BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut.

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGHITUNGAN. yang paling lazim digunakan ialah Dividend Discounted Model (DDM).Metode ini

BAB IV PEMBAHASAN. dan dividend discounted model. Setiap model penilaian terdapat keuntungan dan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS NILAI INTRINSIK HARGA SAHAM DAN PENILAIAN BISNIS PT PELAYARAN NASIONAL BINA BUANA RAYA TBK PADA SAAT IPO JANUARI 2013

BAB IV METODE PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Saham / Sekuritas. untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan 30 Juni 2009 sampai 30 Juni 2014, untuk

BAB IV PEMBAHASAN. saham adalah Dividend Discount Model (DDM) dan Price Earning Ratio (PER)

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO). IPO merupakan simbol

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Saham perusahaan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB III METODE PENELITIAN. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN. Dalam menganalisis dan menilai kewajaran harga saham PT. Myoh Technology,

dalam penelitian ini dilakukan scoring dengan kriteria sebagai berikut : 1. Data yang digunakan adalah data rata-rata kinerja keuangan masing-masing

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2012:13) penelitian kuantitatif adalah

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pasar modal memiliki dua

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. tumbuh berkembang dan meningkatkan nilai perusahaan, namun upaya ini

BAB II TIMJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

Definisi. Modal ( Capital ): dana yg digunakan untuk membiayai pengadaan asset dan operasional suatu perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk Sebelum dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM. Andri Helmi M, SE., MM Manajemen Investasi dan Portofolio

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneliti terdahulu yang digunakan adalah adalah penelitian yang dilakukan

ANALISA LAPORAN KEUANGAN ERDIKHA ELIT

BAB I PENDAHULUAN. dan berarti perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari kenaikan harga saham atau pembayaran sejumlah dividen oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan melakukan investasi pada perusahaan yang menurutnya baik dan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dan menawarkan sahamnya di masyarakat/publik (go public). Perusahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

Biaya Modal. Biaya Modal MNC. Biaya modal MNC mungkin berbeda dengan perusahaan domestik karena:

ANALISIS KEUANGAN. o o

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. dengan pendekatan discounted cash flow dapat ditarik beberapa

Penilaian Nilai Intrinsik Saham (Valuation)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi, investasi digolongkan menjadi dua, yaitu : menganggur, sedangkan investasi jangka panjang bertujuan untuk :

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB I PENDAHULUAN. (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

1/45 OVERVIEW

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. berlalu ditandai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan kelas dunia,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. 2.1 Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan. dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001:415).

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB IV ANALISIS KASUS

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan bagi investor atau pemegang saham baik itu individu

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu landasan teori dan pengembangan hipotesis.

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki masalah dengan modal pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan pemilik korporasi, maka secara alami tujuan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dana dari dalam perusahaan (internal financing) atau dari luar perusahaan

ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. dana dari investor. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai objek keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN

Transkripsi:

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pembahasan Penelitian Dalam penelitian ini,penulis akan menganalisis dan menilai kewajaran harga saham PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk, dengan menggunakan metode keuangan dan non keuangan. Evaluasi bisnis secara keuangan dilakukan dengan menggunakan pendekatan Free Operating Cash Flow to Firm (FCFF), Price Earning Ratio (PER). Price to Book Value Ratio (PBV) serta Price Sales Ratio (PSR). Alasan menggunakan keempat metode ini karena metode ini pada umumnya digunakan oleh praktisi dan analis untuk membuat keputusan. Model Penilaian berdasarkan arus kas dapat dibagi menjadi dua,yaitu free cash flow to equity dan free operating cash flow to firm. Model penilaian FCFE digunakan apabila perusahaan memiliki komposisi utang yang stabil, sementara model FCFF digunakan untuk perusahaan yang memiliki komposisi utang yang tidak stabil. Selama periode 2009 2012,PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk tidak pernah membagikan deviden. Hal ini disebabkan perusahaan memiliki komposisi utang yang kurang stabil dan fluktuasi antara 21,99% hingga 172,91%. Faktor yang mempengaruhi komposisi utang antara lain,meningkatnya utang bank,utang lembaga keuangan dan obligasi yang digunakan untuk pembelian aset tetap sebagai langkah ekspansi perseroan. Karena alasan-alasan tersebut, maka penulis menggunakan metode FCFF. Selain itu, dengan keempat metode dapat merefleksikan nilai intrinsik perusahaan pelayaran tersebut. 45

Sebaliknya evaluasi bisnis secara non keuangan dilakukan dengan analisis SWOT yang sering digunakan untuk memprediksi kelangsungan hidup PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk. Analisis SWOT digunakan untuk memprediksi prospek perusahaan dengan cara mendeskripsikan kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Selain mendeskripsikan SWOT juga berfungsi untuk memberikan strategi strategi yang dapat digunakan perusahaan dengan menggunakan diagram SWOT. 4.2 Valuasi Bisnis dengan Menggunakan Metode Keuangan Dalam melakukan estimasi terhadap harga wajar saham perusahaan yang tergolong dalam sektor transportasi pelayaran akan menggunakan dua pendekatan,yakni pendekatan discounted cash-flow techniques dan relative valuation techniques. 4.2.1 Pendekatan Discounted Cash Flow Techniques. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab 2 discounted cash-flow techniques adalah teknik menilai cash flow yang diterima di masa yang akan datang menjadi nilai sekarang dengan tingkat bunga yang diharapkan oleh investor. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode Free Cash Flow to Firm (FCFF). A. Analisis FCFF Berikut langkah-langkah melakukan analisis FCFF pada perusahaan PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya,tbk: 1) Menentukkan tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia 2) Menghitung Cost of Equity (Ks) dengan metode CAPM (Capital Asset Pricing Model) 46

3) Menghitung Cost of debt (Kd) 4) Menghitung pajak (tax), 5) Menghitung proporsi hutang (Wd) dan modal (Ws) 6) Menghitung WACC 7) Mengestimasikan pendapatan dan komponen FCFF tahun 2013 dengan cara forecasting 8) Menghitung FCFF 9) Menghitung value of firm 10) Menghitung total equity 11) Menghitung nilai kewajaran harga saham BBRM dan membandingkan dengan harga saat IPO A.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dalam penelitian ini, penulis mengasumsikan estimasi harga wajar saham berada di dalam pertumbuhan yang stabil (stable growth). Stable growth adalah keadaan dimana tidak ada pertumbuhan tinggi atau perusahaan sudah dalam pertumbuhan stabil. Stable growth umumnya digunakan apabila tingkat pertumbuhan perusahaan lebih kecil atau sama dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Penulis menggunakan asumsi stable growth karena banyak pesaing yang bergerak dalam bidang yang sama, bermain di pasar dengan kompetisi yang kuat, sehingga tidak mungkin bagi perusahaan untuk mencapai tingkat pertumbuhan tinggi yang tahan lama, sehingga digunakan tingkat pertumbuhan yang lebih kecil atau sama dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data BPS,mengenai perkembangan industri pelayaran nasional bahwa jumlah penumpang pelayaran dalam negeri maret 2013 47

mencapai 579,1 ribu orang atau naik 3,36 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan naik 5,29 persen dibandingkan bulan yang sama tahun 2012. Selain itu, jumlah barang yang diangkut pelayaran dalam negeri pada bulan maret 2013 mencapai 17,2 juta ton atau naik 6,09 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Namun turun 8,96 persen dibandingkan bulan yang sama tahun 2012. Disamping itu, terdapat pula pernyataan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Stastik (BPS) bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan-i tahun 2013 yaitu sebesar 6,02 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang tumbuh 9,98 persen.sejalan dengan itu, PDB triwulan 1 2013 meningkat sebesar 1,41 persen dibandingkan triwulan IV 2012.Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya PDB sektor pertanian, peternakan,kehutanan dan perikanan sebesar 23,06 persen, sektor keuangan,real estate dan jasa perusahaan sebesar 2,96 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,57 persen, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,02 persen. Oleh karena itu, penulis akan menggunakan tingkat economic growth Indonesia untuk mendukung penelitian ini. Adapun data pertumbuhan ekonomi Indonesia penulis sajikan di halaman lampiran 1-2. A.2 Biaya Ekuitas ( Cost of Equity) Dalam penelitian ini, perhitungan cost of equity menggunakan Metode CAPM. Alasan mengapa penulis memilih metode CAPM karena metode ini digunakan untuk perusahaan yang belum pernah membagikan deviden. Cost of Equity merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk 48

membiayai ekuisitas seperti deviden dan biaya untuk saham preferen. Komponen yang diperlukan untuk melakukan menghitung biaya ekuitas yaitu risk free rate ( BI rate), return market (IHSG) dan beta. Beta yang digunakan dalam penelitan ini diasumsikan sama dengan rata-rata industri pelayaran. perusahaan tersebut antara lain PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), PT Rig Tenders Indonesia Tbk (RIGS), serta PT Trada Maritime Tbk (TRAM). Dimensi penelitian dari tahun 2009 sampai tahun 2012. Demikian halnya penetapan BI rate yang masih konsisten pada level 5,75% hingga saat ini,berikut keterangan yang diperoleh dari data BI,yaitu: Tabel 4.1 BI Rate Tanggal BI Rate 1 Jan 2013 5,75% 1 Jan 2012 6,00% 1 Jan 2011 6,50% 1 Jan 2010 6,50% 1 Jan 2009 8,75% Sumber : www.bi.go.id Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha dengan diturunkannya BI rate diharapkan dapat memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah menurunnya kinerja eknonomi global, dengan tetap mengutamakan pencapaian sasaran inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah. Dengan demikian perekonomian akan bertumbuh lebih baik, sedangkan pertumbuhan IHSG mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan data Index Harga Saham Gabungan yang menunjukkan peningkatan harga dari bulan desember 2012 hingga mei 2013 yang dari harga 4.453,7 menjadi 5.085.14. 49

Tabel 4.2 Indeks Harga Saham Gabungan Date Open High Low Close 5/1/2013 5020,2 5251,3 4907,6 5085.14 4/1/2013 4927,12 5034,07 4864,86 5034,07 3/1/2013 4798,49 4940,99 4721,32 4940,99 2/1/2013 4458,6 4795,79 4457,45 4795,79 1/2/2013 4322,58 4472,11 4298,61 4453,7 12/3/2012 4277,19 4340,26 4222,13 4316.69 11/1/2012 4331,75 4381,75 4255,27 4276.14 10/1/2012 4249,69 4366,86 4214,52 4350,29 Sumber : http://finance.yahoo.com/q?s=%5ejkse Berdasarkan peningkatan IHSG yang cukup baik pada lima bulan pertama diawal tahun 2013, diperkirakan IHSG akan terus menguat. Hal ini merupakan sinyal yang bagus bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Langkah pertama,penulis melakukan perhitungan tingkat pengembalian harga saham (R i ), dan tingkat pengembalian pasar (R M ) dari masing masing tiga perusahaan seindustri yang telah dipaparkan diatas secara mingguan. Tingkat pengembalian harga saham (R i ) masing-masing tiga perusahaan tersebut dihitung menggunakan fungsi (LN) dalam Microsoft Excel. Berikut perhitungan tingkat pengembalian tersebut ialah: 50

- Tingkat pengembalian harga saham SMDR 5 Januari 2009 = LN (2825/2575) = 9,27% - Tingkat pengembalian harga saham RIGS 5 Januari 2009 = LN (500/480) = 4,08% - Tingkat pengembalian harga saham TRAM 5 Januari 2009 = LN (510/600) = 0,00% - Tingkat pengembalian harga saham IHSG 5 Januari 2009 = LN (1363.88/1416.67) = -3,80% Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikan harga saham SMDR dan RIGS pada tanggal 12 Januari 2009 dibandingkan dengan minggu sebelumnya yaitu tanggal 5 januari 2008 yang menyebabkan tingkat pengembalian bernilai positif yaitu masing-masing sebesar 9,27% dan 4,08%. Kenaikan harga saham dipicu oleh permintaan yang meningkat. Faktor yang menyebabkan permintaan meningkat salah satunya adalah kinerja perusahaan yang baik. Untuk tingkat pengembalian saham TRAM tidak mengalami perubahan yakni sebesar 0,00%,karena saham dari minggu pertama hingga minggu kedua januari 2009 harga saham bernilai 50. Sedangkan untuk IHSG,tingkat pengembalian pasar (IHSG) menurun sebesar 3.80% yang artinya pasar saham secara keseluruhan sedang menurun /kurang baik. Untuk selanjutnya dilakukan perhitungan yang sama dengan contoh diatas, dan dilakukan sampai dengan 31 desember 2012. Langkah berikutnya adalah menghitung perhitungan beta rata-rata (β). Beta tersebut ditentukan berdasarkan tingkat pengembalian harga saham 51

masing-masing tiga perusahan seindustri dan IHSG. Beta dapat dihitung dengan menggunakan fungsi slope dalam Microsoft Excel. Berikut hasil perhitungan beta rata rata (β),ialah : Tabel 4.3 Beta Rata- rata SMDR 0,623305 RIGS 0,898943 TRAM 1,1077672 Rata-rata 0,8765988 Beta (β) = SLOPE ( R i, R M ) Sumber: Hasil olahan data Beta rata rata yang dihasilkan yaitu sebesar 0.8765988 yang artinya ukuran sensifitas saham dari risiko pasar yang mengukur tingkat pengembalian saham tidak bergerak terhadap saham. Beta yang diperoleh kurang dari 1 maka harga saham tersebut akan tidak bergerak / sensitive mengikuti pasar. Dengan kata lain, semakin besar nilai beta, semakin besar pula risiko saham tersebut. Langkah ketiga, setelah menghitung tingkat pengembalian pasar (R M ) dan Beta rata-rata (β) maka selanjutnya menghitung tingkat pengembalian hasil bebas risiko (BI rate) yang disimbolkan dengan RFR. BI rate digunakan sebagai tingkat pengembalian harga saham karena BI rate mencerminkan keadaan ekonomi Indonesia. Dimensi rate yang digunakan dari tahun 2009 sampai dengan 2012 dibagi dengan 52 minggu (1 tahun) karena data yang digunakan secara mingguan,maka penulis mengasumsikan 1 tahun terdapat 52 minggu. Selanjutnya, dalam menghitung rata-rata Rm dan Ri,penulis menggunakan fungsi average dalam Microsoft excel. 52

RFR= Average (0.168%;0.111%)*52 minggu =0,125 %* 52 =6,49% Berdasarkan perhitungan tersebut, maka tingkat pengembalian hasil bebas risiko (RFR) adalah sebesar 6,49%. Hasil perhitungan ini akan digunakan untuk menghitung biaya ekuitas. Data-data harga saham, BI rate, dan perhitungan R i, R M dapat dilihat pada halaman lampiran L3 - L20. Setelah diperoleh hasil dari perhitungan ketiga komponen biaya ekuitas, yaitu tingkat pengembalian pasar (R M ), beta rata-rata (β) dan BI Rate (RFR), maka kita dapat menghitung biaya ekuitas (K S ) dengan menggunakan CAPM. Perhitungan biaya ekuitas dengan pendekatan CAPM sebagai berikut. K S = RFR + (RM-RFR) x B Ks = 6,49% + (27,85% - 6,49%) x 0,876599 = 25,22% Perhitungan biaya ekuitas (K S ) beserta komponen-komponennya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Biaya ekuitas (Ks) Mingguan Tahunan R M 0,54% 27,85% B 0,876599 RFR 0,125% 6,49% K S 25,22% 53

