Karakteristik Umum Responden

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Karakteristik Umum Responden"

Transkripsi

1 mengonsumsinya, kelompok jarang jika belum tentu seminggu sekali mengonsumsinya dan kelompok tidak pernah jika tidak pernah makanan yg mengandung lemak jenuh. Makanan berlemak adalah makanan yang banyak mengandung asam lemak jenuh seperti jeroan (usus, babat, lidah, jantung, otak dan paru). Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol. Kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol sehari-hari dalam periode waktu tertentu. Data ini dikelompokkan menjadi kelompok sering jika lima kali atau lebih setiap minggu mengonsumsinya, kelompok kadang-kadang jika 1-3 kali setiap minggu, kelompok jarang jika satu kali atau kurang setiap minggu mengonsumsinya dan kelompok tidak pernah jika responden tidak pernah mengonsumsinya. Kebiasaan olahraga. Kebiasaan melakukan olahraga jenis tertentu dengan waktu rata-rata tertentu secara teratur selain aktivitas fisik sehari-hari. Data ini dikelompokkan menjadi kelompok tidak pernah berolahraga jika responden tidak pernah melakukan kegiatan olahraga, kelompok olah raga tidak ideal jika responden melakukan olahraga tertentu kurang dari 3 kali seminggu dengan waktu kurang dari 30 menit setiap kalinya dan kelompok olahraga ideal jika responden melakukan olahraga tertentu minimal 3 kali seminggu dengan waktu minimal 30 menit setiap kali olahraga. Obesitas. Suatu keadaan dimana terjadi penimbunan lemak yang berlebihan di dalam jaringan tubuh, yang diketahui dari pengukuran tinggi badan dan berat badan. Nilai dari hasil penghitungan berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat dari tinggi badan dalam meter (IMT = BB (kg)/tb 2 (m 2 )). Responden dikatakan obesitas jika hasil dari penghitungan IMT lebih dari 25. Penggunaan kontrasepsi estrogen. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan penggunaan kontrasepsi estrogen jika responden menggunakan kontrasepsi estrogen atau pil KB selama 12 tahun berturut-turut. Stres kejiwaan. Gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan faktor dari luar dan masalah itu menyebabkan perasaan tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut atau rasa bersalah. Hal tersebut ditanyakan pada saat wawancara dengan responden sesuai dengan kuesioner. Kemudian responden dikelompokkan menjadi kelompok yang mengalami stres jika nilai dari jawaban dari kuesionernya 26 atau lebih dan kelompok responden tidak mengalami stres jika skor kuesionernya kurang dari 26. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Umum Responden Karakteristik responden yang diamati meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan riwayat keluarga. Data karakteristik responden secara lengkap disajikan pada Tabel 4. Umur

2 Variabel umur dikategorikan menjadi 2 kelompok. yaitu kelompok umur kurang dari 40 tahun dan kelompok 40 tahun atau lebih. Hal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa umur semakin tua. risiko terserang hipertensi akan semakin besar. Karena pada umur tersebut mulai terjadi perubahan elastisitas pembuluh darah yang semakin menurun. perubahan alami pada otot jantung dan mulai terjadi perubahan hormon terutama pada perempuan yang berdampak pada peningkatan tekanan darah (Gary2000). Umur responden pada penelitian ini berkisar antara 32 sampai 54 tahun dengan rata-rata ± 5.99 tahun. Jika dikaji lebih jauh. bahwa rata-rata umur responden yang mengalami hipertensi (45.31± 5.73 tahun) adalah lebih besar daripada yang tidak hipertensi (44.19 ± 6.26 tahun). Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan karakteristik dan status hipertensi Status hipertensi No. Karakteristik Umum Kasus Kontrol Total N % n % n % 1. Umur : < p Value Jenis kelamin : Perempuan Laki-Laki p Value Tingkat pendidikan : Lulus S2. S Lulus D3. S Lulus SLTA p Value Riwayat keluarga : Ada Tidak Ada p Value OR Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar (80.2 %) responden berumur 40 tahun atau lebih. Lebih lanjut dapat dilihat bahwa responden yang umurnya 40 tahun keatas lebih banyak mengalami hipertensi yaitu 83.3 %. dibandingkan dengan yang berumur kurang dari 40 tahun yaitu hanya 16.7 %. Pada uji chi-square menunjukkan bahwa umur tidak terbukti berhubungan dengan terjadinya hipertensi dengan nilai p Value = Hal ini terjadi karena sebagian besar responden yang hipertensi dan tidak hipertensi adalah berumur 40 tahun atau lebih yaitu masing-masing sebanyak 83.3 % dan 77.1 %. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Bulpitt

