IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODELOGI PENELITIAN

persentase. Sedangkan analisis inferensial yaitu analisis yang mengacu pada hasil

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor-

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. itu telah disebarkan kuesioner kepada 50 orang responden. Oleh karena itu

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Lokasi Teknik Pengambilan Contoh

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa pada pasar yang telah ada, juga harus mampu merebut daerah

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumen sangat penting peranannya dalam konsep pemasaran, karena itu

Konsumsi Pangan. Preferensi Pangan. Karakteristik Makanan:

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pertanyaan pertanyaan pada kuesioner tersebut. Uji tersebut dilakukan pada

pelayanan dalam pengaruhnya terhadap kepuasan konsumen. Penelitian bertujuan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. metodologi dari konsep serta menyusun hipotesis; c) membuat alat ukur

5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

BAB III METODE PENELITIAN

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

BAB I PENDAHULUAN. produk atau merek produk baru bermunculan. Pesatnya persaingan pasar yang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Djum di Wijilan Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kepuasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERSEMBAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan baik dalam dunia persaingan, baik dalam negeri maupun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia

BAB I PENDAHULUAN. di bidang jasa boga, maka setiap perusahaan perlu menciptakan konsep

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesediaan Membayar ( Willingness to Pay )

lingkup perkantoran pemerintah Kota Depok. Adapun kegiatan tersebut dilakukan 1 hari dalam seminggu yaitu pada hari Selasa. Seluruh pegawai negeri sip

Holland Bakery merupakan salah satu pelopor dalam usaha modern bakery yang. dikenal dengan Holland Bakery. Holland Bakery selalu berusaha untuk

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan.

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu menemukan, mengembangkan atau mengkaji kebenaran suatu

Gambar 3. Nanas terpilih (a) Nanas paon kebun, (b) nanas madu

DAFTAR TABEL. 1. Nilai tambah PDB menurut subsektor Tahun Daftar nama perusahaan teh celup Indonesia

IV. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN. Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

BAB III METODA PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita di sekitar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Uraian berikut berisi hasil dari pengujian (try-out) dari kuesioner dalam penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengelolaannya juga sangat mudah. Setelah beroperasi telah

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengambil sampel atau satu populasi dengan mengunakan kuesioner

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini ialah metode penelitian korelasi. Seperti yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kepuasan kepada konsumen. Untuk memenuhi kepuasan konsumen. perlu dilakukan pemantauan kebutuhan dan keinginan konsumen.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN pada bagian Pos Kilat Khusus adalah gambaran umum tentang

PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KOPI TUBRUK DAN KOPI INSTAN DI KECAMATAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pesat, dengan harapan tidak menghilangkan identitas kota sebagai kota warisan

BAB I PENDAHULUAN. berat, disebabkan oleh krisis ekonomi yang berkepanjangan. Namun demikian

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. hal ini adalah produk makanan dan minuman. Kepuasan merupakan suatu respon positif seseorang dimana hasil kinerja

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR DIAGRAM... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah...

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah tenaga kerja pande besi Bareng Hadipolo.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Pengumpulan Data Penelitian. Yamaha SS Cabang Kedungmundu Semarang. Kuesioner dibagikan

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III Objek dan Metode Penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah konsumen Teh Botol Sosro yang

Kelurahan Bendan Duwur terdapat 40 pertanyaan yang masing-masing. pertanyaan memiliki empat alternatif jawaban, yaitu:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. berasal dari jawaban responden terhadap daftar pernyataan yang dituangkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan Disiplin lalu lintas. Peneliti mendeskripsikan skor Kontrol diri dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%).

