APARTEMEN DENGAN PENDEKATAN EFISIENSI ENERGI LISTRIK DI KELAPA GADING JAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.2.1 Konsep Pencapaian Menuju Tapak

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu :

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

Pola Tatanan Unit Terhadap Perletakan Sirkulasi Vertikal Penghuni Pada Apartemen Casa Grande Residence

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...

HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya

APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KATA PENGANTAR. Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini.

RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI OTISTA JAKARTA TIMUR

Minggu 2 STUDI BANDING

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Pertambahan dan kepadatan penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat,

Kata kunci (keywords): arsitektur tropis, apartemen sewa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

PUSAT DESAIN DAN PEMBUATAN MEBEL

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT SUSTAINABLE ARCHITECTURE. Disusun Oleh : Nama : Neti Nim :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

Pengembangan RS Harum

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan dan permintaan hunian di

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT

KANTOR SEWA DAN APARTEMEN DI JAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBIOSIS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan kendaraan tapi cukup dengan berjalan kaki saja.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

RUMAH SUSUN SEWA ANGGOTA TNI KOPASSUS DI KAWASAN CIJANTUNG JAKARTA TIMUR KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

MALL DAN APARTMENT DI SEMARANG MALL AND APARTMENT IN SEMARANG

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

Kegiatan ini dilakukan penghuni apartemen

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. penerapan perancangan pada bangunan terkait upaya penghematan energi. 2. Lokasi Tapak : Slipi Jaya

PENGEMBANGAN RUANG RAWAT INAP DAN FASILITAS PENUNJANG RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS

Transkripsi:

APARTEMEN DENGAN PENDEKATAN EFISIENSI ENERGI LISTRIK DI KELAPA GADING JAKARTA Dhanie Syawaliah, Ir. Welly Wangidjaja MT, Renhata Katili ST., M.Eng Bina Nusantara University, Bukit Pamulang Indah Blok BIII/15,Pamulang,Tanggerang Selatan, Banten, (021) 7404236, dhanie.syawaliah@live.com ABSTRAK ABSTRAK Perkembangan penduduk di kota-kota besar sangat bertolak belakang dengan ketersediannya lahan dan fungsi hunian di tengah kota. Sebagai ibukota, Jakarta sudah sepatutnya dapat memenuhi kebutuhan dan penunjang aktifitas masyarakatnya tetapi kenyataan yang ada dengan padatnya aktifitas di Ibukota membuat keadaan menjadi kurang nyaman dan tidak teratur sehingga banyak kalangan sosio menengah dan menengah keatas lebih memilih hunian yang berada di sub urban sehingga memberi pilihan mereka untuk menjalankan aktifitas utama mereka di tengah kota dengan moda transportasi pribadi, sehingga menciptakan kemacetan, kepadatan dan kebisingan. Perlunya hunian dengan fasilitas memadai yang dapat menunjang kebutuhan mereka di tengah kota dapat menjadi solusi bagi masyarakat urban. Pendekatan hijau pada apartemen ini adalah dengan Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan penggunaan listrik, baik bagi pendinginan udara, penerangan buatan, maupun peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak mengonsumsi energi listrik. Kebutuhan energi per kapita dan nasional dapat ditekan jika secara nasional bangunan dirancang dengan konsep hemat energi. Pendekatan yang baik di Indonesia untuk menuju terealisasinya bangunan- bangunan dengan pendekatan efisiensi energi dan dapat menghasilkan bangunan yang hemat dalam penggunaan listrik adalah dengan pendekatan pasif Kata Kunci : Green desain, Efisiensi energi, Hemat Listrik, Pengembangan lingkungan, Penerapan teknologi. ABSTRACT Development of the population in large cities stands in stark contrast with the availability of land and residential functions in the middle of town. As the capital city, Jakarta should have been able to meet the needs and supporting community activities, but the fact that there is a density of activity in the capital to make things less comfortable and not so much the regular and the middle and upper middle socio prefer dwelling in the suburbs, thus giving them the option to

