FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN KLIEN DIABETES MELITUS DALAM MENGONTROL GULA DARAH DI POLIKLINIK INTERNA RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

PENGARUH KINERJA PERAWAT DAN PENGORGANISASIAN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP MENGGUNAKAN METODE TIM DI RSI FAISAL MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien

ANALISIS KINERJA PERAWAT PELKASANA DALAM PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANGAN RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAB. PANGKEP

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI DI RSUD KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. atraumatic care atau asuhan yang terapeutik. 500/ penduduk dengan angka kematian antara 0,6 5 %.

¹STIKES Nani Hasanuddin Makassar ²STIKES Nani Hasanuddin Makassar ³STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif,

III. METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA HARI RAWAT PASIEN DEMAM TIFOID DI RUANG RAWAT INAP RSUD PANGKEP

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tiap tahunnya. Insiden tertinggi demam thypoid terdapat pada anakanak. kelompok umur 5 tahun (Handini, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 26

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan kecenderungan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang Hemodialisa RSUD DR. M.M

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di

BAB III METODE PENELITIAN. angka kejadian tindakan secsio caesarea, tempat, dan waktu dilaksanakannya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa di negara yang sedang berkembang seperti

BAB III METODE PENELITIAN. Bolango dan waktu penelitian di laksanakan pada bulan Oktober sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

BAB III METODE PENELITIAN

Seprianus Lahal 1, Suhartatik 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

SUMMARY. Jihan S. Nur NIM :

METODE PENELITIAN. n =

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KOPING PENDERITA GASTROENTERITIS KRONIK DI RSUD. DR. HAULUSSY AMBON TAHUN *Dewiyusrianti Lina

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015

Efektifitas Kompres Hangat Dalam Menurunkan Demam Pada Pasien Thypoid Abdominalis Di Ruang G1 Lt.2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo,

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang kebidanan RSUD.Dr.M.M

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menyerang seperti typhoid fever. Typhoid fever ( typhus abdominalis, enteric fever ) adalah infeksi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ruangan Bedah Atau G2 mampu menampung klien sampai 35 Klien yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS EKONOMI DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL DI RSKD IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR

INTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Kesehatan Kartika 7

Oleh : Rahayu Setyowati

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT CUT MUTIA KABUPATEN ACEH UTARA

BAB III METODE PENELITIAN

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMUR DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan metode survei

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat

3. METODOLOGI. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Target Populasi pada penelitian ini adalah perempuan yang tinggal di daerah Paseban.

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam

Identifikasi Faktor Resiko 1

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR Siti Nasrah 1, Andi Intang 2, Burhanuddin Bahar 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3 Universitas Hasanuddin Makassar ABSTRAK Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah. Badan kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus Demam Thypoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kesembuhan pasien penderita demam typoid. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik, dengan rancangan penelitian Cohort. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang terdiagnosa menderita demam typoid di RSUD Kota Makassar. Sampel yang didapat sejumlah 15 orang, yang diperoleh dengan menggunakan teknik Aksidental Sampling. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan uji statistik Chi- Square. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan hasil uji statistic yang digunakan diperoleh nilai untuk istirahat/tirah baring (p = 0,029) atau p < α (0,05), Penanganan suhu (p = 0,009) atau p < α (0,05), dan penanganan diet (p = 0,029) atau p < α (0,05). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara istirahat/tirah baring, penanganan suhu dan penanganan diet dengan kesembuhan pasien penderita demam typoid di RSUD Kota Makassar. Diharapkan pada perawat rumah sakit agar selalu menganjurkan pada pasien penderita demam typoid untuk tetap berada dalam kondisi istirahat / tirah baring, melakukan penanganan suhu dan penanganan diet sehingga dapat mencegah terjadinya perdarahan usus yang dapat memperlambat proses penyembuhan. Kata kunci : Penderita typoid, Istirahat, Penaganan Suhu, Diet. PENDAHULUAN Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah (Widoyono, 2008). Badan kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus Demam Thypoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya. Demam Thypoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena Demam Thypoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa, dihampir semua daerah endemik insiden Demam Thypiod banyak terjadi pada usia 5-44 tahun (Hadinegoro 2011). Di Indonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300-810 kasus per 100.000 penduduk pertahun, dengan angka kematian 2%. Demam typhoid merupakan salah satu dari penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini di seluruh daerah di provinsi ini merupakan penyakit infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24 kabupaten, (Depkes RI 2011). Di Sulawesi Selatan melaporkan demam typhoid melebihi 2500/100.000 penduduk. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2007 melaporkan bahwa proporsi demam tifoid dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit yaitu 7,3 % (1.451 kasus) dari 19.856 kasus. Menurut laporan surveilans terpadu penyakit berbasis rumah sakit tahun 2008, jumlah kasus demam tifoid rawat inap yaitu 1.354 kasus dan pada tahun 2009 jumlah kasus demam tifoid rawat inap yaitu 1.321 kasus (Dinkes, 2009). Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam typhoid bila terdapat 673