3 (2001), dimana besar risiko umur 40 tahun atau lebih untuk terserang hipertensi sebesar 1.34 dibandingkan mereka yang berumur kurang dari 40 tahun. Padahal umur merupakan faktor risiko kuat yang tidak dapat dimodifikasi. Perubahan tersebut diantaranya adalah karena arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan seiring bertambahnya usia. Kebanyakan orang hipertensinya meningkat ketika berumur limapuluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada usia 40 tahun atau lebih. Hal ini disebabkan oleh karena pada usia tersebut mulai terjadi perubahan alami pada jantung, perubahan elastisitas pembuluh darah dan hormon yang berpengaruh pada tekanan darah. Hal menarik bahwa terdapat 77.1 % responden yang umurnya 40 tahun atau lebih tetapi tidak mengalami hipertensi. Responden yang berumur 40 tahun atau lebih dan tidak mengalami hipertensi ternyata memiliki rata-rata nilai IMT yang lebih rendah yaitu 28.5 jika dibandingkan dengan rata-rata nilai IMT responden yang hipertensi sebesar Selain itu. sebagian besar (75%) dari mereka memiliki kebiasaan olahraga yang lebih baik dan tidak memiliki kebiasaan makan makanan berlemak. Jenis kelamin Responden laki-laki mempunyai proporsi yang lebih besar (78.1 %) daripada perempuan sebanyak 21.9 %. Responden laki-laki yang menderita hipertensi adalah lebih banyak yaitu 77.1 % jika dibandingkan dengan perempuan yaitu hanya 22.9 % (Tabel 4). Pada uji chi-square menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan terjadinya hipertensi dengan nilai p Value = dan OR = Hal ini diduga disebabkan karena jumlah responden perempuan yang tidak proporsional dengan laki-laki. Berbagai penelitian masih mempunyai kesimpulan berbeda tentang hal ini. Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiono (2004) di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6.0% untuk pria dan 11.6% untuk wanita. Prevalensi di Sumatera Barat 18.6% pria dan 17.4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta didapatkan 14.6% pria dan 13.7% wanita. Menurut Mansjoer et al. (2001), pria dan wanita menopause mempunyai pengaruh yang sama untuk terjadinya hipertensi. Menurut Bustan (1997) bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria. Hal ini diduga karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita. Tingkat pendidikan Responden penelitian ini tingkat pendidikannya berkisar dari tingkat SLTA sampai doktoral (S3). Karakteristik tingkat pendidikan paling banyak adalah katagori pendidikan tinggi (S2 dan S3) yaitu 61.5 % kemudian tingkat pendidikan sedang (D3 dan S1) yaitu 35.4 % dan tingkat pendidikan rendah (SLTA) sebanyak 3.1 %. (Tabel 4). Angka kejadian hipertensi paling tinggi terlihat pada responden yang tingkat pendidikannya lulus S2 dan S3 yaitu 60.4 %. Lebih lanjut ditelusuri pada data-data kuesioner yang dikumpulkan bahwa sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan tinggi adalah mereka yang berada pada level eselon III. Pada level tersebut menunjukkan data-data bahwa responden yang mengalami stres

4 terdapat pada kelompok tersebut. Hal ini diduga bahwa dengan semakin tinggi level jabatan mereka maka, semakin tinggi beban kerja dan tanggung jawab sehingga berakibat pada semakin tingginya tekanan secara psikologis yang jika hal ini berlangsung lama dan terjadi secara terus menerus akan menyebabkan stres. Selain berdampak pada tekanan secara psikologis, beban kerja yang tinggi juga akan berdampak pada kurangnya waktu yang digunakan untuk berolahraga sehingga kurangnya aktivitas fisik ini menyebabkan obesitas yang merupakan salah satu faktor predisposisi tekanan darah tinggi. Lebih lanjut ditelusuri bahwa kebiasaan makan makanan berlemak dan asin yang tinggi pada kelompok responden tersebut. Pada uji chi-square variabel tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan risiko hipertensi di mana pada uji chi-square nya didapatkan p Value = Hal ini terjadi diduga karena jumlah responden yang berpendidikan S2 dan S3; D3 dan S1 serta SLTA adalah tidak proporsional. Lebih lanjut dapat dilihat bahwa sekitar separuh responden dari masing-masing kelompok pendidikan tersebut adalah menderita hipertensi. Riwayat keluarga Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa responden yang ada riwayat keluarga hipertensi menunjukkan kejadian hipertensi yang lebih tinggi yaitu 62.5 %. Tetapi ada responden yang ada riwayat keluarga hipertensi tetapi tidak mengalami hipertensi yaitu 41.7 %. Hal ini dapat terjadi dikarenakan responden tersebut sebagian besar memiliki kebiasaan makan makanan berlemak kategori jarang dan memiliki kebiasaan olah raga yang ideal. Pada analisis uji chi-square variabel riwayat keluarga dengan hipertensi terbukti berhubungan dengan terjadinya hipertensi dengan p value = dan OR = Hal tersebut berarti bahwa orang yang orang tuanya (ibu, ayah, nenek atau kakek) mempunyai riwayat hipertensi berisiko terkena hipertensi sebesar kali dibandingkan orang yang orang tuanya tidak menderita hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hippisley (2002). yang menunjukkan bahwa riwayat keluarga dengan hipertensi memberikan risiko 3.38 kali terhadap kejadian hipertensi. Menurut Chunfang (2003). menyatakan bahwa keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lebih besar. Menurut Sheps (2005) hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi. kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut adalah 60%. Pola Hidup Pola hidup dalam penelitian ini meliputi kebiasaan makan makanan berlemak, kebiasaan makan makanan asin, kebiasaan olahraga dan kebiasaan merokok. Data pola hidup responden disajikan pada Tabel 5. Kebiasaan makan makanan berlemak Secara umum 58.3 % responden berada pada katagori sering mengkonsumsi makan makanan berlemak, sedangkan responden yang termasuk katagori kadangkadang adalah 32.3 % dan sisanya (9.4 %) termasuk katagori sedang. Lebih lanjut

