BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1V PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan melakukan evaluasi terhadap pembiayaan

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. mudharabah pada Unit Usaha Syariah (UUS) PT. Bank DKI. Dilaksanakannya

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Koperasi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER

BAB II KAJIAN PUSTAKA

AKUNTANSI MUDHARABAH (psak 105)

ANALISIS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) NO. 105 TENTANG AKUNTANSI MUDHARABAH DI KJKS BMT HUDATAMA SEMARANG

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

AKUNTANSI MUSYARKAH (psak 106)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUDHARABAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

Pengertian. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Iman Pirman Hidayat. Pembiayaan Mudharabah

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107. berdasarkan PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah.

PERBANKAN SYARIAH MUDHARABAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

Akuntansi Mudharabah ED PSAK 105 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah

Catatan 31 Maret Maret 2010

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki

DAFTAR PUSTAKA. Antonio, Muhammad Syafi i, 2002, Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta.

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN

AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4, Penyertaan sementara 2c,2f,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Evaluasi Pelaksanaan Perhitungan Bagi Hasil atas Pembiayaan Musyarakah pada PT. Bank Muamalat Indonesia

IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

NERACA BULANAN Tanggal : 31 Maret 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAGIAN III AKAD JUAL BELI

Afifudin, SE., M.SA., Ak. atau (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Pembiayaan Ijarah pada Bank Muamalat. 1. Perhitungan Akuntansi Pembiayaan Ijarah

BAB IV PEMBAHASAN. Implementasi Sistem Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip. Mudharabah Di Bank Jabar Banten Syariah

II. LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASURANSI SYARIAH

Materi: 11 AKUNTANSI MUSYARAKAH (Partnership)

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah

PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI MUSYARAKAH RESKINO. SUMBER Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat. Modul ke: Fakultas FEB

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

JUMLAH ASET LANCAR

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa

DAFTAR PUSTAKA. Ahmed, Salman. (2011). Analysis Of Mudharabah and A New Approach to Equity

BAB II LANDASAN TEORI

Tinjauan Penerapan Psak N0.105 Tentang Akuntansi Mudharabah Pada BMT Itqan Bandung

SURVEI STATISTIK KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

JUMLAH AKTIVA

NERACA BULANAN Tanggal : 31 Mei 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

BAB IV. ANALISIS MEKANISME TRANSAKSI PRODUK DEPOSITO ib HASANAH DOLLAR PADA BNI SYARIAH PEKALONGAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

30 Juni 31 Desember

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

Tabel Laporan Aset Bersih, Perhitungan Hasil Usaha dan Neraca Dana Pensiun 2015

Tabungan/ Deposito On Call/

Laporan Aset Bersih, Perhitungan Hasil Usaha dan Neraca Dana Pensiun Periode Januari-Agustus 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Mei 2015

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Prosedur Pembiayaan Mudharabah pada Usaha Kecil Menengah (UKM) di PT. Bank Muamalat Indonesia 1. Persyaratan Umum Pembiayan Mudharabah pada UKM (Pembiayaan Rupiah dan US Dollar) Berikut ini adalah persyaratan pembiayaan konsumtif dengan pengajuan minimal Rp. 50 juta (plafond). Persyaratan yang harus dipenuhi bagi calon Mudharib untuk Pembiayaan Mudharabah (UKM), yaitu : 1) Usia 21-54 tahun (tidak melebihi usia pensiun) 2) Masa kerja minimal dua tahun 3) Foto kopi KTP suami istri sebanyak dua buah 4) Foto kopi Surat Nikah 5) Surat persetujuan suami/istri 6) Slip gaji asli selama 3 bulan terakhir 7) Surat keterangan/rekomendasi dari perusahaan 8) Foto kopi NPWP (bagi pengajuan diatas Rp. 100 juta) 9) Rekening bank selama 3 bulan terakhir 10) Foto kopi jaminan (tanah, bangunan atau kendaraan yang dibeli) 54

55 2. Prosedur Pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia Dari perolehan data tentang prosedur pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia dapat digambarkan Prosedur Pembiayaan Mudharabah adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 PROSEDUR PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA LANGKAH PENGUMPULAN DATA VERIFIKASI DATA PENGAJUAN MUP KEPUTUSAN PEMBIAYAAN KEGIATAN Tahap Pengumpulan Data - Inisiasi - Solisitasi Verifikasi Data - Kunjungan setempat - Informasi Bank (Bank checking) - Informasi dari pembeli / pemasok / bowheer /pesaing Memorandum Usulan Pembiayaan (MUP) : Analisa Pembiayaan ( Analisa Kualitatif dan Kuantitatif) - Analisa Jaminan - Analisa Risiko - Evaluasi Kebutuhan Dana - Penetapan Struktur Fasilitas - Pengajuan MUP ke KPP Keputusan Pembiayaan oleh Komite - Rapat Komite - Sirkulasi

56 REALISASI KEPUTUSAN PEMANTAUAN PELUNASAN Pelaksanaan Keputusan KPP : - Penyampaian SPP ke Nasabah - Dokumentasi dan Administrasi - Penandatanganan Akad Pembiayaan dan Jaminan Pemantauan Pembiayaan : - Pemantauan Usaha Nasabah - Pemantauan Jaminan - Pembinaan Nasabah - Pemantauan Pembayaran Nasabah Pelunasan Pembiayaan : - Bukti Pelunasan - Pelepasan jaminan Sumber : PT. Bank Muamalat Indonesia, Data Diolah, 2013

57 Tabel 4.2 TAHAPAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH TERHADAP UKM PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA LANGKAH INISIASI SOLISITASI LAPORAN KUNJUNGAN KEGIATAN - Tahapan : a. Penetapan Target Market b. Penetapan Sektor Bisnis - Kriteria Nasabah : Ekstern & Intern - Penghimpunan Informasi/ Taaruf - Informasi Umum - Informasi Kebutuhan Nasabah - Informasi Kemampuan Membayar Kembali - Informasi Barang Jaminan - Informasi hubungan Perbankan - Verifikasi Data dan Informasi - Laporan Kunjungan Setempat - Berita Acara Plotting dan Taksasi Jaminan Sumber : PT. Bank Muamalat Indonesia, Data Diolah, 2013 1. INISIASI Berdasarkan gambar diatas penjelasan Tahapan dalam melakukan inisiasi, adalah sebagai berikut : A. PENETAPAN TARGET MARKET Dalam menetapkan target market Bank perlu memperhatikan Sektor Ekonomi yang memiliki prospek bisnis yang baik sehingga posisi Bank tergolong aman dan menguntungkan dalam membiayai

