian analisis laporan keuangan ini menjadi sangat bermanfaat bagi manajemen dan investor. Analisis laporan keuangan mencerminkan kinerja perusahaan pada masa lalu dan digunakan untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang. John J. Wild dkk (2005) menyatakan analisis laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan penting dari analisis bisnis yang luas. Analisis bisnis merupakan proses evaluasi prospek ekonomi dan risiko perusahaan, hal tersebut meliputi analisis atas lingkungan bisnis perusahaan, strateginya serta posisi keuangan dan kinerjanya. Dalam melakukan analisis laporan keuangan juga terdapat teknik analisis laporan keuangan. Salah satu teknik analisis laporan keuangan adalah dengan

menggunakan model analisis prediksi atau rating. Dalam literatur akuntansi para akademisi atau peneliti sering melakukan penelitian dengan tujuan untuk memprediksi suatu keadaan dengan menggunakan data historis yaitu dari laporan keuangan. Mereka mengamati laporan keuangan beberapa tahun dan mencoba melihat fenomena khusus yang ada di dalamnya dan kemudian diambil suatu kesimpulan dalam bentuk model-model prediksi. Salah satu model prediksi yang terkenal adalah Bankruptcy Model. Model ini memberikan rumus untuk menilai kapan perusahaan akan bangkrut. Dengan menggunakan rumus yang diisi dengan rasio keuangan maka akan diketahui angka tertentu yang akan menjadi bahan untuk memprediksi kapan kemungkinan suatu perusahaan akan bangkrut. Model untuk meramalkan kebangkrutan suatu perusahaan yang dibuat oleh Altman disebut Altman Bankruptcy Prediction Model. Model ini juga disebut Altman Z-score. Altman Z-score yang ditemukan oleh Prof. Altman merupakan suatu model yang dapat digunakan untuk memprediksi kapan perusahaan akan bangkrut berdasarkan data-data keuangan perusahaan. Altman (1968) menggunakan analisis diskriminan dengan menyusun suatu model untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Altman mengambil sampel yang terdiri dari 66 perusahaan manufaktur, setengah di antaranya mengalami kebangkrutan. Dari laporan keuangan, satu periode sebelum perusahaan bangkrut, Altman memperoleh 22 rasio keuangan, di mana lima diantaranya ditemukan paling berkontribusi pada model prediksi. Fungsi diskriminan Z yang ditemukan adalah : Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + O,6X4 + O,999X5

Keterangan : X1 = Modal Kerja Bersih/ Total Aktiva X2 = Laba Ditahan / Total Aktiva X3 = Laba sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva X4 = Nilai Pasar Saham Biasa Dan Saham Preferen / Nilai Buku Total Hutang (a/b) = Nilai Pasar Modal Sendiri / Nilai Buku Total Hutang (a/b) X5 = Penjualan/ Total Aktiva a. Jumlah saham biasa yang beredar pada akhir tahun x rata-rata harga pasar per saham untuk semester terakhir + Nilai buku saham prioritas. b. Jumlah utang lancar + utang jangka panjang. Pedoman pengambilan kesimpulan atas hasil Z-score : Jika Z > 2,99 Jika 1,81 < Z < 2,99 perusahaan ini tidak ada tendensi akan bangkrut. perusahaan dalam keadaan grey area. Grey area adalah kondisi di mana perusahaan belum dapat digolongkan pada perusahaan yang memiliki kemungkinan kebangkrutan maupun kemungkinan untuk tidak mengalami kebangkrutan di masa yang akan datang. Jika Z < 1,81 perusahaan ini ada tendensi bangkrut dalam waktu 2 tahun mendatang, jika tidak ada perubahan-perubahan yang dilakukan perusahaan.

GAMBAR 1.1 KERANGKA PENELITIAN INPUT Laporan Keuangan Teknik Analisis Model Analisis Prediksi Bankruptcy Model Altman Z-score X1 Modal Kerja Total Aktiva X3 EBIT Total Aktiva X5 Penjualan Total Aktiva X2 Laba Ditahan Total Aktiva X4 Nilai Pasar Modal Sendiri Nilai Buku Total Hutang OUTPUT Informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan