IV. METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten

VII. ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SEA FARMING

Analisis Stakeholder dan Evaluasi Kelembagaan Pengelolaan SDAL

IV. METODE PENELITIAN. Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan

IV. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian

viii BAB VIII PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 91

Uraian secara lengkap setiap aspek dan kriteria yang menjadi bahan. pertimbangan dalam penentuan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB VIII KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. (1). Potensi sumberdaya di kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele.

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN BIAYA TRANSAKSI DALAM PENGELOLAAN SEA FARMING DI PULAU PANGGANG KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU

IV. METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI ' ' ' ' ' Tg. Gosong. Dongkalang ' ' ' ' '

Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian.

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

Bab V Evaluasi V.1 Skenario Evaluasi

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3 METODOLOGI PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian.

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN

PENDANAAN BERKELANJUTAN BAGI KAWASAN KONSERVASI LAUT

TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (STUDI KASUS: KABUPATEN KENDAL DAN KOTA PEKALONGAN)

KAJIAN KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN TERUMBU KARANG PADA ZONA PEMANFAATAN WISATA TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU OLEH PERSADA AGUSSETIA SITEPU

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan,

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

2013, No BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A

VI. STUDI KEPENTINGAN DAN PENGARUH STAKESHOLDERS DALAM PENGELOLAAN KAWASAN INDUSTRI CILEGON MENUJU ECO INDUSTRIAL PARK. Abstrak

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

BAB 7 ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN ARTISANAL

BAB IV METODE PENELITIAN. Waduk Cirata, di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. adalah petani ikan. Keberadaan responden yang diamati adalah:

OVERVIEW PROSES PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN (Management Plan) dan RENCANA AKSI (Action Plan)

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Pengembangan Koleksi Modul 3

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah profil dan kendala petani padi

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE KAJIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODOLOGI PENELITIAN

III METODE PENELITIAN

INTEGRASI PENGELOLAAN PESISIR TERPADU DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH (Sintesis Paska MCRMP dari Pengalaman Kep.Seribu)

3 METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dipergunakan sebagai standar dan ukuran

ABSTRAK PENDAHULUAN. Penetapan Daerah Perlindungan Laut (DPL) ini tujuan untuk melindungi

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Transkripsi:

IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Secara grafis lokasi penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Lokasi penelitian.

28 Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu mempunyai visi: Kepulauan Seribu sebagai Ladang dan Taman Kehidupan Bahari yang berkelanjutan. Dengan visi ini, maka prioritas program yang dikembangkan adalah budidaya perikanan, industri pariwisata bahari, kawasan daerah perlindungan laut atau konservasi. Program sea farming menjadi program andalan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, dengan percontohan di Pulau Semak Daun Kelurahan Pulau Panggang. Luas kawasan daratan Pulau Semak Daun 0,5 ha dengan kawasan perairan karang 315 ha terdiri dari rataan terumbu reef flat 250 ha dan laguna atau goba seluas 25 ha. Pertimbangan dalam pemilihan lokasi tersebut adalah kawasan ini sangat potensial untuk pengembangan program budidaya perairan karena memiliki perairan dengan rataan terumbu yang luas. Kawasan potensial untuk budidaya laut di Kepulauan Seribu diperkirakan mencapai 4.376,04 ha yang terdiri dari reef flat 4.027,45 ha; laguna 320,6 ha; selat 23 ha dan teluk 4,99 ha. 4.2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah metode studi kasus. Maksud dari kasus dalam penelitian ini adalah kelembagaan pengelolaan sumberdaya ikan di Kepulauan Seribu. Nazir (1988) menyatakan bahwa penelitian kasus adalah penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subyek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Hasil dari penelitian kasus merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang tipikal dari individu, kelompok, lembaga, dan sebagainya. Ruang lingkup studi dapat mencakup segmen atau bagian tertentu atau mencakup siklus kehidupan individu, kelompok, dan sebagainya, baik dengan penekanan terhadap faktor-faktor kasus tertentu, ataupun keseluruhan faktor-faktor dan fenomenafenomena, tergantung dari tujuannya. Studi kasus lebih menekankan pengkajian variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil. Ini berbeda dengan metode survei, dimana peneliti cenderung mengevaluasi variabel yang lebih sedikit tetapi dengan unit sampel yang relatif besar (Nazir 1988). Nazir (1988) mengungkapkan langkah-langkah pokok dalam meneliti kasus adalah sebagai berikut :

