PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB III SIX PARTY TALKS SEBAGAI SARANA UNTUK MENYELESAIKAN KRISIS NUKLIR KOREA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di

DALAM KRISIS NUKLIR KOREA UTARA. Oleh : ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan.

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari reaksi nuklir baik yang berupa reaksi fusi dan fisi. Dalam fisika,

BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya

KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP PROGRAM NUKLIR KOREA UTARA PADA PEMERINTAHAN GEORGE W. BUSH

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. antar negara dengan negara atau negara dengan organisasi.

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Uji coba nuklir yang dilakukan Korea Utara pada tanggal 25 Mei tahun 2009

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB IV PERAN IAEA DALAM MENANGGAPI KASUS UJI COBA NUKLIR KOREA UTARA TAHUN 2006 DAN 2009

BAB IV RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PERKEMBANGAN NUKLIR IRAN PADA MASA AHMADINEJAD

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP UJI COBA RUDAL KOREA UTARA DI BAWAH PEMERINTAHAN KIM JONG UN. Oleh: Rismala Septia

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia Kedua yang dimenangkan oleh tentara Sekutu (dimotori oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

SENJATA PEMUSNAH MASSAL DAN MASA DEPAN KEAMANAN INTERNASIONAL. Adi Joko Purwanto, S.Ip, MA. Abstract

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB III PERMASALAHAN DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJASAMA ANTARA KOREA UTARA DENGAN KOREA SELATAN DI DISTRIK KAESONG

melakukan Revolusi Kuba dan berhasil menjatuhkan rezim diktator Fulgencio merubah orientasi Politik Luar Negeri Kuba lebih terfokus pada isu-isu high

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

BAB 2 PENGEMBANGAN SENJATA NUKLIR KOREA UTARA DAN KONDISI KEAMANAN REGIONAL ASIA TIMUR

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR

BAB II NON-PROLIFERATION TREATY (NPT) SEBAGAI REZIM PEMBATASAN SENJATA NUKLIR

Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang didirikan pada abad ke 12. Pada awalnya Rusia berbentuk

AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA 1

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

PERAN IAEA (INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY) DALAM MENYIKAPI TINDAKAN KOREA UTARA DALAM PENGEMBANGAN TENAGA NUKLIR UNTUK TUJUAN TIDAK DAMAI

Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

Andy Rachmianto Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri RI KORINWAS 12 Mei 2016

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Perang Dunia II tepatnya tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PENUTUP. di dunia. Dimana power suatu negara tidak hanya dapat di ukur melalui kekuatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

SENGKETA INTERNASIONAL

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

BAB VI PENUTUP. pembuatan kebijakan serta pengaplikasiannya dari awal hingga akhir masa

BAB II GAMBARAN UMUM BIDANG SOSIAL POLITIK DAN KEAMANAN KOREA UTARA, SERTA PROFFIL KIM JONG-UN

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan kebijakan-kebijakan kapitalistik dan liberalistik Barat yang

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

PERAN MEDIA MASSA DI AMERIKA SERIKAT DALAM MEMPENGARUHI KEBIJAKAN INVASI KE IRAK PADA TAHUN Oleh R.A Cintya Nurma Juwita

BAB I PENDAHULUAN. terhadap negara-negara yang menandatangani atau meratifikasi perjanjian multilateral