5 terlihat bahwa ternyata angka kejadian hipertensi juga lebih tinggi terjadi pada responden yang kebiasaan makan makanan berlemaknya pada katagori sering yaitu 60.4 % diikuti katagori kadang-kadang yaitu 33.3 % dan katagori sedang hanya 6.3 % (Tabel 5). Kebiasaan makan makanan berlemak responden berkisar dari 1 sampai 6 kali per minggu dengan rata-rata 3.28 ± 1.45 kali per minggu. Untuk responden yang mengalami hipertensi, rata-rata konsumsi makan makanan berlemak adalah sebanyak 3.42 ± 1.46 kali per minggu dan ini adalah lebih tinggi daripada yang tidak hipertensi dengan rata-rata konsumsi makan makanan berlemak adalah sebanyak 3.15 ± 1.44 kali per minggu. Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan pola hidup dan status hipertensi No Status hipertensi Kategori pola hidup Kasus Kontrol Total n % n % n % 1. Kebiasaan makan makanan berlemak Sering ( 3x/mgg) Sedang (1-2x/mgg) Kadang-kadang(1x/mgg) p Value Kebiasaan makan makanan asin Sering ( 3x/mgg) Sedang (1-2x/mgg) Kadang-kadang(1x/mgg) p Value Kebiasaan olahraga Tidak Ya p Value Tingkatan kebiasaan Tidak Olahraga Olahraga Tidak Ideal Olahraga Ideal p Value Kebiasaan merokok : Ya Tidak Total p Value Jumlah batang rokok : Banyak (>12 btng/hr) Sedang (6-12 btng/hr)

6 No Status hipertensi Kategori pola hidup Kasus Kontrol Total n % n % n % Sedikit (<6 btng/hr) Total p Value Kebiasaan mengonsumsi makanan berlemak tidak berhubungan dengan risiko terjadinya hipertensi(p = 0.576). Hal ini diduga disebabkan oleh seringnya mengonsumsi makanan berlemak belum menjamin tingginya konsumsi makanan berlemak. Selain itu jenis dari makanan berlemak yang dikonsumsi juga belum diidentifikasi. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Harris (2002) yang menunjukkan bahwa orang yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak akan berisiko terserang hipertensi sebesar 7.72 kali dibandingkan dengan orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan berlemak. Kebiasaan konsumsi makanan berlemak erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi makanan berlemak juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Hal yang menarik adalah terdapat 56.2 % responden yang memiliki kebiasaan makan makanan berlemak tetapi tidak mengalami hipertensi. Hal ini terjadi karena lebih tinggi frekuensi konsumsi makanan berlemak belum tentu lebih banyak pula jumlah konsumsi makanan berlemak. Selain itu, jika ditelusuri dari data kuesioner terlihat bahwa pertama 60 % dari mereka tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi. Kedua, 40 % dari mereka mereka memiliki kebiasaan olahraga dan ketiga didapatkan bahwa rata-rata nilai IMT mereka (24.56 ± 2.96) lebih kecil dari pada rata-rata nilai IMT responden yang mengalami hipertensi (28.85 ± 3.35). Kebiasaan makan makanan asin Makanan asin mengandung tinggi natrium yang berperan penting terhadap mekanisme timbulnya hipertensi (Radecki 2000). Hasil penelitian Alison (1996) menunjukkan ada kaitannya asupan natrium tinggi dengan hipertensi pada beberapa individu. Kebiasaan makan makanan asin responden berkisar dari 1 sampai 6 kali per minggu dengan rata-rata 3.20 ± 1.64 kali per minggu (Tabel 5). Untuk responden yang mengalami hipertensi. rata-rata konsumsi makan makanan asin adalah sebanyak 3.03 ± 1.66 kali per minggu dan ini adalah lebih rendah daripada yang tidak hipertensi dengan rata-rata konsumsi makan makanan asin adalah sebanyak 3.36 ± 1.63 kali per minggu. Pada data katagori kebiasaan makan makanan asin (Tabel 5) menunjukkan bahwa responden yang mempunyai kebiasaan makan makanan asin katagori sering adalah lebih besar yaitu 54.2 % kemudian katagori kadang-kadang 39.6 % dan sisanya katagori sedang yaitu 6.2 %. Angka kejadian hipertensi juga sejalan dengan data tersebut. yaitu bahwa lebih besar terjadi pada responden yang kebiasaan makan makanan asinnya pada katagori sering yaitu 47.9 % diikuti katagori kadang-kadang 45.8 % dan sisanya katagori sedang. Hal yang menarik bahwa terdapat 60.4 % responden yang kebiasaan makan makanan asinnya sering tetapi tidak mengalami hipertensi. Setelah dilihat lebih

