BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Sugiarto Pranoto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era desentralisasi, pendidikan ini ditekankan pada kebijakan setiap sekolah untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Hal ini dapat dikatakan sebagai implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dalam pelaksanaannya, MBS ini memerlukan pengaturan yang mandiri namun terarah. Sejauhmana stakeholder mampu meningkatkan kinerja dan menghasilkan kualitas, sehingga mampu memberikan kepuasan di mata masyarakat. Dalam hal ini muncul pula pengaturan yang berasaskan desentralisasi yang terarah. Mulyasa (2012: 14) memaparkan lebih jauh mengenai Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu: Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah sangat erat kaitannya dengan UU No. 20 dan No. 25 Th Undangundang tersebut akan mengubah mekanisme pengambilan kebijakan, jika selama ini dilakukan dari pusat, akan berubah dan dilimpahkan menjadi kewenangan daerah kabupaten dan kota. Kebijakan tersebut tampaknya merupakan paradigma baru yang lebih memungkinkan memperbaiki sistem sentralisasi yang terlalu kaku. Desentralisasi pendidikan memberikan kewenangan kepada sekolah dan masyarakat setempat untuk mengelola pendidikan. Hal ini memungkinkan adanya kerjasama yang erat antara staf sekolah, kepala sekolah, guru, personel lain dan maysrakat dalam upaya pemerataan, efisisensi, efektivitas, dan peningkatan kualitas, serta produktivitas pendidikan. Model ini juga akan menyerahkan fungsi kontrol yang berada pada pemerintah kepada masyarakat melalui dewan sekolah, sementara fungsi monitor tetap pada pemerintah. Kebijakan-kebijakan pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada pengaturan mandiri, namun pada kenyataannya kebijakan sekolah akan selalu menjadikan bumerang tersendiri bagi sekolah tersebut. Misalnya, pada pemungutan liar diluar yang sudah ditetapkan pemerintah. Namun, kebutuhan sekolah yang tidak terpenuhi oleh pendanaan dari pemerintah merupakan alasan yang paling kuat adanya pemungutan liar 1
2 2 tersebut. Dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat, maka diperlukan penguat-penguat kebijakan dari sekolah itu sendiri. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) dapat dikatakan sebagai bentuk dari otonomi sekolah dalam membuat kebijakan peningkatan mutu pendidikan. Tidak hanya dilihat dari hasil dari pendidikan, tetapi juga dari input dan proses penyelenggaraan pendidikan itu sendiri harus bermutu. Disinilah peran manajemen mutu pendidikan. Dengan adanya manajemen mutu pendidikan, maka segala sesuatu akan baik sejak awal, setiap waktu, sampai pada akhir produk tersebut sampai di tangan masyarakat dan dapat memberikan kepuasan. Kualitas atau mutu pendidikan dapat dikatakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu bangsa. Hal ini akan terlihat apabila suatu bangsa memiliki pendidikan yang bermutu, maka akan menghasilkan pertumbuhan bangsa yang bermutu pula. Ketika mutu pendidikan ingin dicapai, maka diperlukan perencanaan yang matang. Dewasa ini, mengingat mengenai mutu maka yang akan terlintas adalah barang atau jasa yang jauh dari kata cacat. Barang atau jasa yang bermutu tidak muncul begitu saja. Tetapi, mutu ini akan tercapai apabila ada manajemen yang dilakukan oleh pihak terkait. Usaha untuk pencapaian mutu ini dilakukan dengan manajemen mutu. Hal ini sangat terbukti dalam dunia pendidikan. Dengan kata lain, mutu pendidikan dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai jasa pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan pendidikan dengan pelayanan yang optimal. Mutu barang maupun jasa dapat dilihat dari sejauhmana mendapatkan kepuasan dari konsumen. Kepuasan inilah yang menjadi tolak ukur keberhasilan mengenai produk atau jasa yang bermutu. Sekolah dikatakan sebagai suatu sistem yang dimulai dari menginput sumber daya manusia yang akan diproses, sehingga menghasilkan output yang akan dikembalikan kembali kepada lingkungan/masyarakat. Hal tersebut sangat menunjukkan bahwa tumbuh kembangnya sekolah sangat memerlukan keterlibatan lingkungan untuk mencapai tujuan yang