58 sektor tersebut. Kriteria bisnis yang aman dan menguntungkan antara lain : a) Bisnis yang sedang tumbuh (sunrise industry) b) Bisnis yang tidak terkena resesi c) Bisnis yang didukung oleh regulasi pemerintah d) Bisnis yang mempunyai pasar yang jelas Adapun sektor ekonomi yang dapat dibiayai antara lain : a) Pertanian, Perburuan & Sarana Pertanian b) Pertambangan, Konstruksi c) Industri Pengolahan d) Listrik, Gas & Air e) Perdagangan, Restoran dan Hotel f) Pengangkutan, Pergudangan & Komunikasi g) Jasa-jasa dunia usaha h) Jasa-jasa sosial / masyarakat i) Lain-lain B. PENGHIMPUNAN INFORMASI Penghimpunan informasi dapat dilakukan dengan ta aruf dan wawancara. Ta aruf adalah proses awal perkenalan antara A/M dengan nasabah melalui proses wawancara. Dalam wawancara tersebut A/M akan memperoleh data-data sementara tentang kondisi nasabah pemohon pembiayaan dan A/M memeriksa ulang kembali kelengkapan

59 dan kebenaran data-data tersebut. Dalam proses wawancara tersebut akan terlihat juga sikap atau komitmen serta konsistensi keabsahan data yang disampaikan secara tertulis oleh nasabah. Data tertulis tersebut sebagai acuan bagi A/M, sebab banyak terjadi perbedaan akurasi data atau pemalsuan antara data tertulis dengan data hasil wawancara. Selanjutnya masih dalam proses ta aruf, diperlukan adanya data standar nasabah bagi setiap A/M yang ingin melakukan wawancara. Dari data standar itu pula para A/M bisa mengambil kesimpulan secara tepat apakah permohonan pembiayaan tersebut dapat dilanjutkan atau ditolak. Secara garis besar dalam wawancara tersebut harus mencakup hal-hal antara lain: a) Kelengkapan data pemohon. b) Penjelasan data-data pendukung. c) Pemeriksaan kembali kebenaran dan konsistensi data pemohon. 2. SOLISITASI Solisitasi adalah kegiatan dalam rangka memperoleh nasabah melalui proses mengunjungi dan mendapatkan informasi data calon nasabah. Hasil solisitasi disajikan dalam bentuk laporan kunjungan (call report). Dalam menjalankan solisitasi, A/M harus mempunyai nilai standar tentang informasi yang akan diperoleh, sehingga diperoleh data yang objektif, tidak bersifat relatif dan tidak spekulatif. Adapun standar informasi yang dimaksud adalah :

60 A). INFORMASI UMUM Adapun informasi yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1) Tentang eksistensi perusahaan itu sendiri, bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang operasi bisnis secara keseluruhan termasuk filosofi bisnis perusahaan, sasaran yang ingin dicapai, rencana kerja, sejarah perusahaan, para pendiri dan pemegang saham, serta prospek masa depan perusahaan. 2) Jumlah staf atau karyawan, tingkat pendidikan rata-rata, sistem penggajian, dan jaminan sosial lain. B). INFORMASI KEBUTUHAN NASABAH Bidang usaha yang dijalankan, rekan bisnis perusahaan, teknologi yang digunakan, franchising management assistances (waralaba) atau perjanjian bisnis dengan pihak ketiga yang lain (bila ada), prospek masa depan bidang usaha. C). INFORMASI KEMAMPUAN PEMBAYARAN KEMBALI Adapun informasi mengenai kemampuan pembayaran kembali adalah sebagai berikut : a) Informasi mengenai kemampuan membayar kewajiban (repayment) umumnya tergantung dari kondisi dan hasil produksi itu sendiri, seperti cara pemasaran, perusahaan pesaing, kekuatan dan kelemahan perusahaan calon nasabah dibandingkan dengan perusahaan pesaing, distribusi produk,

61 strategi penjualan yang diterapkan, hasil penjualan tertinggi yang pernah dicapai, piutang dagang. b) Sumber pengadaan bahan baku atau bahan dagangan, cara pengadaan bahan baku, ciri khusus bahan baku. c) Sistem pelaporan kegiatan usaha dan keuangan yang telah diaudit oleh kantor akuntan atau sesuai dengan ketentuan Bank Muamalat. d) Adanya alternatif sumber pengembalian yang lain. D). INFORMASI JAMINAN Dalam menghimpun informasi jaminan Unit Support Pembiayaan (USP) wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a) Jenis jaminan yang diajukan, nilai pasar jaminan, pemilik jaminan dan marketable. b) Kemudahan memonitor jaminan, termasuk lokasi jaminan itu berada serta jenis dan sifat fisika kimianya. c) Status hukum jaminan tersebut termasuk asuransi. E). INFORMASI HUBUNGAN PERBANKAN DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA Dalam menghimpun informasi hubungan perbankan dan lembaga keuangan lainnya wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a) Hubungan dengan bank lain yang pernah memberikan pembiayaan (kredit) sebelumnya dan tujuan penggunaan pembiayaan serta term dan kondisi fasilitas.

