HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
METODE. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian Variabel

Oleh: Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Siti Nuryati, STP, MSi Muhammad Aries

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN DIABETES MELITUS PADA WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

No Variabel Kategori 1 Karakteristik Demografi dan Ekonomi Umur

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional. Tempat

PENDAHULUAN Latar Belakang

daripada mereka yang aktif. Selain itu, aktivitas fisik yang kurang juga berhubungan dengan obesitas. Meningkatnya tingkat pendapatan juga

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

Citrakesumasari, Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

B. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Lokasi penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kedungkandang. Waktu pelaksanaan April 2017.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 4 HASIL PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

Karakteristik Umum Responden

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

METODE. Desain, Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

Lampiran 1 Informed Consent Responden INFORMED CONSENT RESPONDEN LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. menentukan obesitas abdominal yang diperoleh dengan cara menghitung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Temanggung yang berusia tahun. Hasil pengukuran tekanan

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1: Daftar Riwayat Hidup DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Mutia Fri Fahrunnisa NIM : Tempat, Tanggal Lahir : Solok, 13 Mei 1993

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. kelompok usia lanjut (usila/lansia) (Badriah, 2011). Secara alamiah lansia

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan tentang penelitian ini serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan Window of opportunity. Pada

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA, OBESITAS DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II. Siti Novianti, Nur Lina RINGKASAN

Transkripsi:

116 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sampel Pada penelitian ini, dari total sampel 10834, sebanyak 52.6%-nya adalah wanita dan 47.4% adalah pria. Seluruh sampel terkategori penduduk perkotaan. Tabel 8 Sebaran sampel berdasarkan status sosial ekonomi dan demografi Pria Wanita Total Sosial ekonomi dan demografi n (%) n (%) n (%) Umur (tahun) 20-40 3004 (58.5) 3362 (59.0) 6366 (58.8) 41-60 1601 (31.2) 1779 (31.2) 3380 (31.2) > 60 527 (10.3) 561 (9.8) 1088 (10.0) Total 5132 (100.0) 5702 (100.0) 10834(100.0) Pekerjaan utama Tidak kerja/sekolah 782 (15,2) 564 (9.9) 1346 (12.4) Ibu rumah tangga 0 (0,0) 3248 (57,0) 3248 (30,0) Pegawai BUMN/swasta/PNS/TNI/Polri 1632 (31.8) 764 (13.4) 2396 (22.1) Wiraswasta/ Pedagang/pelayanan jasa 1569 (30.6) 796 (14.0) 2365 (21.8) Petani/nelayan/buruh 847 199 (3.5) 1046 (9.7) Lainnya 302 (5,9) 131 (2,3) 433 (40) Total 5132 (100.0) 5702 (100.0) 10834 (100.0) Jenjang pendidikan Tidak tamat SD 427 (8.3) 897 (15.8) 1324 (12.3) Tamat SD 838 (16.3) 1247 (21,9) 2085 (19.2) Tamat SLTP 936 (18.2) 1156 (20,3) 2092 (19.3) Tamat SLTA 2321 (45.2) 1865 (32,7) 4186 (38.6)

117 Tamat perguruan tinggi 610 (11.9) 537 (9,4) 1147 (10.6) Total 5132 (100.0) 5702 (100.0) 10834 (100.0) Pengeluaran per kapita/bulan Miskin (kuintil I dan II) 2061 (40.2) 2270 (39.8) 4331 (40.0) Tidak miskin (kuintil III, IV, dan V) 3071 (59.8) 3432 (60.2) 6503 (60.0) Total 5132 (100.0) 5702 (100.0) 10834 (100.0) Status sosial ekonomi Rendah 2061 (40.2) 2270 (39.8) 4331 (40.0) Tinggi 3071 (59.8) 3432 (60.2) 6503 (60.0) Total 5132 (100.0) 5702 (100.0) 10834 (100.0) Pekerjaan Utama, Jenjang Pendidikan dan Pengeluaran Pada Tabel 8 tampak bahwa lebih dari 60% sampel pria memiliki pekerjaan utama pegawai BUMN/ pegawai swasta/pns/tni/polri, wiraswasta/pedagang/pelayanan jasa. Sementara pada sampel wanita hampir 60%- nya adalah ibu rumah tangga. Berdasarkan jenjang pendidikan, mayoritas sampel pria maupun wanita berpendidikan tamat SLTA, yaitu 45.2% untuk pria dan 32.7% untuk wanita. Berdasarkan pengeluaran per kapita per bulan, baik pada sampel pria maupun sampel wanita, lebih dari setengah sampel terkategori tidak miskin. Status sosial ekonomi dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan gabungan (komposit) tiga variabel yaitu pekerjaan utama, jenjang pendidikan dan pengeluaran per kapita/bulan, yang kemudian dikategorikan menjadi status sosial ekonomi tinggi dan status ekonomi rendah. Pada Tabel 8 juga tampak bahwa lebih dari setengah sampel baik pada pria maupun wanita memiliki status sosial ekonomi tinggi. Status Gizi

118 Status gizi orang dewasa dalam penelitian ini ditentukan dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar perut. Perhitungan IMT dilakukan dengan menggunakan klasifikasi Departemen Kesehatan RI (1996), yaitu kategori kurus (IMT < 18.5); normal (IMT = 18.5 24.9); gemuk (IMT = 25 27) dan obes (IMT > 27). Untuk status gizi obes, selain diketahui dari hasil penghitungan IMT, juga diketahui dari hasil pengukuran lingkar perut (obesitas sentral). Hasil pengukuran dapat diklasifikasikan sebagai lingkar perut berisiko (obesitas sentral) dan tidak berisiko. Pada pria dikatakan berisiko jika lingkar perutnya > 90 cm dan pada wanita jika lingkar perutnya > 80 cm. Mayoritas sampel baik pria maupun wanita berstatus gizi normal. Sementara obes pada kedua kelompok sampel menduduki persentase kedua setelah normal (Tabel 9). Pada Tabel 9 juga tampak bahwa pada wanita, kejadian obesitas, lebih tinggi dibanding pria. Tabel 9 Sebaran sampel berdasarkan status gizi Status gizi Pria Wanita Total Kurus 541(10.5) 530(9.3) 1071(9.9) Normal 2997(58.4) 2213(38.8) 5210(48.1) Gemuk 392(7.6) 215(3.8) 607(10.7) Obes (obesitas umum dan obesitas sentral) 1202(23.4) 2744(48.1) 3946(36.4) Total 5132(100.0 ) 5702(100.0) 10834(100.0 ) Gaya hidup yang dimaksud di dalam penelitian ini meliputi kebiasaan konsumsi makanan berisiko, merokok, konsumsi alkohol dan gangguan mental emosional. Berikut adalah karakteristik sampel berdasarkan gaya hidup: Konsumsi Makanan Berisiko

119 Ada kelompok-kelompok makanan yang berisiko bagi penyakit degeneratif. Yang dimaksud makanan berisiko dalam penelitian ini antara lain: jeroan, makanan berlemak, makanan asin, makanan yang diawetkan, makanan/minuman manis, dan minuman berkafein. Berdasar kategori sering dan jarang, pada kedua kelompok sampel masing-masing konsumsi makanan berisiko pada umumnya terkategori jarang (Tabel 10). Tabel 10 Sebaran sampel menurut konsumsi makanan berisiko Perilaku berisiko Pria Wanita Total Konsumsi jeroan Sering (> 1 kali/hari) 205(4.0) 65(1.1) 270(2.5) Jarang (< 1 kali/hari) 4927(96.0) 5637(98.9) 10564(97.5) Total 5132(100.0 ) 5702(100.0 ) 10834(100.0 ) Konsumsi makanan berlemak Sering (> 1 kali/hari) 356(6.9) 383(6.7) 739(6.8) Jarang (< 1 kali/hari) 4776(93.1) 5319(93.3) 10095(93.2) Total 5132(100.0 ) 5702(100.0 ) 10834(100.0 ) Konsumsi makanan asin Sering (> 1 kali/hari) 503(9.8) 591(10.4) 1094(10.1) Jarang (< 1 kali/hari) 4629(90.2) 5111(89.6) 9740(89.9) Total 5132(100.0 ) 5702(100.0 ) 10834(100.0 ) Konsumsi makanan yang diawetkan

120 Sering (> 1 kali/hari) 213(4.2) 209(3.7) 422(3.9) Jarang (< 1 kali/hari) 4919(95.8) 5493(96.3) 10412(96.1) Total 5132(100.0 ) 5702(100.0 ) 10834(100.0 ) Konsumsi makanan/minuman manis Sering (> 1 kali/hari) 1818(35.4) 1724(30.2) 3542(32.7) Jarang (< 1 kali/hari) 3314(64.6) 3978(69.8) 7292(67.3) Total 5132(100.0 ) 5702(100.0 ) 10834(100.0 ) Konsumsi minuman berkafein Sering (> 1 kali/hari) 1156(22.5) 517(9.1) 1673(15.4) Jarang (< 1 kali/hari) 3976(77.5) 5185(90.9) 9161(84.6) Total 5132(100.0 ) 5702(100.0 ) 10834(100.0 ) Konsumsi gabungan Sering (> 5 sering kons.makanan berisiko) 23(0.5) 11(0.2) 34(0.3) Jarang (< 5 sering kons.makanan berisiko) 5109(99.5) 5691(99.8) 10800(99.7) Total 5132(100.0 ) 5702(100.0 ) 10834(100.0 ) Gangguan Mental Emosional Dalam penelitian ini, adanya gangguan mental emosional dinilai dengan Self Reporting Questionnaire (SRQ) yang terdiri dari 20 butir pertanyaan. Berdasar uji validitas yang dilakukan Hartono (1995), dimana seseorang dikategorikan mengalami gangguan emosional jika terhadap 20 pertanyaan