carry out their main activities in the center of town with private transport modes, thereby creating bottlenecks, congestion and noise. The need for adequate shelter facilities that can support their needs in the city center can be a solution for the urban community. Green approach to this apartment is by saving energy through building design led to the saving of electricity use, good for air cooling, artificial lighting, and other electrical equipment. With specific design strategies, building climate may modify the outside who are not comfortable being a comfortable room climate without a lot of electrical energy consumed. Per capita energy requirements could be reduced if the national and national building designed with the concept of energy saving. A good approach in Indonesia for the building towards the realization of the approach to building energy efficiency and can produce buildings that are efficient in electricity use with a passive approach Keywords : Green design, Energy efficiency, Save electricity,environmental, development, The application of technology. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berdasarkan survey dari Kompas, tingginya peminatan masyarakat akan tersedianya hunian vertikal di tengah kota cukuplah tinggi, terutama di kawasan jantung ibukota, tingginya peminatan masyarakat dapat dilihat dari tingginya pembeli unit apartemen di tengah kota tiap tahunnya sangat tinggi. Dan permasalahan lain yang umum dari hunian berbentuk apartemen ini adalah peruntukan jenjang sosial, karena banyak bangunan rumah susun atau rusunawa yang sudah terbangun dan memiliki harga murah dengan berlokasi ditengah yang di beli atau disewa oleh jenjang sosial menengah dan menengah keatas sehingga terbangun lagi hunian kumuh masyarakat kota. Dan karena itu, target utama apartemen ini lebih dikhususkan untuk masyarakat yang tergolong dalam jenjang sosial menengah keatas sehingga dapat memenuhi klasifikasi yang sepantasnya, dan dengan fasilitas penunjang yang berupa ruang komunal mereka untuk saling berinteraksi. Hal-hal yang telah disebutkan diatas merupakan alasan penyusun memilih apartemen dan ruang komunal (apartment and communal space) sebagai proyek Tugas Akhir ini. Untuk itu sebagai salah satu alternatif yang layak digunakan adalah mendesain