62 b) Dari informasi di atas akan terlihat struktur pendanaan operasi perusahaan. Bila nasabah telah berhubungan dengan lembaga keuangan perbankan maka dapat dilengkapi dengan persyaratan kredit, jangka waktu kredit, agunan kredit dan kondite calon nasabah pada lembaga keuangan perbankan yang lama. c) Hasil informasi dibandingkan dengan posisi di Neraca dan Rugi Laba serta agar diketahui mengapa nasabah tersebut ingin berhubungan dengan Bank Muamalat Indonesia. 3. LAPORAN KUNJUNGAN Laporan Kunjungan (Call Report / On The Spot (OTS)) adalah laporan kunjungan ke lokasi usaha nasabah yang dibuat oleh Account Manager (AM) dan diketahui atasannya, sebagai dasar untuk proses pembiayaan selanjutnya. Dari Laporan On The Spot (OTS), sekurang-kurangnya harus berisikan : 1) Hari dan Tanggal Kunjungan 2) Nama Kru pengelola pembiayaan yang melakukan kunjungan 3) Tempat / lokasi kunjungan 4) Nama orang (berikut jabatannya) yang dimintakan informasi 5) Tujuan kunjungan 6) Hasil dan Kesimpulan Kunjungan 7) Tanda tangan pejabat / pengelola yang melakukan kunjungan.

63 Berikut ini adalah Garis besar pelaksanaan OTS adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 Garis Besar Pelaksanaan On The Spot (OTS) atau Laporan Kunjungan Pada PT. Bank Muamalat Indonesia SUMBER DATA INFORMASI YANG DIPERLUKAN A. Kantor Nasabah - Kas dan Bank - Persediaan - Harta Tetap - Piutang Dagang - Hutang Dagang - Keadaan Pegawai B. Pabrik / Toko / Lokasi Usaha / Lokasi Proyek C. Kantor / Pabrik / Toko dari Pemasok / Pembeli / Bowheer - Persediaan - Harta Tetap - Fasilitas Produksi / Usaha - Fasilitas Penyimpanan - Keadaan Proyek (konstruksi) - Hasil Produksi / Barang Dagangan - Keadaan Pegawai - Piutang/ Hutang Dagang - Volume penjualan / pembelian - Syarat-syarat penjualan/ pembelian - Waktu penyerahan barang - Waktu dan riwayat pembayaran - Tingkat kepuasan - SPK / kontrak - Tingkat penyelesaian pekerjaan - Kuantitas dan kualitas peralatan D. Jaminan - Lokasi dan plotting - Kondisi - Bukti Kepemilikan - Izin - Pemanfaatan - Penghuni - Kapasitas (untuk mesin) - Umur teknis (untuk mesin) - Harga Pasar. Sumber : PT. Bank Muamalat Indonesia, Data Diolah, 2013

64 B. Analisis Jumlah Pembiayaan Mudharabah terhadap Mudharib (UKM) yang disalurkan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia Berikut ini adalah Jumlah Pembiayaan Mudharabah terhadap Mudharib (UKM) yang disalurkan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia selama 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut : Tabel 4.4 Data Perkembangan Jumlah Pembiayaan Mudharabah (UKM) pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tahun 2008-2012 (Dalam Jutaan Rupiah) Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Keterangan 2008 2009 2010 2011 2012 Besarnya Dana yang 78,998 67,595 566,432 1,842,438 1,565,439 disalurkan oleh BMI Jumlah Nasabah 3,499 3,237 114,630 84,445 74,417 Sumber : PT. Bank Muamalat Indonesia, Data Diolah, 2013 Berikut ini adalah beberapa contoh profil nasabah pembiayaan Mudharabah PT. Bank Muamalat Indonesia yang melakukan pembiayaan adalah sebagai berikut :

65 Table 4.5 Contoh Profil Nasabah Pembiayaan Mudharabah PT. Bank Muamalat Indonesia No. Nama Usia Jenis Kelamin Jenis Usaha Jangka Waktu Pembiayaan 1. A 32 Tahun L Perdagangan 2 Tahun 2. B 39 Tahun L Manufaktur 5 Tahun 3. C 40 Tahun L Perdagangan 2 Tahun 4. D 35 Tahun P Jasa 5 Tahun 5. E 42 Tahun P Jasa 5 Tahun 6. F 30 Tahun L Perdagangan 2 Tahun 7. G 31 Tahun L Jasa 5 Tahun 8. H 34 Tahun P Manufaktur 2 Tahun 9. I 28 Tahun L Perdagangan 2 Tahun 10. J 44 Tahun P Manufaktur 5 Tahun 11. K 35 Tahun P Jasa 3 Tahun 12. L 27 Tahun L Perdagangan 5 Tahun 13. M 40 Tahun L Perdagangan 5 Tahun 14. N 33 Tahun P Perdagangan 3 Tahun 15. O 47 Tahun L Jasa 5 Tahun Sumber : PT. Bank Muamalat Indonesia, Data Diolah, 2013

66 C. Pencatatan Akun pada Pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Muamalat IndonesiaAnalisis 1. Akun Pada Akuntansi Pemilik Dana a) Akun Laporan Posisi Keuangan (neraca) 1) Investasi Mudharabah 2) Piutang Pendapatan Bagi Hasil 3) Piutang kepada Mudharib 4) Cadangan penyisihan kerugian investasi 5) Keuntungan Mudharabah Tangguhan 6) Akumulasi Penurunan Nilai (Penyusutan) Aset Mudharabah (modal non kas) b) Akun Laporan Laba Rugi 1) Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah 2) Beban kerugian investasi mudharabah 3) Keuntungan Penyerahan Aset Mudharabah 4) Kerugian Penyerahan Aset Mudharabah 5) Biaya penurunan nilai (penyusutan) aset mudharabah 6) Keuntungan Pengembalian Aset Mudharabah (modal non kas) 7) Kerugian Pengembalian Aset Mudharabah (modal non kas)

67 2. Akun Pada Akuntansi Pengelola Dana b) Akun Laporan Posisi Keuangan (Neraca) 1) Dana Syirkah Temporer 2) Bagi Hasil Diumumkan Belum Dibagi (Kewajiban Bagi Hasil ) 3) Aset Mudharabah / Persediaan 4) Hutang kepada LKS c) Akun Laporan Laba Rugi 1) Hak pihak ketiga atas Bagi Hasil 2) Kerugian Mudharabah D. Pernyataan Akuntansi Pemilik Dana dan Pengelola Dana berdasarkan PSAK 105 1. Akuntansi Pemilik Dana (Penyaluran Dana Bank Syariah) Pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas di ukur sebesar jumlah yang di bayarkan. 1. Dana Mudharabah Diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana. (PSAK 105, paragraf 12) 2. Pengukuran investasi mudharabah (PSAK 105, paragraf 13) 1) Bentuk kas yaitu sebesar jumlah yang dibayarkan,