121 tersebut minimal 6 pertanyaan dijawab ya, dalam penelitian ini sebanyak 14.8% sampel pria dan 24% sampel wanita dikategorikan mengalami gangguan mental emosional (Tabel 11). Tabel 11 Sebaran sampel menurut kondisi mental emosional Kesehatan mental Pria Wanita Total Gangguan 760(14.8) 1370(24.0) 2130(19.7) Tidak gangguan 4372(85.2) 4332(76.0) 8704(80.3) Total 5132(100.0) 5702(100.0) 10834(100.0 ) Kebiasaan Merokok Kebiasaan merokok juga merupakan faktor risiko penyakit degeneratif. Pada pria, lebih dari setengah sampel memiliki kebiasaan merokok setiap hari. Sementara pada sampel wanita, lebih dari 90% sampel mengaku tidak pernah merokok. Pada pria dan wanita perokok, lebih dari setengah sampel, pertama kali mulai merokok > umur 17 tahun. Berdasarkan jumlah batang rokok yang dihisap per hari, mayoritas perokok pria maupun wanita menghabiskan < 15 batang per hari. Berdasarkan jenis rokok yang dihisap, rokok kretek dengan filter adalah yang paling banyak dihisap baik oleh perokok pria (71.1%) maupun perokok wanita (60.7%) (Tabel 12). Tabel 12 Sebaran sampel menurut kebiasaan merokok Kebiasaan merokok Pria Wanita Total

122 Merokok setiap hari 2582(50.3) 147(2.6) 2729(25.2) Merokok kadang-kadang 669(13.0) 153(2.7) 822(7.6) Sebelumnya pernah merokok 531(10.3) 84(1.5) 615(5.7) Tidak pernah merokok 1350(26.3) 5318(93.3) 6668(61.5) Total 5132(100.0) 5702(100.0) 10834(100.0) Lanjutan Tabel 12 Umur mulai merokok setiap hari (perokok setiap hari) > 17 Tahun 1479(57.3) 112(76.2) 1591(58.3) < 17 Tahun 1103(42.7) 35(23.8) 1139(41.7) Jumlah rokok yang dihisap (perokok setiap hari dan perokok kadangkadang) > 15 Batang 411(12.6) 15(5.0) 426(12.0) < 15 Batang 2840(87.4) 285(95.0) 3125(88.0) Total 3251(100.0) 300(100.0) 3551(100.0) Jenis rokok yang dihisap (perokok setiap hari dan perokok kadangkadang) Kretek tanpa filter 1090(33.5) 54(18.0) 1144(32.2) Rokok dengan filter 2312(71.1) 182(60.7) 2494(70.2) Rokok putih 380(11.7) 69(23.0) 449(12.6) Rokok linting 83(2.6) 17(5.7) 100(2.8) Cangklong 70(2.2) 1(0.3) 71(2.0) Cerutu 43(1.3) 14(4.7) 57(1.6) Tembakau kunyah 43(1.3) 14(4.7) 57(1.6) Total 3251(100.0) 300(100.0) 3551(100.0)

123 Konsumsi Alkohol Tabel 13 Sebaran sampel menurut kebiasaan konsumsi alkohol Konsumsi alkohol Pria Wanita Total Dalam 12 bulan terakhir Ya 440(8.6) 49(0.9) 489(4.5) Tidak 4692(91.4) 5653(99.1) 10345(95.5) Total Dalam 1 bulan terakhir 5132(100.0) 5702(100.0) 10834(100.0 ) Ya 297(67.5) 21(42.9) 318(65.0) Tidak 143(32.5) 28(57.1) 171(35.0) Total 440(100.0) 49(100.0) 489(100.0) Frekuensi minum (dalam 1 bulan terakhir) Sering 33(11.1) 2(9.5) 35(11.0) Jarang 264(88.9) 19(90.5) 283(89.0) Total 297(100.0) 21(100.0) 318(100.0) Porsi minum (dalam 1 bulan terakhir) > 2 satuan 152(51.2) 3(14.3) 155(48.7) < 2 satuan 145(48.8) 18(85.7) 163(51.3) Total 297(100.0) 21(100.0) 318(100.0) Jenis minuman (dalam 1 bulan terakhir) Bir 112(37.7) 9(42.9) 121(38.1) Whisky/vodka 29(9.8) 5(23.8) 34(10.7) Anggur/wine 123(41.4) 7(33.3) 130(40.9)

124 Minuman tradisional 33(11.1) 0(0.00) 33(10.4) Total 297(100.0) 21(100.0) 318(100.0) Pada Tabel 13 tampak kedua kelompok sampel sebagian besar menyatakan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol selama 1 tahun terakhir. Berdasar frekuensi, sekitar 90% kedua kelompok sampel menyatakan jarang mengkonsumsi alkohol. Berdasar jenis minuman, anggur/wine paling banyak dikonsumsi oleh sampel pria. Sementara pada sampel wanita, bir menempati urutan tertinggi. Dalam satu satuan minuman beralkohol, kandungan etanolnya adalah 9-13 gram. Aktivitas Fisik dan Konsumsi Buah dan Sayur Aktivitas fisik dan konsumsi buah dan sayur merupakan faktor protektif penyakit degeneratif seperti hipertensi dan diabetes melitus. Dalam penelitian ini, kedua kelompok sampel lebih dari 75% terkategori tidak cukup melakukan aktivitas fisik (Tabel 14). Berdasarkan kecukupan konsumsi buah dan sayur, tidak ada satu pun sampel dalam penelitian ini yang terkategori cukup. Kedua kelompok sampel mayoritas memiliki kebiasaan konsumsi > 3 hari per minggu, namun lebih dari 95% sampel di masing-masing kelompok, mengkonsumsi buah dan sayur < 3 porsi per hari (Tabel 14). Tabel 14 Sebaran sampel menurut perilaku protektif penyakit degeneratif Perilaku protektif Pria Wanita Total Aktivitas fisik Tidak cukup 3939(76.8) 4329(75.9) 8268(76.3) Cukup 1193(23.2) 1373(24.1) 2566(23.7) Total 5132(100.0) 5702(100.0) 10834(100. 0)

125 Konsumsi buah dan sayur Tidak cukup 5132(100.0) 5702(100.0) 10834(100. 0) Cukup 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Total 5132(100.0) 5702(100.0) 10834(100. 0) Porsi konsumsi buah dan sayur > 3 porsi/hari 207(4.0) 245(4.3) 452(4.2) < 3 porsi/hari 4925(96.0) 5457(95.7) 10382(95.8) Total 5132(100.0) 5702(100.0) 10834(100.0) Frekuensi konsumsi buah dan sayur > 3 hari/minggu 4210(82.0) 4877(85.5) 9087(83.9) < 3 hari/minggu 922(18.0) 825(14.5) 1747(16.1) Total 5132(100.0) 5702(100.0) 10834(100.0) Dalam penelitian ini penyakit degeneratif yang dianalisis hubungannya dengan perilaku protektif, perilaku berisiko, status gizi, serta kondisi sosial ekonomi dan demografi adalah hipertensi dan diabetes melitus. Pada Tabel 15 tampak sebanyak 32.9% sampel pria dan 24.6% sampel wanita berdasar pengukuran tekanan darah mengalami hipertensi (H). Sementara berdasarkan diagnosis, hipertensi diderita oleh 8.9% sampel pria dan 12.5% sampel wanita. Diabetes melitus (D) dialami oleh 2.6% sampel pria dan 2.9% sampel wanita. Proporsi sampel yang diketahui menderita hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah saat survey berlangsung lebih besar dibanding penderita hipertensi berdasarkan diagnosis sebelumnya oleh tenaga kesehatan (saat survey berlangsung, berdasar pengukuran tekanan darah tidak menunjukkan hipertensi). Dalam penelitian ini juga dianalisis kejadian hipertensi dan diabetes melitus pada sampel obes, kejadian hipertensi yang diderita bersamaan dengan

126 diabetes melitus, serta kejadian hipertensi yang diderita bersamaan dengan diabetes melitus pada sampel obes. Tabel 15 Sebaran sampel menurut kejadian penyakit degeneratif Penyakit Degeneratif Pria Wanita Total Hipertensi 1 (pengukuran) (H1) 1686(32.9) 1404(24.6) 3090(28.5) Hipertensi 2 (diagnosis) (H2) 459(8.9) 715(12.5) 1174(10.8) Diabetes mellitus (D) 133(2.6) 165(2.9) 298(2.8) Hipertensi 1 +Diabetes melitus (H1D) 70(1.7) 102(1.8) 172(1.6) Hipertensi 2 +Diabetes melitus (H2D) 18(0.4) 63(1.1) 81(0.8) Hipertensi 1 +Obesitas (H1O) 357(7.0) 600(10.5) 957(8.8) Hipertensi 2 +Obesitas (H2O) 101(2.0) 506(8.9) 607(5.6) Diabetes melitus+obesitas (DO) 51(1.0) 119(2.1) 170(1.6) Hipertensi 1+Diabetes+Obesitas (H1DO) Hipertensi 2+Diabetes+Obesitas (H2DO) 18(0.4) 39(0.7) 14(0.3) 49(0.9) 57(0.5) 63(0.6) 5132(100.0 5702(100.0 10834(100.0 Total sampel ) ) ) Hubungan Faktor Risiko dengan Hipertensi dan Diabetes Melitus

127 Status Sosial Ekonomi dan Demografi Dalam penelitian ini, baik pada sampel pria maupun wanita, kejadian penyakit degeneratif lebih banyak terjadi pada usia > 45 tahun. Pada pria, kejadian penyakit degeneratif pada umumnya terjadi pada sampel dengan status sosial ekonomi tinggi. Sebaliknya, pada wanita, kejadian penyakit degeneratif pada umumnya terjadi pada sampel dengan status sosial ekonomi rendah (Tabel 16,17, 18, dan 19). Tabel 16 Hubungan penyakit degeneratif dengan kondisi sosial ekonomi dan demografi pada pria tidak obes Karakteristik Penyakit Degeneratif H1 H2 D H1D H2D Umur > 45 938(53.2) 323(18.3) 105(6.0) 61(3.5) 38(2.2) < 45 844(25.0) 136(4.0) 28(0.8) 9(0.3) 5(0.1) Total 1782(34.7) 459(8.9) 133(2.6) 70(1.4) 43(0.8) 3.41(3.02-3.85)* 5.34(4.33-6.58)* 7.56(4.96-11.52)* 13.39(6.64-27.03)* 14.83(5.83-37.76)* Sosek Rendah 709(34.4) 181(8.8) 42(2.0) 51(1.7) 12(0.6) Tinggi 1073(34.9) 278(9.1) 91(3.0) 19(0.9) 31(1.0) Total 1782(34.7) 456(8.9) 133(2.6) 70(1.4) 43(0.8) 0.98 (0.87-1.10) 0.97(0.80-1.18) 0.68 (0.47-0.99) 0.55 (0.32-0.94) 0.57(0.29-1.12)* Keterangan: H1 H2 =hipertensi berdasar pengukuran tekanan darah =hipertensi berdasar diagnosis tenaga kesehatan

