BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

dokumen-dokumen yang mirip
BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (1-13)

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Maret 2014 THE ABILITY TO CHANGE ACTIVE SENTENCE INTO PASSIVE SENTENCE STUDENT CLASS X MA GISTING

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

Penguasaan Kelas Kata Bahasa Indonesia. Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 18 Padang. Sri Fajarini. Mahasiswa Universitas Andalas)

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

FUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI DAN TANDA BACA DALAM TEKS LHO PADA SISWA SMA KELAS X

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

ANALISIS TATA KALIMAT BAHASA MELAYU SUBDIALEK TAMBELAN KABUPATEN BINTAN ARTIKEL E-JOURNAL

KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA TUTURAN SISWA KELAS I SDN KESATRIAN 1 MALANG DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR

PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini

PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH MOMON PRATAMA NPM.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT DALAM KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 15 KERINCI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik.

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.

ANALISIS FITUR KEBAHASAAN DALAM TEKS ULASAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar

BAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG

ANALISIS BENTUK PASIF PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI MEI 2013

Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional. Oleh: Tatang Suparman NIP

RINGKASAN PENELITIAN

ANALISIS KATA KETERANGAN MODALITAS DALAM KOLOM OPINI HARIAN SERAMBI INDONESIA M.

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

Jurnal Sastra Indonesia

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

Analisis Kontaminasi Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia dalam Iklan Surat Kabar Tribun BATAM Tanggal 17 Januari serta 5 Februari 2015

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran

PENGGUNAAN BAHASA DALAM TEKS DESKRIPSI KARYA SISWA KELAS VII.6 SMP NEGERI 25 PADANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

BAB II LANDASAN TEORI

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

ANALISIS KESALAHAN STRUKTUR KALIMAT PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau

ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG

KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGGUNAKAN PREPOSISI PADA KARANGAN EKSPOSISI KELAS X DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN

Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK

ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK TAMBELAN KABUPATEN BINTAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA DALAM PEMAKAIAN BAHASA INGGRIS PADA WACANA TULIS SISWA

Transkripsi:

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND SELATAN Mahmud Mushoffa E-mail: mahmudmushoffa@gmail.com Imam Suyitno E-mail: Imam.suyitno.fs@um.ac.id Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang ABSTRAK: Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perilaku bentuk verba dalam kalimat bahasa Indonesia tulis siswa Sekolah Arunsat Vitaya, Pattani, Thailand Selatan. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan pendekatan kajian teks. Berdasarkan hasil temuan penelitian, ditemukan: (1) bentuk verba sebagai verba utama; (2) bentuk verba sebagai adverbia pendamping verba utama; (3) bentuk verba sebagai perluasan nomina; dan (4) bentuk verba sebagai preposisi dalam sebuah kalimat. Dari hasil temuan tersebut, ketiadaan verba yang berfungsi sebagai verba utama, adverbia dari verba utama, perluasan nomina, dan preposisi berpengaruh pada pemenuhan kelengkapan unsur wajib sebuah kalimat. Hal ini tergantung verba apa yang digunakan. Kata kunci: perilaku, bentuk verba, dan kalimat bahasa Indonesia ABSTRACT: The study purpose is to describe the function of verbs in Indonesia sentence of Arunsat Vitaya School Students, Pattani, Southern Thailand. The study is qualitative research. The research approach uses the study of text. Based on the studies are found: (1) verb forms as a main verb; (2) verb forms as a adverbial of main verb; (3) verb forms as a extension of nominal; and (4) verb form as a preposition in a sentence. Based on the result of study, nothingness of verb which serves as a main verb, adverbial of main verb, extension of nominal, and preposition does not always eliminate compulsory elements of a sentence. This depend in the verb used. Keywords: function, verb, and Indonesian sentence Dalam belajar bahasa Indonesia, siswa sekolah Arunsat Vitaya, Pattani, Thailand Selatan termasuk pelajar asing. Sebagai pelajar asing, siswa Arunsat 14