DIPLOMASI PEMERINTAH IRAN TERHADAP TEKANAN INTERNASIONAL PADA PROGRAM PENGEMBANGAN NUKLIR TAHUN

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA Oleh: DR. Yanyan Mochamad Yani, Drs., M.A. Akhirnya setelah melalui pasang surut yang penuh ketegangan, masyarakat dunia kini perlu merasa lega. Sementara waktu tampaknya kesepakatan mengenai denuklirisasi Semenanjung Korea dalam Perundingan Enam Pihak - Amerika Serikat (AS), Rusia, Cina, Jepang, Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) - di Beijing telah tercapai. Sebelumnya juru runding Amerika Serikat (AS) Christopher Hill menyatakan bahwa negaranya tidak akan melakukan tawar menawar lagi dengan Korut mengenai program nuklirnya. Sebaliknya juru runding Korea Utara (Korut) Kim Kye-Gwan menyatakan bahwa kompensasi yang dberikan AS untuk penghentian program nuklirnya sangat tidak sepadan, khususnya dalam bantuan energi untuk perlucutan fasilitas nuklir Korea Utara. Namun, setelah pembicaraan bilateral kedua juru runding yang diikuti pembicaraan antara pejabat-pejabat keuangan AS dan Korut di Berlin perkembangan positif muncul yang berakhir pada disepakatinya beberapa elemen penting dalam pembicaraan enam pihak di Beijing pada tanggal 13 Februari 2007 yang meliputi: pertama, Korea Utara setuju untuk menutup dan mensegel fasilitas nuklir di Yongbyon, termasuk fasilitas pemrosesan kembali bahan nuklir, untuk pada tahap berikutnya nanti membongkar fasilitas nuklir tersebut. Korea utara juga akan mengijinkan masuknya kembali inspektur-inspektur IAEA (International Atomic Energy Association) untuk melakukan inspeksi terhadap fasilitas-fasilitas nuklir Korea Utara. Kedua, sebagai imbalannya, para Negara Pihak akan memberikan bantuan kepada Korea Utara di bidang ekonomi, energi dan bantuan humaniter. Paket bantuan ini bernilai US$ 300 juta. Ketiga, Korea Utara harus melaksanakan langkah-langkah awal pelaksanaan kewajibannya dalam waktu enam puluh hari. Sedangkan waktu untuk membongkar senjata-senjata nuklirnya dan bahan bakar untuk membuat senjata nuklir tersebut akan ditentukan kemudian melalui perundingan. Keempat, AS dan Jepang masing-masing akan melakukan perundingan bilateral dengan Korea Utara untuk mewujudkan normalisasi hubungan masing-masing dengan korea Utara menuju ke hubungan diplomatik. Kelima, AS akan memulai proses untuk menghapus nama Korea Utara dari daftar negara yang mensponsori teror dan mengakhiri sanksi perdagangan dan finansial yang dikenakan terhadap Korea Utara September 2006 lalu. Keenam, pembicaraan enam pihak akan dilanjutkan pada tanggal 19 Maret 2007 di Beijing. 1

Pertanyaannya kini adalah sampai dimana pelaksanaan kesepakatan ini akan efektif?. Apakah Korea Utara akan sungguh-sungguh bersedia menyampaikan ke masyarakat internasional semua fasilitas nuklirnya untuk diinspeksi IAEA?. Apakah AS akan ikhlas mencabut pernyataan kepala negaranya sendiri, George W. Bush Jr, yang pernah secara lantang dan arogan menyatakan ke dunia bahwa AS tidak akan pernah kompromi dengan negara-negara pendukung terorisme termasuk Korea Utara yang merupakan bagian dari negara-negara poros setan (the axis of evil)? Kiranya perlu dikaji secara saksama bahwa dalam jangka waktu dua dekade ini AS telah berselish dengan Korea Utara berkenaan dengan program nuklirnya. AS khawatir kepemilikan senjata pemusnah massal termasuk senjata nuklir akan jatuh ke tangan para teroris dan atau negara-negara yang dianggap pendukung teroris misalnya Korea Utara. Maka itu di era paska Perang Dingin salah satu bentuk tantangan yang dihadapi AS adalah upaya pembendungan proliferasi nuklir. Persepsi demikian telah memaksa Amerika Serikat menjadikan isu nuklir Korea Utara sebagai salah satu agenda politik luar negerinya sejak tahun 1990. AS berposisi bahwa Pyongyang menggunakan isu senjata nuklir strategisnya (nuclear brinkmanship) sebagai manuver politik untuk meningkatkan posisi tawar menawar (bargaining position) di dunia internasional, khususnya terhadap AS dan aliansinya agar tidak terus menekan Korea Utara dan memaksa penghentian bantuan militer dan ekonomi AS kepada Korea Selatan. Kemudian AS juga berpandangan bahwa Korea Utara menolak intervensi Washington dalam masalah proses reunifikasi Semenanjung Korea selama ini. Pada tahun 1994 telah disepakati perjanjian bilateral yang dikenal dengan The Agreed Framework antara AS dan Korea Utara. Menurut perjanjian ini Pyongyang harus membekukan seluruh aktivitas program nuklimya dan bekerjasama dengan IAEA untuk menginspeksi seluruh fasilitas nuklir Korut. Namun, kesepakatan ini berakhir dengan kegagalan sebab AS merasa bahwa Korut tidak dapat bekerjasama dengan sungguh-sungguh dengan IAEA. Bahkan akhirnya pernerintah Korea Utara. menyatakan pengunduran dirinya dari keanggotaan Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT) pada tanggal 10 Januari 2003. Pada titik ini hubungan diplomatik antara Washington dan Pyongyang menjadi semakin tegang. Sejak saat itu pemerintah Amerika Serikat tidak mau lagi melakukan diplomasi bilateral dengan Korea Utara. Washington menggantinya dengan pembangunan berbagai forum pertemuan dan kerjasama multilateral yang melibatkan Rusia, China, Jepang dan Korea Selatan (state actors) dan juga PBB, IAEA dan NGO (non-state actors) untuk menyukseskan proses diplomasinya, dalam hal ini adalah penghentian aktivitas program senjata nuklir Korea Utara. AS. Strategi yang dijalankan AS tersebut dikenal masyarakat internasional sebagai two path 2

