Oleh RIADE PRIHANTINI A

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 183, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3904)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

Lampiran I.61 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimiliki perusahaan untuk diproses dan diolah menjadi informasi. Di dalam

DRAF PENYUSUNAN DAERAH PEMILIHAN SETIAP DAERAH PEMILIHAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2019

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Desa Sui Itik dan Desa Pal IX

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daer

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

NoMoR B rasrrn zooz TENTANG BUPATI PONTIANAK.

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Pontianak Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SEDANG - SANGAT LEBAT YANG MENGAKIBATKAN BANJIR DI KABUPATEN KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT TANGGAL MEI 2018

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 POLA PEMANFAATAN RUANG

"- I,, /;i-r. I Y i,r. D,.

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI II DPR RI KE CALON DAERAH PEMEKARAN KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PENDAHULUAN Latar Belakang

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PERKIRAAN BIAYA (RP,-) PENUNJUKAN LANGSUNG / PENGADAAN LANGSUNG. Pekerjaan Konstruksi. Pekerjaan Konstruksi. Pekerjaan Konstruksi

Abdul Jawad, Bachrun Nurdjali, Tri Widiastuti

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Pontianak Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

Mempawah, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Pontianak. Firmansyah, SE

A. Luas potensi lahan sumber pakan ternak (Ha) Luas Potensi Hijauan (Ha) No Kabupaten/Kota Tanaman Padang. Pangan Rumput

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 5 DESEMBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK

Buletin Iklim Kalbar Edisi Mei 2017 i

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

Buletin Iklim Kalbar Edisi Mei 2017 i

LAPORAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA) KALIMANTAN TANGGAL 21 NOVEMBER 2016 PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN EKOREGION (P3E) KALIMANTAN, KLHK

L E M B A R A N D A E R A H

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak dengan pendekatan Zonasi Agroekologi (ZAE) yang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1995 TENTANG PENGEMBANGAN LAHAN GAMBUT UNTUK PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KALIMATAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

BU PATT s'()ntiah[at(

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN JALAN DESA DI DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

Buletin Iklim Kalbar Edisi Mei 2017 i

Pengarah: Wandayantolis, S.Si, M.Si

Seuntai Kata. Kuala Pembuang, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Seruyan. Herry, B.st

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. diperoleh beberapa kesimpulan penelitian. Kesimpulan berikut ini berusaha

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

iii Semoga bermanfaat Mempawah, Oktober 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI KELAS II MEMPAWAH WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG

Eni Siti Rohaeni. Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Kalimantan Selatan ABSTRAK

Bab III Karakteristik Desa Dabung

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

PENDAHULUAN. Latar Belakang

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dengan tanah.

[Type the document subtitle] opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg. [Pick the date] hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc. Windows~Ninety~Eight

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Pengarah: Wandayantolis, S.Si, M.Si. Penanggung Jawab: Ismaharto Adi, S.Kom. Pemimpin Redaksi: Fanni Aditya, S.Si.

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Landak Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Buletin Iklim Kalbar Edisi Mei 2017 i

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu usaha peternakan yang banyak dilakukan oleh masyarakat

ANALISIS HUJAN JUNI 2016 DAN PRAKIRAAN HUJAN AGUSTUS, SEPTEMBER, DAN OKTOBER 2016

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Geografis Provinsi Kalimantan Barat

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MENURUT SUBSEKTOR

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

Buletin Iklim Kalbar Edisi Desember 2016 i

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI KALIMANTAN BARAT (ANGKA SEMENTARA)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERENGABAAN PENGEFClBANGAN PERTANIAM

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

GEDUNG SMK NEGERI DI KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA

UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) POKJA I PENGADAAN BARANG/JASA KABUPATEN KUBU RAYA Jalan Arteri Supadio Sungai Raya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

Transkripsi:

Oleh RIADE PRIHANTINI A 22.0588

RINGKASAN RIADE PRIHANTINI. Perencanaan Penggunaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian. Studi Kasus di Wilayah Kabupaten Pontianak, Propinsi Kalimantan Barat (di bawah bimbingan NOENTOHA SELRRI, dan SANTUN R. P. SITORUS). Lahan merupakan sumberdaya alam yang penting dalam pengembangan pertanian. Jumlahnya yang terbatas menuntut pemikiran yang seksama sehingga lahan dapat dimanfaatkan crest-a optimal dan lestari bagi pengembangan pertanian yang direncanakan. Untuk memperoleh pengembangan pertanian yang optimal, selain faktor fisik lahan, sangat perlu diperhatikan aspek tata ruang wilayah yang dapat mendukung pengembangan pertanian. Keterkaitan antara kondisi fisik lahan dan hu- bungannya dengan penyediaan faktor produksi dan pemasaran hasil usahatani, pada hakekatnya akan dapat mengungkapkan potensi wilayah untuk dikembangkan secara efisien. Sehubungan dengan ha1 di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menilai potensi wilayah bagi pengembangan pertanian di Kabupaten Pontianak. Penilaian tingkat po- tensi pengembangan didasarkan atas.potensi kesesuaian dan ketersediaan lahan, dan hubungannya dengan ketersediaan fasilitas pelayanan sosial ekonomi dan transportasi yang dapat mendukung pengembangan pertanian. Penelitian yang rnerupakan studi awal dari penggunaan lahan ini, dilakukan dengan menggu,.

sekunder terutama dari data dan peta skala tinjau (1:250 000) hasil survai Tim Regional Physical Planning Programme for Transmigration (1987) dan Tim IPB (1989) yang bekerjasama dengan Bappeda Tkt. I Kalimantan Barat. Pene-litian berlangsung sejak bulan Agustus 1989 hingga bulan Juni 1990. Penilaian kesesuaian lahan dilakukan dengan pende- katan sistem lahan, ditujukan untuk menilai kesesuaian lahan bagi pengembangan tanaman pangan, tanaman perkebun- an, padang rumput penggembalaan ternak sapi dan kerbau, serta pengembangan tambak. Berdasarkan penilaian tersebut diketahui sistem lahan yang Sesuai untuk pengembangan per- tanian umumnya memiliki kelas kesesuaian Sesuai Marginal (ST) sampai Cukup Sesuai (SZ). Dari 922.990 hektar lahan yang dinilai Sesuai (S), seluas 417.500 hektar atau sekitar 23 persen dari luas Kabupaten Pontianak tersedia dalam pengembangannya. Lahan pengembangan tersebut terse- bar pada 19 Kecamatan dengan jumlah luasan terbesar pada kecamatan-kecamatan yang termasuk Sub-Wilayah Pembangunan I. Berdasarkan penentuan hirarki pemukiman untuk menilai ketersediaan fasilitas pelayanan sosial ekonomi, diketahui susunan hirarki pemukiman dengan ranking tertinggi pada Kecamatan Mempawah Hilir dan ranking terendah pada Keca- matan Terentang. Dari hasil pengamatan ketersediaan prasarana trans- portasi, diketahui sebagian besar lahan-lahan pengembangan

memiliki portasi aksesibilitas yang baik dengan prasarana trans- bervariasi dari jalan aspal hingga jalan batu; kecuali lahan pengembangan di Kecamatan Batu Ampar, Kubu, dan Terentang yang terdapat pada Sub-Wilayah Pembangunan I11 hanya memiliki prasarana transportasi berupa sungai. Berdasarkan penilaian tingkat potensi wilayah pengembangan diketahui: (1) wilayah pengembangan berpotensi tinggi meliputi Mempawah Hilir, Sungai Pinyuh, Toho, Sungai Kunyit, Ngabang, Sengah Temila; (2) berpotensi sedang meli-puti: Menjalin, Mandor, flenyuke, Sungai Raya, Sungai Kakap, Siantan; berpotensi rendah meliputi: Mempawah Hulu, Sungai Ambawang, Qir Besar; dan (4) berpotensi sangat rendah meliputi: Eatu Ampar, Teluk Pakedai, Kubu, dan T.erentang. Wilayah pengembangan yang berpotensi relatif tinggi umumnya berada pada sub-wilayah Pembangunan I dan 11, sedangkan yang berpotensi rendah berada pada Sub- Wilayah Pembangunan 111.

PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN STUD1 KASUS DI WILAYAH KABUPATEN PONTIANAK PROPINSI KALIMANTAN BARAT Laporan Penelaahan Masalah Khusus Sebagai salah satu syarat untuk rnernperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor JURUSAN TANAH. FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1990