128 D H1D =diabetes melitus =hipertensi (berdasar pengukuran tekanan darah) sekaligus menderita diabetes melitus H2D =hipertensi berdasar diagnosis tenaga kesehatan sekaligus menderita diabetes melitus * =hubungan signifikan (p<0.05) Hubungan antara umur dengan kejadian penyakit degeneratif baik pada pria maupun wanita secara statistik signifikan (p<0.05). Pada pria, risiko terkena H1 pada umur > 45 tahun adalah 3.41 kali lebih besar, = 3.41 (3.02-3.85) dibanding yang berumur < 45 tahun. Risiko lebih tinggi terkena H2, D, H1D, H2D juga terjadi pada sampel pria maupun wanita umur > 45 tahun dibanding umur < 45 tahun. Demikian juga pada pria obes dan wanita obes, umur > 45 tahun memiliki risiko lebih tinggi dibanding umur < 45 tahun sebagaimana disajikan dalam Tabel 16, 17, 18 dan 19. Risiko umur terhadap kejadian hipertensi sekaligus diabetes melitus baik pada pria maupun wanita pada umumnya lebih tinggi dibanding pada kejadian tunggal, yaitu hipertensi saja ataupun diabetes melitus saja. Tabel 17 Hubungan penyakit degeneratif dengan kondisi sosial ekonomi dan demografi pada pria obes Karakteristi k Penyakit Degeneratif H1O H2O DO H1DO H2DO Umur n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) > 45 367(20.8) 131(7.4) 45(2.6) 35(2.0) 21(1.2) < 45 287(8.5) 47(1.4) 6(0.2) 3(0.1) 1(0.0) Total 654(12.7) 178(3.5) 51(1.0) 38(0.7) 22(0.4)

129 2.83 ( 2.39-3.34)* 5.68 (4.05-7.97)* 14.69 (6.26-34.51)* 22.75 (6.99-74.06)* 40.64 (5.46-302.37)* Sosek Rendah 226(11.0) 62(3.0) 11(0.5) 8(0.4) 5(0.2) Tinggi 428(13.9) 116(3.8) 40(1.3) 30(1.0) 17(0.6) Total 654(12.7) 178(3.5) 51(1.0) 38(0.7) 22(0.4) 0.76 (0.64-0.90)* 0.79(0.58-1.08) 0.41(0.21-0.79)* 0.39 (0.18-0.86)* 0.44 (0.16-1.19) Keterangan: H1O H2O DO =hipertensi berdasar pengukuran tekanan darah pada sampel obes =hipertensi berdasar diagnosis tenaga kesehatan pada sampel obes =diabetes melitus pada sampel obes H1DO =hipertensi (berdasar pengukuran tekanan darah) sekaligus menderita diabetes melitus pada sampel obes H2DO =hipertensi berdasar diagnosis tenaga kesehatan sekaligus menderita diabetes melitus pada sampel obes Pada pria, hubungan signifikan status sosial ekonomi dengan kejadian penyakit degeneratif antara lain tampak pada kejadian H2D, H1O, DO, dan H1DO. Sementara pada wanita, hubungan signifikan tampak pada kejadian H1, H2, H1O, dan H2O. Nilai masing-masing disajikan dalam Tabel 16, 17, 18, dan 19.

130 Tabel 18 Hubungan penyakit degeneratif dengan kondisi sosial ekonomi dan demografi pada wanita tidak obes Karakteristi k Penyakit Degeneratif H1 H2 D H1D H2D Umur > 45 1064(54.1) 502(25.2) 138(7.0) 89(4.5) 55(2.8) < 45 760(20.3) 213(5.7) 27(0.7) 13(0.3) 8(0.2) Total 1824(32.0) 715(12.5) 165(2.9) 102(1.8) 63(1.1) 4.63(4.11-5.21)* 5.28(4.78-6.74)* 10.38(6.85-15.74)* 13.59 (7.57-26.38)* 13.42 (6.38-28.24)* Sosek Rendah 777(34.2) 318(14.0) 64(2.8) 47(2.1) 27(1.2) Tinggi 1047(30.5) 397(11.6) 101(2.9) 55(1.6) 36(1.0) Total 1824(32.0 715(12.5) 165(2.9) 102(1.8) 63(1.1) 1.19(1.06-1.33)* 1.25(1.06-1.46)* 0.96 (0.70-1.31) 1.30 (0.88-1.92) 1.14 (0.69-1.88) Tabel 19 Hubungan penyakit degeneratif dengan kondisi sosial ekonomi dan demografi pada wanita obes Karakteristi k Penyakit Degeneratif

131 Umur H1O H2O DO H1DO H2DO > 45 721(36.7) 359(18.3) 103(5.2) 72(3.7) 43(2.2) < 45 469(12.6) 147(3.9) 16(0.4) 9(0.2) 6(0.2) Total 1190(20.9 ) 506(8.9) 119(2.1) 81(1.4) 49(0.9) 4.04 (3.53-4.61)* 5.46 (4.47-6.67)* 12.86 (7.58-21.85)* 15.75 (7.86-31.57)* 13.91 (59.1-32.74)* Sosek Rendah 517(22.8) 228(10.0) 49(2.2) 38(1.7) 20(0.9) Tinggi 673(19.6) 278(8.1) 70(2.0) 43(1.3) 29(0.8) Total 1190(20.9 ) 506(8.9) 119(2.1) 81(1.4) 49(0.9) 1.21(1.06-1.38)* 1.27(1.05-1.52)* 1.06 (0.73-1.53) 1.34 (0.86-2.08) 1.04 (0.59-1.85) Status Gizi Berdasar status gizi dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lingkar perut, proporsi kejadian penyakit degeneratif baik pada pria maupun wanita pada umumnya paling tinggi ditemui pada status gizi obes, diikuti gemuk, normal, dan kurus (Tabel 20-23). Tabel 20 Hubungan status gizi (IMT dan lingkar perut) dengan penyakit degeneratif pada pria

132 Penyakit Degeneratif Status gizi H1 H2 D H1D H2D Kurus 122(21.6) 29(5.1) 9(1.6) 4(0.7) 4(0.7) Normal 979(30.0) 248(7.6) 77(2.4) 34(1.0) 22(0.7) 0.64(0.52-0.80)* 0.66(0.44-0.98)* 0.67(0.33-1.34) 0.68(0.24-1.92) 1.05(0.36-3.06) Gemuk 283(46.7) 81(13.4) 23(3.8) 14(2.3) 10(1.7) Normal 979(30.0) 248(7.6) 77(2.4) 34(1.0) 22(0.7) 2.04(1.71-2.43)* 1.87(1.43-2.45)* 1.63(1.01-2.62)* 2.24(1.20-4.20)* 2.47(1.16-5.24)* Obes 398(56.5) 101(14.3) 51(4.24) 18(2.6) 7(1.0) Normal 979(30.0) 248(7.6) 77(2.4) 34(1.0) 22(0.7) 3.03(2.56-3.58)* 2.03(1.59-2.60)* 8.18 (4.21-15.89)* 2.49(1.40-4.43)* 1.48(0.63-3.47) Pada pria, hubungan signifikan terjadi antara status gizi dengan H1, H2, H1D dan H2D. Sementara pada wanita, hubungan signifikan tampak pada kejadian H1, H2, H1D, dan H2D. Pada pria misalnya, status gizi obes berisiko terkena H1 3.03 kali lebih besar dibandingkan status gizi normal, =3.03(2.56-3.58); gemuk berisiko terkena H1 2.04 kali lebih besar dibandingkan status gizi normal, =2.04(1.71-2.43). Sementara pada pria kurus, risiko terkena H1 40% lebih kecil dibanding pria normal (Tabel 20). Selengkapnya, nilai status gizi terhadap kejadian penyakit degeneratif, disajikan dalam Tabel 20 dan 21. Tabel 21 Hubungan status gizi (IMT) dengan penyakit degeneratif pada wanita Status gizi Penyakit Degeneratif

133 H1 H2 D H1D H2D Kurus 118(20.7) 44(7.7) 11(1.9) 5(0.9) 4(0.7) Normal 804(25.6) 284(9.0) 77(2.4) 42(1.3) 27(0.9) 0.76 (0.61-0.95)* 0.84(0.61-1.18) 0.79(0.41-1.49) 0.65 (0.26-1.66) 0.82 (0.28-2.35) Gemuk 302(38.4) 134(17.0) 28(3.6) 16(2.0) 11(1.4) Normal 804(25.6) 284(9.0) 77(2.4) 42(1.3) 27(0.9) 1.82 (1.54-2.14)* 2.07(1.66-2.59)* 1.47(0.95-2.28) 1.54 (0.86-2.75) 1.64 (0.81-7.32) Obes 600(49.9) 253(21.0) 119(9.9) 39(3.2) 21(1.7) Normal 804(25.6) 284(9.0) 77(2.4) 42(1.3) 27(0.9) 2.90 (2.53-3.33)* 2.69(2.23-3.23)* 2.93 (1.94-4.41)* 2.48(1.59-3.85)* 2.05 (1.16-3.65)* Konsumsi Makanan Berisiko Pada pria maupun wanita, proporsi kejadian penyakit degeneratif antara sampel yang sering mengkonsumsi makanan/minuman berisiko dengan yang jarang mengkonsumsinya pada umumnya tidak terlalu berbeda. Tabel 22 Hubungan konsumsi makanan berisiko dengan penyakit degeneratif pada pria tidak obes Penyakit degeneratif Kebiasaan makan H1 H2 D H1D H2D

