BAB I PENDAHULUAN. (JBE), hlm Dani Mohamad Dahwilani, Pertumbuhan Ritel Indonesia Peringkat 12 Dunia,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

BAB I PENDAHULUAN. ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan maka perlu mempelajari karakteristik yang dimiliki konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ritel Global (GRDI) 2015 yang dirilis AT Kearney. Ini adalah tingkat

BAB I PENDAHULUAN. sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan ekonomi di Indonesia meningkat sangat

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Melihat kondisi tersebut pebisnis semakin dituntut untuk menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia kuliner di Jakarta sudah sampai pada titik yang mengesankan dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bertahan dan memenangkan persaingan di dalam bisnis ritel. bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagian besar konsumen Indonesia memiliki karakter unplanned.

BAB I PENDAHULUAN. retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan menjadikan persaingan bisnis lebih ketat. Perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengusaha baru yang masuk ke bisnis ritel, baik dalam skala kecil

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin meningkat dan beragam seiring dengan perkembangan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. aktivitas pejualan barang atau jasa yg dilakukan secara langsung untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 ( 8/10/2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. macam kegiatan pemasaran yang tidak lepas dari perilaku konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kunci utama dalam memenangkan persaingan. harus mengkaji sikap konsumen terhadap produk yang dihasilkan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Judul : Analisis Pengaruh Store Atmosphere dan Sales Promotion Terhadap Emotional Shopping dan Impulse Buying Behavior (Studi pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Saat ini, fenomena pemasaran telah mengalami banyak perubahan mulai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kehidupan konsumtif di era modern saat ini semakin menjadi gaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis eceran (retailer business) yang ada di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk lebih cerdas mempertahankan pasarnya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berjenis mall, boutique, factory outlet, clothing, distro, telah menjadikan bisnis ini

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan modern seperti minimarket,

BAB I PENDAHULUAN. Ritel adalah sebuah set aktivitas bisnis untuk menambahkan nilai pada produk

I. PENDAHULUAN. Saat ini, teknologi telah memegang peranan yang signifikan dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menerima produk/jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Oleh karenanya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan seperti department store, factory

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Kondisi ini menuntut setiap perusahaan untuk mampu bersaing dengan perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Konsumen di masa sekarang semakin menuntut banyak hal terhadap produk

PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO)

BAB I PENDAHULUAN. besar dan memenangkan persaingan bisnis. Banyak bisnis didirikan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan. Hal tersebut membuat masing-masing perusahaan berusaha

BAB I PENDAHULUAN. dari adanya ritel-ritel modern seperti mini market (Indomart, Alfamart, Cer ia

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan melayani kebutuhan konsumen secara memuaskan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

PENGARUH VARIABEL RETAIL MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI RITA PASARAYA KEBUMEN. Oleh: Didik Darmanto Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Loyalitas pelanggan merupakan bagian penting bagi suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mudah, fasilitas, dan pelayanan yang memadai. menjadi ancaman bagi peritel lokal yang sebelumnya sudah menguasai pasar.

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel modern merupakan industri yang memiliki kinerja yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang relatif mudah untuk dimasuki sehingga tidak heran belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kota Surabaya saat ini banyak dipenuhi dengan bangunan-bangunan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat kota-kota besar. Untuk memenuhi keinginan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. para peritel asing. Salah satu faktornya karena penduduk Indonesia adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel modern sendiri yang baru lahir (Utami, 2006:4).Meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

I PENDAHULUAN. Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif

BAB I PENDAHULUAN. 1 Supirman, Pengaruh Kelengkapan Produk, Harga Dan Lokasi Terhadap Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa untuk menarik simpatik masyarakat. Banyaknya usaha-usaha