3 3 diharapkan dan dapat memuaskan masyarakat sebagai pelanggan dari sekolah. Dalam pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) dibutuhkan suatu wadah masyarakat untuk menyalurkan aspirasi dan dapat berpartisipasi langsung dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini dikatakan sebagai sebuah ide yang baik, dimana komite sekolah dijadikan jembatan antara pihak sekolah dengan masyarakat, sehingga dapat memajukan pendidikan. Peran dari Komite Sekolah ini tidak dapat dipisahkan dari penyelenggaraan Manajemen Berbasis Sekolah. Hal ini dituangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, pasal 56 ayat 3, disebutkan bahwa: Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai peran Komite Sekolah, penulis mengadakan studi pendahuluan ke salah satu SMK Negeri di Kota Bandung. Berdasarkan wawancara dengan salah satu Wakil Kepala Sekolah SMK tersebut pada April 2014, bahwa permasalahan yang masih ditemukan menyangkut Komite Sekolah yaitu bahwa Komite Sekolah belum memiliki program kerja sendiri dan belum dapat melaksanakan perannya dengan baik. Namun, sering terdengar Komite Sekolah dengan fenomena muncul pada saat-saat tertentu. Dengan adanya fenomena yang telah dipaparkan sebelumnya, perlu diteliti kembali peran dan fungsi dari adanya Komite Sekolah. Hal ini lebih ditekankan pada lembaga swasta dimana, wewenang dalam pembentukan kebijakan dapat dikatakan lebih luas. Salah satu tujuan dibentuknya Komite Sekolah yaitu mampu memfasilitasi upaya peningkatan kinerja dan profesionalisme kepala sekolah, guru dan staf lain yang teribat dalam proses pendidikan anak sekolah sesuai dengan visi, misi, dan tujuan yang hendak dicapai oleh sekolah.
4 4 Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044 Tahun 2002, dipaparkan bahwa: Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan etisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah; yang berperan sebagai badan pemberi pertimbangan (advisory agency), badan pendukung (supporting agency), badan pengontrol (controlling agency), dan mediator antara pemerintah dengan masyarakat (eksekutif). Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat dikatakan sebagai usaha peningkatan mutu pendidikan. Namun, dengan adanya peran Komite Sekolah sebesar apa kontribusi yang dapat diberikan oleh mereka selaku perwakilan dari masyarakat dalam upaya peningkatan kinerja dan profesionalisme kepala sekolah, guru dan staf lain yang terlibat dalam proses pendidikan anak sekolah sesuai dengan visi, misi, dan tujuan yang hendak dicapai oleh sekolah. Mutu pendidikan akan didapatkan apabila adanya sinergi dari semua pihak terkait. Kepala sekolah, guru, siswa dan tidak lupa komite sekolah. Mereka adalah pihak yang memiliki peran penting dalam menjamin kepuasan dari konsumen pendidikan. Mutu dapat dikatakan sebagai langkah dalam menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan standar atau belum. Jika diaplikasikan kedalam dunia pendidikan, maka standar ini dikenal dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dalam memenuhi standar yang telah ditetapkan diperlukan sinergi antara sekolah dengan masyarakat. Berdasarkan PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, terdapat 8 standar yang wajib dalam Sistem Penjaminan Mutu yaitu: 1. Standar Isi 2. Standar Sarana dan Prasarana 3. Standar Proses 4. Standar Pengelolaan 5. Standar Kompetensi Lulusan
