PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN JELAWAT Business Development of Jelawat Fish Cultivation

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

BAB I PENDAHULUAN. tujuan strategis dari Food and Agriculture Organization (FAO) yaitu mengurangi

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel. Potensi Areal Budidaya Laut Untuk Komoditas Kerang Mutiara & Abalone, Kerang Darah dan Tiram Serta Teripang Per Kab/kota Se- NTB

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1. Tanah laut , , , ,

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

Oleh :KetutSiswaMitra Program StudiManajemenSumberDayaPerairan JurusanPerikanan Dan IlmuKelautan FakultasPertanian UniversitasWarmadewa Denpasar

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

PEMBERIAN PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT (Oreochromis sp) YANG DIPELIHARA DALAM HAPPA. Elrifadah. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING INSANG TETAP DAN BUBU DI KECAMATAN MEMBALONG KABUPATEN BELITUNG

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap*

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

STRATEGI PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KECAMATAN TALANGO KABUPATEN SUMENEP

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

DUKUNGAN DINAS PERKEBUNAN PROV KALSEL DALAM MEWUJUDKAN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN KUALITAS DATA STATISTIK PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1. Tanah laut 9, ,770 25, ,735 6, ,355 42,

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

PENDAHULUAN Latar Belakang

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

ANCAMAN & KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM BIDANG PERIKANAN BUDIDAYA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013

KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA. Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM : KELAS : S1-SI-09

I. PENDAHULUAN. Ikan badut (Amphiprion percula) atau biasa disebut ikan nemo merupakan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha budidaya

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS

IKAN GABUS DI KANCAH NASIONAL

ANALISIS RESIKO USAHATANI IKAN BANDENG DI DESA SUNGAI UNDANG KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN KALIMANTAN TENGAH

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

I. PENDAHULUAN. Selatan dilatarbelakangi oleh Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun Povinsi Kalimantan Selatan) dan Peraturan Gubernur Kalimantan

IbM Kelompok Tani Buah Naga

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

PENGUMUMAN. Kab. Banjar, Barito Kuala. Kab. Banjar, Barito Kuala, Kota Banjarmasin

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA

Kalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2016

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI LAHAN RAWA DALAM MENDUKUNG KEDAULATAN PANGAN

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

Bisnis Budidaya Ikan Bawal

22 Siti Masithoh et al Pemanfaatan lahan pekarangan

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012 ABSTRAK

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ABON PADA UKM MUTIARA DI KOTA PALU Business Development Strategy of Small enterprise Mutiara on Abon Beef at Palu

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

Transkripsi:

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN JELAWAT Business Development of Jelawat Fish Cultivation Muhammad Adnan Zain Program Studi Agrobisnis Perikanan, Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru E-mail: muhammad.adnanzain@rocketmail.com Abstract Research was aims to determine Knowing the factors that support development and that inhibit the development of fish farming jelawat and development of fish cultivation jelawat. To determine the development of farming jelawat used SWOT analysis in addition to determining the direction of development of fish culture jelawat. Research was conducted in kecamatan karang intan kabupaten Banjar which is the location of fish farming jelawat. From the research results can be known fairly promising prospects for business development both in terms of price and consumer demand, but needs to be improved in terms of cultivation management. Development of fish farming is expected to increase the income of fish farmers and also keep the fish is a commodity jelawat kalimantan local fish can be maintained sustainability. Keyword : Business Development, SWOT analysis PENDAHULUAN Wilayah Indonesia terdiri atas perairan laut maupun perairan umum. Sebagai negara kepulauan Indonesia mempunyai lautan yang sangat luas dengan perkiraan kurang lebih 5,8 juta km 2 dengan topografi dasar serta kedalaman perairan yang bervariasi. Sekitar 75 % wilayah Indonesia didominasi perairan yang mencakup kurang lebih 17.508 pulau dengan luasan wilayah perairan laut (maritim) Indonesia 5,8 juta km 2 dan wilayah perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) seluas 2,7 juta km 2. Dengan potensi perairan yang cukup besar sampai sekarang masih belum dioptimalkan untuk kegiatan perikanan, sementara permintaan masyarakat akan produk perikanan mengalami peningkatan. Potensi kegiatan perikanan yang ada di Kalimantan Selatan meliputi perairan umum dan perairan laut. Besarnya potensi pemanfaatan perairan dapat diketahui dengan jumlah produksi perikanan meliputi besarnya praoduksi dari kegiatan budidaya yaitu sebesar 31.482 ton pada tahun 2009 dan jumlah produksi untuk bidang penangkapan yaitu 166.005 ton, untuk lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. 80

