BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

PUTUSAN Nomor 0040/Pdt.G/2014/PA.Pkc

PUTUSAN Nomor : 0127/Pdt.G/2012/PA.Pas

PUTUSAN Nomor 0108/Pdt.G/2014/PA.Pkc

SALINAN P U T U S A N Nomor 144/Pdt.G/2011/PAJP BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

I. PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

P U T U S A N. Nomor: 0072/Pdt.G/2010/PA.Spn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor : 561/Pdt.G/2011/PA.Tbh.

P U T U S A N. Nomor 903/Pdt.G/2010/PA.Wno BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 330/Pdt.G/2010/PAJP BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

PUTUSAN Nomor : 259/Pdt.G/2013/PA.Pkc.

SALINAN PUTUSAN. Nomor 495/Pdt.G/2010/PA.Wno BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 0198/Pdt.G/2010/PA.Spn.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I. Pendahuluan. melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing dalam membangun keluarga

P U T U S A N Nomor: 0108/Pdt.G/2010/PA.Spn.

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

PUTUSAN Nomor : 117 /Pdt.G/2009/PA/Pkc

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir batin ini harus ada, karena

bismillahirrahmanirrahim

P U T U S A N Nomor : 1710/Pdt.G/2011/PA.Kbm Bismillahirahmanirrahim, DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 0718/Pdt.G/2015/PA. Pas

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dalam ikatan yang sah sebagaimana yang diatur dalam Islam,

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kejadian yang sakral bagi manusia yang menjalaninya.

PUTUSAN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. sebagaimana tertera di bawah ini dalam perkara Cerai Gugat antara;

Cerai Talak. P U T U S A N Nomor XX55/Pdt.G/2011/PA.Slw. BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 027/Pdt.G/2009/PA.Dgl

TENTANG DUDUK PERKARANYA

bismillahirrahmanirrahim

P U T U S A N. Nomor: 0211/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 32/Pdt.G/2009/PA.GM. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 0306/Pdt.G/2015/PA.Plg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 326/Pdt.G/2011/PA.Pkc BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

Nomor : 1141/Pdt.G/2012/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

Dagang, tempat tinggal Jalan di PELALAWAN; Selanjutnya disebut : Tergugat; Telah membaca dan mempelajari surat-surat dalam berkas perkara;

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

bismillahirrahmanirrahim

P U T U S A N Nomor xx/pdt.g/2013/pa.ktbm

SALINAN PUTUSAN Nomor XXX/Pdt.G/2013/PA.Ktbm

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

PUTUSAN. Nomor : 0482/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

PUTUSAN Nomor 0109/Pdt.G/2015/PA.Pkc

P U T U S A N. Nomor: 0178/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2013/PA.Ktbm

P U T U S A N. Nomor: 0043/Pdt.G/2011/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

bismillahirrahmanirrahim

PUTUSAN Nomor 0930/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

PUTUSAN. Nomor : 1636/Pdt.G/2012/PA.Plg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 0849/Pdt.G/2012/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 53/Pdt.G/2009/PA.GM. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 0099/Pdt.G/2015/PA.Plg

PUTUSAN. Nomor XXXX/Pdt.G/2016/PA.Ktbm

P U T U S A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II KERANGKA TEORITIK. isteri tidak akan dapat hidup rukun lagi sebagai suami isteri

P U T U S A N Nomor: 0628/Pdt.G/2012/PA.Dum

P U T U S A N. Nomor 793/Pdt.G/2010/PA.Wno BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 689/Pdt.G/2010/PA.Wno BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

P U T U S A N Nomor 116/Pdt.G/2010/PA Tse BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 301/Pdt.G/2011/PA.Pkc.

SALINAN P U T U S A N Nomor 40/Pdt.G/2012/PA.Sgr. pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut, dalam perkara Cerai

P U T U S A N. Nomor 0268/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 0530/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TENTANG DUDUK PERKARANYA

PUTUSAN Nomor : 0178/Pdt.G/2009/PA.Pas

P U T U S A N. Nomor: 0219/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

P U T U S A N. Nomor 0879/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling

TENTANG DUDUK PERKARA

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

bismillahirrahmanirrahim

P U T U S A N Nomor:0069/Pdt.G/2011/PA.Kab.Mn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor :./Pdt.G/2010/PA.Pso. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

PUTUSAN Nomor : 315/Pdt.G/2013/PA.Pkc.