5 5 6. Standar Pembiayaan 7. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 8. Standar Penilaian Peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab antara sekolah dan masyarakat sebagai mitra terdekat dalam meningkatkan pendidikan. Komite sekolah yang diharapkan dapat menjembatani proses komunikasi antara yang diharapkan oleh masyarakat sebagai kebutuhan mereka selaku mitra dan implementasi penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Inilah peranan penting komite sekolah dalam manajemen mutu pendidikan. Komite Sekolah dibentuk dan berperan dalam mewadahi peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Di era desentralisasi ini, masyarakat dapat berperan secara langsung dalam peningkatan mutu pendidikan. Hal ini dapat dilakukan baik memberikan pandangan maupun aspirasi kepada pihak sekolah. Tidak hanya itu, pihak sekolah juga dapat menggali potensi masyarakat untuk mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menjamin demokratis, tranparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan melalui suatu wadah yang disebut dengan komite sekolah. Tidak hanya dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 Tahun 2010 Pasal 1 ayat 42 disebutkan bahwa komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan. Dalam mendapatkan kepuasan konsumen pendidikan, maka diperlukan manajemen mutu atas penyelenggaraan pendidikan. Standar Nasional Pendidikan (SNP) dijadikan sebagai sebuah acuan penyelenggaraan pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Deming (1982) dalam Engkoswara (2010: 306) mengatakan bahwa untuk membangun sistem mutu harus dilakukan perbaikan secara terus menerus (continous quality improvement). Oleh karena itu, perlu
6 6 adanya manajemen yang baik agar mutu yang diharapkan dapat berjalan secara terus menerus dan tetap mengutamakan kepuasan pelanggan. Abdul Hadis (2010:81) mengemukakan bahwa faktor kepuasan guru, siswa, staf sekolah, kepala sekolah, orang tua siswa, masyarakat, dunia kerja dan pemerintah serta para stakeholders lainnya sebagai pelanggan pendidikan terhadap hasil pendidikan, merupakan barometer bagi pendidikan yang bermutu. Namun, berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di salah satu SMK, praktek pembelajaran yang diberikan kepada siswa kurang implementatif dengan dunia kerja. Hal tersebut membuktikan bahwa dalam pelaksanaannya, sekolah kurang dalam mengidentifikasi kebutuhan pelanggan (dunia industri). Oleh karena itu, masalah tersebut akan berpengaruh pada mutu lulusan. Pendidikan yang bermutu bukan hanya dilihat dari mutu lulusannya, tetapi bagaimana lembaga tersebut mampu memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar pendidikan yang berlaku. Pelanggan yang dimaksud disini adalah baik itu pelanggan internal (tenaga pendidik dan kependidikan) ataupun pelanggan eksternal (siswa, orang tua siswa, masyarakat, dan pemakai lulusan). Khususnya, lulusan dari SMK adalah mereka yang sudah siap untuk mengaplikasikan ilmunya di dunia kerja. Hal ini mencerminkan bahwa kemajuan pendidikan kejuruan khususnya di SMK masih kurang dibandingkan dengan kemajuan dunia industri. Pada kenyataannya, tuntutan masyarakat akan ilmu yang aplikatif dari lulusan SMK, mengharapkan lulusan SMK ini dapat langsung mengaplikasikan ilmunya di dunia kerja. Manajemen mutu pendidikan ini diharapkan dapat memperbaiki mutu pendidikan khususnya mengenai penyelenggaraan pendidikan di sekolah, sehingga dapat memberikan pelayanan optimal. Keterlibatan semua pihak termasuk masyarakat akan dapat mempermudah pencapaian mutu pendidikan. Lembaga masyarakat yang dibentuk untuk dapat ikut berperan serta dalam pengelolaan pendidikan yaitu komite sekolah.