Tabel 1. Produksi Perikanan Kalimantan Selatan Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 Budidaya - Tambak 5.315 3.415 6.027 7.107 10.508 - Kolam 3.282 4.927 5.976 8.143 13.398 - Karamba 4.294 3.713 3.727 4.735 3.776 - Mina Padi 116 113 265 263 3.776 - Jaring Apung 211 423 505 596 657 - Net Tancap 4 4 5 5 5 - Laut 4.041 2.420 6.064 3.761 2.848 Total 17.263 15.014 22.569 24.610 31.482 Penangkapan - Laut 136.520 121.494 98.681 106.484 106.947 - Perairan Umum 49.613 49.664 53.562 49.517 59.058 Total 186.133 171.158 152.243 156.001 166.005 Sumber : http://www.kalselprov.go.id/pembangunan/perikanan-dan-kelautan Pada Tabel 1. menunjukkan produksi perikanan di Kalimantan Selatan menunjukkan kenaikan produksi selama tiga tahun berturut-turut pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Kenaikan ini berdasarkan produksi dari hasil budidaya dan dari hasil penangkapan. Kenaikan ini tentunya dapat memberikan gambaran animo masyarakat akan produk perikanan mengalami peningkatan serta menjadikan bidang perikanan sebagai bidang usaha yang menguntungkan dan memiliki prospek untuk dapat dikembangkan lebih luas. Dalam memenuhi permintaan konsumen akan produk perikanan yang selama ini sebagian besar dipenuhi dari hasil penangkapan dewasa ini perlu ditunjang dari usaha budidaya perikanan sebagai salah satu langkah pemenuhan permintaan produk perikanan. Pengembangan perikanan 81

budidaya menjadi salah satu cara dalam meningkatkan produksi hasil perikanan, mengingat masih besarnya potensi yang berupa areal budidaya yang masih bisa dikembangkan. Dari 13 kabupaten yang ada di Kalimantan Selatan, Kabupaten Banjar memiliki potensi sumberdaya ikan yang melimpah meliputi perairan umum dan jenis pengembangan usaha budidaya yang telah ada meliputi tambak, kolam, karamba, mina padi dan jaring apung. Untuk luasan areal yang telah termanfaatkan untuk kegiatan usaha budidaya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luasan Areal budidaya tahun 2008 Luas areal budidaya No Kabupaten/kota Tambak (ha) Kolam (ha) Karamba (m²) Minapadi (ha) Japung (m²) Laut (ha) 1 Kotabaru 3.817,6 6,7 - - - 272,5 2 Tanah Laut 1.940,3 88,8 1.656,0 - - - 3 Banjarmasin - 2,8 - - 1.262,0-4 Barito Kuala 1.058,0 55,6 846,0 7,4 - - 5 Banjar 49,9 280,1 11.304,0 28,8 5,294,0-6 Tapin - 19,4 1.102,0 3,7 - - 7 Hulu Sungai Selatan - 37,2 3.260,0 34,5 - - 8 Hulu Sungai Tengah - 50,5 2.708,0 65,0 - - 9 Hulu Sungai Utara - 1,1 24,698,0 - - - 10 Tabalong - 65,7 21,586,0 64,3 - - 11 Banjarbaru - 13,6 783,0 6,3 350,0-12 Tanah Bumbu 3.457,0 21,4 323,0-3.884,0-13 Balangan - 24,7 4.029,0 - - - 667,6 72,295,0 202,0 10.790,0 272,5 Sumber : http://www.kalselprov.go.id/dinas-dinas/dinas-perikanan-dan-kelautan Pada Tabel 2. luasan areal budidaya yang telah dimanfaatkan pada Kabupaten Banjar 44.332,80 m 2 meliputi tambak, kolam, karamba, mina padi dan jaring apung. Luasan yang telah termanfaatkan pada Kabupaten Banjar 82