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, khususnya di bidang industri. Hal ini terbukti dengan semakin

44 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai tambah yang lebih agar mampu memenuhi kebutuhan dan

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISA DATA. subyek penelitian. Subyek penelitian ini adalah konsumen yang pernah

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER Kuesioner sebagai alat ukur dalam rangka mengumpulkan data harus mampu menghasilkan data yang valid dan reliabel. Untuk itu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner menggunakan 30 orang responden sebelum melakukan penelitian mengenai preferensi konsumen terhadap produk bubur instan pada sampel yang sebenarnya. Tabel 11. Hasil uji validitas kuesioner No. Kelompok Variabel Validitas (r>0,317 ) Keterangan 1. Atribut umum bubur instan (X1-X7) Valid - 2. Atribut rasa spesifik dari dua jenis bubur instan (X8-X9) Valid Kecuali rasa bubur singkong instan 3. Atribut warna spesifik dari dua jenis Valid - bubur instan (X10-X11) 4. Atribut kepraktisan spesifik dari dua Valid - jenis bubur instan (X12-X13) 5. Atribut kepadatan spesifik dari dua Valid - jenis bubur instan (X14-X15) 6. Atribut tekstur spesifik dari dua jenis bubur instan (X16-X17) Valid Kecuali tekstur bubur ubi jalar instan 7. Atribut aroma spesifik dari dua jenis Valid - bubur instan (X18-X19) 8. Atribut kemampuan spesifik sebagai pengganti nasi dari dua jenis bubur instan (X20-X21) Valid - Hasil pengujian validitas kuesioner (Lampiran 5) diperoleh nilai r untuk setiap atribut produk bubur instan. Hasil dari uji validitas kuesioner secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 11. Nilai kritik dengan α=0,05 dan n 30 responden adalah 0,305. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa secara umum semua kelompok variabel tersebut valid. Kuesioner yang valid berarti kuesioner dapat dijadikan alat ukur yang tepat untuk memperoleh data yang ingin diukur. Beberapa variabel yang tidak valid berdasarkan Uji Korelasi Koefisien Peringkat Spearman dinyatakan valid setelah lulus pada uji validitas secara subyektif sehingga variabel tersebut mudah dimengerti dan tidak menimbulkan bias. Hal ini berarti kuesioner telah dinyatakan mempunyai tingkat validitas yang tinggi. Data hasil perhitungan untuk validitas dapat dilihat pada Lampiran 5. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 orang responden dengan teknik test-retest dengan menggunakan rumus korelasi Pearson product moment. Selang waktu antara pengukuran pertama dengan pengukuran kedua adalah 15 hari. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai r korelasi sebesar 0,845 sedangkan nilai r tabel pada selang kepercayaan 95% untuk n = 30 sebesar 0,361. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner yang akan digunakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Data hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 6. B. PROFIL RESPONDEN Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 130 orang responden diketahui bahwa terdapat 96 orang yang sudah pernah mengkonsumsi produk bubur instan, 28 orang tidak pernah mengkonsumsi bubur instan, dan 6 orang tidak memenuhi syarat kelengkapan kuesioner sehingga tidak dapat diolah