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa selama periode 2009 2012 tingkat pengembalian saham pasar atau IHSG sebesar 0,54% per minggu atau 27,85% per tahun. Sedangkan koefisien beta sebesar 0,876 yang artinya sensitivitas harga saham tersebut lebih rendah dari IHSG, yang mana tingkat fluktuasi saham tersebut adalah 12,4 persen dari IHSG. Jika IHSG turun sebesar dua persen maka harga saham tersebut akan terkoreksi sebesar 1,75 persen ( 0,876 dikali dua persen ). Untuk BI rate atau tingkat pengembalian bebas risiko nilainya 6,49% per tahun. Biaya ekuitas (K S ) yang diperoleh dengan menggunakan metode perhitungan CAPM untuk tahun 2013 diperoleh hasil 25,22%. Biaya ekuitas sebesar 25,22% menunjukkan besarnya biaya yang perlu dibayarkan kepada investor seperti deviden.nilai K S inilah yang akan dijadikan dasar untuk menghitung WACC. A.3 Biaya Hutang ( Cost of Debt ) Biaya hutang (K d ) merupakan biaya yang harus dibayar perusahaan akibat meminjam dana dalam bentuk hutang. Pada umumnya biaya tersebut dibayar dalam bentuk bunga (interest) yang besarnya tergantung dari tingkat suku bunga yang diminta oleh kreditur.besar tingkat suku bunga yang dikenakan ada perusahaan biasanya mempertimbangkan dua faktor utama, yaitu tingkat suku bunga yang berlaku dipasar dan risiko gagal bayar (default risk) perusahaan. 54

Dalam penelitian ini, biaya hutang dihitung dengan menggunakan Damodaran Spreadsheet. Dalam Damodaran Spreadsheet, dilihat default spread for country dan interest rate of bond berdasarkan bond rating Indonesia pada tahun 2012 yang dinilai oleh Standar & Poor s. Tabel 4.5 Tabel Bond Rating Bond Rating Default Spread Interest Rate on Debt AAA 0,50% 4,00% AA 0,65% 4,15% A+ 0,85% 4,35% BBB 1,60% 5,10% BB+ 3,00% 6,50% BB 3,35% 6,85% Sumber: Damodaran Spreadsheet. Dalam perhitungan biaya hutang (K d ) Bina Buana Raya, penulis mengasumsikan bond rating Bina Buana Raya sesuai dengan peringkat obligasi yang dinilai oleh Standar & Poor s untuk Indonesia pada 2012 yaitu BB+. Hal ini menunjukkan default spread sebesar 3,00% dan tingkat suku bunga yang berlaku dipasar sebesar 6,50%. Terdapat pula data pendukung peringkat obligasi Indonesai pada halaman lampiran L21. Berikut perhitungan biaya hutang (K d ) tersebut adalah sebagai berikut: Kd = RFR + Default Spread Country + Default Spread Firm Kd = 6,49% + 3,00% + 6,50% =15,99% 55

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh biaya hutang sebesar 15,99% yang artinya tingkat suku bunga yang harus dibayarkan atas utang kepada lembaga pembiayaan yaitu 15,99%. A.4 Pajak ( Tax ) Biaya modal berhubungan dengan beberapa faktor, antara lain yang berada diluar kendali perusahaan dan yang dipengaruhi oleh keputusan keuangan dan investasi. Salah satu faktor eksternal ialah tarif pajak. Tarif pajak merupakan komponen untuk menghitung biaya hutang. Biaya hutang setelah pajak akan menimbulkan biaya bunga yang menyebabkan penurunan biaya penghasilan. Penulis akan menghitung tarif pajak dengan menggunakan rata-rata keseluruhan pajak yang dibayarkan perusahaan. Berikut ialah tabel tarif pajak selama periode 2009 2012 Tabel 4.6 Tarif Pajak 2009 2010 2011 2012 Pajak 5,0% 11,7% 7,45% 7,45% Rata-rata Pajak 7.9% Sumber: hasil olahan data Rata-rata pajak dari tahun 2009 sampai dengan 2012 adalah 7,9%. Rata-rata pajak sebesar 7.9% akan digunakan dalam perhitungan WACC. 56

A.5 Menghitung proporsi hutang (Wd) dan modal (Ws) Biaya modal merupakan kombinasi yang berasal dari hutang jangka panjang dan laba ditahan atau ekuitas. Data yang diperlukan dalam menghitung proporsi struktur modal perusahaan ialah laporan keuangan perusahaan dalam bentuk laporan posisi keuangan selama periode 2009 2012. Hasil dari komponen modal tersebut merupakan total keseluruhan sumber pendanaan yang dimiliki PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk. Berikut ialah proporsi struktur modal perusahaan dalam bentuk hutang dan ekuitas. Tabel 4.7 Proporsi Struktur Modal 2009 2010 2011 2012 Jumlah Hutang Jangka Panjang 35.095.135.000 223.136.902.737 644.258.022.696 461.732.849.340 Jumlah Ekuitas 5.413.507.000 (8.988.905.097) 205.485.051.280 548.406.229.410 Total 40.508,642,000 214.147.997.640 849.743.073.976 1.010.139.078.750 Bobot hutang (Wd) 86,64% 104,20% 75,82% 45,71% Bobot ekuitas (Ws) 13,36% -4,20% 24,18% 54,29% Total 100% 100% 100% 100% Rata-rata Proporsi Wd 78,09% Ws 21,91% Total 100,00% Sumber: hasil olahan data 57

Dalam hasil perhitungan tahun 2009 diperoleh proporsi struktur modal perusahaan terdiri dari 86,64% hutang dan 13,36% ekuitas. Hal ini menunjukkan bahwa PT Bina Buana Raya memiliki banyak hutang dibandingkan dengan proporsi ekuitasnya. Faktor yang menyebabkannya adalah perusahaan sedang melakukan ekspansi yang mana perusahaan menambah jumlah armada kapal dengan menambah obligasi, meminjam dana dari bank dan lembaga keuangan lainnya. Sedangkan pada tahun 2012,proporsi struktur modal mengalami perubahan yang mana nilai ekuitas lebih besar dibandingkan dengan hutang. Hal ini disebabkan laba dari operasi perusahaan selama tiga tahun berekspansi mampu menutupi hutang jangka panjang. Penulis mengambil rata-rata struktur permodalan perusahaan,yaitu 78.09% hutang dan 21.91% ekuitas selama periode 2009 2012 untuk menghitung WACC tahun 2013. A.6 Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC) Biaya modal merupakan kombinasi yang berasal dari hutang jangka panjang dan laba ditahan atau ekuitas. Setelah menentukan semua komponen WACC,yaitu rata-rata komponen biaya utang setelah pajak, biaya laba ditahan, dan proporsi struktur modal perusahaan, maka akan dapat menghitung WACC. Perhitungan WACC PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk,dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 58