apartemen ditengah kota yang tidak hanya memiliki fasilitas yang umum dimiliki oleh apartemen lain, tetapi juga terdapat ruang komunal seperti food station lalu terdapat kolam renang dan ruang fitnes, ruang terbuka atau public space, play ground, jogging track, bike track dan ruang terbuka hijau yang menjadi fasilitas umum yang menunjang kehidupan dari masyarakat urban yang sibuk. I.2 Maksud dan Tujuan Seperti yang telah disadari bersama, permasalahan penggunaan energi dan krisinya energi telah menjadi pemberitaan yang sedang marak diperbincangkan, karena telah mengakibatkan adanya pemanasan global dan saat ini pun kita telah dapat merasakan perubahan yang cukup signifikan. Cuaca yang ekstrim dan tidak menentu membuat suasana menjadi tidak kondusif lagi. Setiap orang sudah mulai merasakan dampak negatif dari global warming ini. Tetapi sangat disayangkan kepedulian terhadap energi yang menjadi akar permasalahan pun sangat mengkhawatirkan, karena seharusnya ini adalah permasalahan dunia bukan hanya permasalahan negara maju ataupun negara berkembang dimana penggunaan energi disana sangat tinggi. Sedangkan Indonesia yang merupakan daerah yang beriklim tropis lembab, dengan memiliki spesifikasi intensitas radiasi matahari yang kuat, temperature udara yang relative tinggi, kelembaban, udara yang tinggi, serta keadaan langit yang selalu berawan dimana faktor-faktor ini selalu terjadi hampir sepanjang tahun (Lippsmeir,1988) masih sangat jauh tertinggal dalam hal penggunaan energi secara hemat dengan negara-negara tetangga, Indonesia dikategorikan Negara yang boros energy, padahal indonesia memiliki banyak potensi alam yang dapat mengurangi konsumsi energy berlebih. Disamping itu, adanya perkiraan krisis energi di Indonesia pada tahun 2018, sehingga hal ini perlu memperoleh tanggapan positif dari berbagai pihak. Instruksi Presiden No. 10 tahun 2005 tentang Konsevasi Energi dan Langkah Pemberian Penghargan terhadap Praktek Karya Arsitektur, Industri dan Pelaku Hemat Energi telah digulirkan, dengan harapan akan mempunyai efek bola salju. Namun, sayangnya dengan ketidak pedulian masyarakat akan pentingnya efisiensi energy, gaung inipun sudah tak terdengar.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh IAFBI (Ikatan Ahli Fisika Bangunan Indonesia), pada tahun 2000 di wilayah DKI Jakarta terdapat 960.000 gedung dan 1000 gedung, yang diantaranya adalah di atas lima lapis. Sedangkan dari 500 gedung berlantai delapan yang menjadi obyek penelitian, baru sekitar 10 persen atau hanya 50 gedung di Jakarta yang menggunakan energi mendekati standar SNI yakni di Jakarta rata-rata IKE (Intensitas Konsumsi Energi) = 240 kwh/m2/tahun (SNI Bangunan Gedung terhadap Persyaratan Teknis Konservasi Energi Bangunan Gedung). Hal ini membuktikan bahwa ada peluang besar dalam efisiensi energy pada gedung tinggi di Jakarta. Dalam merancang bangunan tinggi, energi merupakan aspek yang sangat penting, terlebih lagi jika fungsi bangunan tersebut berupa hunian seperti apartemen dimana kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-sehari mereka sangatlah tinggi akan penggunaan energy, dan Menurut pendapat Tri Harso Karyono (2008), Porsi terbesar energi masih dibangkitkan dari bahan bakar fosil. Selain cadangannya semakin menipis, pembakaran fosil mengemisi karbondioksida (CO2) yang menyebabkan pemanasan bumi. I.3 Lingkup Pembahasan Menciptakan apartemen dengan solusi arsitektur hemat energi dengan mengoptimalkan cahaya alami dan penghawaan alami serta menggunakan teknlogi moderen dan tetap menyesuaikan dengan kebutuhan, ruang gerak dan aktivitas penghuni sehingga membuat pelaku merasa nyaman baik secara fisik maupun psikologis. I.4 Skematika Pembahasan Bab I Pendahuluan Berisi tentang gambaran umum mengenai latar belakang pemilihan judul, topik dan tema, maksud dan tujuan, lingkup pembahasan, sistematika pembahasan dan kerangka berpikir dari tugas akhir ini. Bab II Tinjauan dan Landasan Teori

Tinjauan teoritis umum terhadap proyek apartemen dan communal space dan tinjauan khusus mengenai topik/tema arsitektur pengembangan arsitektur sebagai pendekatan perancangan arsitektur, disertai beberapa studi literatur dan studi kasus lapangan terhadap proyek sejenis sebagai pembanding yang relevan juga kondisi tapak dan lingkungannya. Bab III Permasalahan Identifikasi dan rumusan permasalahan-permasalahan yang timbul berkenaan dengan aspek manusia, aspek lingkungan, dan juga aspek bangunan. Bab IV Analisis Analisa permasalahan dalam beberapa aspek yang dirumuskan melalui pendekatan perancangan dan topik arsitektur dengan menerapkan arsitektur berkelanjutan. Dari analisa nantinya akan dihasilkan solusi atau konsep perancangan yang diterapkan sebagai landasan dalam merencanakan dan merancang bangunan, lansekap, dan lingkungannya. Bab V Konsep Perancangan Konsep perancangan sebagai hasil analisa dan solusi terhadap permasalahan yang telah diidentifikasi dan dirumuskan pada bagian permasalahan. Konsep perancangan merupakan dasar/landasan perencanaan dan perancangan arsitektur sehingga karya arsitektur menjadi bernilai baik dan benar, indah, kuat, dan fungsional. Konsep perancangan dilengkapi dengan skematik desain sebagai alur pemikiran dalam perancangan. Daftar Pustaka Sebagai daftar referensi yang digunakan sebagai acuan teori teori yang mendukung penelitian ini.