7 lanjut, 50 % dari mereka tidak terdapat riwayat keluarga hipertensi dan kebiasaan olahraga serta 60 % rata-rata usia mereka mereka lebih dari 40 tahun. Kebiasaan makan makanan asintidak berhubungan dengan risiko terjadinya hipertensi di mana pada uji chi-square didapatkan p Value = 0.4. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Radecki (2000) yang menunjukkan bahwa orang yang mempunyai kebiasaan konsumsi asin akan berisiko terserang hipertensi sebesar 1 kali lebih besar dibandingkan orang yang tidak biasa mengkonsumsi asin. Jika asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi %. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari (Gunawan 2001). Kebiasaan olahraga Pada data kategori kebiasaan olahraga menujukkan angka responden yang tidak biasa berolahraga lebih besar yaitu 59.4 % dibandingkan dengan yang biasa berolahraga yaitu 40.6 %. Lebih lanjut telihat bahwa angka kejadian hipertensi lebih tinggi terjadi pada responden yang tidak biasa berolahraga yaitu 56.2 % dibandingkan yang berolahraga (43.8 %). Responden yang tidak hipertensi juga lebih banyak terjadi pada responden yang tidak biasa berolahraga yaitu 62.5 % dibandingkan responden yang biasa berolahraga. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Sutejo (2002) yang menyatakan bahwa kurangnya olahraga akan menimbulkan hipertensi. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa tingkatan olahraga responden berkisar dari 1 sampai 7 kali per minggu dengan rata-rata 1.88 ± 1.13 kali per minggu. Untuk responden yang mengalami hipertensi. rata-rata tingkatan kebiasaan olahraga adalah sebanyak 2.04 ± 1.37 kali per minggu dan ini adalah lebih tinggi daripada yang tidak hipertensi dengan rata-rata tingkatan kebiasaan olahraga adalah sebanyak 1.72 ± 0.79 kali per minggu. Lebih lanjut terlihat bahwa responden yang tidak olahraga lebih besar yaitu 59.4 % kemudian responden yang olahraga tapi tidak ideal yaitu 31.2 % dan responden yang olahraga ideal hanya 9.4 %. Hal ini sejalan dengan kejadian hipertensi lebih besar terjadi pada responden yang tidak biasa berolahraga yaitu 56.2 % diikuti responden yang olahraga tetapi tidak ideal yaitu 31.3 % dan sisanya responden yang olahraga ideal. Hal menarik lain yang dapat dilihat bahwa responden yang olahraganya ideal ternyata kejadian hipertensinya lebih tinggi (12.5 %) dibandingkan dengan yang tidak hipertensi yaitu 6.3 %. Setelah ditelusuri dari data kuesioner yang dikumpulkan hampir semua dari mereka memiliki riwayat keluarga hipertensi. Pada analisis uji chi-square kebiasaan olahraga ideal tidak terbukti berhubungan dengan terjadinya hipertensi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hernelahti, Kujala dan Kaprio et al. (1998). Mereka menyatakan bahwa tidak biasa melakukan olah raga akan meningkatkan risiko terkena hipertensi sebesar 2.33 kali dibanding dengan yang biasa berolah raga. Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi. karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan

8 menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Sheps 2005). Kebiasaan merokok Pada data katagori kebiasaan merokok terdapat 52.1 % responden yang memiliki kebiasaan merokok atau pernah merokok. Kemudian terlihat bahwa angka kejadian hipertensi lebih tinggi terjadi pada responden yang memiliki kebiasaan merokok yaitu 60.4 % dibandingkan yang tidak merokok (39.6 %). Terdapat 39.6 % responden yang tidak merokok tetapi mengalami hipertensi. Setelah ditelusuri data kuesioner terlihat sebagian besar dari mereka memiliki riwayat keluarga dan nilai rata-rata nilai IMT mereka cukup tinggi yaitu selain itu sebagian besar dari mereka tidak memiliki kebiasaan olahraga. Sebaliknya terdapat 43.7% tidak memiliki kebiasaan merokok tetapi tidak mengalami hipertensi. Setelah lebih lanjut dilihat dari data mereka menunjukkan tidak terdapat faktor riwayat keluaga hipertensi. Lebih lanjut dapat dilihat bahwa jumlah batang rokok yang dihisap responden berkisar dari 1 sampai 32 batang per hari dengan rata-rata ± 7.62 kali per hari (Tabel 5). Untuk responden yang mengalami hipertensi, rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap adalah sebanyak 8.62 ± 6.42 kali per hari dan ini adalah lebih rendah daripada yang tidak hipertensi dengan rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap adalah sebanyak ± 8.17 kali per hari. Kemudian lebih jauh terlihat bahwa katagori angka batang rokok yang dihisap paling tinggi pada katagori sedikit yaitu 48.4 % diikuti katagori banyak 35.5 % dan sisanya katagori sedang yaitu 16.1 %. Hal yang menarik bahwa angka kejadian hipertensi lebih tinggi ditemukan pada responden yang katagori batang rokoknya sedikit 56.2 % kemudian katagori banyak 31.3 % dan sisanya katagori sedang (12.5 %). Lebih lanjut ditelusuri pada data kuesioner bahwa hal ini dipengaruhi oleh ratarata nilai IMT mereka yang tinggi dan tidak memiliki kebiasaan olahraga. Pada uji chi-square kebiasaan merokok dan jumlah batang rokok yang dihisap tidak berhubungan dengan terjadinya hipertensi di mana didapatkan p Value = pada kebiasaan merokok dan p Value = pada jumlah batang rokok yang dihisap. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Zhang (2005) yang menyatakan bahwa kebiasaan merokok sebagai faktor risiko hipertensi (OR ). Status Kesehatan Status kesehatan responden yang dikaji meliputi status gizi (obese dan tidak obese), keberadaan stres kejiwaan dan penggunaan kontrasepsi estrogen. Data status kesehatan responden disajikan pada Tabel 6.

9 Status gizi Status gizi responden dikategorikan berdasarkan nilai IMT yaitu obese apabila nilai IMT lebih dari 25 dan tidak obese jika nilai IMT kurang dari atau sama dengan 25. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa hampir semua responden (99.0 %) adalah obese. Lebih lanjut dapat dilihat bahwa nilai IMT responden berkisar dari sampai dengan rata-rata ± Untuk responden yang mengalami hipertensi nilai rata-rata IMT adalah ± 3.35 dan ini adalah lebih tinggi daripada yang tidak hipertensi dengan nilai rata-rata IMT adalah ± Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan status kesehatan dan status hipertensi No Status hipertensi Kategori status Total Kasus Kontrol kesehatan n % n % n % 1. Status gizi: Obese Tidak obese p Value Stress : Ya Tidak p Value OR Penggunaan kontrasepsi estrogen : (Khusus responden perempuan) Ya Tidak Total p Value Pada uji chi-square didapatkan p Value = yang berarti bahwa status obesitas tidak berhubungan secara signifikan dengan terjadinya hipertensi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Chow et al. (2000) yang menyatakan bahwa obesitas berisiko menyebabkan hipertensi sebesar 2 6 kali dibanding yang bukan obesitas. Menurut beberapa pakar dikatakan bahwa obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh maka, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan zat gizi ke jaringan tubuh. Ini berarti bahwa volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air lebih banyak sehingga berakibat pada peningkatan tekanan darah. Bukti lainnya yang tidak sejalan dengan hasil penelitian ini adalah penelitian Hull (1996) yang menunjukkan adanya hubungan antara berat badan dan hipertensi. Bila berat badan meningkat di atas berat badan ideal maka risiko