merupakan luasan yang paling besar dibandingkan dengan kabupaten lainnya, dimana luasan areal yang telah dimanfaatkan terbesar adalah kolam dan karamba. Komoditas ikan yang umumnya dibudidayakan dalam kolam dan karamba meliputi jenis ikan mas, nila dan patin serta beberapa ikan lainnya seperti gurami dan bawal. Dalam perkembangannya beberapa jenis ikan lokal mulai dibudayakan sebagai salah satu cara dalam memperkaya produkproduk perikanan. Salah satunya adalah ikan jelawat. Ikan jelawat yang merupakan salah satu jenis ikan lokal yang lazim dijumpai di perairan umum di Kalimantan. Ikan jelawat yang sebelumnya hanya diperoleh dari hasil tangkapan di alam, sekarang sudah mulai dibudidayakan dalam rangka memenuhi permintaan konsumen dan juga bertujuan untuk menjaga keberlangsungan dari ikan jelawat itu sendiri. Dewasa ini perkembangan perikanan darat menjadi salah satu bidang yang cukup diminati dan dinilai dapat memberikan keuntungan bagi pelaku usaha. Salah satu komoditas ikan yang mulai dibudidayakan yaitu ikan jelawat. Ikan jelawat merupakan salah satu jenis ikan yang ditemukan di perairan umum di daerah Kalimantan dan Sumatera. Ikan jelawat sangat diminati oleh masyarakat karena rasanya yang gurih dibandingkan dengan jenis ikan lainnya. Ikan jelawat memiliki bentuk tubuh yang agak membulat dan memanjang. Kepala atas agak mendatar dan memiliki dua pasang sungut, mulut berukuran sedang, garis literal tidak terputus, bagian punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih keperakan. Pada sirip dada berwarna kemerahan selain itu gurat sisi melengkung agak ke bawah dan berakhir pada bagian ekor bawah yang berwarna agak kemerahan. Ikan jelawat bersifat omnivora atau pemakan segala namun ikan jelawat lebih bersifat herbivora (Atmaja Hardjamulia, 1992). Ikan jelawat yang hidup di alam dapat mencapai berat 15 Kg atau lebih per ekor. Ikan jelawat menyukai habitat sungai yang berlubuk dan berhutan di bagian sisi sungai. Kegiatan budidaya ikan jelawat di dalam karamba merupakan usaha yang cukup menguntungkan karena tidak memerlukan lahan serta makanan tambahan yang mudah diperoleh di sekitar desa. Kegiatan budidaya perikanan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan 83

(Weakness), sedangkan analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threath). Dalam menganalisis kondisi internal maupun eksternal kegiatan budidaya digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan analisis yang digunakan untuk merencanakan strategi dan pengembangan usaha budidaya ikan jelawat dalam karamba. Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui faktor yang menunjang pengembangan dan yang menghambat pengembangan usaha budidaya ikan jelawat. 2. Mengetahui pengembangan dari usaha budidaya ikan jelawat. Sedangkan manfaat dari penelitian ini yaitu dapat memberikan gambaran pengembangan usaha budidaya ikan jelawat yang telah dilakukan oleh petani ikan. METODE PENELITIAN Daerah Penelitian ditentukan dengan sengaja (Purposive Sampling) yaitu kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. Penentuan ini berdasarkan pertimbangan kecamatan tersebut merupakan lokasi budidaya ikan jelawat dalam karamba. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif, dimana metode ini digunakan untuk dapat memberikan gambaran secara akurat mengenai kegiatan perikanan (Sumadi Suryabrata, 2004). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi yang terkait dengan penelitian ini. Untuk mengetahui faktor yang menunjang pengembangan dan yang menghambat pengembangan usaha budidaya ikan jelawat digunakan analisis SWOT sebagai dasar penentuan faktor yang menunjang pengembangan dan yang menghambat pengembangan usaha budidaya ikan jelawat, dimana tolak ukur sebagai berikut : 1. Faktor penunjang dan faktor penghambat usaha berasal dari kondisi internal dan kondisi eksternal. 2. Elemen yang digunakan sebagai indikator yaitu pakan ikan, manajemen usaha dan lokasi usaha. 3. Setiap indikator akan diberikan bobot sesuai dengan bobot kepentingan dari masing masing indikator dengan total maksimum 10. 4. Setiap faktor pada SWOT akan diberikan point sebagai berikut : a. 1 = Tidak Penting 84

b. 2 = Kurang Penting c. 3 = Cukup d. 4 = Penting e. 5 = Sangat Penting Kemudian untuk mengetahui bagaimana posisi atau gambaran dari usaha budidaya ikan jelawat digunakan analisis kuadran dengan menggunakan tahapan : 1. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T 2. Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengaruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. 3. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y. 4. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT. Apabila dari hasil analisis pada kuadrat SWOT di peroleh : 1. Kuadran I (positif, positif) Posisi ini menandakan bahwa usaha budidaya berada pada posisi yang cukup bagus dan berpeluang untuk dikembangkan. 2. Kuadran II (positif, negatif) Posisi ini menandakan bahwa usaha budidaya yang dilakukan sudah cukup bagus tetapi menghadapi tantangan yang besar. 3. Kuadran III (negatif, positif) Posisi ini menandakan bahwa usaha budidaya yang dilakukan sangat kurang namun sangat berpeluang. 4. Kuadran IV (negatif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah bahwa usaha budidaya yang dilakukan sangat lemah dan menghadapi tantangan besar. HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya ikan jelawat didalam karamba merupakan salah satu cara dalam meningkatkan hasil produksi perikanan dan meningkatkan pemenuhan permintaan kosumen akan produk hasil budidaya ikan. Budidaya ikan jelawat juga meningkatkan pendapatan petani ikan yang selama ini hanya membudidayakan ikan nila dan ikan mas. Pada hasil penelitian ini dilakukan pemisahan antara faktor yang bersifat internal (faktor kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan hambatan). Faktor 85