29 1) Merumuskan tujuan penelitian 2) Menentukan unit-unit studi, sifat-sifat mana yang akan diteliti dan hubungan apa yang akan dikaji serta proses-proses apa yang akan menuntun penelitian 3) Menentukan rancangan serta pendekatan dalam memilih unit-unit dan teknik pengumpulan data mana yang digunakan. Sumber-sumber data apa yang tersedia 4) Mengumpulkan data 5) Mengorganisasikan informasi dan data yang terkumpul serta menganalisis untuk membuat interpretasi dan generalisasi 6) Menyusun laporan dengan memberikan kesimpulan serta implikasi dari hasil penelitian. Yin (1996) menyatakan bahwa ada 6 sumber bukti yang dapat dijadikan fokus bagi pengumpulan data studi kasus adalah: (1) dokumen, (2) rekaman arsip, (3) wawancara, 4) observasi langsung, (5) observasi pemeran serta, dan (6) perangkat fisik. Dalam hal ini diperlukan dua kategori data yaitu data utama dan data penunjang. Data utama diperoleh dari pencatatan langsung di lapangan, wawancara pada beberapa pembudidaya ikan dan pengamatan kejadian-kejadian khusus yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Data penunjang diperoleh dari dokumen atau arsip tertulis serta laporan hasil penelitian serta publikasi lainnya. 4.3. Metode Pengumpulan, Jenis, Sumber dan Analisis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis, yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung dari para aktor yang terlibat dalam pengelolaan sumberdaya ikan di Kepulauan Seribu. Teknik pengumpulan data primer ini dilakukan melalui wawancara secara mendalam kepada para aktor, dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah terstruktur. Sementara itu data sekunder diperoleh melalui data-data literatur perikanan Kabupaten Administrasi kepulauan Seribu, dokumen hasil penelitian dan dokumen-dokumen lainnya yang terkait. Secara lengkap jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

30 Tabel 2 Tujuan penelitian, jenis, sumber dan analisis data No. Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data Analisis Data 1. Menganalisis kelembagaan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu 2. Menganalisis kelembagaan pengelolaan sea farming 3. Menganalisis manfaat ekonomi pengelolaan sea farming Menganalisis biaya transaksi pengelolaan sea farming 4. Menganalisis keberlanjutan pengelolaan sea farming Kondisi geografis, kependudukan, ekonomi wilayah, potensi sumberdaya ikan, tingkat pemanfaatan, hukum formal (Undangundang, Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, Peraturan Daerah Gubernur DKI Jakarta, Peraturan Daerah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Keputusan Bupati Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu). Aturan informal (kesepakatan antar masyarakat) Identifikasi aktor, peran masing-masing aktor, hubungan antar aktor Identifikasi konflik antar aktor Jumlah produksi ikan (panen), jumlah biaya produksi Biaya pengambilan keputusan, biaya operasional bersama, biaya informasi Domain dan indikator dalam rangka pengambilan keputusan mengenai tindak lanjut program sea farming Profil dan statistik perikanan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, wawancara, laporan tesis Pascasarjana IPB, dokumen penelitian PKSPL IPB Wawancara dan kuisioner Wawancara dan kuisioner Wawancara, dokumen penelitian PKSPL IPB Wawancara dan kuisioner Wawancara dan kuisioner Deskriptif kualitatif Analisis stakeholders Analisis konflik Analisis pendapatan Analisis biaya transaksi dan analisis keefektifan biaya Analisis evaluasi skenario program Penentuan responden dilakukan secara purposive sampling dengan penggalian data menggunakan panduan kuisioner. Maksudnya adalah pengumpulan data melalui penjelasan oleh peneliti dan mengambil responden berupa pembudidaya ikan yang terdaftar menjadi anggota kelompok sea farming di Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang menurut pertimbangan sesuai dengan maksud penelitian. Nasution (2003) menyebutkan bahwa purposive sampling adalah sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan desain penelitian.

