HAKIKAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) 1 (School Based Management/SBM)

dokumen-dokumen yang mirip
Manajemen Mutu Pendidikan

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

MATERI KULIAH MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd

PERUMUSAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Oleh : Suyanto SMK 2 Wonosobo. Faktor keberhasilan pendidikan di SMK yang dapat dilihat secara umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. OLEH: ASEP SURYANA,M.Pd.

LAPORAN HIBAH PENELITIAN PHK A2 JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN Tahun Anggaran 2005

MEMBANGUN KOMPETENSI PENGELOLAAN PENDIDIKAN DALAM KONTEKS OTONOMI DAERAH Oleh : Hj.Lusiana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manajemen Berbasis Sekolah

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

Unit 2 KONSEP DASAR. Mohammad Syaifuddin Siti Fatimah Soenarjo. Pendahuluan

MENEMPATKAN PENDIDIKAN DALAM KERANGKA HUMAN INVESTMENT

PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH

Dinamika Sosial Dalam Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Pada Satuan Pendidikan Pada Era Otonomi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kualitas pendidikan.

PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DI SATUAN PENDIDIKAN (Darwis Sasmedi, Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan)

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

KONSEP DAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Sogi Hermanto

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

PENDIDIKAN MANAJEMEN OUT PUT MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH. Oleh, Fauziah Zainuddin,S.Ag.,M.Ag.

NAHIYAH JAIDI FARAZ.

Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN (Menggagas Peluang Bisnis Bagi Sekolah Dasar Di Era Otonomi Daerah)

BAB II KAJIAN TEORI. masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prof. Dr. H. D. Budimansyah, M.Si.

Inisiasi 1 Manajemen Berbasis Sekolah

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA PELAKSANAAN PROGRAM MPMBS PADA SMA NEGERI 2 WONOGIRI TAHUN 2005 TESIS.

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (SCHOOL- BASED MANAGEMENT) DALAM RANGKA DESENTRALISASI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN. Drs. Razali, SH, MM. M.Pd. 1

Kata Kunci : Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di sekolah sehingga apa yang menjadi kelebihan sekolah dapat lebih

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Seutuhnya (Integrated School Development) disingkat SID. dan sumber daya untuk meningkatkan mutu sekolah.

MODEL PENGEMBANGAN SEKOLAH EFEKTIF Mada Sutapa *)

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Cicih Sutarsih, M.Pd

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STRATEGI PENCAPAIAN STANDAR PENGELOLAAN SMP

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat ditentukan oleh perkembangan dunia

BAB II TELAAH PUSTAKA

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA PENDIDIKAN MENENGAH

sekolah, maka semakin baik pula kinerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen berbasis mutu di sekolah. Usaha untuk perbaikan dan peningkatan

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

MENGIMPLEMENTASIKAN MCKINSEY S 7S FRAMEWORK DALAM MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), cet. 1, hlm Rohiat, Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DAN RELEVANSINYA DI ERA PENDIDIKAN MASA KINI. DR. H. Ma mur Sutisna WD, M.M.Pd Dosen FKIP Universitas Subang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

B A B I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang berlaku

LANDASAN IMPLEMENTASI MBS

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS

UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS

KTSP (KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN) DALAM PRESPEKTIF TEKNOLOGI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

BAB V PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN. secara berurutan sebagaimana telah disajikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. prinsip kemandirian, kerjasama, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

SUMBANGAN TEKNIK INFORMATIKA DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH EFEKTIF Oleh: Lantip Diat Prasojo )

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Istilah mutu dalam kehidupan sehari-hari digunakan dalam konteks yang luas,

PENINGKATAN MUTU MADRASAH (Analisis Keefektifan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah) Buna i

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

EVALUASI PELAKSANAAN MBS DI SEKOLAH DASAR. Siswo Utomo

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

T E S I S. Oleh : SUTADI NIM : Q Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan atau proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. panjang, persiapan yang matang, dukungan sumber daya manusia dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