internal merupakan faktor yang ada di dalam usaha budidaya itu sendiri yaitu berasal dari manajemen usaha budidaya. Untuk faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar kegiatan usaha budidaya ikan. Beberapa elemen yang digunakan dalam penentuan faktor yaitu pakan ikan, manajemen usaha dan lokasi usaha. Ketiga elemen tersebut dinilai memiliki peran yang cukup besar dalam menunjang perkembangan usaha budidaya. Masing-masing elemen tersebut memiliki empat komponen pada SWOT. Tabel 3. Analisis Internal No Indikator Internal Bobot Kekuatan Kelemahan Skor Nilai Skor Nilai 1 Pakan tambahan yang mudah didapatkan 1,8 4 7,2 2 Lokasi karamba tempat tinggal 1,2 4 4,8 3 Pengambilan keputusan terletak pada kepala keluarga 1,9 5 9,5 4 Pakan masih belum bisa diproduksi sendiri 1,9-4 -7,6 5 Keterbatasan lokasi untuk pengembangan usaha 6 Manajemen usaha masih bersifat tradisional dan kekeluargaan 2-5 -10 1,2-5 -6 Total 10 21,5-23,6 Sumber : Data primer yang diolah 86

Tabel 4. Analisis Eksternal No Indikator Eksternal Bobot Peluang Hambatan Skor Nilai Skor Nilai 1 Jenis pakan sudah mulai Beragam sehingga banyak pilihan 2 Ikan Jelawat mulai dibudidayakan selain ikan mas dan Nila 3 Usaha Pembesaran masih memberikan prospek keuntungan bagi pelaku usaha 2,3 5 11,5 1,5 4 6 1,7 5 8,5 4 Harga pakan yang masih relatif mahal 1,8-5 -9 5 Persaingan dan perluasan areal budidaya 1,2-3 -3,6 6 Pengembangan usaha didasarkan pada keputusan kepala rumah tangga 1,5-3 -4,5 Total 10 26-17,1 Sumber : Data Primer yang diolah Pakan ikan merupakan komponen yang berpengaruh pada usaha budidaya ikan. Pakan ikan budidaya diperoleh dari pakan hasil pabrikan dan pakan yang diperoleh dari sekitar desa yaitu berupa daun karena ikan jelawat lebih bersifat herbivora. Selain itu penggunaan pakan tambahan juga berfungsi untuk mengurangi biaya pakan pabrikan. Dalam memenuhi keperluan pakan harian petani ikan masih menggunakan pakan pabrikan karena belum bisa memproduksi sendiri akibat keterbatasan dana dalam mengadakan mesin pembuat pakan. Secara eksternal jenis pakan pabrikan sudah sangat mudah untuk diperoleh dengan rentang harga yang cukup mahal. Lokasi budidaya yaitu di sepanjang sungai Karang Intan. Lokasi budidaya tergantung dengan kondisi air dan banyaknya petani ikan yang berusaha di lokasi tersebut. Kendala yang muncul dalam usaha pada saat akan melakukan perluasan usaha. 87

Perluasan akan terhambat akibat kepadatan areal yang ditempati sebagai lokasi budidaya. Sehingga pola budidaya ikan dalam karamba cenderung berpusat pada daerah tertentu, tidak tersebar secara merata hal ini disebabkan karena : 1. Memberikan kemudahan dalam pengawasan ikan budidaya. 2. Tidak semua masyarakat yang berada di sepanjang sungai yang membudidayakan ikan dalam karamba. Manajemen usaha budidaya masih bersifat tradisional, dimana kepala keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan usaha budidaya. Pengambilan keputusan seringkali menunggu kepala keluarga dalam mengatasi suatu permasalahan. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga masih sangat jarang digunankan mengingat tingkat usaha masih relatif kecil berkisar antara 1 sampai dengan 4 karamba per KK. Kuadran III Kuadran I Kuadran IV Kuadran II Gambar 1. Posisi Usaha Pembesaran Ikan Jelawat dalam Karamba Dari hasil analisis internal dan eksternal diperoleh nilai (-2,1. 8,9) (Gambar 1.) hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya berada pada Kuadran III (negatif, positif). Pada posisi ini menunjukkan bahwa usaha budidaya ikan jelawat di dalam karamba yang telah dilakukan oleh masyarakat dinilai masih belum dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki namun usaha budidaya ini masih berpeluang untuk dikembangkan lagi. 88

