BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kepemimpinan kepala sekolah dinilai sangat efektif dalam menerapkan pengembangan mutu di sekolahnya. Hal tersebut ditunjukkan dengan indikatorindikator kinerja kepala sekolah yang dimiliki kecenderungan sebagai berikut : (1) Mewujudkan proses pembelajaran yang efektif; (2) Menerapkan system evaluasi yang efektif dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan; (3) Melakukan refleksi diri ke arah pembentukan karakter kepemimpinan sekolah yang kuat; (4) Melaksanakan pengembangan staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi; (5) Menumbuhkan sikap responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan; (6) Menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan tertib (Safe and Orderly); (7) Menumbuhkan budaya mutu di lingkungan sekolah; (8) Menumbuhkan harapan prestasi tinggi; (9) Menumbuhkan kemauan untuk berubah; (9) Melaksanakan Keterbukaan/Transparan Managemen Sekolah; (10) Menetapkan secara jelas mewujudkan Visi dan Misi; (11) Melaksanakan pengelolaan tenaga kependidikan secara efektif; (12) Melaksanakan pengelolaan sumber belajar secara efektif; (13) Melaksanakan pengelolaan kegiatan kesiswaan/ Ekstrakurikuler secara efektif; dan (14) Mengembangkan kepemimpinan instruksional. Strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan mutu pendidikan secara umum dapat dikelompokan melalui langkah-langkah: (1) Identifikasi spirit dan nilai-nilai sebagai sumber budaya mutu sekolah; (2) 266

2 267 Sosialisasi secara kontinyu spirit dan nilai-nilai kepada seluruh stakholder; (3) Kepala sekolah selalu menumbuhkan komitmen seluruh stakeholder agar memegang teguh spirit dan nilai-nilai yang telah ditetapkan bersama; (4) Kepala sekolah bersama seluruh stakeholder terkait mengevaluasi sejauh mana keseluruhan komponen sistem sekolah; (5) Kepala sekolah dengan stakeholder terkait mengembangkan berbagai kebijakan teknis pada setiap komponen sistem yang betul-betul merefleksikan spirit dan nilai-nilai dasar yang sangat fungsional bagi tumbuh dan berkembangnya sekolah. (6) Pengembangan kultur sekolah adalah proses implementasi dan institusionalisasi sehingga menjadi sebagai suatu kebiasaan (work habits) di sekolah dan di luar sekolah. Faktor-faktor yang mempengaruhi peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan mutu pendidikan dinilai cenderung memiliki karakteristik yang sama meliputi (1) pola kepemimpinan demokratis dan partisipatoris; (2) faktor dari sisi guru, meliputi: sisi kuaufikasi pendidikan, sisi jumlah, sisi pengalaman, dan sisi disiplin; (3) budaya kerja atau kondisi lingkungan sekolah; dan (4) daya dukung orang tua siswa. Sementara beberapa aspek yang membedakan antara SDN Banjarsari II dan SDN Karangpawulang I, meliputi: (1) SDN Banjarsari II yaitu: (a) Latar belakang pendidikan kepala sekolah dari Pasca Sarjana/S2 Kebijakan Publik Universitas Pasundan Bandung; dan (b) Pengembangan program pendidikan mencakup Bencmarking ke sekolah dasar yang memiliki keunggulan, yaitu: SD Malang Jawa Timur selaku sekolah yang mendapat Juara Gugus Ke 1 Tingkat Nasional; dan SD Negeri Sukadamai 3 Bogor yang memiliki keunggulan dalam pengembangan kreativitas dan inovatif

3 268 dalam Kegiatan Belajar Mengajar, baik dari sisi guru maupun siswanya. SDN Banjarsari II pula disamping melakukan study ke luar, juga sering mendapat kunjungan sekolah dari berbagai daerah. SDN Banjarsari II memiliki reputasi juara ke 1 dalam bidang Club Olah Raga Usia Dini Tingkat Nasional melalui program kegiatan ekstrakulikuler. SDN Banjarsari II memiliki reputasi juara ke 4 dalam Lomba Gugus Tingkat Nasional. SDN Banjarsari II belum memiliki program-program pengembangan mutu layanan pendidikan melalui program moving class, lesson study, pembelajaran berbasis ICT dan learning park yang dilakukan secara kontinue. SDN Banjarsari II memiliki kelas akselerasi. Sementara SDN Karangpawulang I yaitu: (a) Latar belakang pendidikan kepala sekolah dari Pasca Sarjana/S2 Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia; (b) Pengembangan program pendidikan, mencakup SDN Karangpawulang I belum pernah melakukan bencmarking ke sekolah dasar yang memiliki keunggulan, namun selama ini baru mendapat kunjungan sekolah dari berbagai daerah. SDN Karangpawulang I belum mendapat beberapa reputasi sampai tingkat nasional, baik mencakup olah raga dan lomba gugus. SDN Karangpawulang I memiliki program-program pengembangan mutu layanan pendidikan melalui program moving class, lesson study, pembelajaran berbasis ICT dan learning park yang dilakukan secara kontinue. SDN Karangpawulang I belum memiliki kelas akselerasi.