Berikut Perhitungan WACC: Tabel 4.8 Weighted Average Cost of Capital BBRM WACC 2013 KETERANGAN Cost of debt (Kd) 15,99% a cost of equity (Ks) 25,22% b 1-tax 92,10% c Bobot hutang (Wd) 78,09% d Bobot ekuitas (Ws) 21,91% e WACC 17,026% ((d x (a x c))+(e x b)) Sumber: hasil olahan data Demikian hasil perhitungan WACC adalah 17,026% artinya tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor maupun kreditor atas biaya modal yang ditanamkan mereka yaitu sebesar 17,026%. Berikutnya hasil perhitungan WACC tersebut akan digunakan untuk periode estimasi tahun 2013 (forecasting). A.7 Mengestimasikan Pendapatan dan komponen FCFF tahun 2013 dengan cara forecasting Peramalan Pendapatan PT Pelayaran Bina Buana Raya Tahun 2013 Pendapatan PT Pelayaran Bina Buana Raya dapat dihitung dengan mengasumsi rata-rata tingkat inflasi dibawah 10%.Data ini diperoleh dari penetapan inflasi Bank Indonesia. Selanjutnya,tingkat inflasi akan dikalikan dengan data pendapatan yang disajikan dalam laporan keuangan tahun 2012. Prediksi pendapatan PT Pelayaran Bina Buana Raya ini, akan digunakan 59

dalam memprediksikan Free Cash Flow to Firm pada tahun 2013 dan selanjutnya dapat dibandingkan harga IPO harga saham Bina Buana Raya. Prediksi pendapatan PT Pelayaran Bina Buana Raya pada tahun 2013 adalah sebagai berikut: Estimasi Pendapatan 2013 = Rp331.819.812.850 x 110/100 = Rp365.001.794.135,00 Berdasarkan perhitungan diatas, diperkirakan nilai estimasi pendapatan tahun 2013 sebesar Rp365.001.794.135,00, artinya estimasi pendapatan 2013 terjadi peningkatan sekitar 10% dari tahun 2012 yakni sebesar Rp331.819.812.850,00. Hal ini disebabkan estimasi perhitungan menggunakan tingkat inflasi sebagai faktor yang mempengaruhi pendapatan. Perkiraan komponen FCFF 2013 Dalam memperkirakan FCFF tahun 2013, maka penulis juga melakukan peramalan untuk masing masing komponen FCFF, yaitu EBIT (1-Tax Rate). Depreciation and amortization expense, capital expenditures (CAPEX), dan change in working capital. Setiap komponen dihitung dengan cara percentage of sales method. Berikut ini adalah contoh perhitungan PSM EBIT (1-T), PSM depreciation and amortization, dan PSM Capital Expenditure, tahun 2012 yakni: 60

Komponen (a) Pendapatan (b) PSM Rate (a / b)*100% EBIT(1-T) = 112.726.502.575 Rp331.819.812.850 33.97% Depresiasi = 75.005.577.410 Rp331.819.812.850 22,60% Capital Ex = 299.873.768.770 Rp331.819.812.850 90,4% Working Cap = (98.259.581.854) Rp331.819.812.850-29,61% Berdasarkan perhitungan diatas, pada tahun 2012 PSM EBIT (1-T) sebesar 33,97%, PSM Depresiasi sebesar 22,60%,PSM CAPEX sebesar 90,4% serta PSM delta WC sebesar -29,61%. Khusus untuk working capital, dalam FCFF digunakan perubahannya (, maka dapat diketahui dengan cara mengurangkan WC tahun 2012 dan 2011. Working Capital yang digunakan dalam perhitungan FCFF yaitu non-cash working capital yang komponennya terdiri dari piutang usaha, persediaan dan hutang usaha. Hasil masing-masing persentase PSM 2012 yang diperoleh kemudian dihitung dengan menggunakan asumsi tingkat inflasi yang dikalikan dengan PSM masing- masing komponen 2012. PSM EBIT (1 T) =33.97% x 110/100 = 37,37% PSM Dep 2013 =22,60% x 110/100 = 24,86% PSM CAPEX 2013 =90,4% x 110/100 = 99,4% PSM =-29,61% x 110/100 = -32,57% 61

Berdasarkan perhitungan diatas, maka diperoleh perkiraan PSM EBIT (1-T) 2013 adalah 37,37%, PSM Depresiasi sebesar 24,86%, PSM Capex sebesar 99,4%, serta delta working capital sebesar -32,57%.Setelah diperoleh percentage of sales method masing-masing komponen, dapat dihitung estimasi komponen EBIT (1-T), depreciation and amortization, capital expenditure, dan change in working capital untuk tahun 2013 dengan perkiraan pendapatan yang telah dihitung sebelumnya. Berikut perhitungan estimasi masing-masing komponen tahun 2013 Estimasi Pendapatan Estimasi PSM Hasil EBIT (1-T) 2013 Rp365.001.794.135,00 37,37% Rp135.735.863.570,06 Dep 2013 Rp365.001.794.135,00 24,86% Rp90.756.748.666,10 CAPEX 2013 Rp365.001.794.135,00 99,4% Rp362.847.260.211,70 WC 2013 Rp365.001.794.135,00-32,57% (Rp118.894.094.043,34) Berdasarkan perhitungan diatas, hasil yang diperoleh tahun 2013 adalah untuk komponen EBIT (1-T) sebesar Rp135.735.863.570,06 atau peningkatan 21 persen dari tahun 2012, komponen depresiasi sebesar Rp90.756.748.666,10 atau peningkatan 21 persen dari tahun 2012, komponen CAPEX sebesar Rp362.847.260.211,70 atau peningkatan 21 persen untuk mendukung kegiatan ekspansi perusahaan, dan komponen perubahan working capital sebesar (Rp118.894.094.043,34) atau peningkatan 21 persen. 62

A.8 Melakukan Perhitungan FCFF Tujuan dari penggunaan FCFF yaitu untuk menentukan nilai suatu ekuitas perusahaan setelah mengurangi jumlah dari nilai kewajiban perusahaan.berdasarkan estimasi masing masing komponen FCFF yang telah dilakukan maka estimasi FCFF untuk tahun 2013 sebesar (Rp254.585.537.474) Dengan perhitungan estimasi FCFF adalah sebagai berikut: FCFF = Rp136.399.068.115 + Rp90.756.748.666 - Rp362.847.260.211,70 ( Rp118.894.094.043,34) = ( Rp254.585.537.474) Estimasi arus kas bernilai negatif tidak selalu berarti buruk. Hal ini tergantung pada sebab arus kas bebas tersebut bernilai negative. Banyak perusahaan yang pesat pertumbuhannya memiliki angka EBIT (1-t) positif tetapi FCFF negatif karena investasi pada aktiva operasi yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhannya.pt Pelayaran Bina Buana Raya melakukan pembelian kapal untuk melakukan ekspansi, hal ini yang menyebabkan pembelanjaan modal tinggi sehingga hasil FCFF bernilai negatif atau minus. A.9 Estimasi Nilai Intrinsik Saham Estimasi harga wajar saham PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk pada tahun 2013 dapat dihitung dengan mengurangi nilai perusahaan dengan nilai hutang sehingga menghasilkan nilai ekuitas. Nilai tersebut dihitung dengan cara FCFF tahun 2013 dibagi dengan pengurangan WACC dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tingkat pertumbuhan 63

ekonomi Indonesia yang digunakan adalah sebesar 6,02%. Kemudian, nilai ekuitas tersebut dibagi dengan jumlah saham yang beredar dan hasil perhitungan tersebut merupakan nilai wajar saham Pelayaran Nasional Bina Buana Raya pada akhir tahun 2013 yang akan dibandingkan dengan harga saham IPO. Berikut perhitungan nilai perusahaan tersebut ialah: Value of Firm = FCFF / ( WACC g ) = (Rp254.585.537.474)/ (17,03%-6.02%) = (2.313.197.011.896) Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai perusahaan sebesar (Rp2.313.197.011.896). Hal yang menyebabkan nilai perusahaan negatif adalah hasil prediksi FCFF 2013 bernilai negatif. A.10 Menghitung Ekuitas Setelah menghitung nilai dari perusahaan tersebut, selanjutnya yaitu menghitung nilai ekuitas. Nilai ekuitas tersebut dihitung dengan cara nilai perusahan dikurangi dengan rata-rata dari total hutang jangka panjang yaitu: Total Equity = (Rp2.313.197.011.896) - Rp338.787.649.848 = (2.651.984.661.744) Berdasarkan perhitungan tersebut, maka diperoleh nilai ekuitas sebesar (Rp2.651.984.661.744) yang berarti nilai ekuitas perusahaan mengalami defisiensi modal yang disebabkan oleh hasil perhitungan FCFF yang bernilai negatif. 64