68 2) Bentuk asset nonkas yaitu sebesar nilai wajar saat penyerahan : i. Jika lebih tinggi dari nilai tercatatnya yaitu selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah. ii. Jika lebih rendah dari nilai tercatatnya yaitu selisihnya diakui sebagai kerugian. 3) Modal mudharabah (Bank Syariah memberikan modal untuk pengusaha pengangkutan) a) Apabila nilai tercatat lebih besar dari nilai wajar berarti mengalami kerugian, b) apabila nilai tercatat lebih kecil dari nilai wajar berarti keuntungan tangguhan (diamortisasi selama jangka waktu akad). 4) Pembiayaan Mudharabah a) Penurunan nilai sebelum dimulai yaitu diakui kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah. (PSAK 105, paragraf 14) b) hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil. (PSAK 105, paragraf 15)

69 5) Penyusutan Nonkas apabila mengalami penurunan nilai saat atau setelah barang dipergunakan, maka kerugian tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungan pada saat pembagian bagi hasil. (PSAK 105, paragraf 17) 6) Pembiayaan Mudharabah a) Investasi Mudharabah mulai berjalan sejak diterima oleh pengelola dana. (PSAK 105, paragraf 16), b) Nonkas apabila mengalami penurunan nilai saat atau setelah barang dipergunakan, maka kerugian tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungan pada saat pembagian bagi hasil. (PSAK 105, paragraf 17) c) Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain ditunjukkan oleh : (PSAK 105, paragraf 18) i. persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi; ii. tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akad ; atau iii. hasil keputusan dari institusi yang berwenang. d) Akad berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi

70 mudharabah diakui sebagai piutang. (PSAK 105, paragraf 19) 2. Akuntansi Pengelola Dana (Penghimpunan Dana Bank Syariah) 1. Dana Mudharabah a) Diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. b) Pada akhir periode akuntansi dapat diukur sebesar nilai tercatatnya. (PSAK 105, paragraf 25) 2. Pendapatan Penyaluran Dana a) Pengelola dana mengakui pendapatan atas penyaluran dana syirkah temporer secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik dana (PSAK 105, paragraf 27) b) Bagi hasil mudharabah dapat menggunakan bagi laba (profit sharing) atau bagi hasil (revenue sharing). (PSAK 105, paragraf 28) c) Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diumumkan dan belum dibagikan diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana. (PSAK 105, paragraf 29) d) Kerugian atas kesalahan atau kelalaian dapat diakui sebagai beban. (PSAK 105, paragraf 30)

71 E. Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia PT. Bank Muamalat Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa, nasabahnya pun hampir diseluruh Indonesia, oleh karena itu berbagai macam fasilitas ditawarkan oleh Bank Muamalat salah satunya adalah pembiayaan mudharabah. Mudharabah merupakan akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana ) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana. Karena dalam hal pembiayaan ini melibatkan dua pihak yaitu pihak pertama Bank (shahibul maal) dan pihak kedua pengelola dana (mudharib) tentunya pembagian hasil haruslah dilakukan sejelas mungkin sehingga tidak merugikan kedua belah pihak. Pada umumnya pembagian hasil usaha dalam pembiayaan mudharabah sesuai PSAK 105 ada 2 (dua) yaitu yang pertama menggunakan prinsip bagi hasil. Pada prinsip bagi hasil ini dasar pembagian hasil usahanya adalah laba bruto ( Grossprofit) bukan total pendapatan usaha (Omset). Sedangkan yang ke dua yaitu menggunakan prinsip bagi laba, dalam prinsip ini dasar pembagian labanya adalah laba bersih yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal Mudharabah.

72 Dalam menghitung bagi hasil terhadap tabungan mudharabah PT. Bank Muamalat Indonesia, menggunakan rumus sebagai berikut : 1) Perhitungan Bagi Hasil Rekening Individu Tabungan Mudharabah (rumus 1) So rata2 harian rekening x HBH x return produk 365 x 100 Sedangkan untuk Deposito Mudharabah ( ulang tanggal ) perhitungannya adalah sebagai berikut : 2) Perhitungan bagi hasil individu - ulang tanggal (rumus 1) So rata2 harian rek x HBH x return produk 365 x 10 Contoh Kasus 1 : Pada 15 Januari Bank Syariah Mitra Umat menyetujui investasi mudharabah Sunarto, seorang pengusaha Textil di kota Pekalongan, sebesar Rp. 500 juta dengan nisbah 70 untuk bank dan 30 untuk Tuan Zulkifli. Jangka waktu akad selama 2 tahun. Penyerahan modal mudharabah sebagai berikut : - 25 Januari dalam bentuk uang tunai sebesar Rp.80 juta - 27 Januari diserahkan 20 buah mesin tenun dengan nilai pasar sebesar Rp. 220 juta (harga beli Rp.250 juta ) - 28 Januari diserahkan 20 buah mesin pewarna untuk ojek nilai pasar sebesar Rp. 200 juta (harga beli Rp. 176 juta) Penyelesaian :