dengan menggunakan analisis statistik. Syarat kelengkapan pengisian kuesioner adalah apabila responden pernah mengkonsumsi produk bubur instan lebih dari satu kali maka responden harus menjawab semua pertanyaan (kecuali nomor 26) lanjutan dari nomor 8. Alasan dari responden yang tidak pernah mengkonsumsi produk bubur instan adalah karena lebih menyukai nasi sebesar 42,86%, tidak biasa mengkonsumsinya sebesar 39,28%, dan sulit mendapatkannya sebesar 17,86%. Contoh kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Jumlah responden yang digunakan untuk pengolahan data adalah sebesar 96 orang yaitu responden yang sudah pernah mengkonsumsi produk bubur instan. Profil responden diperlukan untuk mendeskripsikan demografi umum responden sehingga dapat menjelaskan keadaan sosial ekonomi responden untuk selanjutnya dijadikan bahan pertimbangaan dalam pengembangan selanjutnya dari produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar. Pemetaan profil responden meliputi aspek jenis kelamin responden, usia responden, tingkat pendidikan responden, jenis pekerjaan responden, dan tingkat pengeluaran responden. Perbandingan jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 5. 70% 60% 64% 59% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 36% Menikah 41% Belum Menikah laki-laki perempuan Gambar 5. Prosentasi responden berdasarkan jenis kelamin, (n=96) Berdasarkan jenis kelamin (Gambar 5), dapat terlihat bahwa mayoritas responden untuk golongan yang telah menikah adalah perempuan yaitu sebesar 64% (51 orang) sedangkan populasi responden laki-laki adalah sebesar 36% (27 orang). Pada golongan yang belum menikah, responden perempuan adalah sebesar 59% (10 orang) dan responden laki-laki sebesar 41% (7 orang). Stare et al. (1973) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi makanan yaitu: (1) ketersediaan makanan di suatu tempat; (2) kesukaan makanan oleh anggota keluarga khususnya orangtua; (3) pembelian makanan dan penyediaannya yang mencerminkan hubungan kekeluargaan dan budaya; dan (4) rasa makanan, tekstur serta harga. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka mayoritas responden dipilih bersal dari golongan dewasa (menikah) karena orangtua merupakan faktor yang cukup menetukan dalam preferensi anggota keluarga terhadap makanan. Berdasarkan golongan umur (Gambar 6), terlihat bahwa mayoritas responden untuk golongan yang telah menikah berada pada usia produktif yaitu dalam rentang usia 30-50 tahun sebesar 52% dan responden dengan rentang usia <30 tahun sebesar 32%, sedangkan responden dengan usia lebih dari 50 tahun hanya sebesar 16%. Selanjutnya, mayoritas responden untuk golongan yang belum menikah adalah responden remaja (usia 13-19 tahun) yaitu sebesar 77%, sedangkan responden dewasa (usia 20-25 tahun) atas sebesar 23%. 24

Menikah Belum Menikah >50th 16% <30th 32% 20-25 th 23% 30-50 th 52% 13-19 th 77% Gambar 6. Prosentasi responden berdasarkan golongan umur, (n=96) Berdasarkan tingkat pendidikan responden (Gambar 7), dapat diketahui bahwa paling banyak responden berpendidikan setingkat SLTA yaitu sebesar 39% responden dan ada 8% responden yang memiliki pendidikan sarjana. S1 8% SD 28% SLTA 39% SLTP 25% Gambar 7. Prosentasi responden berdasarkan tingkat pendidikan, (n=96) Berdasarkan jenis pekerjaan responden (Gambar 8), dapat diketahui bahwa mayoritas pekerjaan responden untuk golongan yang telah menikah adalah ibu rumah tangga (52%). Menikah Belum Menikah Wiraswasta 23% Pensiunan 3% Ibu rumah tangga 52% Mahasiswa 24% Wiraswasta 6% Pelajar 70% Pegawai 22% Gambar 8. Prosentasi responden berdasarkan jenis pekerjaan, (n=96) 25

Jenis pekerjaan yang paling banyak dimiliki responden pada golongan yang belum menikah adalah pelajar (70%), sedangkan sisanya dalam urutan jumlah yaitu mahasiswa sebanyak 4 orang (24%) dan wiraswasta sebanyak 1 orang (6%). Berdasarkan tingkat pengeluaran responden (Gambar 9), diketahui bahwa mayoritas responden yang telah menikah (33%) memiliki pengeluaran kurang dari Rp. 500.000,00 setiap bulan. Selanjutnya diketahui bahwa 19% responden memiliki pengeluaran sebesar Rp. 1.000.000,00 Rp. 1.500.000,00 setiap bulan, 14% responden memiliki pengeluaran diatas Rp. 1.500.000,00 dan 4% responden memiliki pengeluaran kurang dari Rp. 250.000,00. Selain itu, tingkat pengeluaran paling banyak dimiliki responden pada golongan yang belum menikah adalah responden memiliki pengeluaran sebesar Rp. 150.000,00-400.000,00 yaitu sebanyak 10 orang (59%), sedangkan sisanya dalam urutan jumlah yaitu responden yang memiliki pengeluaran sebesar kurang Rp. 150.000,00 sebanyak 5 orang (29%), responden yang memiliki pengeluaran sebesar Rp. 401.000,00-Rp. 600.000,00 sebanyak 1 orang (6%) dan responden ayng memiliki pengeluaran besar dari Rp. 600.000,00 sebanyak 1 orang (6%). Menikah Belum Menikah 1001-1500 19% >1500 14% <250 4% 250-500 30% 401-600 6% >600 6% <150 29% 501-1000 33% 150-400 59% (dalam ribu rupiah) (dalam ribu rupiah) Gambar 9. Prosentasi responden berdasarkan tingkat pengeluaran, (n=96). Berdasarkan motivasi yang terlahir dari alasan responden dalam mengkonsumsi bubur instan (Gambar 10), dapat diketahui bahwa mayoritas motivasi responden mengkonsumsi bubur instan adalah 54% karena kepraktisannya, kemudian 17% karena rasanya enak. Dengan demikian faktor kepraktisan dan faktor rasa perlu mendapat perhatian dalam mengevaluasi produk bubur instan. 4% 7% 3% 17% 15% 54% rasanya enak praktis variasi makanan mudah didapat harga terjangkau lainnya Gambar 10. Prosentasi responden berdasarkan alasan (motivasi) mengkonsumsi bubur instan, (n=96). 26