A.11 Menghitung nilai kewajaran harga saham BBRM dan membandingkan dengan harga saat IPO Dengan mengetahui total ekuitas dengan perhitungan yang disajikan diatas,maka nilai estimasi harga wajar saham (intrinsic value) perusahaan sudah dapat dihitung. Nilai harga saham terebut diperoleh dengan membagi nilai ekuitas dengan jumlah saham yang beredar. Berikut hasil perhitungannya Nilai Intrinsik = (Rp2.651.984.661.744)/ 2.691.014.209 = (Rp985) Berdasarkan perhitungan diatas, estimasi harga wajar saham PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya pada tahun 2013 adalah sebesar Rp - 985,00. Dari hasil estimasi harga wajar saham tersebut dibandingkan dengan harga pasar untuk dinilai apakah harga saham IPO BBRM dinilai undervalued atau overvalued. Berdasarkan data yang telah dipublikasikan harga saham BBRM ketika IPO yaitu Rp230,00. Dari perbandingan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham yang diketahui, dapat dilihat bahwa penilaian harga saham BBRM pada saat IPO dinilai overvalued yaitu nilai intrinsik sebesar Rp985 kurang dari harga pasar. Hal ini disebabkan perusahaan sedang melakukan ekspansi yakni tampak dari jumlah pembelanjaan modal yang cukup signifikan meningkat. 4.2.2 Relative valuation techniques Pendekatan Relative Valuations digunakan untuk memperkirakan nilai saham dengan membandingkan harga suatu saham yang memiliki karakteristik usaha yang hampir sama seperti memperhatikan pendapatan, 65

nilai buku atau pernjualannya. Untuk menilai harga/nilai wajar saham perusahaan pelayaran tersebut akan menggunakan metode Price to Book Value ratio (PBV),Price Earning ratio (PER), Price Sales Ratio (PSR).Untuk membandingkan PBV dan PER suatu saham,sebaiknya menggunakan saham dari perusahaan sejenis di industri yang sama. 4.2.2.1 Valuasi harga saham BBRM dengan menggunakan Price Earning Ratio (PER) Dalam melakukan valuasi saham BBRM,penulis menggunakan metode PER yang telah banyak dipergunakan oleh para analisis pasar saham. Dalam menghitung PER atau P/E rasio, komponen yang digunakan dalam metode ini adalah harga saham setiap perusahaan dibagi dengan total saham dilusian yang beredar. Penulis menggunakan metode PER untuk menghitung harga saham dan membandingkan harga saham dengan harga pasar. Harga saham diperoleh dengan mengambil PER masing-masing perusahaan pembanding (TRAM, SMDR dan RIGS) melalui website resmi reuter.selanjutnya, menghitung rata-rata PER dari perusahaan pembanding. Kemudian rata-rata PER tersebut dikalikan dengan EPS Diluted BBRM. Hasil perhitungan tersebut dibandingkan harga IPO saham BBRM. Berikut gambaran dan hasil perhitungan PER: 66

Tabel 4.9 PER rata-rata Industri tahun 2012 PER TRAM 178,08 SMDR 8,92 RIGS 4,28 rata-rata PER 63,76 Sumber: Hasil olahan data Berdasarkan keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai PER yang tertinggi adalah TRAM yakni sebesar 178.08,artinya, harga pasar saham tersebut 178,08 kali lipat terhadap EPSnya.Semakin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya.sebaliknya nilai PER terendah adalah RIGS yakni sebesar 4,28 kali. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung mempunya price earning ratio yang rendah pula. Semakin rendah price earning ratio suatu saham maka semakin baik atau murah harganya untuk diinvestasikan. Price earning ratio menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan. Jadi semakin kecil nilai price earning ratio maka semakin murah harga saham tersebut untuk dibeli dan semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Hasil perhitungan PER rata- rata yang telah disajikan diatas adalah sebesar 63,76 kali yang berarti harga pasar saham tersebut 63,76 kali lipat terhadap EPSnya. 67

Setelah menghitung PER rata-rata langkah selanjutnya adalah menghitung EPS BBRM dengan membagi total laba komprensif dengan saham dilusian yang beredar. EPS merupakan gambaran mengenai sejumlah rupiah yang akan didapat oleh investor dari setiap jumlah saham yang dimilikinya. Oleh karena itu, dengan mengetahui EPS suatu perusahaan maka investor dapat menilai potensi pendapatan yang akan diterimanya.berikut perhitungannya: Menghitung EPS BBRM Total Laba Komprehensif (a) 67.758.115.480 Saham dilusian yang beredar(b) 2.691.014.209 EPS(a/b) 25,18 Berdasarkan perhitungan EPS maka diperoleh EPS BBRM sebesar 25,18, yang berarti menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasil laba untuk tiap lembar sahamnya sebesar 25,18. Selanjutnya, penulis dapat menghitung harga saham dengan memasukan komponen EPS BBRM dan PER rata rata dalam rumus Price Earning Ratio. Price Price = PER x EPS = 63.76 x 25.18 = Rp1.605,48 Berdasarkan hasil perhitungan Price Earning Ratio, maka diperoleh harga intrinsik perusahaan sebesar Rp1.605,48. Semakin besar nilai PER sebuah saham, maka semakin mahal saham tersebut. Jika dibandingkan dengan harga ada saat IPO,maka perusahaan dinilai undervalued karena nilai intrinsik lebih besar dari pada harga pasar. Hal ini disebabkan nilai PER 68

industri pembanding memiliki nilai yang cukup tinggi sehingga harga intrinsik akan terpengaruh juga. 4.2.2.2 Valuasi harga saham BBRM dengan menggunakan Price to Book Value Ratio (PBV) Dalam menilai harga/nilai wajar saham perusahaan tersebut,penulis menggunakan metode Price to Book Value ratio (PBV). Untuk membandingkan PBV suatu saham, sebaiknya menggunakan BV saham dari perusahaan sejenis di industri yang sama. Rasio atas harga pasar saham terhadap nilai bukunya (price to book value ratio / PBV ratio ) memberikan indikasi yang lain tentang bagaimana investor memandang perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian ekuitas yang relatif tinggi biasanya menjual dengan perkalian nilai buku yang lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan yang pengembaliannya rendah. Jika sebuah perusahaan memiliki tingkat pengembaliaan yang rendah atas aktivanya, maka rasio PBV-nya juga akan relative rendah terhadap rata-rata perusahaan. Rasio nilai pasar terhadap nilai buku telah dipaparkan sebelumnya di bab 2 yaitu: PBV = Harga pasar per lembar saham Nilai buku per lembar saham Price = Price Book Value x BVS Nilai buku per lembar saham dihitung dengan membagi nilai bersih (net worth) atau nilai ekuitas perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. 69