15 memiliki latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda dengan budaya bahasa Indonesia yang dipelajarinya. Suyitno (2017) menjelaskan bahwa perbedaan latar belakang tersebut menyebabkan perbedaan strategi belajar yang digunakan pelajar asing dalam belajar bahasa Indonesia. Pengajar bahasa Indonesia untuk penutur asing perlu memahami perbedaan strategi belajar tersebut karena pemahaman ini dapat menjadi faktor penting yang dapat mengarahkan pengajar dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah Arunsat Vitaya, Pattani, Thailand Selatan dilakukan secara formal di dalam kelas bahasa. Pembelajaran yang demikian ini oleh Suyitno (2008) dikatakan sebagai pembelajaran bahasa dalam lingkungan formal. Dalam kegiatan pembelajaran, materi ajar bahasa telah dipilih dan disiapkan secara tertata dengan penonjolan pada kaidah-kaidah kebahasaan. Guru dalam pembelajaan lebih banyak menjelaskan kaidah kebahasaan. Pembelajaran bahasa untuk penutur asing berkaitan erat dengan bagaimana penutur asing menggunakan bahasa yang dipelajarinya sesuai dengan kaidah tata bahasa yang benar. Penutur asing selayaknya mendapatkan pembelajaran bahasa yang sesuai dengan tata bahasa yang benar sebelum mengenal bahasa nonformal yang perlu dikuasai. Konsep ini berangkat dari proses belajar bahasa yang dikemukakan oleh Krashen dalam Pranowo (2014: 78) bahwa kemampuan berbahasa (out put) seseorang bergantung masukannya. Jika masukannya benar, keluaran yang diproduksinya juga benar. Konsep ini disebut hipotesis input. Menjadi sebuah kebenaran ketika penutur asing ingin menguasai bahasa kedua, selayaknya mendapatkan pembelajaran bahasa yang benar sesuai dengan kaidah sebelum mengenal bahasa percakapan atau bahasa informal. Permasalahan bagaimana atau seperti apa model kalimat yang diproduksi oleh penutur asing selalu ada dalam kajian pembelajaran bahasa bagi penutur asing. Model ini bisa dilihat dari bagaimana ia menggunakan huruf yang ada untuk menuliskan sebuah kata, frasa, klausa, ataupun kalimat sesuai dengan konsep yang ada dalam pikirannya atau bagaimana cara ia menyusun sebuah kata atau frasa yang ada menjadi sebuah kalimat yang utuh sesuai dengan kaidah tata bahasa yang ada.

16 Kalimat disusun atas beberapa kata atau frasa. Dikatakan suatu kalimat ketika kalimat itu minimal terdiri atas subjek dan predikat. Jika predikatnya berupa verba trasitif, maka wajib ada objek (Soedjito, 2012: 69). Dengan demikian maka unsur wajibnya meliputi subjek, predikat, dan objek. Berdasarkan hal tersebut, muncul suatu pertanyaan tentang bagaimana kedudukan atau perilaku verba dalam sebuah kalimat yang dibentuk oleh penutur asing? Apa saja ragam bentuk verba yang diproduksi dalam kalimat bahasa Indonesia tulis penutur asing? Jawaban atas permasalahan tersebut menjadi sebuah kajian linguistik, penutur asing, yang menarik untuk dikaji. Hal ini didasarkan atas beberapa fakta dari hasil belajar yang menunjukkan bahwa distribusi verba yang diproduksi bervariasi. METODE Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan pendekatan kajian teks. Lokasi penelitian di Sekolah Arunsat Vitaya, Pattani, Thailand Selatan. Data penelitian berupa data verba. Sumber data penelitian dari hasil ujian tengah semester dan akhir semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Prosedur pengumpulan data meliputi pengumpulan karangan, penataan dokumen, membaca dokumen yang berupa tulisan siswa, dan memasukkan data pada tabel yang telah dibuat. Analisis data dilakukan dengan cara: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan simpulan. Uji keabsahan data dengan melakukan perpanjangan pengamatan. Triangulasi temuan dilakukan dengan melibatkan pakar bidang bahasa dan ahli bidang BIPA. Tahap-tahap penelitian meliputi: (1) persiapan, (2) pelaksanaan, dan (3) penyelesaian. PAPARAN DAN PEMBAHASAN Verba merupakan sebuah kata yang menggambarkan proses, perbuatan, keadaan, ataupun kata kerja dari suatu kalimat yang terbentuk. Verba atau kata kerja, pada umumnya, berfungsi sebagai predikat, dapat didahului oleh kata benda yang berfungsi sebagai subjek, dapat diikuti kata benda yang berfungsi sebagai objek