134 Jeroan Jarang 1704(34.6) 441(9.0) 123(2.5) 65(1.3) 40(0.8) Sering 78(38.0) 18(8.8) 10(4.9) 5(2.4) 3(1.5) Total 1782(34.7) 459(8.9) 133(2.6) 70(1.4) 43(0.8) 0.86(0.65-1.15) 1.02(0.62-1.67) 2.00(1.03-3.88)* 0.53(0.21-1.34) 0.55 (0.17-1.80) Makanan berlemak Jarang 1666(34.9) 434(9.1) 119(2.5) 65(1.4) 40(0.8) Sering 116(32.6) 25(7.0) 14(3.9) 5(1.4) 3(0.8) Total 1782(34.7) 459(8.9) 133(2.6) 70(1.4) 43(0.8) 1.11(0.88-1.39) 1.32(0.87-2.01) 1.60(0.91-2.82) 0.97(0.39-2.42) 0.99 (0.31-3.23) Makanan asin Jarang 1600(34.6) 406(8.8) 118(2.5) 63(1.4) 38(0.8) Sering 182(36.2) 53(10.5) 15(3.0) 7(1.4) 5(1.0) Total 1782(34.7) 459(8.9) 133(2.6) 70(1.4) 43(0.8) 0.93(0.77-1.13) 0.82(0.60-1.10) 1.18(0.68-2.03) 0.98(0.45-2.15) 0.82 (0.32-2.10) Makanan awet Jarang 1707(34.7) 439(8.9) 128(2.6) 68(1.4) 41(0.8) Sering 75(35.2) 20(9.4) 5(2.3) 2(0.9) 2(0.9) Total 1782(34.7) 459(8.9) 133(2.6) 70(1.4) 43(0.8) 0.98(0.73-1.30) 0.95(0.59-1.51) 0.90(0.36-2.22) 1.48(0.36-6.07) 0.89 (0.21-3.69)

135 Makanan/Minuman manis Jarang 1159(35.0) 285(8.6) 90(2.7) 50(1.5) 32(1.0) Sering 623(34.3) 174(9.6) 43(2.4) 20(1.1) 11(0.6) Total 1782(34.7) 459(8.9) 133(2.6) 70(1.4) 43(0.8) 1.03(0.91-1.16) 0.89(0.73-1.08) 0.87(0.60-1.25) 1.38(0.82-2.32) 1.60 (0.81-3.19) Minuman berkafein Jarang 1401(35.2) 360(9.1) 107(2.7) 62(1.6) 39(1.0) Sering 381(33.0) 99(8.6) 26(2.2) 8(0.7) 4(0.3) Total 1782(34.7) 459(8.9) 133(2.6) 70(1.4) 43(0.8) 1.11(0.96-1.27) 1.06(0.84-1.34) 0.83(0.54-1.28) 2.27(1.09-4.76)* 2.85 (1.02-8.00)* Lanjutan Tabel 22 Kebiasaan makan H1 H2 D H1D H2D Konsumsi gabungan Jarang 1775(34.7) 457(8.9) 130(2.5) 69(1.4) 43(0.8) Sering 7(30.4) 2(8.7) 3(13.0) 1(4.3) 0(0.0) Total 1782(34.7) 459(8.9) 133(2.6) 70(1.4) 43(0.8) 0.82(0.34-2.00) 0.97(0.23-4.15) 5.75(1.69-19.58)* 3.32(0.44-24.98) - Keterangan:

136 Konsumsi gabungan, dikatakan jarang, jika sampel mengkonsumsi < 5 jenis makanan berisiko masing-masing > 1 kali/hari, dan dikatakan sering jika sampel mengkonsumsi > 5 jenis makanan berisikomsing-masing > 1 kali/hari Pada pria, hubungan signifikan (p<0.05) antara konsumsi makanan berisiko dengan penyakit degeneratif antara lain tampak pada: sering mengkonsumsi jeroan pada penderita diabetes (D), kafein pada H1D dan H2D serta sering mengkonsumsi gabungan makanan berisiko. Sementara pada wanita, nilai signifikan tampak pada kebiasaan sering mengkonsumsi minuman manis pada penderita D, H1D, H2D, DO, H1DO dan H2DO, serta kafein pada penderita H1. Nilai masing-masing disajikan dalam Tabel 22, 23, 24 dan 25. Tabel 23 Hubungan konsumsi makanan berisiko dengan penyakit degeneratif pada pria obes Penyakit degeneratif Kebiasaan makan H1O H2O DO H1DO H2DO Jeroan Jarang 619(12.6) 168(3.4) 47(1.0) 35(0.7) 20(0.4) Sering 35(17.1) 10(4.9) 4(2.0) 3(1.5) 2(1.0) Total 654(12.7) 178(3.5) 51(1.0) 38(0.7) 22(0.4) 0.70 (0.48-1.01) 0.69 (0.36-1.32) 0.48 (0.17-1.36) 0.48 (0.15-1.58) 0.41(0.10 1.78) Makanan berlemak Jarang 610(12.8) 167(3.5) 45(0.9) 34(0.7) 20(0.4)

137 Sering 44(12.4) 11(3.1) 6(1.7) 4(1.1) 2(0.6) Total 654(12.7) 178(3.5) 51(1.0) 38(0.7) 22(0.4) 1.04(0.75-1.44) 1.14 ( 0.61-2.11) 0.55 (0.24-1.31) 0.63 (0.22-1.79) 0.74 (0.17-3.20) Makanan asin Jarang 592(12.8) 159(3.4) 45(1.0) 34(0.7) 19(0.4) Sering 62(12.3) 19(3.8) 6(1.2) 4(0.8) 3(0.6) Total 654(12.7) 178(3.5) 51(1.0) 38(0.7) 22(0.4) 1.04(0.79-1.38) 0.91 (0.56-1.47) 0.81 (0.35-1.92) 0.92 (0.33-2.61) 0.69 (0.20-2.33) Lanjutan Tabel 23 H1O H2O DO H1DO H2DO Makanan awet Jarang 626(12.7) 174(3.5) 50(1.0) 37(0.8) 21(0.4) Sering 28(13.1) 4(1.9) 1(0.5) 1(0.5) 1(0.5) Total 654(12.7) 178(3.5) 51(1.0) 38(0.7) 22(0.4) 0.96( 0.64-1.45) 1.92 (0.70-5.21) 2.18 (0.30-15.84) 1.61 (0.22-11.77) 0.91 ( 0.12 6.79) Makanan/minuman manis Jarang 421(12.7) 118(3.6) 33(1.0) 25(0.8) 15(0.5) Sering 233(12.8) 60(3.3) 18(1.0) 13(0.7) 7(0.4) Total 654(12.7) 178(3.5) 51(1.0) 38(0.7) 22(0.4) 0.99(0.83-1.08 1.01 1.06 1.18

138 1.17) (0.79-1.48) (0.56-1.79) (0.54-2.07) (0.48-2.89) Minuman berkafein Jarang 514(12.9) 142(3.6) 43(1.1) 32(0.8) 20(0.5) Sering 140(12.1) 36(3.1) 8(0.7) 6(0.5) 2(0.2) Total 654(12.7) 178(3.5) 51(1.0) 38(0.7) 22(0.4) 1.08(0.88-1.32) 1.15 (0.79-1.67) 1.57 (0.74-3.35) 1.56 ( 0.65-3.73) 2.92 (0.68-12.50) Konsumsi gabungan Sering 3(13.0) 2(8.7) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Jarang 651(12.7) 176(3.4) 51(1.0) 38(0.7) 22(0.4) Total 654(12.7) 178(3.5) 51(1.0) 38(0.7) 22(0.4) 1.03(0.30-3.47) 2.67 (0.62-11.47) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tabel 24 Hubungan konsumsi makanan berisiko dengan penyakit degeneratif pada wanita tidak obes Penyakit degeneratif Kebiasaan makan H1 H2 D H1D H2D Jeroan Jarang 1804(32.0) 706(12.5) 163(2.9) 100(1.8) 61(1.1) Sering 20(30.8) 9(13.8) 2(3.1) 2(3.1) 2(3.1) Total 1824(32.0) 715(12.5) 165(2.9) 102(1.8) 63(1.1)

139 1.06 (0.62-1.80) 0.89 (0.44-1.81) 1.07(0.26-4.39) 0.57 (0.14-2.36) 0.34 (0.08-1.44) Makanan berlemak Jarang 1717(32.3) 677(12.7) 157(3.0) 98(1.8) 61(1.1) Sering 107(27.9) 38(9.9) 8(2.1) 4(1.0) 2(0.5) Total 1824(32.0) 715(12.5) 165(2.9) 102(1.8) 63(1.1) 1.23 (0.98-1.55) 1.32 (0.94-1.87) 0.70(0.34-1.44) 1.78 (0.65-4.86) 2.21 (0.54-9.07) Lanjutan Tabel 24 H1 H2 D H1D H2D Kebiasaan makan Makanan asin Jarang 1631(31.9) 641(12.5) 148(2.9) 94(1.8) 58(1.1) Sering 193(32.7) 74(12.5) 17(2.9) 8(1.4) 5(0.8) Total 1824(32.0) 715(12.5) 165(2.9) 102(1.8) 63(1.1) 0.97 (0.81-1.16) 1.00 (0.77-1.30) 0.99(0.60-1.65) 1.37 (0.66-2.82) 1.35 (0.54-3.37) Makanan awet Jarang 1764(32.1) 692(12.6) 162(2.9) 99(1.8) 61(1.1)

140 Sering 60(28.7) 23(11.0) 3(1.4) 3(1.4) 2(1.0) Total 1824(32.0) 715(12.5) 165(2.9) 102(1.8) 63(1.1) 1.17 (0.87-1.59 1.17 (0.75-1.81) 0.48(0.15-1.51) 1.26 (0.40-4.01) 1.16 (0.28-4.79) Makanan/minuman manis Jarang 1285(32.3) 499(12.5) 136(3.4) 86(2.2) 55(1.4) Sering 539(31.3) 216(12.5) 29(1.7) 16(0.9) 8(0.5) Total 1824(32.0) 715(12.5) 165(2.9) 102(1.8) 63(1.1) 1.05 (0.93-1.18) 1.00 (0.84-1.19) 2.48(0.32-0.72)* 2.36 (1.38-4.03)* 3.01 (1.43-6.33)* Minuman berkafein Jarang 1632(31.5) 637(12.3) 157(3.0) 96(1.9) 59(1.1) Sering 192(37.1) 78(15.1) 8(1.5) 6(1.2) 4(0.8) Total 1824(32.0) 715(12.5) 165(2.9) 102(1.8) 63(1.1) 0.78 (0.64-0.94)* 0.79 (0.61-1.02) 0.50(0.25-1.03) 1.61 (0.70-3.68) 1.48 (0.53-4.08) Konsumsi gabungan Sering 6(54.5) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Jarang 1818(31.9) 715(12.6) 165(2.9) 102(1.8) 63(1.1) Total 1824(32.0) 715(12.5) 165(2.9) 102(1.8) 63(1.1) 2.56(0.75-8.03) - - - -