Berdasarkan profil responden yang diuraikan diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden (lebih dari 50%) berjenis kelamin perempuan. Mayoritas responden telah menikah yaitu sebesar 82%. Mayoritas responden yang telah menikah (84%) berada pada usia produktif. Mayoritas responden berpendidikan sekolah lanjutan (64%), dengan tingkat pengeluaran keluarga yang terbagi ke dalam 3 kelompok mayoritas yaitu keluarga dengan pengeluaran sebesar Rp. 501.000 Rp. 1.000.000,00 tiap bulan bulan (33%), keluarga dengan pengeluaran sebesar Rp. 250.000,00 Rp 500.000,00 tiap bulan (30%) dan keluarga dengan pengeluaran sebesar Rp. 1.001.000 Rp. 1.500.000,00 tiap bulan bulan (19%). Hal ini berarti bahwa mayoritas responden berada pada golongan sosial ekonomi bawah karena memiliki derajat pendidikan yang rendah dan juga memiliki pengeluaran/belanja yang rendah tiap bulannya. Berdasarkan motivasi (alasan) responden dalam mengkonsumsi bubur instan, dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengkonsumsi bubur instan dengan alasan kepraktisan (54%) dan diikuti oleh alasan rasa (17%). Lyman (1989), menjelaskan bahwa preferensi dapat dipengaruhi oleh waktu dan kondisi pada saat terakhir mengkonsumsinya. Dalam memilih makanan tertentu yang disukai, pengalaman makan, seperti rasa enak, menyenangkan, terjangkau, dan mudah didapat. C. ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RESPONDEN DALAM MEMBENTUK PREFERENSI KONSUMEN Sebagaimana telah dijelaskan di atas, pada penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi bahan pangan dikelompokan ke dalam dua kelompok yaitu karakteristik responden dan faktor mutu produk. Karakteristik responden terdiri dari 6 faktor yaitu jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran, jenis pekerjaan, dan alasan (motivasi) pribadi tentang mengkonsumsi bubur instan. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney (Lampiran 8) diketahui bahwa jenis kelamin responden tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan (p=0,529). Adanya sebaran data tingkat konsumsi yang tidak merata (Lampiran 7) perlu dipertimbangkan sebagai faktor yang turut mempengaruhi hasil uji Mann-Whitney di atas. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan (Shepherd & Sparks 1994). Berdasarkan hasil analisis Uji Kruskal Wallis (Lampiran 9), diketahui bahwa usia responden tidak berhubungan secara nyata dengan tingkat konsumsi (p=0,475). Hal ini berarti usia responden (golongan dewasa maupun golongan remaja) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan (Shepherd & Sparks 1994). Menurut Schaffner et al. (1998) usia dari masing-masing individu berpengaruh dalam pemilihan terhadap suatu produk pangan, tetapi pada akhirnya pemilihan (preferensi) tersebut akan sangat bergantung pada kondisi (aspek) psikologis individu pada saat itu. Berdasarkan hasil analisis uji Kruskal Wallis (Lampiran 10), diketahui bahwa tingkat pendidikan responden tidak berhubungan nyata dengan tingkat konsumsi produk bubur instan (p=0,058). Tingkat pendidikan (pengetahuan) individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan (Shepherd & Sparks 1994). Tingkat pendidikan juga mempunyai pengaruh terhadap selera dan preferensi responden. Responden dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi biasanya memiliki beberapa pertimbangan untuk mengkonsumsi suatu produk. Hal ini biasanya sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki responden mengenai produk tertentu. Menurut Schaffner et al. (1998) semakin baik tingkat pendidikan seseorang maka orang tersebut cenderung akan semakin sering mencari informasi mengenai komponen-komponen yang terkandung pada suatu produk pangan dan komponenkomponen nutrisi tersebut menjadi semakin penting. Menurut Schaffner et al. (1998) tingkat pendidikan dari masing-masing individu berpengaruh dalam pemilihan terhadap suatu produk pangan, tetapi pada akhirnya preferensi tersebut akan sangat bergantung pada kondisi (aspek) psikologis aktual dari masing-masing individu pada saat itu. Selain masih harus bergantung kepada kondisi (aspek) 27