strategy yang lebih mengutamakan cara-cara multilateralist (Idealist Approach) dengan instrumen diplomasi dalam menangani krisis proliferasi nuklir Korea Utara. Setidaknya itulah fakta yang terlihat di lapangan, dan sejauh ini Washington belum menunjukkan sinyal untuk menyelesaikan kasus isu regional Asia Timur ini dengan instrumen militer. Kalkulasi AS Secara umum, strategi ini difokuskan kepada negara-negara yang dianggap melanggar perjanjian Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT) dengan kepemilikan teknologi Weapons Mass Destruction (WMD) dengan kriteria Nuclear, Biological and Chemical weapon (NBC), dan Washington mengkategorikan negara semacam ini dengan istilah the rogue states. Suatu negara akan dan dapat dikategorikan sebagai the rogue states apabila negara tersebut membenci AS dan memiliki senjata pemusnah massal, merupakan rejim yang agresif serta melanggar hukum internasional. Berdasarkan kriteria ini AS mengkategorikan pemerintah Korea Utara sebagai The Rogue State. Bahkan Korea Utara bersama Iran dan Iraq diberi label sebagai an axis of evil (negaranegara poros setan). Kedua konsep ini (roque states dan axis of evil) merupakan bagian dari agenda strategi politik Washington dalam membangun opini publik (public opinion) internasional untuk menjatuhkan kredibilitas pemerintahan Pyongyang. Washington juga memanfaatkan tekanan dari dunia internasional (international tensions) yakni dengan instrumen diplomasi-multilateralis terhadap pemerintah Pyongyang. Hubungan diplomatik yang cukup baik antara Amerika Serikat dengan pemerintah Rusia dan Cina sebagai dua negara dengan kekuatan ekonomi, politik dan militer yang cukup berpengaruh terhadap Korea Utara, tentunya memberikan peluang bagi strategi politik Amerika ini. Lebih lanjut, dalam menangani isu nuklir Korea Utara, strategi ekonomi yang dijalankan oleh AS adalah salah satunya dengan memanfaatkan kekuatan ekonomi internasionalnya, yaitu melalui penerapan sanksi ekonomi internasional terhadap Korea Utara yang disahkan oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang meliputi embargo ekonomi, membatasi ruang gerak perdagangan internasional dan pemasukan investasi asing. Pertanyaannya kini adalah mengapa pencapaian implementasi strategi-strategi AS untuk memaksakan kehendaknya ke Korea Utara di atas ternyata tidak begitu memuaskan dan bahkan cenderung dapat dianggap menorehkan suatu catatan kegagalan dalam sejarah keberhasilan diplomasi Amerika Serikat kontemporer?. Kalkulasi Korut Kiranya terdapat beberapa argumen mengapa hal itu terjadi. Pertama, dari sejak awal para perunding Korut tampaknya sudah mengkaji bahwa pijakan keterlibatan AS dalam forum 3