7 7 Komite sekolah, mereka adalah salah satu pihak yang memiliki peran penting dalam manajemen mutu pendidikan sehingga menghasilkan outcome yang diharapkan oleh lembaga pendidikan lanjut ataupun dunia industri yang berada di lingkungan masyarakat. Dengan kata lain, komite sekolah diharapkan dapat menjadi pihak yang menjembatani antara masyarakat dengan pihak sekolah. Tidak hanya itu, komite sekolah harus pihak yang mendukung proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Hal ini dilakukan agar mutu yang diinginkan dapat tercapai. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat memberikan kebebasan kepada pihak sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikannya. Hal ini didukung dengan adanya kebijakan pemerintah mengenai Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Dewasa ini, banyak institusi pendidikan menggunakan sistem manajemen mutu berstandar internasional Sistem Manajemen Mutu` (SMM) ISO 9001:2008 sebagai sistem pengelolaan manajemen sekolah. Sistem ini dapat memberikan jaminan mutu bahwa manajemen dan kinerja sekolah dapat berjalan secara optimal. Dalam implementasi manajemen mutu berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan sehingga diharapkan dapat memuaskan pelanggan pendidikan yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan mutu sekolah. Sehingga, dalam menunjang ketercapaian manajemen mutu pendidikan harus didukung oleh kesadaran dari semua pihak yang terlibat mengenai mutu dalam proses penyelanggaraan pendidikan di sekolah. Namun, Komite Sekolah adalah pihak yang paling menarik perhatian penulis sesuai dengan konteks Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) dan didukung dengan fenomena yang telah dipaparkan sebelumnya. Hal ini yang menjadi perhatian penulis, kontribusi seperti apa yang telah dilakukan oleh Komite Sekolah dalam mendukung manajemen mutu pendidikan, khususnya di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sehingga tetap dapat memberikan kepuasan berdasarkan kepercayaan yang diberikan oleh pelanggan dari pendidikan. Berdasarkan latar belakang
8 8 permasalahan yang telah dipaparkan diatas, penulis mengambil judul Kontribusi Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pendukung Terhadap Manajemen Mutu Pendidikan di SMK se- Kota Bandung. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, agar masalah penelitian tidak menyimpang dari apa yang ingin diteliti dan tetap menjadi fokus dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan secara konseptual dan kontekstual, diantaranya adalah: 1. Secara konseptual, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kontribusi komite sekolah sebagai badan pendukung terhadap manajemen mutu pendidikan. 2. Secara kontekstual, penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri se- Kota Bandung. Dari batasan masalah yang sudah tercantum diatas, maka adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini diantaranya: 1. Bagaimana peranan komite sekolah sebagai badan pendukung di SMK Negeri se- Kota Bandung? 2. Bagaimana manajemen mutu pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung? 3. Seberapa besar kontribusi peran komite sekolah sebagai badan pendukung terhadap manajemen mutu pendidikan SMK Negeri se- Kota Bandung? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang Kontribusi Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung terhadap Manajemen Mutu Pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung.
9 9 2. Tujuan Khusus Dari adanya penelitian ini, adapun tujuan khusus diantaranya adalah: a. Mengetahui impementasi kontribusi peran komite sekolah sebagai badan pendukung di SMK Negeri se- Kota Bandung. b. Mengetahui manajemen mutu pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung. c. Mengetahui kontribusi peran komite sekolah sebagai badan pendukung terhadap manajemen mutu pendidikan di SMK Negeri se- Kota Bandung. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat baik pada tataran teoritis maupun praktis. 1. Pada tataran teoritis, hasil penelitian ini diharapkan ikut memperkaya pembendaharaan teoritis tentang peran komite sekolah sebagai badan pendukung dalam hal manajemen mutu pendidikan. 2. Secara operasional, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan manajemen mutu pendidikan yang didukung oleh peran komite sekolah di SMK Negeri se- Kota Bandung. E. Struktur Organisasi Skripsi Judul Judul skripsi ini adalah Kontribusi Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung terhadap Manajemen Mutu Pendidikan SMK Negeri se- Kota Bandung Halaman Pengesahan Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing: 1) Pembimbing I : Prof. Dr. H. Johar Permana, M.A NIP
10 10 2) Pembimbing II : Dr. Nugraha Suharto, M.Pd NIP ) Dan diketahui oleh Bpk. Dr. H. Endang Herawan, M.Pd selaku Ketua Departemen Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Pernyataan Tentang Keaslian Karya Ilmiah Penulis telah menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Skripsi ini merupakan Karya Tulis Ilmiah asli karya penulis yang merupakan hasil pemikiran penulis dengan dibimbing oleh dosen pembimbing Kata Pengantar Berisi kalimat-kalimat pengantar dalam skripsi. Ucapan Terima Kasih Bentuk apresiasi yang setinggi-tingginya serta ungkapan rasa syukur kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Abstrak Uraian singkat yang termuat dalam abstrak adalah: judul, hakikat penelitian, metode penelitian yang dipakai dan teknik pengumpulan datanya, serta hasil temuan, kesimpulan dan saran. Daftar Isi Memuat penyajian sistematika isi skripsi secara rinci agar mempermudah para pembaca mencari judul atau subjudul bagian yang ingin dibaca. Daftar Tabel Menyajikan tabel secara berurutan mulai dari tabel pertama sampai dengan tabel yang terakhir yang tercantum dalam skripsi. Daftar Gambar Menyajikan gambar secara berurutan mulai dari tabel pertama sampai dengan tabel yang terakhir yang tercantum dalam skripsi. Daftar Lampiran Menyajikan gambar secara berurutan mulai dari tabel pertama sampai dengan tabel yang terakhir yang tercantum dalam skripsi.
