BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Tahun 2013

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANGKA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BELITUNG

RENCANA AKSI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR

KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2012 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN ACEH TENGGARA

Indikator Kinerja Program. A. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Lampiran data-data hasil wawancara dengan Kementrian Pendidikan dan. via pada hari Selasa tanggal 31 Mei 2016, pada pukul 14:21 WIB.

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

CAPAIAN, TARGET, DAN RENCANA PEMBIAYAAN SPM BIDANG PENDIDIKAN DASAR

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

DAFTAR TABEL Persentase SD/ MI yang semua rombongan... belajar (rombel)nya tidak melebihi 32 orang

SALINAN. b. bahwa untuk menjamin tercapainya mutu pendidikan yang diselenggarakan daerah perlu menetapkan standar pelayanan minimal pendidikan dasar;

Hasil Perhitungan SPM

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 16

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

PERHITUNGAN INDIKATOR PENCAPAIAN (IP)

Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SD/MI dalam jarak kurang dari 3 KM. Jumlah kelompok permukiman permanen di kab/kota

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB)

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Kabupaten Bangka

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 31

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN SAMPANG

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 472 TAHUN 2011 TANGGAL

Misi 4. Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang Berkualitas tanpa Meninggalkan Kearifan Lokal

No Pengaturan mengenai Jenis Pelayanan Dasar ditentukan dengan tegas dan jelas dalam Peraturan Pemerintah ini dan tidak didelegasikan lebih la

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 39 TAHUN 2013 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERUMAHAN RAKYAT KABUPATEN BELITUNG

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN TERBIMBING (PLT) DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANTUL

Penghitungan Biaya Pencapaian Standar dan Akses

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

IMPLEMENTASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 DONO ARUM KECAMATAN SEPUTIH AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. berpedoman pada tujuan dan prioritas pembangunan

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

GUBERNUR PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PENDIDIKAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 23 TAHUN 2017

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 90 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

PELAKSANAAN UU. NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANGKA TENGAH TAHUN 2015

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

BAB II URAIAN TEORITIS. kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk

RINGKASAN RENJA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA TANGERANG TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG RENJA 2016 RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2016

PANDUAN APLIKASI. Pengolahan Data Pendidikan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

~ 1 ~ PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAH RAGA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP dan BUPATI CILACAP MEMUTUSKAN :

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

/ KEPUTUSAN MENTER! PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

KATA PENGANTAR. Pembina Tk.I NIP Bandung, 28 Februari 2015 KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG, Dr. H. ELIH SUDIAPERMANA, M.Pd.

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG

Kondisi baik 425 Kondisi rusak ringan 0 Kondisi rusak berat 0

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah KabupatenTasikmalaya.

IDENTIFIKASI INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENCIRI AKREDITASI SMP DAN MTS DENGAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL FAHMI SALAM AHMAD

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 59 TATTUN 2Ot2 TENTANG BUPATT MOJOKERTO,

LAPORAN FINAL SQA PKP SPM PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perpustakaan sekolah

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

Studi Analisis Kebijakan Implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas. Kinerja Instansi Pemerintah mengarahkan bahwa pelaksanaan pemerintahan

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENERIMA DANA BOS 2014 DI KABUPATEN PONOROGO

AL-ADZKA, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Volume V, Nomor 01 Januari 2015

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah wajib membiayainya. Sehingga memberikan bantuan guru PNS kepada sekolah

Kondisi baik 102 Kondisi rusak ringan 0 Kondisi rusak berat 0

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 049 TAHUN 2017 TENTANG

2013, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1918); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik

STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANTUL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

Tutorial Pengisian. Instrumen SPM DIKDAS Program PKP SPM. SMP / MTs TIM PKP SPM DIKDAS

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah yang dilaksanakan per 1 Januari 2001 telah memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengurus sendiri urusan pemerintahannya, berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah antara lain dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai. Pemerintah wajib melakukan pembinaan dan pengawasan berupa pemberian pedoman, standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervisi, pengendalian, koordinasi, monitoring dan evaluasi. Hal ini dimaksudkan agar kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah tetap sejalan dengan tujuan nasional dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut salah satunya adalah menerapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Kewajiban pemerintah daerah untuk menerapkan SPM termuat dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, yang pedoman penyusunan dan penerapan SPM masih mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM. 1

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, SPM adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal. Adapun urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi: (a) pendidikan; (b) kesehatan; (c) pekerjaan umum dan penataan ruang; (d) perumahan rakyat dan kawasan permukiman; (e) ketenteraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat; dan (f) sosial. (Pasal 11 Undang-Undang 23 Tahun 2014). Sedangkan penyelenggaraan pelayanan dasar yang dilakukan oleh pemerintah daerah berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. (Pasal 18 Undang-Undang 23 Tahun 2014) Berkaitan dengan hal tersebut, sampai saat ini Pemerintah melalui Kementerian atau Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) telah menetapkan SPM untuk diterapkan di Pemerintahan Daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota, yang terdiri dari 15 (lima belas) bidang yaitu: 1. Perumahan Rakyat; 2. Pemerintahan Dalam Negeri 3. Sosial; 4. Kesehatan; 5. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; 6. Lingkungan Hidup; 7. Keluarga Berencana dan Sejahtera; 8. Ketenagakerjaan; 2