73 1) Tanggal 2 Januari pembelian kendaraan bus, jurnalnya adalah : Dr. Persediaan/Aset Mudharabah Rp. 426.000.000,- Cr. Rekening Suplier Rp. 426.000.000,- 2) Tanggal 15 Januari saat pembiayaan mudharabah disetujui, jurnalnya adalah : Dr. Kontra komitmen Investasi Mdh Rp. 500.000.000,- Cr. Kewajiban Komitment Investasi Mdh Rp. 500.000.000,- 3) Tanggal 25 Januari dilakukan penyerahan modal dalam bentuk uang tunai, sebesar Rp. 80 juta, jurnalnya adalah: Dr. Investasi Mudharabah Rp. 80.000.000,- Cr. Rekening mudharib Rp. 80.000.000,- 4) Tanggal 27 Januari dilakukan penyerahan 20 buah mesin tenun kepada sunarto sebagai mudharib, dengan nilai pasar sebesar Rp.220 juta,- (nilai tercatat Rp. 250 juta), jurnalnya adalah : Dr. Investasi mudharabah Rp. 220.000.000,- Dr. Kerugian penyerahan aktiva Rp. 30.000.000,- Cr. Persediaan aktiva Rp. 250.000.000,- 5) Tanggal 28 Januari, dilakukan penyerahan 20 buah mesin pewarna kepada sunarto dengan harga pasar sebesar Rp.200 juta (nilai tercatat Rp. 176 juta), maka jurnalnya adalah : Dr. Investasi mudharabah Rp. 200.000.000,- Cr. Persediaan / Aset mudharabah Rp. 176.000.000,- Cr. Keuntungan Mudharabah Tangguhan Rp. 24.000.000,-

74 6) Amortisasi keuntungan Mudharabah adalah : 24.000.000 / 24 = 1.000.000,- per bulan Jurnalnya adalah : Dr. Keuntungan Mdh Tangguhan Rp. 1.000.000,- Cr. Keuntungan Penyerahan Aset Mdh Rp. 1.000.000,- 7) Salah satu mesin tenun, seharga Rp.10 juta sebelum diserahkan kepada sunarto, mengalami kerusakan. Maka jurnalnya adalah : a. Pada saat bank membentuk cadangan kerugian Db.Beban Penyisihan Kerugian Investasi Mdh Rp. 10.000.000,- Cr. Penyisihan Kerugian Investasi Mdh Rp. 10.000.000,- b. Pada saat penghapus bukuan Db. Penyisihan Kerugian Investasi Mdh Rp. 10.000.000,- Cr. Investasi mudharabah Rp. 10.000.000,- Penyusutan Modal Non Kas 1. Modal Non Kas - 20 mesin tenun Rp. 200.000.000,- - 20 mesin pewarna Rp. 220.000.000,- Jumlah Total Modal Non Kas Rp. 420.000.000,- 2. Penyusutan, 420.000.000/12 = 35.000.000 3. Jurnal : Dr. Beban penurunan nilai (penyusutan) Rp. 35.000.000,- Cr. Akum penurunan nilai (penyusutan) Rp. 35.000.000,-

75 Pengukuran nilai investasi 1. Modal Kas Rp. 100.000.000 2. Modal Non Kas Rp. 400.000.000 - Penurunan nilai Rp. 35.000.000 - Amortisasi Keuntungan Tanggal (Rp. 1.000.000) (Rp. 34.000.000) - Kerugian (Rp. 0 ) (Rp. 34.000.000) Nilai Bersih Investasi Mudharabah Rp. 436.000.000,- 8) Sesuai kesepakatan Sunarto, membayar pembiayaan mudharabah sebesar Rp.500 juta. Jurnalnya adalah : Dr. Rekening mudharib Rp. 500.000.000,- Cr. Investasi Mudharabah Rp. 500.000.000,- Maka dapat disimpulkan dari laporan Sunarto atas pengelolaan pembiayaan mudharabah diperoleh hasil usaha sebesar Rp.10.000.000,- dan dibagi sesuai nisbah yang telah disepakati yaitu 70: 30. Bagi hasil untuk bank telah dibayar oleh mudharib sebelum tutup buku bank dilakukan. Perhitungannya adalah sebagai berikut : Shahibul maal : 70/100 x Rp. 10.000.000,- = Rp. 7.000.000,- Mudharib : 30/100 x Rp. 10.000.000,- = Rp. 3.000.000,- Jurnal : Dr. Kas/Rekening Nasabah Rp. 7.000.000,- Cr. Pendapatan bagi hasil Mudharabah Rp. 7.000.000,-

76 Kesimpulan : Pada contoh kasus diatas, PT. Bank Muamalat Indonesia melakukan pembiayaan dengan jenis mudharabah muqayyadah, yaitu pemilik dana memberikan batasan kepada mudharib dalam menggunakan dana. Pernyataan tersebut tercantum dalam PSAK 105 paragraf 39. Jika dilihat pada contoh kasus diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil usaha yang diperoleh sebesar Rp.10.000.000,- dan langsung dibagi dengan nisbah yang disepakati maka, timbul pertanyaan apakah hasil usaha tersebut merupakan laba yang belum dikurangi dengan biaya (Grossprofit)? ataukah merupakan penghasilan usaha yang berasal dari pendapatan usaha sepenuhnya (revenue)? atau mungkin dari laba bersih yang sudah dikurangi dengan beban-beban yang berkaitan dengan pengelolaan Mudharabah (Netprofit)? Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa PT. Bank Muamalat Indonesia menggunakan revenue sharing. Hal ini diperkuat dengan tidak lengkapnya data yang diberikan atau yang menerangkan adanya biaya atau beban-beban yang berkaitan dengan pembiayaan mudharabah tersebut. Menurut penulis jika revenue sharing yang digunakan dalam menentukan bagi hasil terhadap pembiayaan mudharabah maka hal ini kurang menekankan kebijaksanaan seperti yang dianjurkan dalam agama islam. Sebagai ilustrasi akan dijelaskan sebagai berikut, Pak sunarto melaporkan bahwa memperoleh pendapatan Rp.10.000.000- dengan nisbah yang disepakati 70 ; 30 dan hasil tersebut