demam terus menerus lebih dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari (Latif Bahtiar, 2008). Istirahat atau tirah baring dan perawatan profesional adalah bertujuan untuk mencegah komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat tidur seperti makan, minum, mandi, buang air kecil dan buang air besar akan membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian dan perlengkapan yang dipakai. Pasien demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pasien harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik RSUD Kota Makassar selama kurung waktu 2 tahun terakhir terdapat penderita demam tifoid dengan jumlah yaitu pada tahun 2011 tercatat sebanyak 260 pasien. Pada tahun 2012 mulai januari sampai oktober sebanyak 135 pasien. Dimana dengan adanya kondisi ini, maka perlu adanya antisipasi untuk mengurangi tingkat kematian akibat penyakit demam tifoid. Dengan demikian, untuk mengurangi kejadian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel Penelitian ini termasuk pada jenis penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan Kohort, yaitu penelitian yang mengobservasi variabel independen terlebih dahulu, subjek penelitian diikuti hingga periode waktu tertentu untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini yang akan dilihat adalah bagaimana hubungan antara variabel independen yaitu tirah baring, penanganan suhu badan dan pengaturan diet dengan variabel dependen yaitu proses penyembuhan pada pasien demam tifoid. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang terdiagnosa menderita demam tifoid di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makassar. Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi, (A.Aziz, 2007). Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara akcidental sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan pada saat bertemu dengan responden. Lokasi penelitian yang dimaksud adalah tempat dimana peneliti akan melakukan penelitian yaitu di ruang perawatan interna Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makassar. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Desember 2012. Pengumpulan dan pengolahan data Adapun metode pengumpulan data, yaitu : 1. Data primer Data primer merupakan data yang diambil secara langsung oleh peneliti terhadap responden. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tehnik wawancara langsung dengan kuesioner yang ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan proses kesembuhan pasien demam tifoid. 2. Data sekunder Data sekunder diambil dari bagian kepegawaian Rumah Sakit umum Daerah Kota Makassar yang digunakan sebagai data pendukung dari hasil penelitian. Sedangkan langkah-langkah pengolahan data, yaitu : 1. Editing. Setelah data terkumpul maka dilakukan pemeriksaan kelengkapan data menurut karakteristik masing-masing, mengamati apakah semua pertanyaan telah terjawab, jawaban yang ada atau tertulis dapat dibaca atau tidak, konsistensi jawaban ada/tidaknya kekeliruan lain yang mungkin dapat mengganggu proses pengolahan data. 2. Koding. Data yang telah dikumpul diberi kode atau simbol menurut pengamatan yang telah dilakukan. 3. Tabulasi. Setelah pengkodean kemudian data dikelompokkan ke dalam suatu tabel untuk memudahkan menganalisis data. 4. Evaluating Evaluating yaitu proses penilaian pada setiap jawaban yang diberikan oleh respond Analisis data Analisis data yang digunakan untuk mencari hubungan antara variabel tirah baring, penanganan suhu dan pemberian diet dengan variabel proses kesembuhan pasien demam tifoid. Uji hipotesis menggunakan Chi-Square Test, yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. 674

HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 1 Data karakteristik responden berdasarkan umur responden di RSUD Kota Makassar - Februari 2013 Umur n % 15 25 tahun 7 46.7 26 50 tahun 5 33.3 > 50 tahun 3 20 Dari tabel 1 diketahui bahwa responden yang memiliki umur paling banyak adalah umur 15 25 tahun yaitu sebanyak 7 orang (46,7 %), sedangkan yang memiliki umur paling sedikit adalah umur > 50 tahun yaitu sebanyak 3 orang (20 %). Tabel 2 Data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin responden di RSUD Kota Makassar 2013 Jenis Kelamin n % Perempuan 9 60 Laki laki 6 40 Dari tabel 2 diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 9 orang (60 %), dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 6 orang (40%). Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan istirahat/tirah baring di RSUD Kota Makassar 2013 Tirah baring n % Cukup 13 86,7 Kurang 2 13,3 Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa responden yang mendapatkan istirahat cukup yaitu sebanyak 13 orang (86,7%), sedangkan responden yang mendapatkan istirahat kurang yaitu 2 orang (13,3 %). Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan penanganan suhu di RSUD Kota Makassar 2013 Penanganan Suhu n % Baik 11 73,3 Kurang 4 26,7 Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa responden yang mendapatkan penanganan suhu baik yaitu sebanyak 11 orang (73,3 %), sedangkan responden yang mendapatkan penanganan suhu kurang yaitu 4 orang (26,7 %). Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan penanganan diet di RSUD Kota Makassar 2013 Penanganan Diet n % Sesuai Standar 13 86,7 Tdk Sesuai standar 2 13,3 Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa responden yang mendapatkan penanganan diet sesuai standar yaitu sebanyak 13 orang (86,7%), sedangkan responden yang mendapatkan penanganan diet tidak sesuai standar yaitu 2 orang (13,3 %). Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan proses kesembuhan di RSUD Kota Makassar 2013 Proses Kesembuhan n % Cepat 12 80 Lambat 3 20 Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa responden yang mendapatkan proses kesembuhan dengan kategori cepat lebih banyak yaitu 12 orang (80 %), dibandingkan dengan responden yang mendapatkan proses kesembuhan dengan kategori lambat yaitu 3 orang (20 %). 2. Analisis Bivariat Tabel 7 Hubungan Istirahat dengan proses kesembuhan pasien penderita demam typhoid di RSUD Kota Makasssar Februari 2013 Proses kesembuhan Istirahat Cepat Lambat Jumlah n % n % n % Cukup 12 80 1 6,7 13 86,7 Kurang 0 0 2 13,3 2 13,3 Jumlah 12 80 3 20 15 100 p = 0,029 Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa dari 15 responden, responden yang mendapatkan istirahat cukup dengan proses kesembuhan cepat sebanyak 12 responden (80%), sedangkan responden 675