17 ataupun pelengkap, dapat didahului oleh kata seperti sudah dan sedang, dan dapat didahului oleh kata seperti silakan dan tolong (Kentjono, 2010: 31). Secara sintaksis, verba pada sebuah satuan gramatikal dapat diketahui dengan cara melihat kemungkinan kata yang dapat melekatinya ataupun sebaliknya. Kata yang dapat melekatinya yaitu partikel tidak ataupun yang setara dengannya. Sementara itu, kata yang tidak dapat melekat pada kata tersebut yaitu partikel di, ke, dari, ataupun kata yang berkelas sama dengan kata itu (Kridalaksana, 2005: 51). Verba berbeda dari yang lain terutama adjektiva. Hal ini didasarkan atas sifatsifat berikut: (a) berfungsi sebagai predikat atau sebagai inti predikat walaupun dapat juga berfungsi lain; (b) bermakna dasar perbuatan, proses atau keadaan yang bukan sifat (kualitas); dan (c) khusus verba yang keadaan tidak dapat diberi prefiks ter- yang bermakna paling (Muslich, 2014: 37). Jika dilihat dari unsur pembentuknya, ada beragam bentuk verba, diantaranya adalah bentuk verba dari bentuk dasar nomina, verba, ataupun ajektif. Jika dilihat dari fungsi pada tataran sintaksis ada beberapa peran, di antaranya verba yang berperan sebagai pelaku, verba yang berperan sebagai verba utama, verba yang berperan dalam perluasan nomina, ataupun verba yang berperan sebagai objek. Bentuk Verba sebagai Verba Utama Bentuk ini kategorisasikan menjadi verba dasar sebagai verba utama dan verba turunan sebagai verba utama dalam sebuah kalimat. Verba dasar sebagai verba utama yaitu sebuah verba asal yang tanpa hadirnya afiks memiliki makna sendiri berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat. Hal ini dapat dilihat pada beberapa kalimat berikut ini! 1. Saya datang dari To bala. (16 UTS/1/SS) 2. Adik saya makan nasi. (30 UTS/1/DM) 3. Saya pergi ke rumah Lateefah. (61 UTS/1/ASM) Pada data tersebut, verba datang, makan, dan pergi berperan menjadi verba utama dalam kalimat tunggal yang terbentuk. Ketika verba utama tersebut ditiadakan, maka akan menjadi berikut ini. 1a. Saya dari To bala

18 2a. Adik saya nasi 3a. Saya ke rumah Lateefah Berdasarkan perubahan itu, kalimat (1a) dan (3a) masih bisa diterima dan masih memenuhi unsur wajib sebuah kalimat yaitu subjek dan predikat. Namun, tidak berlaku pada perubahan yang terjadi di kalimat (2a). Kalimat tersebut jelas memiliki perbedaan makna mencolok dengan kalimat aslinya yang masih terdapat verba makan. Kalimat (2a) meskipun secara gramatikal sudah terpenuhi unsur wajib sebuah kalimat, subjeknya adik saya dan predikatnya nasi, namun hal itu menyalahi keberterimaan pikiran logis. Verba turunan sebagai verba utama yaitu sebuah verba turunan yang berfungsi sebagai predikat atau verba utama dalam sebuah kalimat. Verba turunan ini dikategorisasikan menjadi verba turunan yang berasal dari bentuk dasar verba, nomina, dan adjektiva. Ketiganya sama-sama menduduki peran sebagai verba utama dalam sebuah kalimat yang diproduksi. Verba turunan dari bentuk dasar nomina sebagai verba utama adalah sebuah verba turunan yang berasal dari bentuk dasar nomina menduduki sebuah fungsi verba utama pada kalimat yang terbentuk. Perhatikan beberapa contoh berikut ini! 4. Saya berusaha menghafal Alquran. (14 UTS/1/SS) 5. Saya membentu(membantu) orangtua. (15 UTS/1/SS) 6. Saya melihat orang makan. (80 UTS/2/HWT) Verba menghafal, membantu, dan melihat pada data tersebut berperan sebagai verba utama dalam sebuah kalimat. Ketika verba tersebut dihilangkan, kalimat tersebut akan tidak berterima. Perhatikan perubahan berikut ini! 4a. Saya berusaha Alquran 5a. Saya orangtua 6a. Saya orang makan Kalimat (4a) tidak berterima ketika kehilangan verba menghafal. Begitu juga dengan halnya pada kalimat (6a). Namun berbeda dengan yang terjadi pada (5a) dan (6a), kalimat tersebut masih memiliki kelengkapan unsur sebuah kalimat, subjek dan predikat, akan tetapi maknanya sudah berubah total dari kalimat semula. Subjek pada