31 Penentuan aktor-aktor yang dijadikan responden dalam penelitian ini juga memperhatikan hasil-hasil studi sebelumnya. Oleh sebab itu, sebelum menentukan aktor-aktor yang akan dijadikan narasumber, peneliti terlebih dahulu melakukan studi literatur yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya ikan di Kepulauan Seribu. Literatur-literatur yang dijadikan rujukan dalam penentuan narasumber tersebut adalah laporan hasil penelitian tesis, dokumen hasil penelitian di Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB yang terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di Kepulauan Seribu, dan dokumen-dokumen terkait lainnya yang dimiliki oleh Suku Dinas Kelautan dan Pertanian Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. 4.4. Metode Analisis Data 4.4.1. Analisis Kelembagaan Analisis kelembagaan dalam pengelolaan dan pemanfataan sumberdaya pesisir dan lautan di Kepulauan Seribu mempergunakan framework Institutional Analysis and Development (IAD). IAD ini dapat digunakan untuk menganalisis performa dan struktur aransemen kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir. Framework IAD dapat dilihat pada Gambar 7. KELEMBAGAAN Atribut fisik dari sistem Aturan/kelembagaan Atribut masyarakat/ norma sosial dan budaya Arena aksi : Pelaku (actor) Stakeholders Pola interaksi/ identifikasi konflik Manfaat ekonomi Biaya transaksi Gambar 7 Framework analisis dan pengembangan kelembagaan (Institutional Analysis and Development/IAD).

32 4.4.2. Analisis Stakeholder Analisis stakeholder adalah analisis yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan memetakan aktor (tingkat kepentingan dan pengaruhnya) dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir serta potensi kerjasama dan konflik antar aktor. Aktor merupakan masyarakat yang memiliki daya untuk mengendalikan penggunaan sumberdaya. Mereka menjadi pengguna dari sumberdaya yang diteliti, akan tetapi bukan menjadi kajian objek sasaran untuk diteliti. Aktor sangat bervariasi jika dilihat dari derajat pengaruh dan kepentingannya. Aktor ini dapat diketegorikan sesuai dengan banyak atau sedikitnya pengaruh dan kepentingan relatifnya terhadap keberhasilan pengelolaan sumberdaya alam. Brown et al. membagi aktor dalam beberapa kategori (Brown et al. 2001, diacu dalam Suhana 2008) yaitu: 1) Aktor primer, yaitu individu atau kelompok yang mempunyai pengaruh rendah terhadap hasil kabijakan tetapi kesejahteraannya penting bagi pengambil kebijakan. 2) Aktor sekunder, yaitu individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi keputusan yang dibuat. Hal ini disebabkan karena aktor ini adalah sebagian besar merupakan pengambil kebijakan dan terlibat dan implementasi kebijakan. Secara relatif pihak ini tidak penting, demikian pula denga tingkat kesejahteraannya bukan suatu prioritas. 3) Aktor eksternal, yaitu individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi hasil dari suatu proses melalui lobby kepada pengambil keputusan, tetapi interest mereka tidak begitu penting. Analisis stakeholder dapat dikatakan sebagai suatu sistem untuk mengumpulkan informasi mengenai kelompok atau individu yang terkait, mengkategorikan informasi, dan menjelaskan kemungkinan konflik antar kelompok, dan kondisi yang memungkinkan terjadinya trade-off. Langkahlangkah yang dilakukan dalam menganalisis stakeholder adalah: 1) Identifikasi aktor 2) Membuat tabel aktor 3) Menganalisis pengaruh dan kepentingan aktor