pembicaraan enam negara sebagai bagian dari two path strategy adalah lemah dan cenderung memaksakan diri. Logikanya yakni, terhadap Korea Utara yang secara faktual terang dan jelas mengakui kepemilikan senjata nuklir dengan program nuklir dan program misil balistiknya, pemerintah Amerika Serikat hanya menggunakan forum diplomasi multilateralis dan menjalankan perjanjian Non-Proliferation Treaty untuk menekan pemerintah Korea Utara agar membekukan seluruh aktivitas program nuklirnya. Sebaliknya, terhadap Iraq yang juga dituduhkan Washington memiliki senjata pemusnah massal, ternyata Amerika Serikat melakukan tindakan secara unilateral dengan menginvasi Iraq walaupun melanggar hukum internasional karena tidak mendapatkan otorisasi dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa- Bangsa. Pemahaman ini menyiratkan bahwa para elite politik pemerintahan AS masih ragu-ragu untuk bertindak lebih jauh ke Korut selain dari forum diplomasi multilateral belaka. Kedua, berpijak pada perkembangan kondisi politik domestik AS dewasa ini, tampaknya para perunding Korut berhitung bahwa kemarahan AS selama ini hanyalah merupakan gertakan semata yang tidak akan ditindaklnajuti oleh suatu aksi serbuan militer AS ke Korea Utara. Tampaknya Washington menyadari bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk mendanai perang di Semenanjung Korea ini akan sangat besar apalagi pasca Perang Iraq dan Perang Afghanistan telah membuat perekonomian nasional Amerika mengalami defisit anggaran yang mencapai miliaran dollar AS. Ketika Perang Iraq meletus, Amerika memang bertujuan,untuk menguasai sumber daya minyak (petropolitics) di Irak, sementara dengan berperang dengan Korea Utara, Amerika hanya akan melakukan hal yang sia-sia. Selain itu, penggunaan instrumen militer terhadap Korea Utara dapat menyebabkan memburuknya hubungan diplomatik Amerika Serikat dengan China dan Russia, bahkan dengan dunia internasional karena probabilitas keterlibatan senjata nuklir dalam perang di semenanjung Korea sangat besar. Dengan berbagai pertimbangan cost and benefits tersebut, setidaknya dapat membatasi opsi penggunaan instrumen militer oleh pemerintah Amerika Serikat terhadap Korea Utara. Ketiga, tampaknya para perunding AS terlalu percaya diri dengan slogan bahwa setelah jatuhnya komunisme di Uni Soviet maka tidak ada lagi negara komunis di dunia ini. Karena itu AS dapat dengan leluasa dan mudah menundukan negara-negara satelitnya Uni Soviet. Asumsi ini mungkin tidak sepenuhnya tepat. Hal itu dikarenakan sejak merdeka pada tahun 1948, Republik Demokrasi Rakyat Korea (RDRK) di bawah kepemimpinan Kim Il-sung dikenal sebagai negara penganut ideologi komunisme ortodoks dan terasing di tengah pergaulan internasional. Komunisme di Korut merupakan suatu perpaduan antara tradisi Konfusius, masyarakat yang konservatif, kontrol, dan proses indoktrinasi Komunisme yang dilakukan secara terus menerus. Perpaduan itu telah menciptakan suatu praktek sistem politik totaliter yang melebihi mantan negara Uni Soviet maupun RRC. 4

Dengan kata lain, di forum diplomasi multilateral enam negara itu AS sedang berhadapan dengan sebuah negara yang nilai-nilai moral dan atau ideologi nasionalnya masih alami ala Perang Dingin dan berkarakter tidak akan dapat secara mudah memenuhi keinginan AS. Secara demikian, kalkulasi negosiasi tentu saja akan alot dan memerlukan upaya yang ulet dan tangguh dari para perunding AS. Belum lagi, dalam sepanjang sejarah diplomasi AS sangat jarang AS ketika sedang konflik dengan suatu negara menyerahkan pemenuhan kepentingan nasionalnya kepada negara-negara lain melalui penyelesaian forum pembicaraaan multilateral. Sebagai negara super power AS lebih menyukai cara negosiasi unilateral dibandingkan multilateral. AS berhitung bahwa dalam forum multilateral akan bercampur berbagai kepentingan nasional banyak negara yang mungkin diantaranya akan berbenturan kepentingan nasionalnya dan mengambil keuntungan dari kondisi konflik AS dengan Korut. Karena itu mungkin saja, di belakang layar Cina dan Rusia sebenarnya sedang ikut bermain terus mengipasi Korut untuk membuat AS menjadi gerah dan geram. Kondisi ini telah mempermalukan AS di mata dunia karena strategi diplomasinya di Semenanjung Korea selama ini tidak berhasil sesuai kehendaknya. Walaupun sampai saat ini strategi dan politik luar negeri yang diterapkan pemerintah Amerika Serikat belum menunjukkan hasil yang dapat membawa perubahan yang signifikan, para analis hubungan internasional optimis bahwa penggunaan instrumen diplomasi antara AS dan Korea Utara tetap merupakan satu-satunya cara terbaik untuk menghindari perang nuklir di muka bumi ini.*** ================================================================== Penulis adalah Staf Pengajar Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran. 5