77 masih merupakan pendapatan kotor. Jika pihak bank menggunakan Revenue sharing berarti bagi hasil yang diterima bank adalah sebesar Rp.7.000.000,- (70/100 x Rp.10.000.000,-), sedangkan mudharib hanya menerima Rp.3.000.000,- (30/100 x Rp.10.000.000,-). Kesepakatan nisbah 70:30 yang ditentukan memang sesuai dengan syariat islam karena jelas terlihat jelas bahwa modal sepenuhnya dari bank sehingga wajar jika persentase keuntungan lebih besar bank dari pada shahibul mall, tetapi hal ini menjadi kurang bijaksana jika bagi hasil tersebut diambil dari revenue sharing bukan profit sharing. Hal tersebut kurang bijaksana karena menurut akad yang ada, bahwa pada pasal 7 menyebutkan seluruh biaya dan pajak ditanggung oleh mudharib. Jika bank memperoleh bagi hasil dari revenue berarti jelas bahwa bank tidak ingin terlibat dalam penanggungan biaya yang terkait dengan usaha pembiayaan mudharabah. Sedangkan jika melihat keadaan mudharib (nasabah) kita tidak mengetahui sebesar apakah harga pokok dari usaha tersebut, dan berapa biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usaha tersebut, sehingga bisa saja nisbah yang diperoleh mudharib (nasabah) sebesar Rp.3.000.000,- bukan bagian dari keuntungan, tetapi kemungkinan harga pokok dan biaya yang dikeluarkan lebih besar dan jika memang begitu berarti mudharib mengalami kerugian bukan keuntungan. Sedangkan pihak bank sudah menikmati keuntungan di awal. Sehingga hal ini kurang memenuhi asas keadilan seperti yang dianjurkan dalam agama islam. Sedangkan untuk jurnal pembagian hasil usaha yang dilaksanakan

78 oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, telah sesuai dengan ( PSAK No. 105 paragraf 11 ). F. Pengakuan dan Pengukuran yang dilaksanakan PT. Bank Muamalat Indonesia pada Pembiayaan Mudharabah sesuai dengan PSAK 105 Pengakuan merupakan prinsip dasar yang menentukan penentuan waktu pendapatan, biaya, pengakuan untung atau rugi didalam laporan keuagan bank, aset dan kewajiabn. Adapun konsep pengakuan dan pengukuran akuntansi antara lain, konsep matching dan sifat pengukuran. Konsep matching sendiri memiliki pengertian untung/rugi selama jangka waktu tertentu harus ditentukan dengan mencocokan pendapatan dan keuntungan dengan biaya-biaya dan kerugian yang berhubungan dengan periode atau jangka waktu tersebut. Sedangkan sifat pengukuran mengacu kepada sifat-sifat aset dan kewajiban yang harus diukur untuk tujuan akuntansi keuangan. Sifat-sifat yang harus dijadikan sebagai dasar suatu unsur untuk dapat diakui dan diukur dalam suatu laporan keuangan diantanya adalah, nilai setara kas yang diharapakan atau diperkirakan diperoleh atau dibayarkan, relevansi aset, kewajiban dan investasi terbatas pada akhir periode akuntansi, kemampuan aset. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengakuan dan pengukuran pendapatan yaitu, metode accrual basic yakni merupakan pendapatan yang dicatat atau diakui pada saat pendapatan dihasilkan tanpa memperhatikan kapan pendapatan itu diterima.

79 Sedangkan yang kedua yakni cash basic yakni pendapatan yang dicatat atau diakui pada saat diterima dan beban diakui pada saat dibayar. Sesuai dengan hukum Syari ah, modal harus diketahui baik dari segi kuantitas maupun kualitas, dan hal ini merupakan dasar dari penilaian, dimana keuangan mudharabah disajikan dalam pembukuan bank. Kemudian ketentuan pemberian modal harus disepakati yakni pemberian dalam bentuk tunai. Namun sesuai dengan kebijakan saat ini, modal bisa diberikan dalam bentuk aset perniagaan dan dalam nilai aset tersebut pada saat pengadaan kontrak tersebut senilai/sama dengan modal yang akan diberikan dalam mudharabah. Untuk mengetahui sejauh mana pengakuan dan pengukuran yang telah dilaksanakan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, maka penulis akan mencoba untuk menganalisis dari hal-hal seperti Entitas sebagai pemilik dana dan Penghasilan usaha. 1. Entitas sebagai Pemilik Dana pada PT. Bank Muamalat Indonesia Bank muamalat mengakui dana mudharabah sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana. Contoh Kasus 2 : 1. Pada tanggal 10 Januari 2008 Bank Syariah setujui memberikan modal mudharabah kepada H Achmad sebesar Rp. 1.000.000.000,-- dengan nisbah yang disepakati 60 untuk bank dan 40 untuk mudharib. 2. Pembayaran modal :

80 - Tahap pertama sebesar Rp.600.000.000,- pada tanggal 15 Januari 2008 dan - Tahap kedua sebesar Rp.400.000.000,- pada tanggal 20 Januari 2008 Penyelesaian : 1) 10/01/2008 Pada saat Investasi mudharabah disetujui, maka jurnalnya adalah: Dr. Kontrak Kewajiban komitmen Invest Mdh Rp. 1.000.000.000,- Cr. Kewajiban Komitment Invest Mdh Rp. 1.000.000.000,- Dengan adanya persetujuan pembiayaan mudharabah tersebut, buku besar komitmen (rekening administratif ) bank syariah menunjukan sebagai berkut : BUKU BESAR Komitmen Pembiayaan Mudharabah Debet Kredit Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah Saldo 1.000.000.000 10/1 Tn. Ahmad 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000 Jurnal tersebut menunjukan bahwa investasi mudharabah belum bisa diakui karena modal tersebut belum diserahkan ke mudharib. 2) Tgl 15/01/08, pembayaran tahap pertama, maka jurnalnya adalah : Dr. Investasi Mudharabah Rp. 600.000.000,-

81 Cr. Rekening Mudharib Rp. 600.000.000,- Dr. Kewajiban Komitmen Investasi Mdh Rp. 600.000.000,- Cr. Kontrak Kewajiban Komitmen Investasi Mdh Rp. 600.000.000, Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar dan neraca sebagai berikut : BUKU BESAR Komitmen investasi Mudharabah Debet Kredit Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah 15/01 Penyerahan 600.000.000 110/1 Tn. Ahmad 1.000.000.000 Saldo 400.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000 BUKU BESAR Investasi Mudharabah Debet Kredit Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah 15/01 Tuan Ahmad 600.000.000 Saldo 600.000.000 600.000.000 600.000.000 Sedangkan untuk penyajian pada neraca adalah sebagai berikut : NERACA Per 15 januari 2XXX Aktiva Pasiva Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah Investasi Mudharabah 600.000.000