yang mendapatkan istirahat cukup dengan proses kesembuhan lambat yaitu 1 responden (6,7 %). Tabel 8 Hubungan Penanganan suhu dengan proses kesembuhan pasien penderita demam typhoid di RSUD Kota Makasssar Februari 2013 Proses kesembuhan Penanganan Jumlah suhu Cepat Lambat n % n % n % Baik 11 73,3 0 0 11 73,3 Kurang 1 6,7 3 20 4 26,7 Jumlah 12 80 3 20 15 100 p = 0,009 Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa dari 15 responden, yang mendapat penanganan suhu baik dengan proses kesembuhan cepat terdapat 11 responden (73,3%) dan tidak terdapat responden yang mendapatkan penanganan suhu baik dengan proses kesembuhan lambat Tabel 9 Hubungan Penanganan diet dengan demam typhoid di RSUD Kota Makasssar Februari 2013 Proses kesembuhan Diet Cepat Lambat Jumlah n % n % n % Sesuai standar 12 80 1 6,7 13 86,7 Tdk sesuai standar 0 0 2 13,3 2 13,3 Jumlah 12 80 3 20 15 100 p = 0,029 Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa dari 15 responden, didapat responden yang mendapatkan penanganan diet sesuai standar dengan proses kesembuhan cepat sebanyak 12 responden (80%), sedangkan responden yang mendapatkan penanganan diet sesuai standar dengan proses kesembuhan lambat yairu 1 responden (6,7%). PEMBAHASAN 1. Hubungan Istirahat/Tirah baring dengan demam typhoid di RSUD Kota Makassar Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang mendapatkan istirahat cukup lebih banyak yaitu 13 orang (86,7%), dibandingkan dengan responden yang mendapatkan istirahat kurang yaitu 2 orang (13,3 %). Berdasarkan hasil uji Chi-square, dengan menunjukan uji Chi-square tidak memenuhi syarat, maka di ambil nilai uji Fisher Exact dan diperoleh nilai p = 0,029 dengan menunjukan p < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara istirahat / tirah baring dengan proses kesembuhan pasien penderita demam typhoid di RSUD Kota Makassar. Penelilitian ini sejalan dengan teori yang menjelaskan bahwa istirahat sepenuhnya ditempat tidur, baik itu makan, minum, mandi, buang air besar dan buang air kecil akan membantu mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus sehingga mempercepat proses penyembuhan. (Bhan, M.K, 2005). 2. Hubungan Penanganan suhu dengan demam typhoid di RSUD Kota Makassar Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang mendapatkan penanganan suhu dengan kategori baik lebih banyak yaitu 11 orang (73,3 %), dibandingkan dengan responden yang mendapatkan penanganan suhu dengan kategori kurang yaitu 4 orang (26,7 %). Berdasarkan hasil uji Chi-square, dengan menunjukan uji Chi-square tidak memenuhi syarat, maka di ambil nilai uji Fisher Exact dan diperoleh nilai p = 0,009 dengan menunjukan p < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara penanganan suhu dengan proses kesembuhan pasien penderita demam typhoid di RSUD Kota Makassar. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan (Fatmawati, 2012), tentang efektifitas penanganan suhu menggunakan kompres hangat dalam menurunkan demam pada pasien thypoid abdominalis Di Ruang G1 Lt.2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Dimana penelitiannya menunjukan bahwa penanganan suhu yang baik akan dapat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan penyakit demam thypoid dan hasil uji statistic didapatkan nilai p = 0,031. 3. Hubungan Penanganan diet dengan proses kesembuhan pasien penderita demam typhoid di RSUD Kota Makassar Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang mendapatkan penanganan diet sesuai standar lebih banyak yaitu 13 orang (86,7 %), dibandingkan dengan responden yang mendapatkan penanganan diet tidak sesuai standar yaitu 2 orang (13,3 %). Berdasarkan hasil uji Chi-square, dengan menunjukan uji Chi-square tidak memenuhi syarat, maka di ambil nilai uji Fisher Exact dan diperoleh nilai p = 0,029 dengan menunjukan p < 0,05. 676

Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara penan baringanan diet dengan demam typhoid di RSUD Kota Makassar. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hariyanti, (2008) tentang hubungan tingkat kecukupan energi dan protein dengan lama perawatan penderita demam typhoid menunjukkan bahwa tingkat kecukupan asupan energi dan protein akan mempengaruhi status gizi pasien yang kemudian akan berpengaruh pada lama masa rawat di rumah sakit. Maka terapi diet yang di berikan pada pasien demam typhoid di sesuaikan dengan penyakit, yang di harapkan dapat dan membantu penyembuhan. KESIMPULAN Dari hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kesembuhan pasien penderita demam typoid di Ruang Perawatan Interna RSUD Kota Makassar, dapat disimpulkan sebagai berikut : Ada hubungan antara istirahat / tirah baring dengan kesembuhan pasien penderita demam typoid di Ruang Perawatan Interna RSUD Kota Makassar. Ada hubungan antara penanganan suhu dengan kesembuhan pasien penderita demam typoid di Ruang Perawatan Interna RSUD Kota Makassar. Dan Ada hubungan antara penanganan diet dengan kesembuhan pasien penderita demam typoid di Ruang Perawatan Interna RSUD Kota Makassar. SARAN Diharapkan pada perawat rumah sakit agar selalu menganjurkan pada pasien penderita demam typoid untuk tetap berada dalam kondisi istirahat / tirah baring sehingga dapat mencegah terjadinya perdarahan usus yang dapat memperlambat proses penyembuhan. Pada perawat dan keluarga, apabila demam atau suhu badan penderita demam typoid meningkat, diharapkan agar dapat memberikan tindakan yang dapat mengurangi hal tersebut seperti kompres hangat. Dan Diharapkan pada penderita demam typoid agar selalu mengikuti anjuran makanan yang sesuai standar yang ditetapkan oleh pihak rumah sakit atau dokter yang merawat. DAFTAR PUSTAKA Alimul, Aziz H. (2007). Riset Keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah. Edisi 2 Jakarta : Salemba Medika Alimul, Aziz H. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika Algerina. 2008. Tifoid Pada Anak. Jakarta : Elex Media Komputindo. Arifin, 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Tifoid. Diakses tanggal 4 Desember 2012. http://www.nurse.rusari.com. Asuhan keperawatan tifoid. Htm. Anonim, 2010, Diagnosa Terbaik Demam Tifoid, Semijurnal Farmasi &Kedokteran Etichal Digest, 75 (8): 29-33 Bahtiar Latif. 2008. Kepemimpinan dalam Keperawatan. Diakses tanggal 29 November 2012 www.tiarsblog.blogspot.com Chen, K., 2010, Demam Berdarah & Demam Typhoid, Majalah Dokter Kita, Volume 1 Tahun V, 10-15. Chin, J., 2006, Manual Pemberantasan Penyakit Menular, Terjemahan, Infomedika, Jakarta. Depkes RI, 2011. Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tentang Demam Typhoid tahun 2011. Jakarta. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2009. Surveilans Terpadu Penyakit Berbasis Rumah Sakit di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009. Sulawesi Selatan. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2011. Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2 & PL) Tahun 2011. Sulawesi Selatan. Fauzie, 2011. Tatalaksana Demam Tifoid. Diakses pada tanggal 28 November 2012. http://www.fauziethenurse.wordpress.com tentang tatalaksana demam tifoid. Juwono, R., 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid 1, Edisi Revisi, Balai FKUI, Jakarta. Nursalam, et al. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba 677

Nurlaela Kurnia Rahayu, 2012. Prevalensi Penderita Demam Typhoid di Dunia. Diakses pada tanggal 4 Desember 2012. http://www.nk12.blogspot.com tentang typhoid. Parenting, 2011. Waspadai Demam Tifoid. Diakses pada tanggal 28 November 2012. http://www.parenting.co.id tentang waspadai demam tifoid. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2011. Laporan Provinsi Sulawesi selatan. Depkes RI. Jakarta. Suriadi, R. Y. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto. Sri Rezeki R. Hadinegoro, 2011. Ilmu Kesehatan Anak. Jurnal FKUI-RSCM. Jakarta. WHO, 2008. Typhoid Fever in Children in Africa. www.who.int diakses tanggal 28 November, 2012. Widoyono, 2008, Epidemiologi, Penularan Pencegahan & Pemberantasannya, Erlangga, Jakarta. Setiabudy Rianto, 2007. Farmakologi dan Terapi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 678