Dalam penelitian ini,penulis akan menghitung nilai buku BBRM, dan ratarata PBV industri. Langkah pertama menghitung book values share dengan membagi total asset atau net worth BBRM terhadap jumlah saham yang beredar. BV BBRM (a-b)/ c 199.79 Total Aset 2012 ( a ) 1,326,869,081,640 Total Debt 2012 ( b ) 789,238,155,600 Outstanding Share ( c ) 2,691,014,209 Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh book value per shares BBRM sebesar 199,79 yang akan digunakan untuk menghitung price dengan menggunakan rumus PBV. Langkah berikutnya ialah menghitung rata-rata PBV industri pembanding yaitu RIGS, SMDR dan TRAM. Berikut perhitungan PBV setiap perusahaan pembanding: Menghitung PBV rata - rata Industri Market Closed Price (31 Sumber: hasil olahan data Tabel.4.10 Price Book Value rata -rata SMDR TRAM RIGS desember 2012) 4.025,00 1.160,00 455,00 Total Ekuitas 2.746.515.522.520 1.306.460.785.760 967.556.315.100 Jumlah saham beredar 90.760.100 9.298.253.030 611.770.707 Book Values 30.261,27 140,51 1.581,57 PBV 0,133008315 8,255872379 0,287689375 70

Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh PBV SMDR sebesar 0.133 kali, PBV TRAM sebesar 8,25 kali serta PBV RIGS sebesar 0,28. Dalam hal ini nilai PBV yang memiliki PBV ratio terendah adalah SMDR, sedangkan PBV ratio tertinggi adalah PBV TRAM yakni sebesar 8,25 kali yang berarti semakin tinggi nilai PBV, maka semakin mahal harga sahamnya. Langkah selanjutnya adalah menghitung price BBRM dengan mengalikan book value per share dengan PBV rata- rata. PBV rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan fungsi average dalam Microsoft Excel. Berikut penyajiannya: PBV rata-rata = Average (0,133;5,25;0,28) =2,892 Perhitungan PBV BBRM PBV rata- rata Industri (a) 2,892190023 BV BBRM(b) 199,79 Price (a x b) 577,82 Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diperoleh nilai intrinsic BBRM adalah sebesar Rp 577,82. Hasil perhitungan ini akan digunakan untuk membandingkan dengan harga pasat saat ini. Jika dibandingkan maka nilai intrinsik lebih besar dari pada harga pada saat IPO sehingga dinilai undervalued. 71

4.2.2.3 Valuasi harga saham dengan menggunakan Price to Sales Ratio (PSR) Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode Price sales ratio untuk menghitung harga saham. PSR digunakan untuk menilai suatu perusahaan yang masih baru atau belum mendapatkan keuntungan. PSR diperoleh dari harga saham dibagi dengan penjualan per lembar saham.rasio ini digunakan karena angka penjualan dianggap relative dapat diandalkan. Komponen yang akan digunakan dalam metode ini adalah PSR dari masingmasing perusahaan pembanding yakni, SMDR, RIGS, dan TRAM. PSR masing-masing perusahaan kemudian diratakan. sedangkan komponen berikutnya ialah penjualan per lembar saham diperoleh dengan menghitung penjualan BBRM dibagi dengan saham yang beredar. Berikut hasil perhitungannya: Tabel 4.11 Price Sales Ratio rata-rata SMDR RIGS TRAM Stock Price 4.025,00 455,00 1.160.00 Revenue 5.937.679.760.330 869.448.614.520 526.177.703.710 Shares 90.760.100 611.770.707 9.298.253.030 Revenue per shares 65.421,70 1421,20014 56,58887772 P/S 0,061523931 0,32 20,50 Rata-rata P/S 6,960134556 Sumber: hasil olahan data 72

Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang memiliki PSR terendah adalah SMDR, sebaliknya PSR tertinggi dipegang oleh TRAM dengan nilai sebesr 20,50. Bertolak belakang dengan PER, jika PSR semakin rendah maka menunjukan semakin bagus. Dari masing-masing PSR tersebut,kemudian dirata-ratakan dengan menggunakan rumus average dalam Microsoft excel sehingga diperoleh nilai PSR rata-rata sebesar 6.96. BBRM P/S rata-rata 6,96010 Revenue 331.819.812.850 Shares 2.691.014.209,00 Revenue per shares BBRM 123,31 Selanjutnya, penulis akan menghitung penjualan per lembar saham milik PT Pelayaran Nasional Bina Buana raya. Berikut perhitungannya. Price = P/S x Penjualan per lembar saham Price = 6,96 x 123,31 = Rp858,23 Setelah diperoleh penjualan per lembar saham BBRM, langkah berikutnya adalah menghitung Price dengan mengalikan penjualan per lembar saham BBRM dengan hasil perhitungan ratarata PSR. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai intrinsic sebesar Rp858,23 73

4.3 Perbandingan Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar Saham PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk Bagian terakhir dari bab pembahasan dimaksudkan penulis memberikan perbandingan metode perhitungan nilai intrinsik manakah yang paling terbaik dengan cara membandingkan hasil valuasi berdasarkan keempat metode yang telah penulis uraikan pada paragraph sebelumnya, yakni FCFF, PER, PBV serta PSR dengan harga actual tahun 2012. Sebagaimana perhitungan fundamental saham Pelayaran Bina Buana Raya didasarkan kepada laporan keuangan tahun 2009 hingga 2012, maka penulis membandingkan dengan harga saham aktual di akhir tahun 2012.Tabel perbandingan disajikan dibawah ini: Tabel 4.12 Tabel Perbandingan Nilai Intrinsik FCFF PER PBV PSR Valuasi -985 1605.47 577.82 858,23 BBRM.JK Actual Price 230 230 230 230 overvalued Undervalued Undervalued undervalued Sumber: hasil perhitungan penulis diolah kembali Secara garis besar, metode valuasi berbasiskan price multiple yakni PER,PBV, dan PSR memberikan hasil bahwa harga pasar dan nilai intrinsik saham BBRM tidak mereflesikan nilai wajar saham perusahaan tersebut. Dari hasil olahan tersebut, nilai intrinsik lebih besar dari pada harga pasarnya, sehingga menunjukkan saham BBRM dinilai undervalued. Berdasarkan hasil penelitian maka metode PER,PBV dan PSR hanya mampu menunjukkan suatu saham dinilai murah atau mahal atau wajar, bila dibandingkan dengan perusahaan perusahaan lain yang 74

sejenis usaha dan skala bisnisnya dalam industri sejenis pada studi ini adalah pelayaran. Hasil yang diperoleh dengan metode Free Cash Flow to Firm sebagaimana diakui banyak praktisi keuangan maupun akademis (Damodaran 1996; Stowe et 2002, Stowe et al 2007) menganggap metode valuasi ini dapat diterapkan pada banyak perusahaan tanpa terlalu fokus kepada kebijakan dividen dan atau struktur modal perusahaan tersebut. Free Cash Flow juga sangat bermanfaat bagi pemilik saham minortas dimana pemegang saham tersebut dapat memperoleh nilai pasar saham yang sama dengan nilai pemegang saham pengendali.berdasarkan perhitungan dengan metode FCFF hasil yang diperoleh adalah overvalued, yang mana nilai intrinsik lebih kecil dibandingkan harga pasarnya. 4.4 Valuasi Bisnis dengan Menggunakan Metode Non Keuangan 4.4.1 Analisis SWOT Dengan mengenali kekuatan dan kelemahan yang ada serta pemahaman akan ancaman dan peluang merupakan hal yang penting dilakukan dalam menjabarkan strategi perusahaan. Hal ini terutama dimaksudkan untuk lebih mengetahui secara lebih detail terhadap lingkungan usaha masing masing secara lebih spesifik. Dalam memahami karakteristik lingkungan usahanya, diharapkan setiap bisnis unit dengan core competencies yang dimilikinya, mampu memanfaatkan setiap peluang yang timbul dan dapat mengantisipasi setiap kemungkinan buruk yang akan dihadapi oleh perusahaan. Setelah diuraikan mengenai kondisi lingkungan industri pelayaran, maka dapat disimpulkan hal hal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi perusahaan saat ini. Selanjutnya,penulis dapat merumuskan strategi strategi yang tepat dengan menggunakan diagram SWOT. 75