141 Tabel 25 Hubungan konsumsi makanan berisiko dengan penyakit degeneratif pada wanita obes Penyakit degeneratif Kebiasaan makan H1O H2O DO H1DO H2DO Jeroan Jarang 1173(20.8) 498(8.8) 117(2.1) 79(1.4) 47(0.8) Sering 17(26.2) 8(12.3) 2(3.1) 2(3.1) 2(3.1) Total 1190(20.9) 506(8.9) 119(2.1) 81(1.4) 49(0.9) 0.74 (0.43-1.29) 0.69 (0.33-1.46) 0.67 (0.16-2.76) 0.45 (0.11-1.86) 0.26 (0.06 (1.11) Makanan berlemak Jarang 1107(20.8) 478(9.0) 112(2.1) 77(1.4) 47(0.9) Sering 83(21.7) 28(7.3) 7(1.8) 4(1.0) 2(0.5) Total 1190(20.9) 506(8.9) 119(2.1) 81(1.4) 49(0.9) 0.95 (0.74-1.22) 1.25 (0.84-1.86) 1.16(0.53-2.50) 1.39(0.51-3.82) 1.70 (0.41-7.02) Lanjutan Tabel 25 Kebiasaan makan H1O H2O DO H1DO H2DO Makanan asin Jarang 1067(20.9) 458(9.0) 108(2.1) 77(1.5) 47(0.9) Sering 123(20.8) 48(8.1) 11(1.9) 4(0.7) 2(0.3) Total 1190(20.9) 506(8.9) 119(2.1) 81(1.4) 49(0.9)

142 1.00 (0.81-1.24) 1.11 (0.82-1.52) 1.14 0.61-2.13) 2.24(0.82-6.16) 2.73 (0.66-11.28) Makanan awet Jarang 1155(21.0) 492(9.0) 117(2.1) 79(1.4) 48(0.9) Sering 35(16.7) 14(6.7) 2(1.0) 2(1.0) 1(0.5) Total 1190(20.9) 506(8.9) 119(2.1) 81(1.4) 49(0.9) 1.32 (0.92-1.91) 1.37 (0.79-2.38) 2.25 0.55-9.18) 1.51 0.37-6.19) 1.83 (0.25-13.35) Makanan/minuman manis Jarang 836(21.0) 361(9.1) 102(2.6) 69(1.7) 43(1.1) Sering 354(20.5) 145(8.4) 17(1.0) 12(0.7) 6(0.3) Total 1190(20.9) 506(8.9) 119(2.1) 81(1.4) 49(0.9) 1.03 (0.90-1.18) 1.09 (0.89-1.33) 2.64(1.58-4.43)* 2.52(1.36-4.66)* 3.13 (1.33-7.36)* Minuman berkafein Jarang 1074(20.7) 456(8.8) 111(2.1) 75(1.4) 45(0.9) Sering 116(22.4) 50(9.7) 8(1.5) 6(1.2) 4(0.8) Total 1190(20.9) 506(8.9) 119(2.1) 81(1.4) 49(0.9) 0.90 (0.73-1.12) 0.90 (0.66-1.22) 1.39(0.68-2.87) 1.25 0.54-2.89) 1.12 (0.40-3.13) Konsumsi gabungan Jarang 1186(20.8) 506(8.9) 119(2.1) 81(1.4) 49(0.9) Sering 4(36.4) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0)

143 Total 1190(20.9) 506(8.9) 119(2.1) 81(1.4) 49(0.9) 2.71 (0.63-7.43) - - - - Merokok Pada pria, riwayat merokok di masa lalu berhubungan signifikan dengan kejadian H1, H2, D, H1D, H2D, H1O, H2O, DO. Umur mulai merokok pertama kali berhubungan siginifikan dengan kejadian D, H1D, H1O, DO dan H1DO. Rokok kretek dengan filter berhubungan signifikan dengan kejadian H1 dan H1O. Cerutu dan tembakau kunyah berhubungan siginifikan dengan kejadian H2D. Kebiasaan merokok setiap hari dan merokok > 15 batang per hari berhubungan signifikan dengan kejadian H1O. Rokok putih berhubungan signifikan dengan kejadian H1O. Masing-masing nilai disajikan dalam Tabel 26 dan 27. Sementara pada wanita, riwayat merokok di masa lalu berhubungan signifikan dengan kejadian H2, D, H2D, H1O, H2O, DO, dan H2DO. Tabel 26 Hubungan kebiasaan merokok dengan penyakit degeneratif pada pria tidak obes Penyakit Degeneratif Riwayat merokok H1 H2 D H1D H2D Setiap hari 821(31.8) 191(7.4) 22(0.9) 24(0.9) 18(0.7) Tidak Merokok 472(35.0) 101(7.5) 14(1.0) 19(1.4) 9(0.7) 0.87(0.75-1.00) 0.99(0.77-1.27) 0.82(0.42-1.61) 0.66(0.36-1.20) 1.05(0.47-2.33) Kadang-kadang 226(33.8) 55(8.2) 9(1.3) 11(1.6) 7(1.0) Tidak Merokok 101(7.5) 101(7.5) 14(1.0) 19(1.4) 9(0.7) 0.95(0.78-1.11(0.79-1.30(0.56-1.17(0.55-1.58(0.58-

144 1.15) 1.56) 3.02) 2.48) 4.25) Pernah merokok 263(49.5) 112(21.1) 14(2.6) 16(3.0) 9(1.7) Tidak Merokok 101(7.5) 101(7.5) 14(1.0) 19(1.4) 9(0.7) 1.83(1.49-2.24)* 3.31(2.47-4.42)* 2.58(1.22-5.46)* 2.18(1.11-4.27)* 2.57 (1.01 6.51)* Umur pertama kali mulai merokok (perokok setiap hari) > 17 Tahun 492(33.3) 107(7.2) 6(0.4) 7(0.5) 7(0.5) < 17 Tahun 329(29.8) 84(7.6) 16(1.5) 17(1.5) 11(1.0) 1.17(0.99-1.39) 0.95(0.70-1.27) 0.28(0.11-0.71)* 0.30(0.13-0.74)* 0.47(0.18-1.22) Rata-rata jumlah rokok yang dihisap/hari (perokok setiap hari dan kadangkadang) > 15 Batang 147(35.8) 30(7.3) 6(1.5) 6(1.5) 5(1.2) < 15 Batang 900(31.7) 216(7.6) 25(0.9) 29(1.0) 20(0.7) 1.20(0.97-1.49) 0.96(0.64-1.42) 1.67(0.68-4.09) 1.44(0.59-3.48) 1.74 0.65-4.65) Jenis rokok yang biasa dihisap (perokok setiap hari dan kadang-kadang) Kretek tanpa filter 401(36.8) 92(8.4) 11(1.0) 12(1.1) 9(0.8) Tidak merokok 101(7.5) 101(7.5) 14(1.0) 19(1.4) 9(0.7) 1.08(0.92-1.28) 1.14(0.85-1.53) 0.97(0.44-2.15) 0.78(0.38-1.61) 1.24 0.49-3.14) Rokok filter 708(30.6) 164(7.1) 21(0.9) 24(1.0) 14(0.6) Tidak merokok 101(7.5) 101(7.5) 14(1.0) 19(1.4) 9(0.7) 0.82(0.71-0.95)* 0.94(0.73-1.22) 0.87(0.44-1.73) 0.73(0.40-1.35) 0.91(0.39-2.10) Rokok putih 110(28.9) 29(7.6) 2(0.5) 2(0.5) 4(1.1) Tidak merokok 101(7.5) 101(7.5) 14(1.0) 19(1.4) 9(0.7)

145 0.76(0.59-0.97) 1.02(0.66-1.57) 0.50(0.11-2.23) 0.37(0.09-1.60) 1.59 0.49-5.18) Rokok linting 29(34.9) 8(9.6) 1(1.2) 1(1.2) 2(2.4) Tidak merokok 101(7.5) 101(7.5) 14(1.0) 19(1.4) 9(0.7) 1.00(0.63-1.59) 1.32(0.62-2.81) 1.16(0.15-8.96) 0.85(0.11-6.46) 3.68(0.78-17.31) Cangklong 25(35.7) 5(7.1) 2(2.9) 2(2.9) 2(2.9) Tidak merokok 101(7.5) 101(7.5) 14(1.0) 19(1.4) 9(0.7) 1.03(0.68-1.71) 0.95(0.37-2.42) 2.81(0.63-12.60) 2.06(0.47-9.03) 4.38 0.93-20.68) Lanjutan Tabel 26 Jenis rokok H1 H2 D H1D H2D Cerutu 19(44.2) 6(14.0) 1(2.3) 1(2.3) 2(4.7) Tidak merokok 101(7.5) 101(7.5) 14(1.0) 19(1.4) 9(0.7) 1.47(0.80-2.72) 2.01(0.83-4.86) 2.27(0.29-17.67) 1.67(0.22-12.75) 7.27(1.52-34.71)* Tembakau kunyah 19(44.2) 6(14.0) 1(0.02) 1(2.3) 2(4.7) Tidak merokok 101(7.5) 101(7.5) 14(1.0) 19(1.4) 9(0.7) 1.47(0.80-2.72) 2.01(0.83-4.86) 2.27(0.29-17.68) 1.67(0.22-12.75) 7.27 1.52-34.71)* Rokok putih 110(28.9) 29(7.6) 8(2.1) 2(0.5) 4(1.1) Rokok non putih 936(32.6) 216(7.5) 66(2.3) 33(1.2) 21(0.7) 0.55(0.37-0.76(0.38-1.17(0.42-0.60(0.08-1.78(0.42-