10 hipertensi juga meningkat. Penyelidikan epidemiologi juga membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Pada penelitian lain dibuktikan bahwa curah jantung dan volume darah sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang setara. Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab mengapa status obesitas tidak berhubungan signifikan dengan terjadinya hipertensi, diantaranya adalah bahwa pada responden yang tidak hipertensi terdapat 30 % dari mereka tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi dan sebagian dari mereka memiliki kebiasaan olahraga meskipun tidak ideal serta kebiasaan makan makan berlemak mereka yang rendah sehingga menjadi faktor protektif terhadap terjadinya hipertensi. Stres kejiwaan Hampir semua responden (90.6 %) tidak mengalami stres (Tabel 6). Hal menarik bahwa angka kejadian hipertensi pada responden yang tidak mengalami stes adalah cukup tinggi yaitu 85.4 % dibandingkan responden yang mengalami stres 14.6 %. Jika ditelusuri dari data kuesioner dapat dillihat bahwa hampir semua dari mereka memiliki kebiasaan makan makanan berlemak yang sering dan tidak memiliki kebiasaan olah raga yang ideal. Berdasarkan analisis uji chi-square, stres kejiwaan terbukti berhubungan dengan terjadinya hipertensi dengan nilai p Value = dan OR = Hal tersebut berarti bahwa orang yang mengalami stres kejiwaan, berisiko terkena hipertensi sebesar kali dibandingkan orang yang tidak mengalami stress kejiwaan. Menurut Gunawan (2005) dan Ferketich (2000) bahwa stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasatakut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau peningkatan tekanan darah. Menurut Lew dalam Gary (2000), stres mental berpengaruh terhadap tekanan darah penderita hipertensi. Akibat stres mental, sistolik naik dari 150 manjadi 210 mmhg dan diastolik naik dari 100 menjadi 140 mmhg. Hubungan stres dengan hipertensi diduga melalui syaraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Sistem ini meningkatkan kecepatan maupun kekuatan denyut jantung, menyempitkan hampir semua arteri kecil, kecuali di tempat-tempat tertentu seperti otot kepala yang justru diperlebar. Sistem simpatik juga menurunkan eksresi garam dan air oleh ginjal sehingga meninggikan volume cairan tubuh dan melepaskan hormon epinephrine dan norepinephrin yang menstimulasi jantung dan pembuluh darah. Stres akan meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu. Tekanan darah akan kembali normal setelah stres hilang. Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah tetap tinggi. Penggunaan kontrasepsi estrogen (khusus responden perempuan)

11 Data kategori penggunaan kontrasepsi estrogen terdapat 52.4 % responden yang menggunakan kontrasepsi estrogen dan selebihnya tidak menggunakan 47.6 % (Tabel 6). Lebih lanjut terlihat bahwa kejadian hipertensi pada responden yang menggunakan kontrasepsi estrogen (54.6 %) adalah lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak menggunakan kontrasepsi estrogen (45.4 %). Jika dilihat lebih jauh terdapat 50 % responden yang menggunakan kontrasepsi estrogen tetapi tidak mengalami hipertensi. Hal ini terjadi karena sebagian besar dari mereka menggunakan kontrasepsi yang tidak konsisten pada satu metode kontrasepsi estrogen saja dan tidak pada waktu yang terus menerus. Lebih lanjut dapat dilihat juga bahwa penggunaan kontrasepsi estrogen namun tidak menderita hipertensi adalah mereka tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi. Kondisi ini diperkuat oleh hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi estrogen tidak berhubungan dengan terjadinya hipertensi pada uji chisquare di mana nilai p Value = Ada beberapa hal yang memungkinkan bahwa estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara epidemiologi belum ada data apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan karena estrogen dari dalam tubuh atau dari penggunaan kontrasepsi hormonal estrogen. Bustan (1997) menyatakan bahwa dengan lamanya penggunaan kontrasepsi estrogen (± 12 tahun berturut-turut) akan meningkatkan tekanan darah perempuan. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Risiko Terjadinya Hipertensi Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap risiko terjadinya hipertensi maka, dilakukan uji regresi linear berganda dengan metode backward stepwise yaitu dilakukan proses seleksi bertahap pada beberapa faktor risiko yang tidak memenuhi kriteria permodelan dimulai dari variabel (faktor risiko) nilai tidak signifikan terbesar sehingga tidak ada lagi faktor risiko yang tidak dapat dikeluarkan lagi untuk kemudian menjadi model regresi logistik akhir. Terdapat dua tahapan dalam uji regresi linear yaitu uji F (Anova) yang bertujuan untuk menguji model regresi secara keseluruhan untuk melihat nilai signifikansi model regresi. Jika uji Anova signifikan berarti bahwa model regresi tersebut layak diterima dengan kata lain bahwa akan didapatkan nilai peubah X yang akan berpengaruh terhadap Y. Tahapan kedua adalah uji parsial yaitu uji t yang berguna untuk menguji pengaruh masing-masing peubah X terhadap Y. Melalui uji F dengan hipotesis Ho: model tidak signifikan yakni terdapat peubah X yang berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi (Y) dan H1: model signifikan yakni tidak terdapat peubah X yang berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh bahwa nilai p= (p<0.05) sehingga tolak Ho atau dengan kata lain terdapat peubah X yang berpengaruh terhadap hipertensi. Adapun hasil uji berbagai variabel dan pengaruhnya terhadap terjadinya hipertensi berdasarkan uji regresi linear berganda (Stepwise Backward) disajikan pada Tabel 7. Hal ini diawali dengan uji anova untuk melihat nilai signifikansi model dan hasilnya disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil uji regresi linear berganda faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi

12 Model Unstandardized Standardized Collinearity Statistics Coefficients Coefficients t Sig. B Std. Error Beta Tolerance VIF (Constant) Riwayat Keluarga Stres a. Dependent Variable: HIPERTENSI Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda (Tabel 7) dapat dilihat bahwa riwayat keluarga dan keberadaan stres berpengaruh nyata terhadap terjadinya hipertensi dengan nilai p masing-masing sebesar dan Lebih lanjut berdasarkan hasil uji tersebut dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut : Hipertensi = Riwayat Hidup Stres Berdasarkan persamaan regresi tersebut maka dapat dinyatakan bahwa setiap kenaikan satu satuan riwayat keluarga hipertensi dapat meningkatkan risiko hipertensi sebesar satuan. Dengan kata lain, responden yang memiliki riwayat keluarga hipertensi memiliki peluang menderita hipertensi satuan lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi. Selain itu dapat juga dinyatakan bahwa setiap kenaikan satu satuan stres dapat meningkatkan risiko hipertensi sebesar satuan. Hal ini berarti bahwa responden yang mengalami stres memiliki peluang menderita hipertensi satuan lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami stres. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Responden penelitian sebagian besar (80.2%) berumur 40 tahun dan lebih. Demikian pula pada kelompok hipertensi dan tidak hipertensi masing-masing sebanyak 83.3% dan 77.1%. Lebih dari tiga perempat (78.1%) responden adalah laki-laki dan tidak jauh berbeda proporsi tersebut antara yang hipertensi dan tidak yakni masing-masing sebanyak 77.1% dan 79.%. Lebih dari 60% responden berpendidikan tinggi, baik pada kelompok hipertensi (60.4%) maupun tidak hipertensi (62.5%). Secara umum proporsi responden yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi (52.1%) dan tidak hipertensi (47.9%) adalah tidak jauh berbeda. Namun pada kelompok yang hipertensi proporsi yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi adalah lebih banyak (62.5%). Sebaliknya pada kelompok yang tidak hipertensi terdapat 41.7% responden yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi. Pola hidup responden yang mencakup kebiasaan makan makanan berlemak dan asin, kebiasaan olah raga dan kebiasaan merokok antara responden yang hipertensi dan tidak hipertensi adalah tidak berbeda signifikan (p>0.05). Status kesehatan responden yang meliputi status gizi dan penggunaan kontrasepsi estrogen antara yang menderita hipertensi dan tidak adalah tidak berbeda signifikan (p>0.05). Namun, keberadaan stres pada responden yang hipertensi

METODE. Desain, Waktu dan Tempat

METODE. Desain, Waktu dan Tempat Kerangka pemikiran dalam penelitian ini disusun berdasarkan rangkuman tinjauan teori yang ada, khususnya mengenai hubungan antara satu faktor risiko dengan faktor risiko lain yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Presentase penduduk lansia Indonesia telah mencapai angka diatas 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur usia tua atau lansia. Derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah Beberapa faktor yang memengaruhi tekanan darah antara lain usia, riwayat hipertensi, dan aktivitas atau pekerjaan. Menurut tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di RSUD RAA Soewondo Pati dan dilakukan. pada 1Maret 2016 sampai dengan bulan 1 April 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di RSUD RAA Soewondo Pati dan dilakukan. pada 1Maret 2016 sampai dengan bulan 1 April 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Hipertensi Tekanan darah (Blood Pressure = BP) adalah perkalian antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler perifer (Pheripheral Vascular Resistance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Darah 1. Definisi Tekanan Darah Menurut Guyton, tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh yang dinyatakan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah. Kejadian hipertensi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi di dunia. Stroke merupakan penyakit neurologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut kesuatuorgan target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

METODE. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian Variabel

METODE. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian Variabel 104 METODE Sumber Data, Disain, Cara Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari hasil Riskesdas 2007. Riskesdas 2007 menggunakan disain penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD Tugurejo Semarang dahulu merupakan rumah sakit khusus kusta di semarang pada tahun 1952. Pada tanggal 30 Mei 1996 mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe

Lebih terperinci

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Remaja 1 Definisi Remaja Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif, yang salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman serius dan tantangan utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun. BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah Seluruh responden pada penelitian ini memiliki rentang usia 45-65 tahun di posyandu Lansia RW 18 dan RW 19 Kelurahan Jebres,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi, dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita di seluruh dunia, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain Hospital Based Case Control Study. Prinsip yang mendasari studi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.