33 4) Membuat aktor grid 5) Menyepakati hasil analisis dengan aktor utama Proses penentuan aktor dilakukan dengan beberapa langkah antara lain: a) Mengidentifikasi sendiri berdasarkan pengalaman dalam bidang pembangunan wilayah atau berkaitan dengan perencanaan kebijakan. b) Mengidentifikasi berdasarkan catatan statistik serta laporan penelitian. Hasil identifikasi ini berupa daftar panjang individu dan kelompok yang terkait dengan pembangunan wilayah pesisir. c) Identifikasi aktor menggunakan pendekatan partisipatif dengan teknik snowball yaitu setiap aktor mengidentifikasi aktor lainnya untuk diteliti. Berdiskusi dengan aktor pertama kali teridentifikasi dapat mengungkapkan pandangan mereka tentang keberadaan aktor penting lainnya yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya. Metode ini dapat juga membantu mendapatkan pengertian yang lebih mendalam terhadap kepentingan dan keterkaitan aktor. Untuk memudahkan analisis aktor, maka setiap aktor dikategorikan ke dalam lima kategori yakni pemerintah (pengambil kebijakan dan lembaga legislatif), swasta (pengusaha dan lembaga donor), masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan organisasi sosial lainnya, serta perguruan tinggi. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara langsung dan kuesioner terhadap wakil dari masing-masing aktor yang teridentifikasi dari hasil analisis aktor, pengolahan data kualitatif hasil wawancara dikuantitatifkan dengan mengacu pada pengukuran data berjenjang lima, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Ukuran kuantitatif terhadap identifikasi dan pemetaan aktor Skor Nilai Kriteria Keterangan Kepentingan Aktor 5 17-20 Sangat Tinggi Sangat bergantung pada keberadaan sumberdaya 4 13-16 Tinggi Ketergantungan tinggi pada keberadaan sumberdaya 3 9-12 Cukup Tinggi Cukup bergantung pada keberadaan sumberdaya 2 5-8 Kurang Tinggi Ketergantungan pada keberadaan sumberdaya kecil 1 0-4 Rendah Tidak bergantung pada keberadaan sumberdaya

34 Tabel 3 Lanjutan Skor Nilai Kriteria Keterangan Pengaruh Aktor 5 17-20 Sangat Tinggi Jika responnya berpengaruh nyata terhadap aktivitas aktor lain 4 13-16 Tinggi Jika responnya berpengaruh besar terhadap aktivitas aktor lain 3 9-12 Cukup Tinggi Jika responnya cukup berpengaruh terhadap aktivitas aktor lain 2 5-8 Kurang Tinggi Jika responnya berpengaruh kecil terhadap aktivitas aktor lain 1 0-4 Rendah Jika responnya tidak berpengaruh terhadap aktivitas aktor lain Sumber: Haswanto (2006) Untuk mengetahui besarnya kepentingan dan pengaruh masing-masing aktor terhadap pengelolaan sumberdaya di wilayah pesisir, alat analisis selanjutnya adalah analisis grid. Dalam analisis ini, aktor diketegorikan menurut tingkat kepentingan dan pengaruhnya terhadap pengelolaan sumberdaya. Sebaran posisi aktor menurut kepentingan dan pengaruhnya diilustrasikan pada Gambar 8. Tinggi A. B. Subjek Pemain Kepentingan C. D. Rendah Penonton Aktor Rendah Pengaruh Tinggi Gambar 8 Aktor grid (Haswanto 2006). Kotak A (subyek) menunjukkan kelompok yang memiliki kepentingan yang tinggi terhadap kegiatan tetapi rendah pengaruhnya, mencakup anggota organisasi yang melakukan kegiatan dan responsif terhadap pelaksanaan kegiatan tetapi bukan pengambil kebijakan.

35 Kotak B (pemain) merupakan kelompok aktor yang memiliki derajat pengaruh dan kepentingan yang tinggi untuk mensukseskan kegiatan seperti tokoh masyarakat, kepala instansi terkait, dan kepala pemerintahan. Kotak C (penonton) mewakili kelompok aktor yang rendah pengaruh dan kepentingannya, Interest mereka dibutuhkan untuk memastikan dua hal yakni: (a) interest-nya tidak terpengaruh sebaliknya, dan (b) kepentingan dan pengaruhnya tidak mengubah keadaan. Kotak D (aktor) merupakan aktor yang berpengaruh tetapi rendah kepentingannya dalam pencapaian tujuan dan hasil kebijakan. 4.4.3. Analisis Konflik Pengelolaan Sumberdaya Ikan Untuk menganalisis berbagai konflik antar pemangku kepentingan (stakeholders) dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di Kepulauan Seribu digunakan pendekatan yang dilakukan oleh Fisher et al. (2000). Dalam metode analisis ini, sebelumnya dipahami dahulu mengapa konflik itu terjadi : (1) agar dipahami latar belakang dan sejarah suatu situasi dan kejadian-kejadian saat ini, (2) identifikasi kelompok yang terlibat, dan tidak hanya kelompok yang menonjol saja; (3) agar memahami pandangan semua kelompok dan lebih mendalami bagaimana hubungan mereka satu sama lain; (4) identifikasi faktor-faktor dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari konflik; dan (5) agar belajar dari kegagalan dan juga kesuksesan (Fisher et al. 2000). 4.4.4. Analisis Pendapatan terhadap Kesejahteraan Pembudidaya Dalam penelitian ini akan dihitung besarnya pendapatan pembudidaya ikan sebagai implikasi dari adanya pemberian dana bergulir (revolving fund) yang menjadi basis pembinaan kegiatan kelompok melalui pembelian benih ikan kerapu di tingkat pembudidaya, sehingga dapat diketahui pengaruh keberhasilan sistem pemberian dana bergulir tersebut terhadap pendapatan pembudidaya yang bermuara kepada tingkat kesejahteraan pembudidaya sebagai penerima dana. Untuk itu persamaan yang digunakan untuk menghitung pendapatan pembudidaya adalah : π= TR - TC (1)