146 0.81)* 1.52) 3.24) 4.39) 7.63) Rokok putih+filter 110(28.9) 29(7.6) 8(2.1) 2(0.5) 4(1.1) Rokok selain 936(32.6) 216(7.5) 66(2.3) 33(1.2) 21(0.7) putih+filter 0.84(0.67-1.52) 1.01(0.68-1.52) 0.91(0.44-1.92) 0.46(0.11-1.90) 1.44(0.49-4.22) Tabel 27 Hubungan kebiasaan merokok dengan penyakit degeneratif pada pria obes Penyakit Degeneratif Riwayat merokok H1O H2O DO H1DO H2DO Setiap hari 283(11.0) 72(2.8) 19(0.7) 15(0.6) 11(0.4) Tidak Merokok 193(14.3) 45(3.3) 12(0.9) 10(0.7) 6(0.4) 0.74(0.61-0.90)* 0.83 (0.57-1.21) 0.83 (0.40-1.71) 0.78 (0.35-1.75) 0.96 (0.35-2.60) Kadang-kadang 78(11.7) 19(2.8) 8(1.2) 5(0.7) 3(0.4) Tidak Merokok 193(14.3) 45(3.3) 12(0.9) 10(0.7) 6(0.4) 0.79(0.60-1.05) 0.85 (0.49-1.46) 1.35 (0.55-3.32) 1.01 (0.34-2.96) 1.01 (0.25-4.05) Pernah merokok 100(18.8) 42(7.9) 12(2.3) 8(1.5) 2(0.4) Tidak Merokok 193(14.3) 45(3.3) 12(0.9) 10(0.7) 6(0.4) 1.39(1.07-1.81)* 2.49 (1.62-2.58 1.15-5.78)* 2.05 0.80-0.85 (0.17-

147 3.84)* 5.22) 4.21) Umur pertama kali mulai merokok (perokok setiap hari) > 17 Tahun 180(12.2) 43(2.9) 5(0.3) 4(0.3) 4(0.3) < 17 Tahun 103(9.3) 29(2.6) 14(1.3) 11(1.0) 7(0.6) 1.35(1.04-1.74)* 1.11 (0.69-1.79) 0.26(0.09-0.73)* 0.27 (0.09-0.85)* 0.42 (0.12-1.45) Rata-rata jumlah rokok yang dihisap/hari (perokok setiap hari dan kadangkadang) > =15 Batang 61(14.8) 12(2.9) 5(1.2) 4(1.0) 2(0.5) < 15 Batang 300(10.6) 79(2.8) 22(0.8) 16(0.6) 12(0.4) 1.48(1.10-1.99)* 1.05 (0.57-1.95) 1.58(0.59-4.19) 1.73 (0.58-5.21) 1.15 (0.26-5.17) Lanjutan Tabel 27 Jenis rokok Kretek tanpa filter 146(13.4) 33(3.0) 7(0.6) 6(0.6) 5(0.5) Tidak merokok 193(14.3) 45(3.3) 12(0.9) 10(0.7) 6(0.4) 0.93(0.74-1.17) 0.91 (0.57-1.43) 0.72(0.28-1.84) 0.74 (0.27-2.05) 1.03 (0.31-3.39) Rokok filter 235(10.2) 59(2.6) 20(0.9) 14(0.6) 8(0.3) Tidak merokok 193(14.3) 45(3.3) 12(0.9) 10(0.7) 6(0.4) 0.68(0.55-0.83)* 0.76 (0.51-1.13) 0.97(0.47-2.00) 0.82 (0.36-1.84) 0.78 (0.27-2.25) Rokok putih 35(9.2) 7(1.8) 3(0.8) 1(0.3) 2(0.5)

148 Tidak merokok 193(14.3) 45(3.3) 12(0.9) 10(0.7) 6(0.4) 0.61(0.42-0.89)* 0.54 (0.24-1.22) 0.89 (0.25-3.16) 0.35 (0.05-2.77) 1.19 (0.24-5.90) Rokok linting 14(16.9) 3(3.6) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak merokok 193(14.3) 45(3.3) 12(0.9) 10(0.7) 6(0.4) 1.22(0.67-2.20) 1.09 (0.33-3.58) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Cangklong 14(20.0) 0(0.0) 1(1.4) 1(1.4) 0(0.0) Tidak merokok 193(14.3) 45(3.3) 12(0.9) 10(0.7) 6(0.4) 1.50(0.82-2.74) 0(0.0) 1.62 (0.21-12.61) 1.94 (0.25-15.39) 0(0.0) Cerutu 7(16.3) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak merokok 193(14.3) 45(3.3) 12(0.9) 10(0.7) 6(0.4) 1.17(0.51-2.66) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tembakau kunyah 7(16.3) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak merokok 193(14.3) 45(3.3) 12(0.9) 10(0.7) 6(0.4) 1.17(0.51-2.66) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Rokok putih 35(9.2) 7(1.8) 3(0.8) 1(0.3) 2(0.5) Rokok non putih 325 (11.3) 83(2.9) 24(0.8) 19(0.7) 12(0.4) 0.43(0.21-0.89)* 0.46(0.11-1.87) 1.64(0.38-6.98) 1.07(0.14-8.07) 3.43(0.76-15.45) Rokok putih+filter 35(9.2) 7(1.8) 3(0.8) 1(0.3) 2(0.5)

149 Rokok selain putih+filter 325(11.3) 83(2.9) 24(0.8) 19(0.7) 12(0.4) 0.80(0.55-1.15) 0.63(0.29-1.37) 0.94(0.28-3.15) 0.40(0.05-2.96) 1.26(0.28-5.65) Tabel 28 Hubungan kebiasaan merokok dengan penyakit degeneratif pada wanita tidak obes Penyakit Degeneratif Riwayat merokok H1 H2 D H1D H2D Setiap hari 45(30.6) 20(13.6) 4(2.7) 2(1.4) 2(1.4) Tidak Merokok 1692(31.8) 650(12.2) 151(2.8) 96(1.8) 57(1.1) 0.87(0.75-1.00) 1.13 (0.70-1.83) 0.96(0.35-2.62) 0.75 (0.18-3.07) 1.27 (0.31-5.27) Lanjutan Tabel 28 Riwayat merokok H1 H2 D H1D H2D Kadang-kadang 51(33.3) 21(13.7) 4(2.6) 1(0.7) 1(0.7) Tidak Merokok 1692(31.8) 650(12.2) 151(2.8) 96(1.8) 57(1.1) 0.95(0.78-1.15) 1.14 (0.72-1.82) 0.92(0.34-2.51) 0.36 (0.05-2.58) 0.61 (0.08-4.41) Pernah merokok 36(42.9) 24(28.6) 6(0.11) 3(3.6) 3(3.6) Tidak Merokok 1692(31.8) 650(12.2) 151(5.7) 96(1.8) 57(1.1) 1.83(1.49-2.24)* 2.87 (1.78-4.64)* 2.63(1.13-6.13)* 2.01 (0.63-6.49) 3.42 (1.05-11.14)*

150 Umur pertama kali mulai merokok (perokok setiap hari) > 17 Tahun 36(32.1) 16(14.3) 2(1.8) 1(0.9) 1(0.9) < 17 Tahun 9(25.7) 4(11.4) 2(0.04) 1(2.9) 1(2.9) 1.17(0.99-1.39) 1.29 (0.40-4.15) 0.30(0.40-2.21) 0.31 (0.02-5.03) 0.31 (0.02-5.03) Rata-rata jumlah rokok yang dihisap/hari (perokok setiap hari dan kadang-kadang) > 15 Batang 5(33.3) 3(20.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) < 15 Batang 91(31.9) 38(13.3) 8(2.8) 3(1.1) 3(1.1) Total 96(32.0) 41(13.7) 8(2.7) 3(1.0) 3(1.6) 1.20(0.97-1.49) 1.63 (0.44-6.03) - - - Jenis rokok yang dihisap (perokok setiap hari dan kadang-kadang) Kretek tanpa filter 24(44.4) 7(13.0) 1(1.9) 0(0.0) 0(0.0) Tidak merokok 1692(31.8) 650(12.2) 151(2.8) 96(1.8) 57(1.1) 1.08(0.92-1.28) 1.07 (0.48-2.38) 0.65(0.09-4.70) - - Rokok filter 60(33.0) 25(13.7) 5(2.7) 2(1.1) 2(1.1) Tidak merokok 1692(31.8) 650(12.2) 151(2.8) 96(1.8) 57(1.1) 1.05(0.71-3.95) 1.14 (0.74-1.76) 0.97(0.39-2.39) 0.60 (0.15-2.47) 1.03 (0.25-4.23) Rokok putih 13(18.8) 7(10.1) 2(2.9) 0(0.0) 1(1.4) Tidak merokok 1692(31.8) 650(12.2) 151(2.8) 96(1.8) 57(1.1) 0.76(0.59-0.97) 0.81 (0.37-1.02(0.25-4.21) - 1.36 (0.19-

151 1.78) 9.94) Rokok linting 8(47.1) 2(11.8) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak merokok 1692(31.8) 650(12.2) 151(2.8) 96(1.8) 57(1.1) 1.00(0.63-1.59) 0.96 (0.22-4.20) - - - Cangklong 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak merokok 1692(31.8) 650(12.2) 151(2.8) 96(1.8) 57(1.1) 1.03(0.68-1.71) - - - Cerutu 7(50.0) 4(28.6) 1(7.1) 1(7.1) 0(0.0) Tidak merokok 1692(31.8) 650(12.2) 151(2.8) 96(1.8) 57(1.1) 1.47(0.80-2.72) 2.87 (0.90-9.19) 2.63(0.34-20.25) 4.18 (0.54-32.31) - Lanjutan Tabel 28 Jenis rokok H1 H2 D H1D H2D Tembakau kunyah 7(50.0) 4(28.6) 1(0.01) 1(7.1) 0(0.0) Tidak merokok 1692(31.8) 650(12.2) 151(2.8) 96(1.8) 57(1.1) 1.47(0.80-2.72) 2.87 (0.90-9.19) 2.63(0.34-20.25) 4.18 (0.54-32.31) - Rokok putih 13(18.8) 7(10.1) 2(2.9) 0(0.0) 1(1.4)