I.5 Kerangka Berpikir

METODE PENELITIAN Metode pembahasan menggunakan metode Broadbent, Design in Architecture, 1973, yang menggunakan tiga aspek utama sebagai panduan dalam menyatakan permasalahan dan Analisa. Tiga aspek tersebut adalah aspek manusia, aspek bangunan, dan aspek lingkungan. HASIL DAN BAHASAN Analisa Pintu masuk. Gambar 4.15 Analisa Entrence Main Entrance utara Main Entrance Timur Pemilihan letak main entrance didapat berdasarkan pertimbangan : Kemudahan pencapaian baik untuk pejalan kaki, kendaran pribadi. Mudah terlihat. Kelancaran arus lalu lintas di sekitar tapak Kondisi lingkungan yang dilalui sebelum mencapai tapak. Dekat dengan arah tujuan jika dari dalam tapak Alasan peletakan Entrance : Main Entrence Utara : Untuk memudahkan pencapaian kedalam tapak dari arah Bekasi, dan pintu keluar untuk mengarah langsung ke Cempaka mas dan Bekasi Main Entrence Timur : Untuk memudahkan pencapaian kedalam tapak dari arah Kelapa Gading, Pulomas dan Cempaka Mas, dan Pintu keluar untuk yang akan mengarah ke Kelapa Gading, Pulomas ( Dengan memutar arah di arah Kelapa Gading), juga ke Bekasi.

Alasan menempatkan 2 Entrence pada tapak : Untuk menghindari kepadatan dan kemacetan untuk keluar ataupun asuk tapak. Menciptakan sirkulasi yang baik dalam tapak. Tapak berada pada persimpangan jalan besar, sehingga memudahkan pengunjung menuju ke luar dan kedalam tapak. Analisa Pedestrian Gambar 4.16 Analisa Pedestrian Cempaka Mas Kelapa gading Bekasi U Pulomas Pada lokasi tapak pedestrian berada mengelilingi tapak, ukuran pedestrian memiliki lebar sekitar 2 meter. Pedestrian ini lebih dikhususkan bagi pengunjung. Tetapi jarak yang harus ditempuh pejalan kaki untuk menuju kedalam tapak memiliki jarak yang cukup jauh, terlebih lagi jika pejalan kaki berasal dari seberang jalan tapak. Karena ditinjau dari analisa tersebut, maka pada tapak diberikan 2 pintu untuk pedestrian tepat pada zona publik bangunan, agar memudahkan mereka, sehingga pintu masuk yang dekat dengan bangunan hunian tidak disediakan jalur pedestrian karena cukup untuk 3 pintu saja agar area ini tetap tidak terganggu keprivatannya. Analisa Aspek Bangunan Analisa Zoning

Menurut Ir. Tin Budi Utami, M.T., umumnya, hal yang paling menentukan dalam penentuan zoning adalah hubungan ruang, orientasi matahari, dan kebisingan. Secara sederhana dapat digambarkan melalui diagram berikut : Zoning Horisontal Gambar 4.17 Analisa Zoning Vertikal Public Semi Public Service U Private Semi Private Bila ditinjau dari kebisingan, di sepanjang sisi jalan besar yakni utara dan timur merpuakan zona yang bising dan dilalui banyak pejalan kaki dan kendaraan, sehingga bangunan hunian utama diletakan jauh dari keramaian tersebut. Sedangkan dari sisi orientasi matahari, zona servis diletakan di belakang tepat di zona yang terkena matahari sore, dan posisi massa bangunan untuk hunian adalah memanjang menghadap sisi utara dan selatan tapak, sedangkan untuk letak massa bangunan publik diletakan memiring agar tidak terkena paparan langsung cahaya. Dan dari ihubungan ruang, dapat dilihat hubungan dari gambar diatas, dapat dilihat hubungan untu area privat yang letaknya jauh dari pusat kebisingan yang lalu di berikan akses khusus untuk sampai ke zona publik. Zoning Vertikal