Transkripsi:

HAKIKAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) 1 (School Based Management/SBM) Oleh: Setya Raharja 2 Rasional dan Konsep Dasar MBS Manajemen berbasis sekolah (MBS) secara umum dimaknai sebagai desentralisasi kewenangan pengambilan keputusan pada lingkup sekolah. Di luar negeri, manajemen berbasis sekolah itu sebenarnya merupakan strategi yang sudah populer sejak tahun 1980-an, sebagai upaya untuk perubahan dan perbaikan mutu sekolah. Kemudian pada dekade berikutnya, banyak sekolah yang mengimplementasikan metode ini (MBS) untuk mengelola dan memutuskan tentang pembiayaan sekolah, kurikulum, dan personalia. Di Indonesia, MBS diterapkan di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah dari sisi penyelenggaraan pendidikannya. Dari banyak pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata. Pertama, penggunaan pendekatan educational production function atau inputoutput analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Kedua, penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara birokratiksentralistik. Ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim. Oleh karena itu, penting dilakukan paradigma peningkatan mutu dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. MPMBS dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah dalam kerangka kebijakan nasional. Dengan kata lain, MBS memberikan kewenangan yang lebih besar kepada sekolah bersama masyarakat sekitar untuk mengambil keputusan-keputusan konkret dalam mengelola pendidikan sehingga mutunya meningkat. Esensi MBS = otonomi sekolah + pengambilan keputusan partisipatif untuk mencapai sasaran mutu sekolah. Terdapat tiga kata kunci dalam MBS, yaitu otonomi, kemandirian, dan pengambilan 1 Disampaikan pada Pelatihan Sekolah Mandiri Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo., 2002 2 Dosen pada Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY & Anggota Puslit Dikdasmen Lemlit UNY 1

keputusan partisipatif. Dengan otonomi yang lebih besar, sekolah dapat mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya dengan mengalokasikannya sesuai dengan proporsi dan prioritas program (sekolah lebih mandiri). Dengan kemandiriannya, sekolah lebih tanggap terhadap pengembangan dan kebutuhan setempat (sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki), yang ditunjang dengan sistem pendukung seperti keterampilan mengelola, keterampilan memperoleh dan memberikan informasi, serta bertumpu pada kerja sama dengan masyarakat. Dengan pengambilan keputusan partisipatif, yaitu pelibatan warga sekolah secara langsung dalam pengambilan keputusan, maka rasa memiliki warga sekolah akan meningkat. Berdasarkan pengertian di atas, sekolah memiliki kemandirian lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah merupakan unit utama pengelolaan proses pendidikan, sedang unit-unit di atasnya merupakan pendukung dan pelayan sekolah, khususnya dalam peningkatan mutu. Perlu ditegaskan, bahwa sekolah yang mandiri atau berdaya memiliki ciri-ciri: 1. Tingkat kemandirian tinggi/tingkat ketergantungan rendah 2. Bersifat adaptif dan antisipatif/proaktif sekaligus 3. Berjiwa kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif, gigih, berani, mengambil resiko) 4. Bertanggung jawab terhadap kinerja sekolah 5. Memiliki kontrol yang kuat terhadap input manajemen dan sumber dayanya 6. Memiliki kontrol yang kuat terhadap kondisi kerja 7. Komitmen tinggi pada dirinya, prestasi merupakan acuan bagi penilaiannya. Tujuan dan Sasaran MBS Secara umum MBS bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif. Secara rinci, tujuan MBS, adalah untuk meningkatkan: 1. mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia, 2. kepedulian warga sekolah dan mayarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama, 3. tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolah, 4. kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai. Oleh karena itu, sasaran MBS, mencakup unsur-unsur: legislatif, pengambil kebijakan, perencana (Bappeda), perguruan tinggi, lembaga diklat, praktisi (kepala sekolah, guru), dan masyarakat. 2