19 (5a) yaitu saya dan predikatnya orangtua. Kalimat ini merupakan kalimat nominal. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa selain kata kerja atau verba (Putrayasa, 2012: 83). Berbeda dengan kalimat asalnya (5) yang merupakan kalimat verbal karena masih terdapat verba utama berupa membantu. Kalimat verbal merupakan kalimat yang predikatnya berupa kata kerja (Putrayasa, 2012: 75). Verba turunan dari bentuk dasar nomina sebagai verba utama adalah verba turunan yang berasal dari proses gabungan prefiks dan bentuk dasar nomina yang berperan sebagai verba utama dalam sebuah kalimat. Perhatikan beberapa contoh berikut ini! 7. Adik saya menangis sangat kuat. (17 UTS/1/SS) 8. Kawan saya menyapu di dalam kelas. (127 UTS/2/ALW) 9. Saya berpikir cara membuat makanan. (86 UTS/2/NSN) 10. Fatimah mengatakan bahwa kemarin hujan lebat. (77 UTS/2/ANS) Verba menangis, menyapu, berpikir, dan mengatakan merupakan verba utama masing-masing kalimat pada data tersebut. Kalimat tersebut akan tidak berterima ketika verba utama itu ditiadakan. Perhatikan perubahan berikut ini! 7a. Adik saya sangat kuat. 8a. Kawan saya di dalam kelas. 9a. Saya cara membuat makanan. 10a Fatimah bahwa kemarin hujan lebat. Kalimat (7a) dan (8a) masih berterima dengan dasar bahwa kalimat tersebut masih mempunyai unsur wajib dalam sebuah kalimat yaitu subjek dan predikat. Meskipun memenuhi kelengkapan unsur minimal sebuah kalimat, (7a) dan (8a) sangatlah berbeda dengan aslinya (7) dan (8). Kalimat (7a) menunjukkan bahwa pelaku adik saya memiliki sifat seperti tergambar pada deskripsi itu yaitu sangat kuat. Berbeda pada kalimat aslinya (7) yang menunjukkan bahwa pelaku adik saya sedang melakukan suatu pekerjaan yaitu menangis. Kalimat (8a) menunjukkan bahwa pelaku kawan saya sedang berada di suatu tempat yaitu di dalam kelas. Berbeda pada kalimat aslinya (8) yang menyatakan bahwa pelaku kawan saya sedang melakukan suatu pekerjaan membersihkan suatu tempat. Suatu pekerjaan itu dijelaskan oleh