Untuk zoning vertikal, yang perlu diperhatikan adalah faktor aktivitas penghuni apartemen dan pengunjung, untuk dapat memisahkan zona privat dan publik, maka terjadilah 2 massa bangunan dengan perbedaan fungsi dan sifat. Di mana dapat dianalisis dengan menggunakan diagram berikut: Gambar 4.18 Analisa Zoning Horizontal Zona Privat Pertimbangan penggunaan basement untuk memenuhi kebutuhan parkir dan memperkecil kemungkinan cross sirkulasi. Untuk basement mengingat tempatnya yang tidak mendapat udara luar dan cahaya alami, maka lebih cocok digunakan sebagai area service. Untuk level dasar, sebagai tempat kegiatan-kegiatan yang dapat diakses public, seperti lobby, cafetaria, dan juga tempat parkir, maka dikategorikan sebagai zona public. Level berikutnya adalah semi private sebagai peralihan dari zona public ke zona private, seperti poliklinik, ruang serbaguna, ruang briefing, dan sebagainya. Level berikutnya adalah zona private di mana terdapat management building (office) dan unitunit hunian berada. Gambar 4.19 Analisa Zoning Horizontal Zona Publik Untuk pertimbangan servis diletakan dibawah sebagai area parkir kendaraan. Dan juga akan lebih memudahkan bai para penghuni dengan langsung dapat mengakses ke tempat parker tanpa perlu keluar bangunan.

Level berikutnya merupak area zona publik dikarenakan perutnutkan untuk zona ini adalah area mall, sehingga semua level bersifat publik bagi pengunjung. Analisa Tata Ruang Bangunan Hal yang paling mempengaruhi di dalam penentuan tata ruang di dalam bangunan adalah hubungan ruang dan skema organisasi ruang di dalam bangunan. Menurut buku Arsitektur : Bentuk, Ruang, dan Tatanan (Edisi 2), Francis D.K. Ching, cara-cara dasar menghubungkan ruang-ruang di dalam bangunan apartemen satu sama lain, terdiri dari 4 cara, yakni : a. Ruang di dalam ruang Contoh : dapur dan ruang penyajian makanan di dalam cafetaria, backstage di dalam ruang serbaguna, ruang dokter dan kamar rawat di dalam poliklinik, dan sebagainya. b. Ruang-ruang yang saling berkaitan Ruang-ruang yang saling berkaitan ini didasari oleh ruang-ruang yang memiliki sifat dan fungsi yang hampir sama. Selain itu, ruang-ruang yang saling berkaitan ini dapat berupa ruang-ruang yang fleksibel fungsinya. c. Ruang-ruang yang bersebelahan Contoh : unit hunian satu dengan yang lainnya. d. Ruang-ruang dihubungkan oleh sebuah ruang bersama Contoh : lounge dihubungkan oleh lobby. Selanjutnya dari hubungan ruang tersebut diorganisir menjadi pola-pola bentuk dan ruang yang saling terkait. Hal tersebut menjadi faktor penentu mudah tidaknya pencapaian. Akses dan sarana sirkulasi (horizontal dan vertikal) menjadi penting untuk memudahkan pencapaian. Organisasi ruang secara umum terpusat pada bagian lobby dan dibagi per cluster sesuai dengan kebutuhan ruang yang dibutuhkan berdasarkan mobilitas kegiatan harian penghuni apartemen. IV.3.3 Analisa Bentuk Massa Bangunan Pada sub bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa apartemen ini memiliki pemisah antara dua jenis bangunan dimana antara bangunan yang bersifat public dan komersial dengan yang bersifat private yakni hunian, dengan peletakan area service di