psikologis aktual dari masing-masing individu, hal ini mungkin disebabkan oleh karena bubur instan masih dijadikan alternatif terakhir bagi masyarakat untuk dikonsumsi sebagai makanan pokok. Berdasarkan hasil analisis Uji Kruskal Wallis (Lampiran 11) diketahui bahwa pekerjaan responden memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat konsumsi produk bubur instan, karena diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,035. Pekerjaan konsumen dapat mempengaruhi persepsi dan preferensi konsumen. Menurut Sanjur (1982), pekerjaan individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu jenis produk pangan. Selain itu, produsen berusaha untuk mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang mempunyai minat lebih baik daripada rata-rata kelompok yang ada terhadap barang dan jasa yang diproduksi (Kotler 2001). Hal ini berarti bahwa jenis pekerjaan responden (pelajar, mahasiswa, ibu rumahtangga, pegawai swasta, wiraswasta, pegawai negeri, dan pensiunan) menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan. Pendapatan (melalui pendekatan pengeluaran) individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan (Shepherd & Sparks 1994). Berdasarkan Uji Kruskal Wallis (Lampiran 12) diketahui bahwa pendapatan responden tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi terhadap produk bubur instan (p=0,577). Menurut Shepherd dan Sparks (1994) pendapatan individu memiliki pengaruh terhadap preferensi konsumen, tetapi seperti kita ketahui juga bahwa kondisi psikologi aktual responden juga berpengaruh terhadap tingkat preferensi konsumen. Menurut Schaffner et al. (1998) faktor karakteristik demografi dari masing-masing individu berpengaruh dalam pemilihan terhadap suatu produk pangan, tetapi pada akhirnya (preferensi) tersebut akan sangat tergantung pada kondisi (aspek) psikologis individu pada saat ini, seperti motivasi, kepribadian, persepsi, belajar, kepercayaan dan sikap. Motif (alasan) adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak dan dengan memuaskan kebutuhan tersebut ketegangan akan berkurang (Kotler 2001). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian berdasarkan Lampiran 13, bahwa berdasarkan analisis Uji Kruskal Wallis diperoleh hasil nilai probabilitas sebesar 0,047. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa motif responden dalam mengkonsumi produk bubur instan memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan. Tabel 12. Hasil analisis pengaruh karakteristik responden terhadap produk bubur instan No Karakteristik responden Pengaruh 1 Jenis kelamin responden Tidak nyata 2 Usia responden Tidak nyata 3 Tingkat pendidikan responden Tidak nyata 4 Jenis pekerjaan responden Nyata 5 Tingkat pengeluaran responden Tidak nyata 6 Motivasi responden Nyata Dari hasil pada Tabel 12, dapat terlihat bahwa beberapa karakteristik responden (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan pengeluaran) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan karena nilai probabilitasnya di atas angka 0,05. Sedangkan karakteristik jenis pekerjaan responden dan karakteristik motivasi konsumsi responden berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan. D. ANALISIS ATRIBUT MUTU PRODUK DALAM MEMBENTUK PREFERENSI KONSUMEN Skor keyakinan (b i ) yang dihasilkan dari penilaian responden terhadap produk bubur instan menunjukkan nilai yang diinginkan oleh responden terhadap produk tersebut. Sedangkan skor evaluasi (e i ) terhadap produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar menggambarkan tingkat penerimaan responden terhadap keberadaan seluruh tujuh atribut yang berada pada dua jenis produk bubur instan 28