82 Berdasarkan analisis tersebut yang dilakukan terhadap Bank Muamalat pada jurnal tersebut dapat dilihat bahwa investasi mudharabah hanya bisa diakui ketika modal sudah diserahkan ke mudharib dalam hal ini modal tersebut telah dipindahakan ke rekening mudharib. Sedangkan untuk mengurangi nilai kewajiban dari investasi mudharabah telah dibuatkan jurnal dibawahnya sehingga kewajiban sisa Rp.400.000.000,-. Sedangkan untuk pengungkapannya Bank Muamalat menggunakan metode cash basis, karena investasi mudharabah hanya hanya bisa diakui ketika modal sudah diserahkan ke mudharib. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Bank Muamalat Indonesia telah sesuai dengan PSAK 105 paragraf 12. 3) Tgl 20/01/08 dilakukan jurnal pembayaran tahap kedua sebesar Rp. 400.000.000,-. maka jurnalnya adalah : Dr. Investasi Mudharabah Rp. 400.000.000,- Cr. Rekening Mudharib Rp. 400.000.000,- Dr. Kewajiban Komitmen Investasi Mdh Rp. 400.000.000,- Cr. Kontrak Kewajiban Komitmen Investasi Mdh Rp. 400.000.000,- Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar dan neraca sebagai berikut :

83 BUKU BESAR Komitment Pembiayaan Mudharabah Debet Kredit Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah 15/01 Penyerahan 600.000.000 10/1 Tn. Ahmad 1.000.000.000 modal Penyerahan 400.000.000 20/01 modal Saldo 0 1.000.000.000 1.000.000.000 BUKU BESAR Pembiayaan Mudharabah Debet Kredit Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah 15/01 Tuan Ahmad Tuan Ahmad 600.000.000 400.000.000 1.000.000.0000 20/01 1.000.000.000 Saldo 1.000.000.000 Sedangkan penyajianya dalam neraca adalah sebagai berikut : Neraca Per 20 Januari 2XXX Aktiva Pasiva Uraian Jumlah Uraian Jumlah Investasi Mudharabah 1.000.000.000 Pada penyerapan tahap kedua ini juga diakui sebagai investasi Mudharabah karena modal sudah dipindahkan ke rekening mudharib. Sedangkan untuk kewajiban investasi mudharabah yang diakui oleh

84 sahibul maal sudah tidak ada (Rp.0) karena kewajiba tersebut telah lunas pada saat penyerahan modal kedua dilaksanakan. Pencatatan pada jurnal tersebut sudah sesuai dengan (PSAK 105 paragraf 12). 4) Dari laporan yang diterima dari H. Achmad sbg pengelolaan dana mudharabah, mengalami kerugian sebesar Rp.50.000.000,- (kerugian tersebut tidak dapat diketegorikan sebagai kelalaian atau kesalahan mudharib), maka jurnalnya adalah : a) Pada saat bank membentuk cadangan kerugian Db. Beban Penyisihan Kerugian Investasi Mdh Rp. 50.000.000,- Cr. Akumulasi Penyisihan Kerugian Investasi Mdh Rp. 50.000.000 b) Pada saat penghapus bukuan Db. Akumulasi Penyisihan Kerugian Investasi Mudh Rp. 50.000.000,- Cr. Investasi mudharabah Rp. 50.000.000,- 5) Bagi hasil yg menjadi milik bank sebesar Rp. 10.000.000,- s/d tgl tutup buku belum disetorkan oleh H. Achmad. Maka jurnalnya adalah : Dr. Piutang kepada Mudharib Rp. 10.000.000,- Cr. Pendapatan Bagi Hasil mudharabah Rp. 10.000.000,- 6) Pembiayaan mudharabah H. Achmad terpaksa harus dihentikan sebelum berakhirnya akad. Dari catatan bank saldo Investasi mudharabah pada H. Achmad sebesar Rp.450.000.000,- dan atas penghentian, diperoleh laporan

85 kerugian sebesar Rp. 25.000.000,- Sisa Investasi tersebut tidak dapat dikembali oleh H. Achmad. Maka jurnalnya adalah : Db. Piutang Mudharib (H. Achmad) Rp. 425.000.000 Db. Penyisihan Kerugian Investasi Mdh Rp. 25.000.000 Cr. Investasi Mudharabah Rp. 450.000.000 2. Penghasilan Usaha Pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia Penghasilan usaha merupakan sesuatu yang mutlak dibutuhkan oleh setiap perusahaan, apalagi jika perusahaan tersebut memang perusahaan yang mencari profit tentunya mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan keuntungan atau profit. Salah satu penghasilan usaha yang diperoleh bank muampat alat Tbk adalah melalui bagi hasil yang diperoleh dari pembiayaan mudharabah. Bank Muamalat dalam hal ini mengakui penghasilan usaha mudharabah berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana. Berikut adala contoh kasus pada penghasilan usaha pembiayaan : Pada tanggal 20 Februari 2008 diterima bagi hasil dari Zainudin yang menjadi hak Bank sebesar Rp.3.500.000,- (70% x Rp.5.000.000,-) yang dibayar dengan tunai maka Bank Muamalat membuat jurnal :