arah barat dan area outdoor yang menjadi fasilitas penghuni di area selatan dimana sisi inilah yang sangat nyaman dalam hal menerima paparan sinar matahari. Dengan penzoningan yang memisahkan area privat dan area publik dengan fasilitas semi publik sehingga dapat memberikan jarak untuk tetap menjaga kenyamanan dan keamanan bagi penghuni apartemen ini. Secara skematik dapat dijelaskan melalui diagram berikut : Gambar 4.20 Pembagian Fungsi Bangunan Yakni terdapat mall dan fasilitas penunjang yang bersifat publik dan sebagai area communal sehingga area ini merupakan area yang ramai dan padat, sehingga peletakan bangunan ini di depan tapak terpisah dengan bangunan inti Jalan yang melintang menjadikan pemisah antara ruang public dengan ruang privat Fungsi hunian ditaruh di atas karena privasinya lebih tinggi, view juga lebih baik dan di bagian dalam tapak agar jauh dari keramaian Fasilitas penunjang di bawah fungsi hunian untuk mempermudah akses. Bentuknya melebar untuk memaksimalkan fungsi Service diletakkan di basement sebagai penunjang fasilitasfasilitas seperti parkir, genset, dsb Bentuk massa bangunan juga sangat berpengaruh dan memiliki hubungan erat dengan topic yang telah dipilih yakni penghematan energy. 4.14 Tabel Analisa Bentuk Bangunan

No Bentuk Massa Bangunan Analisa 1. Bentuk dari massa bangunan yang menjulang vertikal ini, memiliki core ditengah sehingga koridor yang menuju unit pun berada ditengah-tengah bangunan, dapat dipastikan koridor tersebut tidak memperoleh cahaya matahari langsung dan tidak mendapati sirkulasi angin yang dimana dapat dimanfaatkan untuk mengurangi konsumsi energy listrik. 2. Bentuk massa bangunan horizontal pipih ini, memiliki dua alternative koridor, yakni single loaded dan double loaded, untuk double loaded, koridor hanya dapat memperoleh sinar dan angin dari sisi tepi-tepi bangunan sehingga penerimaan sinar dan angin tidak maksimal, sedangkan single loaded Koridor memiliki kesempatan banyak untuk memperoleh pemasukan cahaya matahari secara maksimal, begitu juga dengan sirkulasi angin. Sehingga pemanfaatan angin dan matahari dapat maksimal dengan sistem ini. Dan tipe bangunan seperti ini lah

yang mendukung tema dan topic dari penghematan energy listrik. IV.3.4 Analisa Penghematan Energi Listrik Disesuaikan dengan sub pembahasan sebelumnya, dimana tema dan topic dari proyek ini adalah merupakan bangunan berkelanjutan dengan sistem pengefisiesnian energy listrik, dengan begitu poin-poin yang menunjang dan menciptakan bangunan hemat energy listrik : 4.15 Tabel Analisa Penghematan Energi Listrik No Poin Penunjang Analisa 1. Letak Bangunan Dengan meletakan hunian (merah) tidak berhadapan langsung dengan arah matahari sehingga nyaman dan tidak mengakibatkan panas yang berlebih dan mengakibatkan penggunaan AC yang berlebih. dan area publik (kuning) yang menyerong sehingga tidak menghadap langsung pada matahari dan tetap dapat memaksimalkan pemanfaatan cahaya alami 2. Bentuk Massa Bangunan Bentuk massa yang pipih horizontal ini membuat bangunan dapat menerima cahaya alami dan sirkulasi udara yang baik, kondusif, maksimal dan merata untuk dimasingmasing unitnya

3. Sisi barat dan utara adalah yang sebenarnya menjadi sisi dengan pemaparan panas matahari yang mengganggu, karena di pulau jawa arah matahari itu condong tenggelam di antara barat-timur laut, sehingga diperlukannya façade semi solid untuk menjadi sun shading bagi sisi tersebut, agar dapat mengurangi penggunaan pendingin buatan. Tetapi sun shading tersebut tetap diberi lubang-lubang agar pencahayaan alami dan angin tetap dapat masuk kearea yang tertutup ini 4. Begitu pula apabila menggunakan sistem single loaded, membuat koridor yang menjadi ruang sirkulasi mendapat pencahayaan alami dan penghawaan alam, sehingga dapat mengurangi penggunaan energy listrik pada wialayah ini. Dan dengan membuka koridor ini menjadi seperti balkon, membuat aliran angin dan sinar dapat maksimal masuk, terlebih dengan di tambahkannya tanaman vertikal.