20 verba menyapu. Lain halnya yang terjadi pada kalimat (9a) dan (10a), kalimat tersebut tidak berterima karena menyalahi aturan kaidah bahasa Indonesia serta tidak memiliki makna. Hasil perubahan itu (9a) dan (10a) merupakan perubahan yang tidak berbentuk lagi karena tidak jelas maknanya. Verba turunan dari bentuk dasar ajektiva sebagai verba utama adalah sebuah verba turunan yang berasal dari proses gabungan afiks dan bentuk dasar ajektiva yang berfungsi sebagai verba utama dalam sebuah kalimat. Verba ini dapat dilihat pada kalimat berikut ini! 11. Saya merapikan kertas yang berserakan di atas meja. (75 UTS/2/ANS) Verba merapikan merupakan verba utama pada data tersebut. Kalimat tersebut tidak berterima ketika verba merapikan dihilangkan seperti pada perubahan berikut ini! 11a. Saya kertas yang berserakan di atas meja. Jika dianalisis berdasarkan struktur gramatikal kalimat tersebut, subjeknya adalah saya dan predikatnya adalah kertas yang berserakan di atas meja. Kalimat ini menjadi kalimat nominal, berubah dari kalimat asal (11) yang merupakan kalimat verbal (Putrayasa, 2012: 75). Perubahan itu menunjukkan bahwa verba utama sangat berpengaruh terhadap makna dan keberterimaan kalimat yang terbentuk. Bentukan Verba sebagai Adverbia Verba Utama Verba ini bisa dikatakan sebagai adverbia pendamping verba, sebuah verba yang berfungsi sebagai keterangan tambahan dari verba utama. Bentuk verba sebagai adverbia verba utama ini dibagi menjadi dua yaitu verba dasar dan verba turunan. Bentuk verba dasar sebagai adverbia pendamping verba utama dapat dilihat pada beberapa contoh berikut ini. 12. Saya suka mencuci baju. (84 UTS/2/NSN) 13. Saya suka melihat bunga. (85 UTS/2/NSN) Bentuk suka merupakan adverbia atau memberikan keterangan tambahan pada verba utama mencuci dan melihat. Kata suka memberikan keterangan tambahan bahwa pelaku saya melakukan pekerjaan sesuai dengan verba utama yaitu mencuci dan melihat dengan frekuensi tertentu. Ketika kata suka dihilangkan, bisa dilihat perubahannya sebagai berikut.

21 12a. Saya mencuci baju. 13a. Saya melihat bunga. Pada kalimat (12a) dan (13a) terlihat bahwa pelaku dalam kalimat tersebut melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan verba yang ada dengan normal tanpa adanya rasa tertentu seperti pada kalimat asalnya (12) dan (13). Kata suka bisa dipadankan dengan kata sering yang menunjukkan frekuensi suatu kerjaan tetapi ada makna tambahan yaitu rasa yang tidak biasa (Chaer, 2008: 84). Bentuk verba turunan sebagai adverbia pendamping verba utama dikategorisasikan menjadi dua yaitu bentuk verba turunan dari dasar verba dan nomina. Bentuk verba turunan dari dasar verba sebagai adverbia pendamping verba adalah sebuah bentuk turunan yang berfungsi menjelaskan atau memberikan keterangan tambahan pada verba utama. Bentuk ini dapat dilihat pada contoh berikut. 14. Saya berusaha belajar bahasa Indonesia. (7 UTS/1/PSR) Bentuk verba berusaha pada data tersebut berfungsi sebagai pemberi keterangan tambahan terhadap verba utama belajar. Hilangnya verba berusaha pada data tersebut tidak banyak mempengaruhi makna yang tersemat pada kalimat tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kata berusaha tergolong manasuka di mana hadir tidaknya kata tersebut kalimat masih berterima. Seperti apa yang ditegaskan oleh (Alwi, 2003: 37) bahwa ber- dapat bersifat wajib dan dapat juga manasuka, tergantung pada dasar yang dilekatinya. Bentuk Verba sebagai Perluasan Nomina Verba ini berperan sebagai perluasan sebuah nomina, baik nomina sebagai subjek maupun objek. Verba ini dikategorisasikan menjadi dua bentuk yaitu bentuk dasar dan bentuk turunan. Bentuk verba dasar sebagai perluasan nomina merupakan sebuah verba dasar yang bisa berdiri sendiri yang berfungsi sebagai perluasan nomina. Begitu pun dengan verba turunan yang berperan dalam perluasan nomina yang berkedudukan sebagai subjek ataupun objek. Perhatikan beberapa contoh berikut ini! 15. Saya merapikan kertas yang berserakan di atas meja. (75 UTS/2/ANS) 16. Saya merapikan benda yang duduk atas meja itu. (23 UAS/1/DM)