Hasil dari analisis diagram SWOT akan menggambarkan dan menjabarkan strategi strategi yang tepat bagi PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya,Tbk dalam mengatasi dan mengelola kelemahan serta ancaman dari pihak eksternal perusahaan dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada untuk mengambil keuntungan. A. Kekuatan ( Strenght ) Kekuatan adalah keadaan positif di dalam internal perusahaan yang dapat membantu meningkatkan daya saing perusahaan. Beberapa kekuatan yang dimiliki oleh PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk yang dapat diidentifikasi diantaranya: 1) Armada yang baru dan berkembang Armada yang masih baru ( rata rata usia kapal kurang dari lima tahun) mengurangi biaya pemeliharaan dan asuransi. Selain itu, armada juga melayani beragam industri ketergantungan pada tertentu. Perseroan memiliki kapal dengan ukuran yang bervariasi dari 240 feet jumbo, 250 feet jumbo,300 feet jumbo dan 310 feet, sehingga dapat memberikan pelayanan untuk cakupan daerah luas. Kapal Perseroan dengan ukuran 240 feet jumbo juga dilengkapi dengan pintu pendarat (rampdoor) yang memungkinkan perseroan untuk tetap dapat melakukan bongkar muat di daerah-daerah yang belum memilki pelabuhan yang permanen. 2) Memiliki Sistem Pengawasan Satelit yang canggih Dengan adanya sistem pengawasan satelit yang canggih, yang terpasang pada seluruh kapal perseroan. Perseroan dapat melacak rute dan lokasi kapal, 76

memonitor kecepatan kapal setiap saat dan memastikan bahwa jadwal waktu kedatangan kapal dapat ditepati. Sistem tersebut juga memungkinkan Perseroan untuk mengoptimalkan tingkat utilisasi kapal dan memenuhi kebutuhan pelanggan secara fleksibel dan tepat waktu, yang pada gilirannya mampu memberikan kepastian akan kelanjutan hubungan jangka panjang perseroan dengan para pelanggan.sistem pengawasan tersebut juga memampukan perseroan untuk mengetahui lokasi kapal dalam hal terjadi kasus pembajakan dan dapat mencegah setiap serangan potensial terhadap kapal perseroan, selain itu juga mengontrol pencurian bahan bakar dari kapal perseroan. 3) Manajemen Inti yang berkomimen dan berpengalaman Dipelopori oleh tim manajemen yang kompeten dan berpengalaman, dan ketajaman pengelolaan bisnis yang kuat dan hubungan jaringan kerja yang luas di Indonesia, hal ini berperan penting dalam pertumbuhan strategis dan pengembangan bisnis BBR. 4) Sinergi dengan anak perusahaan afiliasi ( Grup MPM ) Dengan adanya dukungan dari Grup MPM, perseroan dapat memperoleh armada kapal yang berkualitas dengan pengiriman yang tepat waktu.perseroan juga dapat mengawasi pelaksanaan perbaikan dan pemeliharaan atas armadanya, dan selanjutnya mengontrol biaya biaya perbaikan dan pemeliharaan dengan lebih baik. Selain itu, perseroan dapat mengatur pertumbuhan jumlah armadanya dan mengoptimumkan penggunaan sumberdaya Grup MPM yang tersediam yaitu dalam hal fasilitas 77

, peralatan dam tenaga kerja.dengan demikian.bbr mampu menyediakan jasa penyewaan kapal dan layanan pengiriman yang terintegrasi yang menghasilkan fleksibilitas operasional dan efisien untuk klien. 5) Membentuk catatan pengiriman Dengan lebih dari 13 tahun pengalaman dan keahlian, BBR telah membentuk hubungan jaringan kerja yang luas dengan klien kami. Catatan pengiriman yang dibuat dengan klien dan rekan kami adalah bukti dari layanan kualitas dan respon terhadap kebutuhan klien. 6) PT Pelayaran Bina Buana Raya memiliki reputasi yang cukup dikenal di provinsi Riau Dengan memiliki reputasi yang baik diprovinsi Riau,maka perseroan memiliki kekuatan lebih dominan dikenal oleh pelanggan. 7) Armada yang cukup untuk menunjang kegiatan usaha perseroan Perseroan memiliki armada berbendera Indoneisa sebanyak 35 kapal tunda, 32 tongkang, 1 SPB dan 3 kapal AHTS. Selain armada di atas, perseroan juga sedang melakukan pembangunan dan pengikatan atas pembangunan 4 kapal tunda, 5 tongkang dan 4 kapal AHTS tambahan. 78

B. Kelemahan (Weakness) Kelemahan adalah kekurangan atau hal-hal yang negatif yang terdapat di dalam perusahaan yang dapat mengancam menurunnya daya saing perusahaan.kelemahan yang dimiliki PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk, diantaranya: 1) Dana pengembangan terbatas Dana yang terbatas akan menghambat dalam melakukan ekspansi,maka perseroan melakukan penawaran umum untuk mendapat sejumlah dana dalam mendukung aktivitas pengembangan 2) Biaya operasional tinggi Biaya operasional yang tinggi disebabkan seiring dengan bertambahnya aset tetap perseroan berupa pembelian kapal maka terjadi peningkatan biaya diesel dan grease untuk operasi dan aktivitas pengangkutan dan penyewaan kapal,biaya gaji dan upah awak kapal, biaya gaji dan tunjangan seiring bertambahnya karyawan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan. 3) Tingginya tingkat hutang yang masih harus dibayar Tingginya hutang yang masih harus dibayar disebabkan karena perseroan melakukan ekspansi dengan menambah jumlah armada kapal perseroan dengan menambah obligasi sebesar USD20.000.000 serta peminjaman melalui bank dan lembaga keuangan lainnya. 79

4) Tingginya risiko kredit pelanggan, karena keterlambatan pembayaran atau gagal bayar pelanggannya. Tidak ada kepastian bahwa perseroan akan dapat menagih piutang tersebut pada waktunya atau seluruhnya. 5) Kurangnya sumber daya manusia yang profesional Dengan bertambahnya armada kapal,maka perusahaan wajib menambah sumber daya manusia. Jika ketersediaan jumlah sumber daya manusia berkurang maka dapat mengganggu bisnis operasional perusahaan. 6) Tidak memiliki asuransi yang cukup Dalam hal ini perusahaan harus memiliki asuransi yang memadai.mengingat risiko perusahaan yang sangat rentan terjadi yakni risiko tenggelam, kecelakaan, polusi lingkungan, bencana laut, kerusakan muatan dan properti, pemogokkan awak kapal, serta cuaca buruk. C. Peluang Peluang adalah kondisi kondisi eksternal perusahaan yang dapat membantu perusahaan mencapai daya saing strategiknya. Peluang peluang yang dapat diperoleh PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk, diantaranya adalah: 1) Regulasi pemerintah dengan diberlakukan asas cabotage Undang undang No.17 tahun 2008, dimana pengangkutan barang melalui laut wajib menggunakan kapal berbendera Indonesia, terutama untuk sektor penunjang usaha hulu dan hilir minyak dan gas bumi. Pelaksanaan asas cabotage menyebabkan keberadaan kapal berbendara asing menjadi sangat terbatas dan membuka peluang bagi perusahaan pelayaran nasional. 80