Dengan demikian, MBS dapat dilaksanakan, jika: 1. Ada dukungan dari pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). 2. Lembaga pendidikan memiliki kemauan dan kemampuan pembaharuan. 3. Proses pendidikan mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat. 4. Pelayanan pendidikan dapat mengembangkan potensi anak secara maksimal dengan memperhatikan perbedaan individu siswa. 5. Lingkungan sosial sekolah mendukung pencapaian visinya. 6. Potensi sumber daya sekolah dan masyarakat mendukung tercapainya target yang ditetapkan. Pola Baru Manajemen Pendidikan Masa Depan Dengan diterapkannya MBS, maka terjadi pergeseran dan perubahan pada beberapa dimensi manajemen pendidikan dari pola lama menuju pola baru. Tabel Dimensi Pergeseran Manajemen Pendidikan POLA LAMA menuju POLA BARU Subordinasi Otonomi Pengambilan keputusan terpusat Pengambilan keputusan partisipatif Ruang gerak kaku Ruang gerak luwes Pendekatan birokratik Pendekatan profesional Sentralistik Desentralisasi Diatur Motivasi diri Overregulasi Deregulasi Mengontrol Mempengaruhi Mengarahkan Memfasilitasi Menghindari resiko Mengelolan resiko Guanakan uang semuanya Gunakan uang seefisien mungkin Individual yang cerdas Teamwork yang cerdas Informasi terpribadi Informasi terbagi Pendelegasian Pemberdayaan Organisasi hierarkis Organisasi datar Prinsip-prinsip MBS Beberapa prinsip pelaksanaan MBS, sebagai berikut: 1. Keterbukaan 2. Kebersamaan 3. Berkelanjutan 4. Menyeluruh 5. Bertanggung jawab 6. Demokratis 3

7. Kemandirian sekolah (prakarsa, inisiatif, inovatif) 8. Berorientasi pada mutu 9. Pencapaian standar minimal (total, bertahap, berkelanjutan) 10. Pendidikan untuk semua. Karakteristik MBS Untuk menggambarkan sekolah yang sudah melaksanakan MPMBS, dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem input-proses-output. 1. Output pendidikan yang diharapkan. (target output yang diharapkan berupa prestasi akademik dan nonakademik). 2. Proses, mencakup: a. Proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi; pemberdayaan siswa, siswa mampu belajar cara belajar. b. Kepemimpinan sekolah yang kuat; kemampuan memobilisasi sumber daya sekolah. c. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib: enjoylable learning. d. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif: berkomitmen tinggi, selalu mampu dan sanggup menjalankan tugas dengan baik. e. Sekolah memiliki budaya mutu: total quality management. f. Sekolah memiliki teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis: budaya kerja sama antarfungsi dan antarindividu dalam sekolah menjadi kebiasaan hidup seharihari warga sekolah. g. Sekolah memiliki kewenangan (kemandirian) h. Partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat. i. Sekolah memiliki keterbukaan (transparancy) manajemen j. Sekolah memiliki kemamuan untuk berubah (psikologis dan fisik). k. Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan. l. Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan. m. Komunikasi yang baik n. Sekolah memiliki akuntabilitas/rasa tanggung jawab yang tinggi dan menyeluruh. 3. Input pendidikan a. Sekolah memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran yang jelas b. Sumber daya sekolah tersedia dan siap c. Staf sekolah kompeten dan berdedikasi tinggi. d. Sekolah memiliki harapan prestasi yang tinggi e. Fokus layanan pada pelanggan (khususnya siswa) f. Input manajemen yang memadai Fungsi-fungsi yang Disentralisasikan ke Sekolah Beberapa aspek yang dapat digarap oleh sekolah dalam kerangka MPMBS, antara lain sebagai berikut. 1. Perencanaan dan evaluasi (school-based plan; self evaluation) 2. Pengelolaan kurikulum: memperdalam, memperkaya, dan memodifikasi kurikulum nasional; kebebasan mengembangkan kurikulum muatan lokal. 4