22 Bentuk verba berserakan dan duduk merupakan sebuah verba yang berfungsi bukan sebagai verba utama dalam sebuah kalimat, akan tetapi berfungsi sebagai unsur perluas nomina yang berada sebelumnya yaitu nomina kertas dan benda. Verba ini bersifat manasuka. Artinya ada tidaknya verba tersebut tidak berpengaruh terhadap kelengkapan unsur wajib sebuah kalimat. Bentuk Verba sebagai Preposisi Bentuk verba ini berupa verba turunan sebagai preposisi dalam sebuah kalimat. Bentuk ini dapat dilihat pada data berikut ini! 17. Saya pergi sekolah bersama teman. (1 UTS/1/LT) Bentuk verba bersama memang berkelas kata kerja, tetapi verba tersebut dalam struktur sintaksis pada data tersebut berfungsi atau berperan sebagai preposisi (Alwi, 2003: 289). Hadir tidaknya preposisi tersebut tidak berpengaruh terhadap kelengkapan unsur wajib dalam sebuah kalimat. PENUTUP Simpulan Berdasarkan pembahasan dan temuan hasil penelitian di atas, disimpulkan bahwa perilaku verba dalam sebuah kalimat bahasa Indonesia tulis siswa Sekolah Arunsat Vitaya, Pattani, Thailand Selatan ada empat jenis. Pertama yaitu bentuk verba yang berperan sebagai verba utama pada sebuah kalimat. Kedua yaitu bentuk verba yang berperan sebagai adverbia atau keterangan tambahan verba utama yang dilekatinya. Ketiga yaitu bentuk verba yang berperan sebagai peluas nomina. Keempat yaitu bentuk verba yang berfungsi sebagai preposisi. Keempat bentuk verba berserta perilakunya tersebut dikategorisasikan menjadi dua yaitu bentuk dasar dan turunan. Bentuk turunan ada yang diturunkan dari bentuk dasar verba, nomina, ataupun ajektiva. Dari pembahasan tersebut, diketahui bahwa ada beberapa kalimat tidak bermakna lagi ketika kehilangan sebuah verba seperti pada (2a), (4a), (6a), (9a), dan (10a). Selain itu, beberapa kalimat masih mempunyai kelengkapan unsur minimal sebuah kalimat berupa subjek dan predikat tetapi dari makna berbeda dengan kalimat asalnya. Hal ini tergantung verba apa yang digunakan dalam kalimat tersebut.

23 Meskipun ketika verba utama masih ada dan setelah dihilangkan verba utamanya, kalimatnya masih bermakna, kalimat itu semata-mata bukan kalimat aslinya. Bisa jadi kalimat itu berubah menjadi kalimat nominal karena hilangnya verba utama digantikan nomina yang berkedudukan sebagai verba dalam struktur gramatikal sebuah kalimat. Dengan demikian, kalimat ini akan berbeda maknanya dengan kalimat aslinya. Saran Berdasarkan simpulan hasil pembahasan dan temuan penelitian tersebut disarankan kepada pengajar untuk memperhatikan temuan-temuan penelitian tersebut dalam penyusunan materi ajar atau metode pengajaran yang akan digunakan. Hal ini akan berpengaruh terhadap kemudahan pebelajar asing untuk memahami materi secara terstruktur sesuai dengan target pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu, untuk peneliti lanjutan, peneliti dapat menjadikan hasil temuan ini untuk mengembangkan bahan ajar yang sesuai atau relevan untuk pebelajar asing serta menjadikan hasil temuan ini sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan fungsi kelas kata dalam struktur gramatikal sebuah kalimat. DAFTAR RUJUKAN Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pedekatan Proses). Jakarta: PT Rineka Cipta. Kentjono, Djoko, dkk. 2010. Tata Bahasa Acuan Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Khairah, Mitahul dan Sakura Ridwan. Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi). Jakarta: Bumi Aksara. Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Muslich, Masnur. 2014. Garis-garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama. Pranowo. 2014. Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Putrayasa, Ida Bagus. 2012. Jenis Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama. Soedjito dan Djoko Saryono. 2012. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Malang: Aditya Media Publishing.

Suyitno, Imam. 2017. Reconstruction of Basic Knowledge on Learning BIPA for Developing Professionalism of BIPA Teachers, dalam IJRDO-Journal of Educational Research, Volume-2, Issue-2, February,2017, Paper-17. Suyitno, Imam. 2008. Dimensi Teoretis dan Metodologis Belajar Bahasa Asing. Malang: Cakrawala Indonesia 24