Selain itu, pembatasan ini bertujuan untuk mendukung pelayaran nasional agar dapat berkembang,serta merupakan upaya pemerintah untuk mengurangi devisa yang keluar akibat pembayaran sewa kepada kapal berbendera asing. 2) Regulasi pemerintah dengan diberlakukan Perpres No.36 tahun 2010 tentang daftar negatif investasi membatasi kepemilikan modal asing pada bidang usaha angkutan laut dalam negeri dan luar negeri Indonesia sampai dengan 49%. Dengan peraturan tersebut berdampak positif pada prospek pertumbuhan bisnis perseroan karena tingkat kompetisi dapat diminimalkan khususnya dari pihak asing. 3) Potensi pasar di dalam negeri yang mana kondisi geografi Indonesia sangat mendukung industri jasa pelayaran angkutan barang barang curah antara lain batu bara, nikel dan batu split, serta jasa minyak dan gas bumi lepas pantai.indonesia sebagai Negara kepulauan dengan sekitar 13.000 pulau memiliki garis pantai sepanjang sekitar 104.000 km, yang menjadikannya sebagai Negara maritime. Luas laut di Indonesia mencapai 2,54 jta km 2, yang terdiri atas 0,28 juta km 2 perairan teritiorial, 0,28 juta km 2 perairan pedalaman dan kepulauan, serta 2,98 juta km 2 zona ekonomi ekslusif (Sumber: Perkembangan beberapa indicator utama sosial ekonomi Indonesia, Biro Pusat Statistik, Agustus 2012). Jumlah pulau tersebut berdasarkan hasil survey dan verifikasi yang dilakukan oleh kementerian Kelautan dan Perikanan dan Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.Sebagai Negara maritime yang mempunyai wilayah 81

perairan yang cukup luas,indonesia memerlukan sarana transportasi kapal untuk menjangkau pulau pulau dan menghubungkan daratan yang satu ke daratan lainnya. Oleh karena itu, peran kapal sangat dibutuhkan tidak hanya sebagai sarana transportasi tetapi juga untuk sistem pertahanan di wilayah Indonesia. 4) Semakin berkembangnya teknologi akan membantu perusahaan,yakni dengan adanya teknologi baru atau kapal kapal cepat yang baru akan memperoleh kemudahan dan membantu lebih cepat dalam menjalankan aktivitas perusahaan tersebut. D. Ancaman Ancaman adalah suatu kondisi eksternal perusahaan yang dapat mengganggu perusahaan dalam meningkatkan daya saing.ancaman yang dihadapi oleh PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya diantaranya adalah: 1) Perseroan bergerak dalam industri yang kompetitif Industri penyewaan kapal merupakan industri yang terfragmentasi dengan banyak penyedia jasa, pemilik dan operator kapal skala besar maupun kecil. Para pesaing perseroan maupun pendatang baru dapat memiliki biaya operasional yang lebih rendah dan akses keuangan, teknologi dan sumber daya lain yang lebih baik dari perseroan. Pesaing lain yang memiliki sumber daya dan kemampuan dibawah perseroan dapat berkompetisi dengan menawarkan harga yang lebih agresif untuk mendapatkan pangsa pasaer dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Jika pesaing perseroan dapat memberikan tingkat layanan yang sebanding dengan 82

harga yang lebih rendah dan atau waktu persiapan yang lebih pendek, perseroan mungkin harus menurunkan harga sewanya untuk mendapatkan kontrak, yang akan berakibat pada marjin keuntungan yang lebih rendah. Selain itu, perseroan dapat kehilangan kontrak yang sedang diprospeknya. 2) Kondisi kurs mata uang yang fluktuasi Sebagian besar dari pendapatan perseroan diterima dalam USD dan sisa dalam Rupiah dan SGD, sementara sebagian besar biaya operasional adalah mata uang rupiah. Di samping itu, terdapat pinjaman perseroan adalah dalam mata uang SGD dan selain dari pinjaman perseroan yang sebagian besar dalam mata uang USD. Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap USD dan SGD secara signifikan dapat mempengaruhi posisi dan kinerja keuangan perseroan secara negatif. 3) Harga bahan bakar yang fluktuasi Harga dan pasokan bahan bakar tidak dapat diprediksi dan berfluktuasi diluar kendali perseroan.kenaikan harga bahan bakar akan mempengaruhi kegiatan usaha perseroan,terutama pada kontrak sewa pengangkutan (voyage charter) dimana perseroan menanggung seluruh biaya operasional kapal termasuk bahan bakar. Jika perseroan tidak dapat membebankan kenaikan harga bahan bakar kepada pelanggan, tingkat keuntungan yang diterima akan berkurang dan karenanya kinerja keuangan perseroan akan dipengaruhi secara negatif. 83

4) Adanya bencana alam seperti kebakaran, ledakan, tenggelamnya kapal, tabrakan, atau bencana laut lainnya, polusi lingkungan, kerugian atau kerusakan muatan dan properti dan gangguan terhadap kegiatan operasional karena gangguan mekanis,kesalahan manusia,aksi politis,pemogokan awak kapal,kondisi cuaca buruk dan hal lain. Situasi tersebut akan menimbulkan akibat yang negatif terhadap citra perusahaan dan kinerja keuangan. 4.4.2 Diagram SWOT Berdasarkan penjelasan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut maka dapat diambil kesimpulan untuk menghadapi ancaman dan kelemahan dengan menggunakan kekuatan dan peluang yang dimiliki, PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk, melakukan strategi strategi bisnis dalam menciptakan keunggulan kompetitifnya, Tabel 4.13 Diagram SWOT PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk Internal Factors (IFAS) External Factors (EFAS) STRENGHT: - Armada yang baru dan berkembang - Memiliki Sistem Pengawasan Satelit yang canggih - Manajemen Inti yang Kompeten dan WEAKNESS: - Dana pengembangan terbatas - Biaya operasional tinggi - Tingginya tingkat hutang yang masih harus dibayar 84

Berpengalaman - Sinergi dengan anak perusahaan afiliasi - PT Pelayaran Bina Buana Raya memiliki brand yang cukup dikenal di provinsi - Kurangnya sumber daya manusia yang professional - Tidak memiliki asuransi yang cukup untuk menjamin biaya yang mungkin terjadi OPPORTUNITIES - Regulasi pemerintah dengan diberlakukan asas cabotage - Potensi pasar Riau 1) Fokus dalam penyewaan kapal tunda dan tokang kepada perusahaan yang bergerak dalam industri pertambangan,pelayaran, konstruksi,infrastruktu 1) Meningkatkan efisiensi biaya perseroan dengan mempertahankan utilisasi kapal yang tinggi,pemeliharaan armada dan perawatan harian atas armada kapal di dalam r dan reklamasi pantai. 2) Modernisasi dan negeri Hal ini bertujuan agar penambahan kapal - Semakin berkembangn ya teknologi basis pelanggan perseroan lebih luas dan terdiversifikasi. 2) Mencari pelanggan baru di bagian Indonesia timur melalui intensifikasi kapal baru dengan teknologi yang diperlukan dalam industri minyak dan gas bumi lepas pantai. 3) Fokus pengembangan usahanya pada sektor 85