11 11 BAB I Latar Belakang Penelitian, dalam Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah, tujuan penelitian, dan manfaat atau signifikansi penelitian. BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pikir Penelitian, dan Hipotesis Penelitian, dalam Bab ini mengemukakan teori yang relevan dengan judul penelitian serta diuraikan mengenai kerangka pikir penelitian dan hipotesis penelitian. BAB III Metode Penelitian, dalam Bab ini mengemukakan mengemukakan mengenai metodologi penelitian yang dilakukan oleh penulis yang meliputi: Definisi operasional, metode penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam Bab ini mengemukakan mengenai deskripsi dari hasil penelitian yang meliputi gambaran umum objek penelitian, gambaran variabel yang diamati, analisis data, dan pengujian hipotesis serta pembahasannya. BAB V Simpulan dan Saran, dalam Bab ini mengemukakan simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan mengemukakan saran yang berhubungan dengan objek penelitian untuk dijadikan referensi bagi pihak yang berkepentingan. Daftar Pustaka Berisi daftar referensi baik berupa buiu, artikel, jurnal, dokumen resmi, atau sumber-sumber lain dari internet yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan skripsi. Lampiran Berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian.
PENDAHULUAN. pendidikan bagus, maka bagus pula kualitas peradaban bangsa tersebut. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pendidikan merupakan cerminan dari mutu sebuah bangsa, jika mutu pendidikan bagus, maka bagus pula kualitas peradaban bangsa tersebut. Salah satu yang menjadi indikator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa nuansa pembaharuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan peluang berpartisipasi tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma pemerintah dari sentralisasi ke desentralisasi telah membuka peluang masyarakat untuk meningkatkan peran sertanya dalam mengelola pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas, sehat, jujur, berakhlak mulia, berkarakter, dan memiliki kepedulian sosial
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses reformasi yang sedang bergulir, membawa perubahan yang sangat mendasar pada tatanan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dikeluarkannya UU No 22 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah, masyarakat, orang tua dan stake holder yang lain. Pemerintah telah memberikan otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional saat ini sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pendidikan membuat keberadaan komite sekolah yang mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peran komite sekolah dalam pengelolaan pendidikan di tingkat sekolah sangat dibutuhkan. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam pengelolaan pendidikan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas SDM. Peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pendidikan berkaitan erat dengan proses pendidikan. Tanpa proses pelayanan pendidikan yang bermutu tidak mungkin diperoleh produk layanan yang bermutu. Banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizqi Syaroh Amaliyah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebijakan desentralisasi pendidikan yang mengacu pada undang-undang No. 32 dan 33 tahun 2004 dimana terdapat prinsip-prinsip baru dalam pengelolaan pendidikan
Lebih terperinciPilihlah satu jawaban yang paling tepat
Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Peran dan fungsi komite sekolah dalam peningkatan mutu sekolah merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pentingnya peningkatan kualitas pendidikan sebagai prasyarat mempercepat terwujudnya suatu masyarakat yang demokratis, pendidikan yang berkualitas tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang merupakan salah satu pilar pendidikan yaitu masyarakat, karena kegiatannya berlangsung di lingkungan masyarakat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wildan Karim AnggaPerbata, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bermutu menjadi harapan semua pihak yang terlibat dalam pembangunan sebuah bangsa, baik langsung maupun tidak langsung. Arcaro (2007:1) menyatakan bahwa masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manfaat penelitian secara teoritik dan praktis, serta penegasan istilah.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan secara detail latar belakang dan alasan pemilihan judul tesis, rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian secara teoritik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara hakiki pambangunan pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan manusia. Upaya-upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya diarahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 berdampak ke hampir seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu dampak dari adanya reformasi adalah perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pada umumnya dimulai dari tahapan perencanaan, proses pelaksanaan sampai dengan evaluasi pelaksanaan, partisipasi masyarakat