Lebih terperinci

daripada mereka yang aktif. Selain itu, aktivitas fisik yang kurang juga berhubungan dengan obesitas. Meningkatnya tingkat pendapatan juga

daripada mereka yang aktif. Selain itu, aktivitas fisik yang kurang juga berhubungan dengan obesitas. Meningkatnya tingkat pendapatan juga KERANGKA PEMIKIRAN Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, baik di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dengan kondisi tekanan yang

Lebih terperinci

161 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

161 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ANALISIS FAKTOR KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINANGA KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2016 Irma Muslimin (Poltekkes Kemenkes Mamuju) Ridhayani Adiningsih (Poltekkes Kemenkes Mamuju) ABSTRAK adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan terjadi pada manusia baik perubahan pada fungsi tubuh maupun psikologis akibat proses menua. Lanjut usia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 UNIVERSITAS ANDALAS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 Oleh : GYZKA ARTE TIFA No. BP. 1511226019 Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas I Baturraden Kabupaten Banyumas. Penelitian ini dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas I Baturraden Kabupaten Banyumas. Penelitian ini dilakukan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah wilayah kerja Puskesmas I Baturraden Kabupaten Banyumas. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan nasional di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial antara lain meningkatnya angka rata-rata usia harapan hidup penduduk

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN 1 50 LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya: Dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW). Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tapa Kecamatan Kota Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW). Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tapa Kecamatan Kota Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Paguyaman adalah satu dari 6 (Enam) kelurahan yang ada di kecamatan kota tengah dengan luas 0,75 Km 2 terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode (Udjianti,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. diambil dari para wanita akseptor kontrasepsi oral kombinasi dan injeksi

BAB IV HASIL PENELITIAN. diambil dari para wanita akseptor kontrasepsi oral kombinasi dan injeksi BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan Jebres Surakarta dari tanggal 26 Oktober sampai dengan 7 November 2015. Data diambil dari para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai laporan terkini mengindikasikan bahwa prevalensi obesitas diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang berkembang telah meningkat dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak, berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang paralel antara transisi demografi dan transisi teknologi, dewasa ini mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke Penyakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 116 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sampel Pada penelitian ini, dari total sampel 10834, sebanyak 52.6%-nya adalah wanita dan 47.4% adalah pria. Seluruh sampel terkategori penduduk perkotaan. Tabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian a. Kondisi Puskesmas Tapa Puskesmas Tapa terletak di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Penelitian mengambil tempat di dalam ruangan kerja karyawan kantor dan ruang guru di sekolah-sekolah negeri. Responden dalam penelitian ini terdiri

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 34 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Hipertensi 5.1.1.1 Prevalensi Hipertensi Tabel 5.1 Prevalensi Hipertensi di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007 Frekuensi Prevalens (%)

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol merupakan konstituen utama membrane plasma dan lipoprotein plasma. Senyawa ini sering ditemukan sebagai ester kolesteril, dengan gugus hidroksil di posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan pada manusia, namun pada suatu saat pertumbuhan dan perkembangan tersebut berhenti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi Menopause diartikan proses peralihan dari masa produktif ke masa nonproduktif yang disebabkan berkurangnya hormon estrogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade.

BAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan fisiologis seseorang akan mengalami penurunan secara bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan kehilangan massa otot tubuh

Lebih terperinci

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATES KABUPATEN KULON PROGO Ana Ratnawati Sri Hendarsih Anindya Intan Pratiwi ABSTRAK Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu penyakit jantung yang sering ditemui pada orang dewasa. Pada PJK, fungsi jantung terganggu akibat adanya penyempitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1 Gumarang, 2 Gita 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan beberapa sebutan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi menjadi masalah terbesar di dunia khususnya Indonesia. Di

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi menjadi masalah terbesar di dunia khususnya Indonesia. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi menjadi masalah terbesar di dunia khususnya Indonesia. Di Indonesia prevalensi terjadi hipertensi pada usia diatas 18 tahun sangat tinggi yaitu sebesar 25,8

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksplanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Salamrejo. Desa Salamrejo merupakan salah satu dari 8 desa di Kecamatan Sentolo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi masih tetap menjadi masalah hingga saat ini karena beberapa hal seperti meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional. Tempat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional. Tempat 51 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional. Tempat penelitian ini berlokasi di Propinsi Lampung dan dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

Mengetahui Hipertensi secara Umum

Mengetahui Hipertensi secara Umum Mengetahui Hipertensi secara Umum Eldiana Lepa Mahasiswa Kedokteran Universitas Krida Wacana Jakarta, Indonesia Eldiana.minoz@yahoo.com Abstrak Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistole, yang tinggi

Lebih terperinci