152 Rokok selain putih 80(36.4) 32(14.5) 6(2.7) 3(1.4) 2(0.9) 0.46(0.23-0.95)* 0.75(0.30-1.88) 0.60(0.07-4.98) - 2.15(0.19-24.13) Rokok putih+rokok filter Rokok selain putih dan filter 13(18.8) 7(10.1) 2(2.9) 0(0.0) 1(1.4) 80(36.4) 32(14.5) 6(2.7) 3(1.4) 2(0.9) 0.41(0.21-0.79)* 0.66(0.28-1.58) 1.07(0.21-5.40) - 1.60(0.14-17.95) Tabel 29 Hubungan kebiasaan merokok dengan penyakit degeneratif pada wanita obes Penyakit Degeneratif Riwayat merokok H1O H2O DO H1DO H2DO Setiap hari 21(14.3) 14(9.5) 3(2.0) 1(0.7) 1(0.7) Tidak Merokok 1112(20.9) 459(8.6) 108(2.0) 76(1.4) 44(0.8) 0.63 (0.40-1.01) 1.11 (0.64-1.95) 1.01(0.32-3.20) 0.47 (0.07-3.42) 0.82 (0.11-6.00) Kadang-kadang 30(19.6) 14(9.2) 3(2.0) 1(0.7) 1(0.7) Tidak Merokok 1112(20.9) 459(8.6) 108(2.0) 76(1.4) 44(0.8) 0.92 (0.62-1.38) 1.07 (0.61-1.86) 0.96 0.30-3.07) 0.45 (0.06-3.28) 0.79 (0.11-5.76) Pernah merokok 27(32.1) 19(22.6) 5(6.0) 3(3.6) 3(3.6) Tidak Merokok 1112(20.9) 459(8.6) 108(2.0) 76(1.4) 44(0.8)

153 1.79 (1.13-2.85)* 3.09 (1.84-5.21)* 3.05(1.21-7.69)* 2.55 (0.79-8.27) 4.44 (1.35-14.59)* Umur pertama kali mulai merokok (perokok setiap hari) > 17 Tahun 16(14.3) 11(9.8) 1(0.9) 0(0.0) 0(0.0) < 17 Tahun 5(14.3) 3(8.6) 2(5.7) 1(2.9) 1(2.9) 1.0 (0.34-2.96) 1.16 (0.31-4.42) 0.15(0.01-1.69) - - Rata-rata jumlah rokok yang dihisap/hari (perokok setiap hari dan kadangkadang) > 15 Batang 3(20.0) 2(13.3) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) < 15 Batang 48(16.8) 26(9.1) 6(2.1) 2(0.7) 2(0.7) 1.23 (0.34-4.54) 1.53 (0.33-7.17) - - - Jenis rokok yang dihisap (perokok setiap hari dan kadang-kadang) Kretek tanpa filter 11(20.4) 3(5.6) 1(1.9) 0(0.0) 0(0.0) Tidak merokok 1112(20.9) 459(8.6) 108(2.0) 76(1.4) 44(0.8) 0.97 (0.50-1.88) 0.62 (0.19-2.00) 0.91 0.12-6.64) - - Lanjutan Tabel 29 Jenis rokok H1O H2O DO H1DO H2DO Rokok dengan filter 31(17.0) 17(9.3) 3(1.6) 1(0.5) 1(0.5) Tidak merokok 1112(20.9) 459(8.6) 108(2.0) 76(1.4) 44(0.8) 0.78 (0.52-1.09 0.81(0.25-0.38 0.66

154 1.15) (0.66-1.81) 2.57) (0.05-2.76) (0.09-4.83) Rokok putih 7(10.1) 5(7.2) 2(2.9) 0(0.0) 1(1.4) Tidak merokok 1112(20.9) 459(8.6) 108(2.0) 76(1.4) 44(0.8) 0.43 (0.19-0.94)* 0.83 (0.33-2.07) 1.44(0.35-5.95) - 1.76 (0.24-12.98) Rokok linting 5(29.4) 2(11.8) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak merokok 1112(20.9) 459(8.6) 108(2.0) 76(1.4) 44(0.8) 1.58 (0.55-4.48) 1.41 (0.32-6.19) - - - Cangklong 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak merokok 1112(20.9) 459(8.6) 108(2.0) 76(1.4) 44(0.8) - - - - - Cerutu 6(42.9) 3(21.4) 1(7.1) 1(7.1) 0(0.0) Tidak merokok 1112(20.9) 459(8.6) 108(2.0) 76(1.4) 44(0.8) 2.84 (0.98-8.19) 2.89 (0.80-10.39) 3.71(0.48-28.62) 5.31 (0.69-41.07) - Tembakau kunyah 6(42.9) 3(21.4) 1(7.1) 1(7.1) 0(0.0) Tidak merokok 1112(20.9) 459(8.6) 108(2.0) 76(1.4) 44(0.8) 2.84 (0.98-8.19) 2.89 (0.80-10.39) 3.71(0.48-28.62) 5.31 (0.69-41.07) - Rokok putih 7(10.1) 5(7.2) 2(2.9) 0(0.0) 1(1.4) Rokok selain putih 42(19.1) 21(9.5) 4(1.8) 2(0.9) 1(0.5) - 0.54(0.22-0.76(0.25-0.85(0.10-4.32(0.27-

155 1.35) 2.29) 7.42) 70.10) Rokok putih+ filter Rokok selain putih+ filter 7(10.1) 5(7.2) 2(2.9) 0(0.0) 1(1.4) 42(19.1) 21(9.5) 4(1.8) 2(0.9) 1(0.5) 0.48(0.20-1.12) 0.74(0.27-2.04) 1.61(0.29-9.10) - 3.22(0.20-52.18) Konsumsi Minuman Beralkohol Berbeda dengan wanita dimana tidak satu pun atribut konsumsi minuman alkohol berhubungan signifikan dengan kejadian penyakit degeneratif (Tabel 32 dan 33), pada pria, konsumsi alkohol selama sebulan terakhir dan kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol jenis anggur/wine berhubungan signifikan dengan kejadian H1, sementara minuman tradisional berhubungan dengan kejadian H2. Risiko pria terkena H1 pada pria yang mengkonsumsi alkohol selama sebulan terakhir adalah 1.57 kali lebih besar dibanding pria yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol. Mengkonsumsi minuman beralkohol jenis anggur/wine memiliki risiko terkena H1 sebesar 1.63 kali lebih besar dibanding pria yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol. Fenomena ini berbeda dengan France Paradox, dimana kebiasaan konsumsi anggur/wine penduduk Perancis mampu memberikan efek perlindungan terhadap kejadian penyakit degeneratif. Pada pria obes, mengkonsumsi minuman beralkohol jenis minuman tradisional memiliki risiko terkena H2 sebesar 3.83 kali lebih besar dibanding pria yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol (Tabel 30 dan 31). Tabel 30 Hubungan konsumsi alkohol dengan penyakit degeneratif pada pria tidak obes Konsumsi alkohol Penyakit Degeneratif H1 H2 D H1D H2D

156 Dalam 12 bulan terakhir Ya 156(35.5) 38(8.6) 11(2.5) 5(1.1) 1(0.2) Tidak 1626(34.7) 421(9.0) 122(2.6) 65(1.4) 42(0.9) Total 1782(34.7) 459(8.9) 133(2.6) 70(1.4) 43(0.8) 1.04(0.84-1.27) 0.96(0.68-1.36) 0.96(0.51-1.79) 0.82(0.33-2.04) 0.25 (0.03-1.84) Dalam 1 bulan terakhir Ya 115(38.7) 31(10.4) 8(2.7) 5(1.7) 1(0.3) Tidak 41(28.7) 7(4.9) 3(2.1) 0(0.0) 0(0.0) 1.57(1.02-2.48)* 2.26(0.97-5.28) 1.29(0.34-4.94) 0(0.0) 0(0.0) Frekuensi minum (dalam 1 bulan terakhir) Sering 14(42.4) 3(9.1) 1(3.0) 1(3.0) 1(3.0) Jarang 101(38.3) 28(10.6) 7(2.7) 4(1.5) 0(0.0) 1.19(0.57-2.48) 0.84(0.24-2.94) 1.15(0.14-9.630) 2.03(0.22-18.74) 0(0.0) Porsi minum (dalam 1 bulan terakhir) > 2 satuan 60(39.5) 13(8.6) 6(3.9) 3(2.0) 1(0.7) Tidak minum 1626(34.7) 421(9.0) 122(2.6) 65(1.4) 42(0.9) 1.23(0.88-1.71) 0.95(0.53-1.69) 1.54(0.67-3.55) 1.43(0.45-4.61) 0.73 (0.10-5.36) 1-2 satuan 55(37.9) 18(12.4) 5(2.6) 2(1.4) 0(0.0) Tidak minum 1626(34.7) 421(9.0) 122(2.6) 65(1.4) 42(0.9) 1.15(0.82-1.62) 0.158(0.87-2.38) 0.99(0.40-2.45) 1.00(0.24-4.11) 0(0.0)

157 Jenis minuman (dalam 1 bulan terakhir) Bir 36(32.1) 14(12.5) 3(2.7) 1(0.9) 1(0.9) Tidak minum 1626(34.7) 421(9.0) 122(2.6) 65(1.4) 42(0.9) 0.89(0.60-1.33) 1.45(0.82-2.56) 1.03(0.32-3.29) 0.64(0.09-4.66) 1.00 (0.14-7.31) Lanjutan Tabel 30 Jenis alkohol H1 H2 D H1D H2D Whisky/vodka 8(27.6) 4(13.8) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak minum 1626(34.7) 421(9.0) 122(2.6) 65(1.4) 42(0.9) 0.72(0.32-1.63) 1.62(0.56-4.69) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Anggur/wine 57(46.3) 7(5.7) 4(3.3) 3(2.4) 0(0.0) Tidak minum 1626(34.7) 421(9.0) 122(2.6) 65(1.4) 42(0.9) 1.63(1.14-2.33)* 0.61(0.28-1.32) 1.26(0.46-3.47) 1.78(0.55-5.74) 0(0.0) Min.tradisional 14(42.4) 6(18.2) 1(3.0) 1(3.0) 0(0.0) Tidak minum 1626(34.7) 421(9.0) 122(2.6) 65(1.4) 42(0.9) 1.39(0.69-2.78) 2.25(0.93-5.49) 1.17(0.160-8.64) 2.22(0.30-16.53) 0(0.0) Tabel 31 Hubungan konsumsi alkohol dengan penyakit degeneratif pada pria obes Konsumsi alkohol Penyakit Degeneratif