Lebih terperinciPERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF
PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF Oleh: Ahmad Nawawi JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2010 Latar Belakang l Lahirnya pendidikan inklusif sejalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengutamakan perluasan pengetahuan. Diharapkan pendidikan dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan penyempurnaan pendidikan di Indonesia terus diupayakan. Pendidikan pada umumnya merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan
Lebih terperinciManajemen Mutu Pendidikan
Manajemen Mutu Pendidikan Pengertian Mutu Kata Mutu berasal dari bahasa inggris, Quality yang berarti kualitas. Dengan hal ini, mutu berarti merupakan sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi membuka peluang masyarakat untuk dapat meningkatkan peran sertanya dalam pengelolaan pendidikan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut: 1. Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan (Advisory Agency)
BAB VI PENUTUP Bagian ini merupakan bagian terakhir dari bagian isi tesis. Pada bagian ini memuat tiga sub bab, yaitu: kesimpulan, implikasi, dan saran. Ketiga sub bab tersebut akan disajikan secara rinci
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah adalah sebuah aktifitas besar yang di dalamnya ada empat komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah Staf Tata laksana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana proses pendidikan dilakukan, mempunyai sistem yang dinamis dan kompleks. Kegiatan sekolah bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diorientasikan agar para peserta didik mampu berperan dalam kehidupan sehari-hari di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu unit penting yang keberadaannya tidak bisa dilepaskan dari masyarakat. Oleh karena itu, program pengembangan sekolah harus diorientasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan berkenaan dengan peningkatan kualitas manusia, pengembangan potensi, kecakapan dan karakteristik generasi muda kearah yang diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), cet. 1, hlm Rohiat, Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai usaha telah
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Sekolah Manajemen pendidikan di tingkat sekolah merupakan suatu sistem yang setiap komponen didalamnya mempunyai kewenangan melaksanakan tugas pokok dan fungsinya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem perekonomian yang tidak kuat, telah mengantarkan masyarakat bangsa pada krisis yang berkepanjangan.
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menimbang : 1. bahwa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan faktor yang secara signifikan mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu pembangunan pendidikan memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek yang berperan penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya
Lebih terperinciMASYARAKAT/STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF
PERAN SERTA Click to edit Master subtitle style MASYARAKAT/STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF Oleh: Ahmad Nawawi JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2010 Latar Belakang Lahirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bernama komite sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002). karena pembentukan komite sekolah di berbagai satuan pendidikan atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komite sekolah adalah nama badan yang berkedudukan pada satu satuan pendidikan, baik jalur sekolah maupun di luar sekolah atau beberapa satuan pendididkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi tidak bermakna (Tjutju Yuniarsih, 2008:62-63). Sumber Daya Manusia adalah sebagai berikut:
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan bagian dari ilmu manajemen yang memfokuskan perhatiannya pada pengaturan peranan sumber daya manusia dalam kegiatan suatu organisasi.