36 Dimana : π ( Pendapatan) TR (Total Revenue) TC (Total Cost) : Pendapatan : Total Penerimaan : Total Biaya 4.4.5. Analisis Biaya Transaksi Masing-masing biaya transaksi yang dihadapi kelompok masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di Kepulauan Seribu tidak selalu sama. Komponen biaya transaksi terkait dengan mekanisme internal pelaksanaan organisasi kelompok masyarakat program sea farming di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang akan dihitung adalah meliputi biaya pengambilan keputusan (Z1), biaya operasional bersama (Z2), dan biaya informasi (Z3). Untuk menghitung besarnya total biaya transaksi (TrC) menurut Anggraini (2005) adalah : TrCij = Zij. (1.1) (2) 4.4.6. Analisis Keefektifan Biaya Analisis Keefektifan Biaya (AKB) adalah suatu teknik untuk memilih berbagai pilihan strategis dengan keterbatasan sumberdaya. Partowidagdo (1999) menyatakan bahwa AKB digunakan apabila sulit untuk memberikan nilai uang pada manfaat. Pada analisis ini diukur berapa rasio biaya terhadap satuan manfaat pelayanan publik, sehingga lebih mudah diaplikasikan. Secara matematis AKB dapat ditulis sebagai berikut (Partowidagdo 1999) : Biaya AKB =. (3) Manfaat Terkait dengan hal tersebut maka analisis ini dimaksudkan untuk melihat efektifitas biaya mekanisme internal pelaksanaan organisasi kelompok masyarakat komunitas pembudidaya (Kelompok Sea Farming) di Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (KAKS). Berdasarkan persamaan (2) dan (3) maka persamaan untuk menghitung AKB dapat ditulis menjadi :

37 AKB = Keterangan : BiayaTransaksi(TrCij) ManfaatbagiPembudidaya Manfaat bagi pembudidaya dalam penelitian ini adalah manfaat langsung bagi pembudidaya ikan kerapu anggota kelompok sea farming, yaitu keuntungan (π) pembudidaya dari hasil usaha budidaya ikan kerapu. 4.4.7. Analisis Evaluasi Skenario Program Dalam rangka pengambilan keputusan (decision making) mengenai tindak lanjut program sea farming maka dilakukan wawancara para stakeholder (responden) yang sekaligus sebagai pakar sehingga dapat memahami kondisi maupun visi ke depan prgram sea farming. Dalam wawancara tersebut digunakan 4 domain yakni lingkungan, sosial ekonomi, kelembagaan, dan pengelolaan program yang terbagi menjadi 12 indikator. Jawaban dari masing-masing diberikan skor sesuai skala Saaty dan selanjutnya analisis yang digunakan adalah SMART (Simple Multiple Attributing Rating Techniques) dengan alat bantu perangkat lunak Criterium Decision Plus version 3.0. Tahapan dari proses pengambilan keputusan sebagai berikut : 1) Domain dan Indikator Dalam analisis ini digunakan 4 domain dan 12 indikator utama yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Indikator dan parameter yang digunakan dalam skenario evaluasi No. Domain Indikator Uraian 1. Lingkungan Luas kegiatan sea farming yang dilaksanakan 2. Sosial Ekonomi Jumlah rumah tangga yang tersosialisasi program Keterlibatan masyarakat Perbandingan antara rencana jumlah atau luasan kegiatan sea farming yang diprogramkan dengan yang telah dilaksanakan Jumlah rumah tangga yang telah mendapatkan sosialisasi program, relatif terhadap jumlah rumah tangga dalam program Jumlah masyarakat yang terlibat dalam program 3. Kelembagaan Tata kelembagaan program Kesesuaian keterlibatan lembagalembaga yang terkait dengan program Peran institusi terkait dalam pencapaian tujuan program Kesesuaian peran lembaga-lembaga dalam mencapai keberhasilan program