158 H1O H2O DO H1DO H2DO Dalam 12 bulan terakhir Ya 64(14.5) 15(3.4) 6(1.4) 4(0.9) 1(0.2) Tidak 590(12.6) 163(3.5) 45(1.0) 34(0.7) 21(0.4) Total 654(12.7) 178(3.5) 51(1.0) 38(0.7) 22(0.4) 1.18(0.90-1.56) 0.98 (0.57-1.68) 1.43 ( 0.61-3.37) 1.26 (0.44-3.56) 0.51( 0.07-3.78) Dalam 1 bulan terakhir Ya 46(15.5) 13(4.4) 5(1.7) 4(1.3) 1(0.3) Tidak 18(12.6) 2(1.4) 1(0.7) 0(0.0) 0(0.0) 1.27( 0.71-2.29) 3.23 (0.72-14.50) 2.43 (0.28-21.01) 0(0.0) 0(0.0) Frekuensi minum (dalam 1 bulan terakhir) Sering 4(12.1) 2(6.1) 1(3.0) 1(3.0) 1(3.0) Jarang 42(15.9) 11(4.2) 4(1.5) 3(1.1) 0(0.0) 0.73(0.24-2.18) 1.48 (0.31-7.01) 2.03 (0.22-18.74) 2.72 (0.27-26.92) 0(0.0) Porsi minum (dalam 1 bulan terakhir) > 2 satuan 26(17.1) 8(5.3) 3(2.0) 2(1.3) 1(0.7) Tidak pernah minum 590(12.6) 163(3.5) 45(1.0) 34(0.7) 21(0.4) 1.43(0.93-2.21) 1.54 ( 0.74-3.20) 2.08 (0.64-6.77) 1.83 (0.43-7.67) 1.47 (0.20-11.02)

159 1-2 satuan 20(13.8) 5(3.4) 2(1.4) 2(1.4) 0(0.0) Tidak pernah minum 590(12.6) 163(3.5) 45(1.0) 34(0.7) 21(0.4) 1.11(0.69-1.80) 0.99 (0.40-2.45) 1.44 (0.35-6.01) 1.92 (0.46-8.05) 0(0.0) Jenis minuman (dalam 1 bulan terakhir) Bir 15(13.4) 5(4.5) 2(1.8) 1(0.9) 1(0.9) Tidak pernah minum 590(12.6) 163(3.5) 45(1.0) 34(0.7) 21(0.4) 1.08(0.62-1.86) 1.30 (0.52-3.23) 1.88 (0.45-7.84) 1.23 (0.17-9.10) 2.00 (0.27-15.03) Lanjutan Tabel 31 Jenis alkohol H1O H2O DO H1DO H2DO Whisky/vodka 2(6.9) 1(3.4) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak pernah minum 590(12.6) 163(3.5) 45(1.0) 34(0.7) 21(0.4) 0.52(0.12-2.17) 0.99 (0.13-7.34) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Anggur/wine 21(17.1) 3(2.4) 2(1.6) 2(1.6) 0(0.0) Tidak pernah minum 590(12.6) 163(3.5) 45(1.0) 34(0.7) 21(0.4) 1.43(0.89-2.31) 0.69 ( 0.22-1.71 (0.41-2.26 (0.54-0(0.0)

160 2.21) 7.12) 9.53) Minuman tradisional Tidak pernah minum 8(24.2) 4(12.1) 1(3.0) 1(3.0) 0(0.0) 590(12.6) 163(3.5) 45(1.0) 34(0.7) 21(0.4) 2.22(1.00-4.96) 3.83 (1.33-11.03)* 3.23 (0.43-24.13) 4.28 (0.57-32.23) 0(0.0) Tabel 32 Hubungan konsumsi alkohol dengan penyakit degeneratif pada wanita tidak obes Penyakit Degeneratif Konsumsi alkohol H1 H2 D H1D H2D Dalam 12 bulan terakhir Ya 14(28.6) 2(4.1) 2(4.1) 1(2.0) 0(0.0) Tidak 1810(32.0) 713(12.6) 163(2.9) 101(1.8) 63(1.1) Total 1824(32.6) 715(12.5) 165(2.9) 102(1.8) 63(1.1) 0.85 (0.46-1.58) 0.29 (0.07-1.22) 1.43(0.35-5.95) 1.15 (0.16-8.38) - Dalam 1 bulan terakhir Ya 8(38.1) 0 (0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak 6(21.4) 713(12.6) 2(7.1) 1(3.6) 63(1.1) 2.26 (0.64-7.96) - - - - Frekuensi minum (dalam 1 bulan terakhir) Sering 0(0.0) 1(50.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0)

161 Jarang 8(42.1) 1(5.3) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) - 18.0 (0.59-553.62) - - - Porsi minum (dalam 1 bulan terakhir) > 2 satuan 0(0.0) 1(33.3) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak pernah minum 1810(32.0) 713(12.6) 163(2.9) 101(1.8) 63(1.1) - 1.63 (0.12-3.95) - - - 1-2 satuan 8(44.4) 1(5.6) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak pernah minum 1810(32.0) 713(12.6) 163(2.9) 101(1.8) 63(1.1) 1.14 (0.08-4.37) 0.44 (0.07-3.09) - - - Jenis minuman (dalam 1 bulan terakhir) Bir 4(44.4) 2(22.2) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak pernah minum 1810(32.0) 713(12.6) 163(2.9) 101(1.8) 63(1.1) 1.70 (0.67-4.31) 0.41 (0.05-3.07) - - - Lanjutan Tabel 32 H1 H2 D H1D H2D Jenis alkohol Whisky/vodka 1(20.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0)

162 Tidak pernah minum 1810(32.0) 713(12.6) 163(2.9) 101(1.8) 63(1.1) 1.70 (0.46-6.33) - - - - Anggur/wine 3(42.9) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak pernah minum 1810(32.0) 713(12.6) 163(2.9) 101(1.8) 63(1.1) 0.53 (0.06-4.75) - - - - Minuman tradisional 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak pernah minum 1810(32.0) 713(12.6) 163(2.9) 101(1.8) 63(1.1) - - - - - Tabel 33 Hubungan konsumsi alkohol dengan penyakit degeneratif pada wanita obes Penyakit Degeneratif Konsumsi alkohol H1O H2O DO H1DO H2DO Dalam 12 bulan terakhir Ya 6(12.2) 2(4.1) 1(2.6) 0(0.0) 0(0.0) Tidak 1184(20.9) 504(8.9) 118(2.1) 81(1.4) 49(0.9) Total 1190(20.9) 506(8.9) 119(2.1) 81(1.4) 49(0.9) 0.53 (0.22-1.24) 0.43 (0.11-1.80) 0.98(0.13-7.14) - - Dalam 1 bulan terakhir Ya 3(14.3) 2(9.5) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak 3(10.7) 0(0.0) 1(3.6) 0(0.0) 0(0.0) 1.39 (0.25-7.69) - - - -

163 Frekuensi minum (dalam 1 bulan terakhir) Sering 0(0.0) 1(50.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Jarang 3(15.8) 1(5.3) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Total 3(14.3) 2(9.5) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) - 18.00 (0.59-553.62) - - - Porsi minum (dalam 1 bulan terakhir) > 2 satuan 0(0.0) 1(33.3) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak pernah minum 1184(20.9) 504(8.9) 118(2.1) 81(1.4) 49(0.9) - 0.60 (0.08-4.53) - - - 1-2 satuan 3(15.8) 1(5.6) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak pernah minum 1184(20.9) 504(8.9) 118(2.1) 81(1.4) 49(0.9) 0.63 (0.12-2.76) 2.92 (0.60-14.09) - - - Jenis minuman (dalam 1 bulan terakhir) Bir 1(11.1) 2(22.2) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak pernah minum 1184(20.9) 504(8.9) 118(2.1) 81(1.4) 49(0.9) 0.75 (0.22-2.61) 1.82 (0.67-4.32) - - - Lanjutan Tabel 33

164 Jenis alkohol H1O H2O DO H1DO H2DO Whisky/vodka 1(20.1) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak pernah minum 1184(20.9) 504(8.9) 118(2.1) 81(1.4) 49(0.9) 0.47 (0.06-3.78) - - - - Anggur/wine 1(14.3) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak pernah minum 1184(20.9) 504(8.9) 118(2.1) 81(1.4) 49(0.9) 0.47 (0.06-3.78) - - - - Minuman tradisional 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) 0(0.0) Tidak pernah minum 1184(20.9) 504(8.9) 118(2.1) 81(1.4) 49(0.9) - - - - - Gangguan Mental Emosional Pada pria maupun wanita, proporsi kejadian penyakit degeneratif lebih banyak terjadi pada sampel yang mengalami gangguan mental emosional dibanding dengan sampel yang tidak mengalami gangguan mental emosional (normal) (Tabel 34, 35, 36 dan 37). Pada pria, kecuali pada kejadian H1O, gangguan mental emosional berhubungan signifikan dengan semua kejadian penyakit degeneratif (Tabel 34 dan 35). Sementara pada wanita, gangguan mental emosional berhubungan signifikan dengan semua kejadian penyakit degeneratif (Tabel 36 dan 37). Nilai masing-masing kejadian disajikan dalam Tabel 34, 35, 36 dan 37. Pada pria dengan gangguan mental emosional memiliki risiko terkena H1 1.18 kali lebih besar dibanding dengan pria normal, =1.18(1.01-1.39). Risiko gangguan mental emosional terhadap kejadian hipertensi sekaligus diabetes melitus baik pada pria maupun wanita pada umumnya lebih tinggi dibanding pada kejadian tunggal, yaitu hipertensi saja ataupun diabetes melitus saja.