Lebih terperinciMANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA Al Darmono Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi Abstrak Menurut perundang-undangan, pendidikan dasar merupakan
Lebih terperinciMANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Cicih Sutarsih, M.Pd
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Bahan Diklat Teknis Manajemen Kepala Sekolah SMP di Lingkungan Provinsi Jawa Barat Oleh: Cicih Sutarsih, M.Pd UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Desember 2006 KONSEP DASAR MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan telah diyakini sebagai salah satu aspek pembangunan bangsa yang sangat penting untuk mewujudkan warga Negara yang handal profesional dan berdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional Indonesia dimaksudkan untuk menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan, serta efisiensi manajemen
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional (2001), mendiskripsikan bahwa dalam paradigma baru manajemen manajemen pendidikan menegaskan fungsi-fungsi pendidikan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah. Dapat dikatakan pada saat ini tanggung jawab masing masing
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Dapat dikatakan pada saat ini tanggung jawab masing masing belum optimal,
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam upaya peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan peningkatan kualitas
Lebih terperinciGUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT
GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang pundamental dalam pembangunan suatu bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi siswa yang
Lebih terperinciMATERI KULIAH MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd
MATERI KULIAH MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH By: Estuhono, S.Pd, M.Pd Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Estuhono, S.Pd, M.Pd Latar Belakang Muncul MBS 1. UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Kepmendiknas tersebut telah. operasional Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah..
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah lahir sebagai amanat Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000 2004. Amanat rakyat
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12
JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan semata-mata bukan hanya tanggungjawab pemerintah pusat tetapi pemerintah daerah dan masyarakat, begitu juga dalam hal pembiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada di sekolah sehingga apa yang menjadi kelebihan sekolah dapat lebih
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang dapat dimaknai sebagai wadah untuk menuju pembangunan Nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, sekolah harus lebih memahami
Lebih terperinciPEMBUKAAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
ANGGARAN DASAR KOMITE... PEMBUKAAN Dengan nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada sekolah yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM), pendidikan memiliki peranan yang cukup menonjol. Oleh karena itu sangat penting bagi pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. desentralisasi kewenangan ke tingkat sekolah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pendidikan dalam otonomi daerah mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini tercermin dalam pola pengelolaan sekolah yang dikenal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional (PROPENAS) Tahun Dalam BAB VII PROPENAS. ini memuat tentang Pembangunan Pendidikan, dimana salah satu arah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hubungan kemitraan antara pihak Sekolah dengan Orang Tua peserta didik, mula-mula tergabung dalam wadah yang diberi nama Persatuan Orang Tua Murid dan Guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini terjadi perubahan dalam sistem pengelolaan sekolah, termasuk Sekolah Dasar. Sejak diberlakukannya otonomi daerah, terjadi desentralisasi pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian VIVI MELIANA DEWI, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peranan lembaga pendidikan dan pelatihan (diklat) sangatlah penting bagi suatu organisasi. Lembaga pendidikan dan pelatihan berfungsi memberikan pengetahuan,
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 89 B. TUJUAN 89 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 90 D. UNSUR YANG TERLIBAT 90 E. REFERENSI 90 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 91
DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 89 B. TUJUAN 89 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 90 D. UNSUR YANG TERLIBAT 90 E. REFERENSI 90 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 91 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 93 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dampak diberlakukannya Undang Undang tentang otonomi daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya kebijakan pemerintah dengan kehadiran UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah telah membawa dampak yang cukup besar dalam berbagai aspek pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia
Lebih terperinciUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
RENCANA PERKULIAHAN 1. Nama Mata Kuliah 2. Kode / SKS 3. Mata Kuliah Prasyarat 4. Semester 5. Fakultas / Jurusan 6. Dosen / Asisten : Manajemen Mutu Terpadu (MMT) : ADM 505 / 2 : - Teori Sistem (ADM 537)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang belum sepenuhnya dengan harapan dan ketentuan yang. adalah bukan soal mendirikan atau membentuknya, tetapi bagaimana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Proses pembentukan dewan pendidikan dan komite sekolah memang sudah ada yang sudah sesuai dengan harapan dan ketentuan yang ada, bahkan ada yang sudah maju sedemikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. Upaya terselengaranya pendidikan dengan baik tidak hanya tanggung