Dalam penegembangan usaha budidaya ikan jelawat dalam karamba diperlukan strategi dalam pengembangannya dengan cara : 1. Pakan ikan Pakan ikan merupakan keperluan bagi usaha pembesaran ikan. Pemenuhan kebutuhan protein untuk pertumbuhan ikan sangat diperlukan, sehingga pemberian pakan tambahan yang lebih murah namun dengan komposisi nutrisi yang tepat bagi ikan. 2. Lokasi usaha Lokasi usaha budidaya tergantung dengan ketersediaan luasan sungai untuk kegiatan budidaya, namun dalam perkembangannya perluasan lahan ke arah darat dengan menggunakan kolam dapat menjadi pilihan dalam pengembangan usaha. 3. Manajemen usaha Pengelolaan usaha sangat diperlukan dalam memajukan suatu usaha, selama ini usaha dikelola hanya dengan mengunakan manajeman usaha tradisional. Hal ini dapat dilihat dari peran semua anggota keluarga sangat berpengaruh pada kelangsungan usaha budidaya. Penggeloaan usaha yang baik dan terstruktur akan meningkatkan kemajuan usaha. Selain itu dengan penggunaan tenaga luar keluarga dapat sebagai salah satu alternatif dalam memperluas usaha. Pengawasan merupakan tantangan yang dihadapi oleh perluasan usaha namun dengan penggunaan tenaga luar keluarga akan memberikan kemudahan pengawasan karamba yang berada jauh dari tempat pemilik tetapi dengan pengawasan dan manajemen usaha tetap pada pemilik usaha. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Faktor yang menunjang pengembangan ikan jelawat secara internal yaitu ketersediaan dan kemudahan pakan yang diperoleh, lokasi usaha yang berdekatan dengan rumah pemilik sehingga mengurangi resiko keamanan dan pengelolaan usaha dalam rumah tangga. Faktor yang menunjang pengembangan ikan jelawat secara eksternal yaitu ketersediaan pakan yang diproduksi oleh pabrik yang cukup beragam, beberapa petani ikan mulai membudidayakan sehingga menciptakan iklim yang kondusif untuk usaha pembesaran ikan jelawat. Faktor penghambat pengembangan ikan jelawat secara internal yaitu petani belum bisa memenuhi pakan dari pakan buatan 89

sendiri sehingga bisa meningkatkan biaya produksi, keterbatasan lokasi yang digunakan untuk mengembangkan usaha dan keterlambatan dalam pengambilan keputusan dalam pengembangan usaha. Faktor penghambat pengembangan ikan jelawat secara eksternal yaitu biaya untuk pembelian pakan yang relatif mahal, persaingan areal budidaya dan keputusan kepala keluarga sebagai pengambil keputusan mutlak dalam usaha. Pengembangan usaha budidaya ikan jelawat di titik beratkan pada perubahan dan perbaikan pada manajemen usaha budidaya itu sendiri, sehingga usaha akan semakin berpeluang untuk berkembang dan menjadi maju seiring perbaikan dari kuadran III menuju kuadran I. DAFTAR PUSTAKA Atmaja Hardjamulia, 1992. Informasi Teknologi Budidaya Ikan Jelawat (Leptobarbus Hoeveni Blkr). Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Bogor Kalselprov. Produksi Perikanan Kalimantan Selatan. diakses tanggal 15 Maret 2010. Kalselprov. Luasan Areal budidaya tahun 2008. http://www.kalselprov.go.id / dinas-dinas/dinas-perikanan-dankelautan diakses tanggal 15 Maret 2010. Sumadi Suryabrata, 2004. Metode Penelitian. RajaGrafindo Persada. Jakarta. Saran Perlunya peningkatan manajemen pengelolaan usaha budidaya dari pengelolaan usaha yang bersifat tradisional dimana dalam pengambilan keputusan hanya mengandalkan insting ditingkatkan menjadi pengelolaan pengambilan keputusan dengan memperhatikan pengembangan usaha yang berorientasi keuntungan dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki. 90