IV.3.5 Analisa Gubahan Massa Analisa Gubahan massa tercipta dari adanya faktor-faktor lingkungan yakni iklim, tata letak tapak juga tercipta dari kebutuhan dari si pengguna bangunan tersebut pula. Gambar 4.21 Anlisa Massa Bangunan Rencana Site Setelah menjalankan beberapa analisa dalam pembentukan desain, maka diperolehlah rencana untuk site seperti berikut : No. Rencana Site Penjelasan 5.1Tabel Rencana Site

Dengan prinsip bangunan hemat energy 1. dan berkelanjutan, maka selain mensiasati bentuk bangunan dan bukaan serta façade bangunan, dengan memaksimalkan ruang hijau juga dapat mengurangi resikopemanasan global, maka dari itu, tapak tetap dipenuhi dengan penghijauan, dan mengurangi pemakaian pengerasan seperti pada area parker, karena dari itu area parkir semua diletakan didalam 2. Site Plan basement. Lt Pada lantai yang berada di bawah lantai dasar (site olan) ini terdapat parkiran basement dan perkantoran sera tanenttanent yang disewakan, serta terdapat drop off utama bagi hunian apartemen, sedangkan untuk area publiknya terdapat parkiran baseme serta super market. Jadi konsep penunjang dari bnagunan ini adalah bangunan yang duplex. Dimana terdapat jalanan yang seperti jalanan laying UG didalam tapak. SIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa meminimalkan penggunaan energy berlebih masih dapat diterapkan pada apartemen kelas menengah keatas ini. Dengan menggunakan penyelesaian dari analisa ini, dapat tetap memenuhi kebutuhan bagi pengguna ruang di dalamnya. Dengan berkembangnya banyak teknologi di zaman sekarang ini, mengakibatkan banyaknya aktifitas yang ditunjang olehnya sehingga penggunaan energy dapat semakin besar, dan ini pun berhubungan kuat dengan perkembangan arsitektur.dengan begitu peranan arsitek dalam mewujudkan bangunan berkelanjutan dan hemat energy sangatlah penting, guna meminimalisir penggunaan energy berlebih di dunia ini.

REFERENSI Neufret, Ernest. 2002. Architect Data. Great Britain : Crossby Lockwood & Son Ltd Endangsih,T. (2005). Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan. Jakarta. Karyono, Tri Harso. 2010. Green Architecture. Jakarta Jimmy S.J. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi untuk Arsitek dan Praktisi Bangunan. Jakarta : Erlangga Chris Hendrickson, Noellette Conway-Schempf, Lester Lave and Francis McMichael. Introduction to Green Design. Green Design Initiative, Carnegie Mellon University, Pittsburgh PA Widjaja Martokusumo. SUSTAINABLE URBAN DESIGN REVISITED Some brief notes of ecological notions in creating liveable city. Department of Architecture, School of Architecture, Planning and Policy Development. INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG MUJIARTO, YANUARI. DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) APARTEMEN DI SURAKARTA Dengan Tampilan Hi - Tech pada Fasade ). Surakarta Meivirina Hanum1*, dan Chairul Murod1. EFISIENSI ENERGI PADA SMART BUILDING UNTUK ARSITEKTUR MASA DEPAN. 1Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Redaksi Butaru. Green Building A Sustainable Consept for Construction Development in Indonesia Joseph De Chiara & John Hancock. Callender Time Server Standart Mc Grow Hill, 1968, For Building Type NY http://digilib.petra.ac.id/viewer.php www.energyefficiencyindonesia.info/energy/indonesia

RIWAYAT PENULIS Dhanie Syawaliah lahir di Jakarta pada 3 Mei 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2012. Saat ini bekerja sebagai Junior Arsitek di biro konsultan Andramatin.