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. berupa pusat-pusat pertokoan, plaza, minimarket baru bermunculan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri ritel di Indonesia cukup menarik bagi pendatang baru dimana pasar yang ada saat ini cukup potensial melihat peningkatan ekonomi dan peningkatan jumlah penduduk Negara. 1 Di era globalisasi ini, Peningkatan ekonomi hampir di alami sebagian besar negara-negara belahan dunia, diantaranya Indonesia. Peningkatan ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan. Indonesia berada di peringkat 12 dunia dalam Indeks Pembangunan Ritel Global (GRDI) 2015 yang dirilis AT Kearney. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia dalam indeks sejak 2001. Meskipun sedikit mengalami penurunan penjualan ritel per kapita tahun lalu, total penjualan ritel tumbuh 14,5%. Sektor ini turun pada awal tahun ini, tetapi ritel terus ditarik penduduk Indonesia yang besar dan pertumbuhan kelas menengah. Karney mencatat pasar ritel di Indonesia saat ini mencapai USD 326 miliar atau senilai Rp. 4.306 triliun. 2 Perkembangan bisnis ritel di Indonesia memunculkan persaingan di antara para peritel. Para peritel berlomba-lomba untuk meningkatkan omset penjualan disetiap periodenya. Omset penjualan didapat dari kegiatan belanja atau pembelian yang dilakukan oleh konsumen dan juga pelanggan dalam toko tersebut. Adanya persaingan tersebut, peritel tentu harus menerapkan strategi pemasaran. Salah satu strategi pemasaran yaitu tertuju pada impulsife buying atau pembelian impulsif. 3 Perilaku pembelian yang tidak direncanakan ( unplanned buying) atau pembelian impulsif merupakan sesuatu yang menarik bagi produsen maupun pengecer, karena 1 Euis Soliha. 2008. Analisis Industri Ritel di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), hlm. 128-142 2 Dani Mohamad Dahwilani, Pertumbuhan Ritel Indonesia Peringkat 12 Dunia, http://ekbis.sindonews.com, diakses pada tanggal 5 Juli 2016. 3 Dewa Ayu Taman Sari dan Alit Suryani, Pengaruh Merchandising, Promosi Dan Atmosfir Toko Terhadap Impulse Buying. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), hlm. 852 1

2 merupakan pangsa pasar yang besar dalam pasar modern. Tentunya fenomena pembelian impulsif merupakan sesuatu yang harus diciptakan. Menciptakan ketertarikan secara emosional dan spontan diibaratkan seperti memancing gairah konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi sebuah produk tertentu. Konsumen yang tertarik secara emosional seringkali tidak lagi melibatkan rasionalitas dalam proses pengambilan keputusan. Pembelian impulsif merupakan pembelian yang tidak rasional dan pembelian yang cepat serta tidak direncanakan, diikuti dengan adanya konflik fikiran dan dorongan emosional. 4 Salah satu penyebab terjadinya pembelian impulsif ialah pengaruh stimulus dari tempat belanja tersebut. Lingkungan stimulasi termasuk dalam rangsangan eksternal dimana rangsangan eksternal pembelian impulsif mengacu pada rangsangan pemasaran yang dikontrol dan dilakukan oleh pemasar melalui kegiatan merchandising, promosi, dan penciptaan suasana lingkungan toko. 5 Pembelian impulsif merupakan aspek penting dalam perilaku konsumen dan konsep yang vital bagi peritel. Diperkirakan keputusan pembelian di supermarket dilakukan di dalam toko dengan lebih dari 50 persen merupakan pembelian tidak terencana sebelumnya, hal ini menerangkan bahwa tidak di pungkiri pembelian tidak terencana yang dilakukan oleh pelanggan ikut berkontribusi dalam omset penjualan yang didapat oleh suatu toko tersebut.6 Sebagai contoh bisnis ritel yang menerapkan strategi impulsif buying melalui kegiatan merchandising, promosi, dan penciptaan suasana lingkungan toko yaitu Alfamart dan Indomart. Dengan strategi itu kedua ritel tersebut mampu berkembang dan memiliki cabang yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Bersamaan dengan berkembangnya bisnis ritel yang begitu pesat, memicu munculnya peritel baru. Akan tetapi hanya beberapa peritel yang mampu 4 Verplanken & Herabadi, Individual differences in impulse buying tendency: Feeling and No Thinking, European Journal of Consumer Research, 2001, hlm. 253 5 Dewa Ayu Taman Sari dan Alit Suryani, loc. Cit. 852 6 Hatane Samuel, Pengaruh Stimulus Media Iklan, Uang Saku, Usia dan Gender Terhadap Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif (Studi Kasus Produk Pariwisata). Jurnal Manajemen Pemasaran Universitas Kristen Petra, vol 2(1), 2007, hlm. 31-34