3. Pengelolaan proses belajar mengajar: student centered untuk memberdayakan pembelajaran siswa. 4. Pengelolaan ketenagaan 5. Pengelolaan fasilitas: kecukupan, kesesuaian, kemutakhiran. 6. Pengelolaan keuangan: penggunaan uang dan kegiatan yang mendatangkan penghasilan (income generating activities). 7. Pelayanan siswa: peningkatan intensitas dan ekstensitas. 8. Hubungan sekolah dengan masyarakat: peningkatan intensitas dan ekstensitas. 9. Pengelolaan iklim sekolah: upaya intensif dan ekstensif. Prakondisi Implementasi MBS Satu hal yang perlu dipahami dan diperhatikan bahwa mengubah pendekatan manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menjadi MPMBS bukanlah merupakan proses sekali jadi dan hasilnya bagus, namun memerlukan rangkaian proses yang berlangsung terus-menerus dan melibatkan semua pihak yang berwenang, bertanggung jawab, dan berkompeten dalam penyelenggaraan pendidikan persekolahan. Proses menuju MPMBS, setidaknya memerlukan perubahan empat hal pokok berikut. 1. Perlu perubahan peraturan perundangundangan/ketentuan-ketentuan bidang pendidikan yang bersifat legilistik. 2. Perilaku rutinitas unsur-unsur sekolah perlu disesuaikan menuju pada kebiasaan-kebiasaan berperilaku yang mandiri, kreatif, proaktif, sinergis, koordinatif, integratif, sinkronistis, kooperatif, luwes, dan profesional. 3. Peran sekolah yang terbiasa diatur perlu disesuaikan menjadi sekolah yang bermotivasi diri tinggi. 4. Hubungan antar unsur sekolah, antara sekolah dengan Dinas Pendidikan Kecamatan, Kabupaten/Kota, dan Propinsi, perlu disesuaikan Secara praktis, beberapa hal yang harus diperhatikan dan diperlukan ketika akan mengimplementasikan MPMBS, meliputi: 1. MBS harus mendapatkan dukungan yang kuat dari staf sekolah. 2. MBS lebih berhasil jika diimplementasikan secara bertahap. 3. Staf sekolah dan pengelolan pendidikan terkait harus mendapatkan pelatihan, namun juga harus belajar menyesuaikan terhadap peran dan pola hubungan yang baru. 4. Dukungan finansial harus disiapkan untuk pelatihan dan pertemuan staf. 5. Administrator pusat harus mentransfer kewenangan kepada kepala sekolah, dan kepala sekolah harus melakukan sharing kewenangan dengan guru dan orang tua siswa. Kesimpulan MBS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui pemberdayaan seluruh komponen sekolah termasuk stakeholder-nya. MBS sebagai upaya untuk menyempurnakan upaya peningkatan mutu pendidikan dari 5

yang bersifat parsial menuju aplikasi pendekatan input-output analysis secara konsekuen. Di dalam MBS, sekolah memiliki kewenangan dan kemandirian untuk mengambil keputusan secara partisipatif atas pekerjaan dan kinerjanya mencapai sasaran pendidikan yang bermutu. Pelaksanaan MBS tidak semudah membalik tangan, namun memerlukan proses yang berlangsung terus-menerus dan harus mendapat dukungan kuat dari semua staf sekolah dan pengelola pendidikan, serta pihak lain terkait. Bahan Bacaan Depdiknas. (2001). Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Jakarta: Dirdikmenum. Depdiknas. (2001). Manajemen berbasis sekolah untuk Sekolah Dasar. Jakarta: Dit TK dan SD. Martin, M (1993). School-based management. New York: U.S. Department of Education. http://www.ed.gov/pubs/or/c onc/sumerguides/baseman.html Oswald, L.J. (1995). School-based management. ERIC Digest 99 July 1995. http://eric.uoregon.edu/publictio ns/digests/digest099.html 6