PUTUSAN Nomor 470/Pdt.G/2010/PA Prg. BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 0265/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

P U T U S A N. Nomor 785/Pdt.G/2010/PA.Wno BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti melakukan akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang lakilaki dengan seorang perempuan serta menghalalkan hubungan kelamin antar keduanya, dengan dasar suka-sama, suka rela dan persetujuan bersama demi terwujudnya keluarga (rumah tangga) bahagia, diridhoi oleh Allah SWT (Soemiyati, 1986: 15). Dilihat dari segi kerohanian dan keagamaan, hubungan keluarga yang diikat oleh perkawinan yang sah merupakan suatu perjanjian yang suci (sakral) yang bukan saja disaksikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, tetapi juga dipertanggung jawabkan kepada-nya. Perkawinan menurut undang-undang adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan). Dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan bahwa: 1. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya. 1

2. Tiap-tiap perkawinan dapat dicatat menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. Pernikahan antara seorang pria dengan seorang perempuan haruslah didasari oleh perasaan saling mencintai dan menyayangi antara yang satu dengan yang lain. Dalam mengarungi rumah tangga kehidupan diperlukan pengorbanan yang besar guna mencapai keselarasan kehidupan dan membentuk keluarga yang sakinah. Secara ideal, suatu perkawinan diharapkan bertahan seumur hidup, artinya perceraian baru terjadi apabila salah seorang suami atau istri meninggal dunia. Dalam kenyataan tidak selamanya pasangan suami istri akan mengalami kehidupan keluarga yang sakinah (kedamaian/tentram) (M.Quraish Shihab, 2006: 192). Adakalanya suami atau istri tidak melaksanakan kewajibannya atau terjadi perselisihan yang membahayakan ikatan perkawinan. Kondisi tersebut kadang-kadang masih bisa diselesaikan dengan jalan damai, sehingga di antara keduanya menjadi rukun kembali. Adapun perselisihan dan percekcokan tersebut menjadi berlarut-larut dan tidak dapat didamaikan lagi. Ketika ikatan perkawinan sudah tidak mampu lagi dipertahankan, ketika ada salah satu pihak berbuat serong dengan orang lain, terjadi pertengkaran terus menerus antara suami istri, suami/istri dapat mendapatkan hukuman lima tahun penjara/lebih berat (Soemiyati, 1986: 104). Perlu dinyatakan, bahwa meskipun Islam mensyariatkan perceraian, itu bukanlah berarti bahwa agama Islam menyukainya atau sekurang-kurangnya 2

bersikap pasif terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya perceraian dari suatu perkawinan, tetapi agama Islam tetap memandangnya sebagai suatu yang muusykil (sesuatu yang tidak diinginkan terjadinya karena bertentangan dengan asas-asas hukum Islam). Menurut hukum Islam, perceraian dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung dari pihak siapa yang menghendaki atau berinisiatif untuk memutuskan ikatan perkawinan (perceraian) tersebut. Dalam hal ini ada empat kemungkinan dalam perceraian, yaitu: a. Perceraian atas kehendak suami dengan alasan tertentu dan kehendaknya itu dinyatakan dengan ucapan tertentu atau tulisan dan isyarat bagi yang tidak bisa berbicara (bisu). Termasuk dalam hal ini talaq. b. Perceraian atas kehendak istri dengan alasan istri tidak sanggup melanjutkan perkawinan karena ada sesuatu yang dinilai negatif pada suaminya sementara suaminya tidak mau menceraikannya. Bentuk ini disebut dengan Khulu. c. Perceraian melalui putusan hakim sebagai pihak ketiga setelah melihat adanya sesuatu pada suami atau pada istri yang menunjukkan hubungan perkawinan mereka tidak bisa dilanjutkan. Bentuk ini disebut Fasakh. d. Perceraian (putusnya pernikahan) atas kehendak Allah SWT, yaitu ketika salah satu dari pasangan suami-istri meninggal dunia (Supriatna, 2001: 17). Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan, bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang 3

Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Tujuan menyelesaikan sengketa melalui Pengadilan yaitu mendapatkan putusan yang adil dan benar. Putusan Pengadilan merupakan mahkota Hakim dan inti mahkota terletak pada pertimbangan hukumnya. Esensi pertimbangan hukum atau konsideran putusan merupakan bagian paling penting dalam putusannya. Dalam pertimbangan hukum memuat hukum penalaran dan penalaran hukum. Berbagai konstruksi dan penafsiran hukum digunakan sebagai dasar argumentasi dalam menilai dan menguji alat bukti yang diajukan dalam persidangan dengan menerapkan teori kebenaran dan keadilan. Di sinilah para pencari keadilan sangat mengharapkan kepada Hakim untuk memutuskan perkara seadil-adilnya demi kebaikan semua pihak (Abdullah, 2008: 7). Di Indonesia masalah perceraian diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan (Pasal 38 sampai dengan Pasal 41), Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 (Pasal 14 sampai dengan Pasal 36), tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (Pasal 113 sampai dengan Pasal 148). Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 (Pasal 39 ayat 2) ditentukan, bahwa baik suami maupun istri dapat mengajukan perceraian berdasarkan alasan-alasan yang telah ditetapkan oleh undang-undang tersebut, jika pemutus perceraian atas kehendak suami disebut dengan cerai talak dan perceraian atas kehendak istri disebut cerai gugat (Mukti Arto, 1998: 202). 4