86 Dr Kas/ Rekening Zainudin Rp.3.500.000,- Cr Pendapatan bagi hasil mudharabah Rp.3.500.000,- Pada tanggal 30 Maret 2008 diperoleh laporan secara tertulis dari Zainudin atas bagi hasil periode bulan Maret 2008 sebesar Rp.3.500.000,- yang belum dapat dibayarkan. Dalam hal ini pihak Bank Muamalat membuat jurnal: Dr Piutang Mudharib (bagi hsil mudharabah) Rp.3.500.000,- Cr. Pendapatan bagi hasil Mudharabah Rp.3.500.000,- Jika kita melihat jurnal untuk mencatat transaksi Zainudin maka cara yang dilakukan oleh Bank Muamalat telah sesuai dengan ( PSAK 105 paragraf 24 ) dimana bagi hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang jatuh tempo. Pak Zainudin mengembalikan mesin dengan nilai investasi Rp.20.000.000,- akumulasi penurunan nilai (penyusutan) sebesar Rp.19.200.000,- dan nilai wajar saat saat diterima sebesar Rp.2.500.000,-. Pada saat pengembalian ini Bank Mumalat Indonesia mencatat dengan jurnal : Dr Persediaan Rp.2.500.000,- Dr Akumulasi penurunan nilai Rp.19.200.000,- Cr Investasi Mudharabah Cr Keuntungan pengembalian aset Rp.20.000.000,- Rp.1.700.000,-

87 Maka dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa jurnal tersebut sudah sesuai dengan PSAK 105. G. Penyajian dan Pengungkapan Pembiayaan Mudharabah PT. Bank Muamalat Indonesia sesuai dengan PSAK No. 105 A. Penyajian ( PSAK 105, paragraf 36-37 ) 1. Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat. 2. Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan a. dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah; b. bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan dan telah jatuh tempo tetapi belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai kewajiban; dan c. bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum jatuh tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang belum dibagikan. B. Pengungkapan ( PSAK 105, paragraf 38-39) 2. Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas, pada : a) rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;

88 b) penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan; dan c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah. 3. Pengelola dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas, pada: b) rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya; c) penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah; dan d) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Menurut PSAK 101 paragraf 8 yang menjelasakan mengenai Laporan keuangan, bahwa Laporan Keuangan adalah suatu penyajian tersetruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu entitas syariah. Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuagan, kinerja dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas syariah yang meliputi :

89 (a) Aset; (b) Kewajiban; (c) Dan syirkah temporer; (d) Ekuitas; (e) Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; (f) Arus kas; (g) Dana zakat dan; (h) Dana kebijakan. Dengan menggunakan dasar tersebut pada bab IV ini penulis akan berusaha untuk menganalisis penyajian dan pengungkapan mengenai investasi mudharabah yang dilaksanakan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia. Berdasarkan Neraca PT. Bank Muamalat Indonesia, periode 31 Desember 2011 dan 2010 bahwa, Tabungan Mudharabah dan Deposito Mudharabah diletakkan diposisi Liabilitas, Dana Syirkah temporer dan Ekuitas dengan menggunakan pos Dana Investasi Tidak Terikat (Mudharabah Muthalaqah). Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut :

90 Tabel 4.6 Pembiayaan Mudharabah NERACA Periode 31 Desember 2011 dan 2010 Bank ( di Audit ) Konsolidasi No Pos-Pos Desember Desember Desember 2011 2010 2010 LIABILITAS, DANA SYIRKAH TEMPORER DAN EKUITAS 15 Hak Minoritas - - - 16 Dana Investasi Tidak Terikat (Mudharabah Muthalaqah) a. Tabungan Mudharabah xxx xxx xxx b. Deposito Mudharabah b.1 Rupiah xxx xxx xxx b.2 Valas xxx xxx xxx Kesimpulan : Jika melihat dari Neraca PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk menurut teori yang dipelajari bahwa account bagi hasil dalam laporan keuangan (Neraca) seharusnya ada dua (2) yaitu yang pertama adalah account bagi hasil yang telah dibagikan dan bagi hasil yang belum dibagikan dan kedua account ini tidak bisa digabungkan melainkan harus ditulis secara terpisah. Melihat dari neraca tersebut penulis tidak menemukan adanya account mengenai Bagi Hasil yang berasal dari Deposito Mudharabah dan Bagi Hasil yang berasal dari Tabungan Mudharabah.

91 Melainkan dalam Laporan Keungan tersebut telah jelas bahwa hanya ada 2 (dua) account mengenai Mudharabah yaitu Tabungan Mudharabah dan Deposito Mudharabah yang tidak diketahui apakah kedua account tersebut terpisah dari bagi hasil atau tidak. Sehingga jika disesuaikan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 105 tentang Penyajian yang juga mengacu kepada PSAK No. 101 tentang Penyajian Pelaporan Keuangan Syariah maka Laporan Keuangan tersebut masih belum sesuai dengan (PSAK No.105 paragraf 37 ). Penyajian mengenai Investasi Mudharabah tidak hanya terdapat pada Neraca melainkan juga pada Laporan Laba Rugi oleh karena itu disini penulis akan mencoba untuk mengevaluasi mengenail penyajian yang terdapat pada Laporan laba rugi untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut :

92 No. I II Table 4.7 PERHITUNGAN LABA/RUGI DAN SALDO LABA Periode 1 Januari s/d 31 Desember 2011 dan 2010 Pos-Pos PENDAPATAN DAN BEBAN OPRASIONAL A. Pendapatan Dari Penyaluran Dana 1. Dari pihak Ketiga Bukan Bank e. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah Desember 2011 Bank Desember 2010 Konsolidasi Desember 2010 xxx xxx xxx 3. Dari Bank-bank lain di Indonesia b. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah i. Tabungan Mudharabah xxx xxx xxx ii. Deposito Mudharbah xxx xxx xxx Bagi Hasil Untuk Investor Dana Investasi Tidak Terikat 1. Pihak Ketiga Bukan Bank a. Tabungan Mudharabah xxx xxx xxx b. Deposito Mudharabah xxx xxx xxx c. Sertifikat Investasi Mudharabah Antar bank xxx xxx xxx 3. Bank-bank Lain di indonesia dan Di luar Indonesia a. Tabungan Mudharabah xxx xxx xxx b. Deposito Mudharabah xxx xxx xxx Kesimpulan : Jika melihat dari laporan keuangan laba/rugi yang telah dilaksanak oleh pihak PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, maka Penyajian dan Pengungkapan tersebut telah sesuai dengan (PSAK No. 105 paragraf 36 s/d 38 ) dimana pada penyajian dan pengungkapan mengacu kepada PSAK No. 101.