4 269 B. Saran Berlandaskan beberapa kesimpulan yang diuraikan di atas, maka beberapa saran penelitian yang dapat diajukan meliputi: 1. Hasil penelitian menemukan kecenderungan kepala sekolah menetapkan program sekolah sebagaimana program-program yang telah ditetapkan kepala sekolah sebelumnya sehingga aspek inovasi dan relevansi program memungkinkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah saat ini. Berlandaskan masalah tersebut maka kepala sekolah selaku pimpinan dalam pendidikan sekolah perlu untuk melakukan program reorientasi penyelenggaraan pendidikan/program sekolah secara kreatif dan inovatif dengan menerapkan Total Quality Management (TQM) secara berkelanjutan. Program sekolah harus memang memiliki relevansi dengan upaya merealisasikan visi, misi, tujuan dan strategi pada sekolahnya sesuai dengan sumber daya dan potensi yang dimiliki sekolah tersebut yang secara berkelanjutan akan mengalami perubahan. 2. Hasil penelitian menemukan kecenderungan kurang tersosialisasinya program mutu sekolah kepada stakeholder sekolah sehingga berdampak pada kurang optimalnya komitmen. Berlandaskan masalah tersebut maka kepala sekolah secara berkelanjutan mensosialisasikan program pengembangan mutu sekolah kepada stakeholder dengan baik dengan dukungan semua pihak. Hal ini penting dalam membentuk komitmen bersama dalam pengembangan mutu sehingga akhirnya mampu membentuk budaya mutu yang diharapkan di sekolah dapat direalisasikan secara efektif.

5 Hasil penelitian menemukan kecenderungan bahwa program pengembangan mutu cenderung bersipat teoritis atau umum sehingga indicator pencapaiannya kurang jelas. Berlandaskan masalah tersebut maka kepala sekolah dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuan dalam mengkaji permasalahan yang dirasakan sehingga mampu menetapkan strategi yang relevan dengan kebutuhan yang sebenarnya dirasakan dalam pengembangan mutu pendidikan di sekolah. Kepala sekolah dalam penyusunan program harus lebih maksimal dalam menetapkan indikator atau target mutu yang akan dicapai dengan berlandaskan data hasil analisis sehingga acuan dalam mencapai mutu yang ditetapkan memiliki nilai relevansi. 4. Hasil penelitian menemukan kecenderungan perlu pengoptimalan kemampuan marin partisipatif masarakat dalam pengembangan mutu pendidikan di sekolah. Rencana strategi pengembangan mutu sekolah ini akan ditentukan oleh sejauhmana pihak sekolah mampu menarik partisipasi masyarakat dalam program sekolah. Oleh karena itu, hendaknya pihak sekolah lebih mengoptimalkan kembali kemampuan dalam penarikan partisipasi masyarakat dalam kegiatan sekolah. 5. SDN Banjarsari II hendaknya mengoptimalkan pengembangan mutu dengan lebih menggali kembali potensi-potensi yang terdapat di sekolah dan bahkan melakukan bencmarking ke SDN Karangpawulang I, begitu pula sebaliknya. 6. Saran penelitian lebih lanjut yaitu pengembangan model kepemimpinan transformasional yaitu model kepemimpinan yang dianggan mampu membawa perubahan paradigma peningkatan mutu pendidikan ke arah yang

6 271 lebi baik. Hal ini penting mengingat pelaksanaan manajemen berbasis sekolah yang semakin meluas pada era otonomi daerah semakin menempatkan kepemimpinan transformasional pada posisi penting. Kepemimpinan transformasional melalui tiga unsurnya (karisma, konsideran individual, dan stimulasi intelektual) diperlukan dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah. Studi tersebut diharapkan dapat memperjelas terutama jika kepemimpinan transformasional kepala sekolah dibandingkan dengan daerah lain dan dalam situasi transisi, dari pengelolaan yang sentralistik kearah desentralistik.