38 Tabel 4 Lanjutan No. Domain Indikator Uraian 4. Pengelolaan Program Efisiensi dan efektivitas anggaran Mekanisme koordinasi Kesesuaian dengan tujuan program Pengalaman berusaha SDM Kemampuan dan keterampilan SDM Perilaku SDM (kejujuran, tanggung jawab, komitmen) Pengembalian dana pinjaman Penggunaan anggaran dalam mencapai keberhasilan program Tingkat efektifitas dan efisiensi koordinasi antar lembaga dalam pelaksanaan program Kesesuaian pelaksanaan program dengan tujuan program Kesesuaian pengalaman berusaha dalam perekrutan SDM Kesesuaian kemampuan dan keterampilan dalam perekrutan SDM Tingkat kejujuran, tanggung jawab dan komitmen SDM Tingkat pengembalian dana pinjaman sesuai dengan ketentuan Dalam konteks skenario evaluasi, setiap skenario dievaluasi berdasarkan proses maupun outputnya kemudian diberikan skor menggunakan skala Saaty. Skor terendah (trivial) adalah 1 dengan pengertian bahwa dampak terhadap skenario bersifat nol, atau tidak berdampak. Sedangkan skor tertinggi (critical) adalah 9 dengan makna bahwa evaluasi skenario bernilai dampak tinggi. Secara lengkap dibawah ini menyajikan skor evaluasi terhadap indikator program sea farming. Tabel 5 Skor evaluasi indikator program sea farming dengan menggunakan skala Saaty Skor Pengertian dalam evaluasi 1 Tidak Ada Dampak terhadap Skenario Evaluasi Program 2 Nilai Antara 3 Ada Dampak Kecil terhadap Skenario Evaluasi Program 4 Nilai Antara 5 Ada Dampak Sedang terhadap Skenario Evaluasi Program 6 Nilai Antara 7 Ada Dampak Besar terhadap Skenario Evaluasi Program 8 Nilai Antara 9 Ada Dampak Sangat Besar terhadap Skenario Evaluasi Program

39 2) Diagram Skenario Evaluasi Program Dalam analisis ini, pendekatan multi-criteria menjadi dasar bagi identifikasi skenario evaluasi bagi kelanjutan program sea farming. Dengan menggunakan software Decision Criterium Plus (DCP) dapat digambarkan mengenai kerangka pengambilan keputusan identifikasi skenario evaluasi program melalui mekanisme multi-citeria. Tujuan dari skenario adalah melakukan analisis prioritas terhadap skenario evaluasi program sea farming. Dengan menggunakan alat bantu kriteria lingkungan, sosial ekonomi, kelembagaan dan pengelolaan program maka dapat diidentifikasi opsi skenario evaluasi program seperti disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 6 Skenario evaluasi program Skenario Skenario A Skenario B Skenario C Uraian Program dilanjutkan sesuai dengan rencana (LTS) Program dapat dilanjutkan dengan syarat perbaikan yang signifikan (LS) Program dihentikan sama sekali (STOP) 4.5. Batasan Penelitian Batasan yang digunakan dalam penelitian Analisis Kelembagaan dan Biaya Transaksi dalam Pengelolaan Sea Farming di Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu adalah : 1) Daerah penelitian difokuskan di wilayah Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. 2) Kegiatan penelitian difokuskan pada kegiatan program sea farming, yang merupakan program Pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang secara teknis dikelola Suku Dinas Kelautan dan Pertanian, bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Program sea farming adalah program pengelolaan sumberdaya dengan aktifitas utama marikultur dan aktifitas terkait lainnya (marine tourism) serta perbaikan kualitas dan kuantitas sumberdaya perairan maupun kualitas lingkungan laut berbasis masyarakat.

40 3) Data responden difokuskan pada pembudidaya ikan yang terdaftar menjadi anggota kelompok sea farming di Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.