3 bersaing dan bertahan melawan hegemoni kedua ritel di atas, seperti UD. Adijaya yang berada di Jepara. UD. Adijaya merupakan salah satu bisnis ritel yang awalnya hanya berada di Desa Teluk Wetan Kecamatan Welahan. Namun sekarang berkembang sehingga memiki 4 cabang yang tersebar di beberapa kecamatan di Kota Jepara, diantaranya: Kecamatan Welahan, Kecamatan Mayong, dan Kecamatan Kalinyamatan. Seiring terus meningkatnya perkembangan bisnis ritel UD. Adijaya ditengah keberadaan bisnis ritel Alfamart dan Indomart, masyarakat sekitar rata-rata justru lebih memilih berbelanja di UD. Adijaya dari pada bisnis ritel lain termasuk Alfamart dan Indomart. Secara global hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya pengunjung setiap harinya yang lebih memilih pergi ke UD. Adijaya. Kebanyakan dari mereka datang hanya untuk melihat-lihat, tapi pada akhirnya kebanyakan dari mereka membeli produk dari UD. Adijaya. Tabel 1.1 Data Penjualan UD. Adijaya Teluk Wetan Jepara 7 No Bulan Omzet 1. Juni Rp 450.000.000 2. Juli Rp 440.000.000 3. Agustus Rp 420.000.000 4. September Rp 400.000.000 5. Oktober Rp 380.000.000 6. November Rp 350.000.000 Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan penjualan pada bulan Juni hingga bulan November. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa penurunan penjualan diduga menjadi akibat dari penurunan pembelian secara impulse buying. Salah satu faktor belanja impulsif adalah emosi dari para konsumen saat berbelanja. Menurut Christina 2016. 7 Dokumen Keuangan UD. Adijaya Teluk Wetan Jepara, dikutip pada tanggal 7 Juli

4 Whidya Utami, karakteristik konsumen seperti faktor demografi konsumen, kepribadian konsumen dan kesenangan berkunjung ke tempat belanja semuanya mempengaruhi pembelian impulsif, selain itu karakteristik display tempat belanja terbukti menstimulasi tejadinya pembelian impulsif. 8 Agar pembelian impulsif ini semakin mampu mendorong konsumen untuk terus melakukan pembelian, maka diperlukan suatu rangsangan atau stimulus, salah satunya melalui merchandising. Dalam teori bauran pemasaran, sebagaimana disebutkan oleh Ma ruf, terdapat 6 (enam) unsur strategi bauran pemasaran dalam konteks bisnis ritel yaitu lokasi, merchandise, harga, periklanan dan promosi, atmosfer gerai, dan pelayanan ritel. Keenam unsur bauran pemasaran ritel berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup perusahaan dan dapat dipakai untuk menciptakan nilai tambah perusahaan dibandingkan para pesaingnya. 9 Utami mengungkapkan salah satu penyebab terjadinya pembelian impulsif merupakan pengaruh stimulus dari lingkungan gerai. Kegiatan promosi dan penciptaan suasana toko dapat membentuk emosi positif pada konsumen sehingga dapat mendorong keinginan konsumen untuk melakukan pembelian. 10 Kecondongan sifat afektif seseorang dan reaksi pada lingkungan yang mendukung seperti ketertarikan pada item barang ataupun adanya promosi penjualan, dapat mendatangkan emosi positif dari sebelum terjadinya mood seseorang. Dalam kondisi ini promosi penjualan ( sales promotion) merupakan salah satu elemen dari marketing mix menjadi sangat penting. Kenyataan ini membuat promosi penjualan beraneka ragam. Bentuk promosi penjualan untuk meningkatkan penjualan di toko adalah diskon harga, hadiah gratis, dan banded atau penjualan bersama-sama ( bundling). Namun dalam berjalannya bentuk-bentuk asli promosi penjualan berkembang dan mengalami modifikasi. Tujuan dari promosi penjualan ini tentunya 8 Christina Whidya Utami, Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi Operasional Bisnis Ritel Modern di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 2010, hlm. 68. 9 Hendri Ma ruf, Pemasaran Ritel, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006, hlm. 113. 10 Christina Whidya Utami, Op.Cit., hlm. 69.