Adanya perceraian membawa akibat terputusnya hubungan suami istri. Apabila dalam perkawinan telah dilahirkan anak, maka perceraian juga membawa akibat hukum terhadap anak, yaitu orang tua tidak dapat bersamasama lagi. Untuk itu pemeliharaan anak diserahkan kepada salah satu dari orang tua. Di lain pihak akibat perceraian terhadap harta kekayaan adalah harus dibagi harta bersama antara suami istri tersebut. Setelah perkawinan putus karena perceraian, maka sejak perceraian itu mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dalam arti telah tidak ada upaya hukum lain lagi oleh para pihak, maka berlakulah segala akibat putusnya perkawinan karena perceraian. Jika dari perkawinan yang telah dilakukan terdapat anak, maka terhadap anak tersebut berlaku akibat perceraian sebagaimana diatur dalam Pasal 41 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974. Di lain pihak bagi pemeluk Agama Islam akibat putusnya perkawinan diatur dalam Pasal 149 162 Kompilasi Hukum Islam. Dan khusus untuk akibat perceraian terhadap anak, dapat dilihat dalam Pasal 156 huruf a sampai f Kompilasi Hukum Islam. Adapun ketentuan Pasal 156 Kompilasi Hukum Islam tersebut jika dibandingkan dengan ketentuan Pasal 41 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, jauh lebih lengkap. Hal ini wajar, mengingat ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 merupakan peraturan yang sifatnya umum (untuk semua agama), sedangkan Kompilasi Hukum Islam merupakan peraturan yang 5

khusus untuk pemeluk agama Islam saja, sehingga ketentuan-ketentuan yang dimuat harus sedetail-detailnya. Saat ini fenomena perceraian makin banyak terjadi. Hal ini terbukti dengan meningkatnya angka perceraian di beberapa Pengadilan Agama di Jawa Tengah. Khususnya Pengadilan Agama Cilacap yang memiliki angka perceraian tertinggi se-jawa Tengah apabila dibandingkan dengan Pengadilan Agama lainnya. No. Tabel 1 Daftar Kabupaten dengan angka perceraian tertinggi se-jawa Tengah per Februari 2016 PENGADILAN AGAMA PERKARA 1 CILACAP 489 2 BREBES 388 3 SLAWI 281 4 PURWODADI 273 5 PEMALANG 263 Sumber: http://pta-semarang.go.id No. Tabel 2 Daftar angka perceraian di Pengadilan Agama se-barlingmascakeb per Februari 2016 PENGADILAN AGAMA PERKARA 1 CILACAP 489 2 KEBUMEN 255 3 PURWOKERTO 226 4 PURBALINGGA 206 5 BANJARNEGARA 206 6 BANYUMAS 147 Sumber: http://pta-semarang.go.id 6

No. Tabel 3 Daftar Kabupaten dengan angka perceraian tertinggi se-jawa Tengah per Maret 2016 PENGADILAN AGAMA PERKARA 1 CILACAP 496 2 BREBES 418 3 PURWODADI 299 4 SLAWI 296 5 PEMALANG 266 Sumber: http://pta-semarang.go.id No. Tabel 4 Daftar angka perceraian di Pengadilan Agama se-barlingmascakeb per Maret 2016 PENGADILAN AGAMA PERKARA 1 CILACAP 496 2 KEBUMEN 237 3 PURWOKERTO 224 4 BANJARNEGARA 217 5 PURBALINGGA 207 6 BANYUMAS 174 Sumber: http://pta-semarang.go.id No. Tabel 5 Daftar angka cerai gugat dan cerai talak di Pengadilan Agama Cilacap per Februari-Maret 2016 BULAN CERAI GUGAT CERAI TALAK 1 FEBRUARI 2016 316 173 489 2 MARET 2016 341 155 496 Sumber: Amini (Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Cilacap) Tingginya angka perceraian di Pengadilan Agama Cilacap disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang paling banyak terjadi yaitu karena salah satu pihak meninggalkan kewajiban, faktor ekonomi, faktor tidak adanya 7

keharmonisan. Hal ini menimbulkan banyaknya perkara cerai gugat. Cerai gugat lebih mendominasi bila dibanding dengan gugatan cerai lainnya. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul: AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI CERAI GUGAT (Studi di Pengadilan Agama Cilacap). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan dari cerai gugat di Pengadilan Agama Cilacap? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan dari cerai gugat di Pengadilan Agama Cilacap. D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis 1) Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan melalui kegiatan penelitian. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya di dalam Hukum Perkawinan mengenai akibat hukum yang ditimbulkan dari cerai gugat. 8

b. Manfaat Praktis 1) Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak sehingga dapat mengurangi hambatan atau kendala yang timbul dalam hal cerai gugat. 2) Dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak yang berkepentingan dalam hal cerai gugat, dalam hal ini Pengadilan Agama khususnya dalam mengambil keputusan selanjutnya mengenai cerai gugat dalam perkawinan. 9