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Upaya terselengaranya pendidikan dengan baik tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab orang tua siswa dan masyarakat. Tanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 89 B. TUJUAN 89 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 89 D. UNSUR YANG TERLIBAT 90 E. REFERENSI 90 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 91
DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 89 B. TUJUAN 89 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 89 D. UNSUR YANG TERLIBAT 90 E. REFERENSI 90 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 91 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 93 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA
Lebih terperinci1. Pendahuluan June, Volume 1 Number 1 Efektivitas Kinerja Komite Sekolah di SMP Negeri 1 Banjarsari. Sunardi
2017 June, Volume 1 Number 1 Efektivitas Kinerja Komite Sekolah di SMP Negeri 1 Banjarsari Sunardi Program Studi Magister Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Galuh. Jl. R.E Martadinata
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengelolaan Pendidikan 2.1.1. Manajemen Pendidikan Manajemen merupakan sebuah istilah yang saat ini populer di berbagai bidang pekerjaan. Manajemen menjadi sebuah hal yang menarik
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12
JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mutu Pendidikan Penyelenggaraan layanan belajar bagi peserta didik biasanya dikaji dalam konteks mutu pendidikan yang erat hubungannya dengan kajian kualitas manajemen dan sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia mulai memberlakukan desentralisasi tata kelola sistem pendidikan dasar dan menengah sebagai bagian dari pengalihan tanggung
Lebih terperinciMENGENAL KOMITE SEKOLAH DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN
Mengenal Komite Sekolah dan Peranannya dalam Pendidikan {133 MENGENAL KOMITE SEKOLAH DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN Rahmat Saputra Tenaga pengajar STAI Teungku Dirundeng Meulaboh Abstract The school committee
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Karenanya, pendidikan tidak boleh dianggap sepele karena dengan pendidikan harkat dan martabat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu komponen untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah adanya partisipasi masyarakat di dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari pendidikan dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desentralisasi kewenangan Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam pengelolaan keuangan daerah untuk
Lebih terperinciKONTRIBUSI PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)
KONTRIBUSI PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) (Pada SMK Negeri di Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Asep Mahmud
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 10 SERI E
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 10 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERAN MASYARAKAT DALAM BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, seperti misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan terwujud dengan baik apabila didukung secara optimal oleh pola. upaya peningkatan pola manajerial sekolah.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia akan terwujud dengan baik
Lebih terperinciUNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS
UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajeman Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 2.1.1. Pengertian MBS Dalam era otonomi daerah, persoalan pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan memerlukan adanya perbaikan dan reorientasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal. Di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal. Di Indonesia, pendidikan merupakan kebutuhan setiap warga negara agar memperoleh pengetahuan,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING
Lebih terperinciInisiasi 3 Pengembangan dan Strategi Pengembangan Kurikulum Sekolah dan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Inisiasi 3 Pengembangan dan Strategi Pengembangan Kurikulum Sekolah dan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Saudara mahasiswa, pertemuan kali ini adalah pertemuan kita yang ke tiga
Lebih terperinciSIGNIFIKANSI PERAN MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)
SIGNIFIKANSI PERAN MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) Al Darmono Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi Abstrak Manajemen Berbasis Sekolah merupakan penyerasian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kurikulum Kurikulum adalah program yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia pada saat ini berada di bawah negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina dalam hal pengembangan sumber daya manusia. Hal ini terlihat dari Human
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komponen-komponen yang saling terkait dan pengaruh mempengaruhi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah sebuah pranata sosial yang bersistem, terdiri atas komponen-komponen yang saling terkait dan pengaruh mempengaruhi. Komponen utama sekolah adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PERAN DEWAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN GORONTALO
IMPLEMENTASI PERAN DEWAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN GORONTALO JURNAL Oleh JEFRI LASENA Nim :131 408 079 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN 2015 IMPLEMENTASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju dapat dilihat dari mutu pendidikannya. Menurut data Organisasi Pendidikan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang penting bagi suatu bangsa. Bangsa yang maju dapat dilihat dari mutu pendidikannya. Menurut data Organisasi Pendidikan, Ilmu
Lebih terperinci