5 meningkatkan volume penjualan jangka pendek untuk perusahaan dengan menciptakan tampilan dan aktivitas yang menarik dan menimbulkan impulse buying. Keuntungan lainnya yang bersifat jangka panjang adalah mendorong prilaku seseorang untuk mencoba suatu produk atau jasa untuk membuat konsumen menjadi pelanggan jangka panjang dan membina hubungan dengan perusahaan. 11 Perilaku berbelanja tersebut menjadi bahan yang menarik untuk diteliti, sebagaimana konsumen saat ini memaknai kegiatan belanja bukan hanya membeli sesuatu untuk memenuhi kebutuhan melainkan banyak faktor yang dapat membuat konsumen yang awalnya tidak ingin membeli menjadi ingin membeli. Penelitian ini menjadi penting untuk diteliti guna mengetahui pengaruh merchandising, promosi dan atmosfer toko terhadap pembelian impulsif. Penulis beranggapan bahwa UD. Adijaya menerapkan strategi bauran pemasaran ritel dengan menerapkan merchandising, promosi, dan atmosfer toko dalam menciptakan pembelian impulsif untuk mampu berkembang di tengah persaingan bisnis ritel yang begitu ketat, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan suatu penelitian menganalisis sejauhmana merchandising, promosi, dan atmosfer toko mempengaruhi pembelian impulsif konsumen UD. Adijaya. Hal tersebut yang menjadi latar belakang penulis melakukan penelitian dengan memilih judul Analisis Pengaruh Merchandising, Promosi, dan Atmosfer Toko Terhadap Pembelian Impulsif (Studi Pada UD. Adijaya Teluk Wetan Jepara). B. Batasan Masalah Penelitian ini penulis membatasinya pada ruang lingkup penelitian sebagai berikut: 1. Penulis menekankan pada permasalahan yang berkaitan dengan Merchandising, Promosi, Atmosfer toko, dan pembelian impulsif. 17. 11 Julian Cummins dan Roddy Mullin, Sales Promotion, Jakarta, PPM, 2004, hlm.

6 2. Merchandising merupakan pengadaan dan penanganan barang dalam jenis, harga, jumlah, waktu, dan tempat. 3. Promosi merupakan kegiatan pengkomunikasian untuk memberikan informasi kepada orang-orang tentang produk yang ditawarkan sehingga konsumen tertarik untuk membeli produk atau jasa. 4. Atmosfer toko merupakan salah satu cara untuk meningkatkan citra perusahaan serta menimbulkan kesan yang menarik, menyenangkan dan mempengaruhi emosi konsumen untuk melakukan pembelian. 5. Pembelian impulsif merupakan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya, penuh dorongan yang kuat untuk membeli sesuatu dengan segera dan tiba-tiba sebelum memasuki toko. 6. Obyek penelitian ini adalah konsumen yang pernah berbelanja di UD. Adijaya. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah merchandising berpengaruh terhadap pembelian impulsif di UD. Adijaya? 2. Apakah promosi berpengaruh terhadap pembelian impulsif di UD. Adijaya? 3. Apakah atmosfer toko berpengaruh terhadap pembelian impulsif di UD. Adijaya? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui pengaruh merchandising terhadap pembelian impulsif di UD. Adijaya. 2. Untuk mengetahui pengaruh promosi terhadap pembelian impulsif di UD. Adijaya.

7 3. Untuk mengetahui pengaruh atmosfer toko terhadap pembelian impulsif di UD. Adijaya. E. Manfaat Penelitian Dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1. Manfaat Teoretis a. Mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan ekonomi, khususnya ekonomi islam mengenai pembelian impulsif. b. Sebagai bahan dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai pembelian impulsif. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh perusahaan dalam merencanakan faktor-faktor yang menyebabkan pembelian impulsif. b. Bagi konsumen diharapkan dapat memahami adanya keputusan yang akan diambil dalam membeli suatu desain produk yang diinginkan. F. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai skripsi yang akan penulis susun, maka akan dikemukakan sistematika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, batasan penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang pengertian pembelian impulsif, merchandising, promosi, atmosfer toko, penelitian terdahulu, kerangka berpikir, dan hipotesis.

8 BAB III BAB IV BAB V : METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis dan pendekatan penelitian, populasi, sampel, teknik pengambilan sempel, metode pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional, dan teknis analisis data. : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang gambaran umum obyek penelitian, hasil penelitian, pembahasan, dan implikasi penelitian. : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, saran, dan penutup