9. Pendidikan; 10. Pekerjaan Umum; 11. Ketahanan Pangan; 12. Kesenian; 13. Komunikasi dan Informasi; 14. Perhubungan; dan 15. Penanaman Modal. Dari bidang SPM yang telah ditetapkan diatas, yang wajib diterapkan oleh Pemerintah Provinsi sebanyak 9 (sembilan) bidang, yaitu: Perumahan Rakyat; Sosial; Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; Lingkungan Hidup; Ketenagakerjaan; Ketahanan Pangan; Kesenian; dan Perhubungan; serta Penanaman Modal. Sedangkan yang wajib diterapkan oleh pemerintah Kabupaten/Kota yaitu seluruh bidang yang ditetapkan diatas (15 bidang). Sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam pemenuhan hak warga negara dan pembangunan secara merata, perlu dilakukan evaluasi capaian terhadap SPM tersebut. Evaluasi sangat penting agar capaian indikator masing-masing jenis pelayanan mengalami peningkatan, dan minimal sesuai dengan standar nasional yang telah ditetapkan. Meningkatnya capaian indikator tersebut sebagai penanda semakin meningkatnya pelayanan kepada masyarakat. Salah satu bidang pelayanan yang menarik untuk dilakukan evaluasi adalah bidang pendidikan. Selain merupakan urusan pemerintahan wajib yang 3

berkaitan dengan pelayanan dasar, bidang pendidikan merupakan kunci keberhasilan pembangunan dan menjadi fokus utama pembangunan di setiap daerah. Pendidikan masyarakat merupakan modal utama pembangunan suatu daerah karena tingginya tingkat pendidikan berimplikasi pada meningkatnya kualitas hidup masyarakat. Hingga saat ini berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah, diantaranya program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun; program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan; dan program manajemen pelayanan pendidikan. Dalam peraturan kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013 menyebutkan dalam pasal 2 (dua) ayat 2 (dua) menyebutkan ada 14 (empat belas) pelayanan pendidikan dasar yang harus dilaksanakan pemerintah Kabupaten/Kota : 1. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km jalan darat/air untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen di daerah terpencil; 2. Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis; 3. Setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta 4

didik; 4. Setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru; 5. Setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan; 6. Setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran; 7. Setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik; 8. Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D- IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%; 9. Setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Pendidikan Kewarganegaraan. 5

10. Setiap kabupaten/kota semua kepala SD/MI berkualifikasi akademik S1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; 11. Setiap kabupaten/kota semua kepala SMP/MTs berkualifikasi akademik S1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; 12. Setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah dan madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; 13. Pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif; dan 14. Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan Penerapan standar pelayanan minimal pendidikan dasar dikabupaten Bangka Tengah sudah dimulai sejak tahun 2010. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah kepada media online Radar Bangka online SPM itu sudah diterapkan sejak 2010 dan diharapkan ke depannya bisa berubah menjadi standar pelayanan nasional seiring meningkatnya tuntutan dunia terhadap kualitas pendidikan Harapan yang disampaikan oleh kepala dinas pendidikan seiring berjalannya penerapan SPM pendidikan, adanya kemajuan yang membaik sesuai dengan tuntutan negara terhadap kualitas pendidikan. 6

Namun capaian indikator SPM bidang pendidikan di daerah kabupaten Bangka Tengah masih jauh dari target capaian nasional, seperti capaian pada indikator Di setiap SMP/MTs tersedia ruang Laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja kursi yang cukup untuk 36 peserta didik sampai tahun 2015 baru terealisasi sebesar 18,18%, sedangkan target capaian nasional mencapai 100%. Artinya masih ada gap sebesar 72,82%. Ketidak tercapainya indikator ini disebabkan karena hingga saat ini pemerintah Kabupaten Bangka Tengah baru bisa memenuhi kebutuhan gedung ruangan laboratoriumnya saja, namun untuk alat didalam laboratorium hingga saat ini masih di anggarkan di APBD perubahan Selanjutnya pada indikator Disetiap kabupaten/kota semua kepala SMP/MTs berkualifikasi akademik S1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik baru mencapai 77,27% pada tahun 2015, sedangkan target capaian nasional mencapai 100%. Belum tercapainya indikator ini sebabkan masih adanya sebagian kecil kepala sekolah yang sudah berusia sangat tua. Sehingga keinginan mereka untuk melanjutkan kuliah sudah tidak ada lagi. Hingga saat ini pemerintah Kabupaten Bangka Tengah masih berupa upaya untuk memberikan beasiswa kepada kepala sekolah yang berusia muda. Mengingat masih rendahnya beberapa capaian indikator bidang pendidikan di Kabupaten Bangka Tengah, maka perlu dilakukan evaluasi capaian SPM bidang pendidikan agar dapat diketahui akar permasalahan dan upaya peningkatan capaian. Untuk itu, penulis memfokuskan penelitian ini pada evaluasi pelaksanaan SPM bidang pendidikan di Kabupaten Bangka 7

Tengah dengan judul penelitian Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pendidikan Dasar di Kabupaten Bangka Tengah B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: (a) Bagaimana pelaksanaan standar pelayanan minimal bidang pendidikan dasar di Kabupaten Bangka Tengah? (b) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang pendidikan dasar di Kabupaten Bangka Tengah? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (a) Menganalisa dan mendeskripsikan pelaksanaan standar pelayanan minimal bidang pendidikan dasar di Kabupaten Bangka Tengah. (b) Mengetahui dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan SPM bidang pendidikan dasar di Kabupaten Bangka Tengah D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini secara komprehensif berfungsi sebagai filter dalam memformulasikan produk keilmuan baik dalam tataran teoritis, 8

akademis, maupun praktis. Oleh karena itu kegunaan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan tentang standar pelayanan minimal bidang pendidikan dasar, serta sebagai referensi bagi pengembangan ide mahasiswa di Magister Ilmu Pemerintahan dalam melakukan penelitian yang serupa. 2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau kebijakan bagi pemerintah daerah Kabupaten Bangka Tengah dalam proses percepatan pencapaian SPM bidang pendidikan. 9