tersebut. Skor keyakinan (b i ) dan skor evaluasi (e i ) diukur pada skala evaluasi dua kutub yaitu dari 2 yang berarti sangat buruk sampai +2 yang berarti sangat baik. Responden akan memberikan penilaian dengan cara menjatuhkan pilihan pada salah satu dari lima angka skala antara 2 sampai +2 untuk masing-masing atribut. Pada penelitian ini, 6 atribut yang digunakan adalah rasa, warna, kepraktisan, kepadatan, tekstur, aroma, kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat. Data tentang skor keyakinan (b i ) responden terhadap atribut produk bubur instan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Skor keyakinan (b i ) responden terhadap atribut produk bubur instan Atribut -2-1 0 1 2 Rata-rata tertimbang Rasa 0 2 9 81 4 0,906 Warna 0 1 8 85 2 0,917 Kepraktisan 0 1 1 87 7 1,042 Sifat 0 22 18 55 1 0,365 mengenyangkan Tekstur 0 1 8 87 0 0,896 Aroma 0 4 10 75 7 0,885 Kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat 0 4 3 84 5 0,938 Berdasarkan data dari skor keyakinan (b i ) pada Tabel 13 diketahui bahwa semua atribut memiliki nilai positif dan mendekati skala 1, skala +1 mewakili sifat baik, satu tingkat lebih rendah dari nilai +2 yang mewakili sifat sangat baik. Hal ini berarti bahwa hampir semua atribut telah cukup sesuai dengan keinginan responden (konsumen). Diketahui juga, bahwa atribut kepraktisan mempunyai skor tertinggi (1,042), artinya atribut kepraktisan merupakan atribut yang paling sesuai dengan keinginan responden dari atribut lainnya. Atribut sifat mengenyangkan memiliki skor yang rendah (0,035), artinya responden memiliki anggapan bahwa produk bubur instan adalah produk makanan yang kurang mengenyangkan untuk dijadikan sebagai makanan pokok. Sedangkan dapat kita lihat pada atribut kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat, produk bubur instan memiliki skor yang tinggi (0,938). Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa responden memiliki keyakinan bahwa produk bubur instan kurang memenuhi standar responden sebagai makanan pokok karena kurang mengenyangkan, akan tetapi responden setuju bahwa produk bubur instan dapat digunakan sebagai pengganti nasi pada saat darurat. Skor evaluasi (e i ) terhadap produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar menggambarkan tingkat penerimaan responden terhadap keberadaan keseluruhan tujuh atribut yang dimiliki oleh dua jenis produk bubur instan tersebut. Skor evaluasi (e i ) terhadap produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar diuraikan pada Tabel 14 dan Tabel 15. Tabel 14. Skor evaluasi responden terhadap atribut bubur singkong instan Atribut -2-1 0 1 2 Rata-rata tertimbang Rasa 0 29 22 43 2 0,188 Warna 0 6 12 74 4 0,792 Kepraktisan 0 0 2 85 9 1,073 Sifat 1 13 6 75 1 0,646 mengenyangkan Tekstur 0 12 12 68 4 0,667 Aroma 0 19 22 54 1 0,385 Kemampuan mengganti nasi pada saat darurat 0 10 3 78 5 0,813 29

Tabel 14 dan Tabel 15 mendeskripsikan tentang skor evaluasi (e i ) terhadap produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar. Skor evaluasi (e i ) diperoleh dengan menjumlahkan skor penilaian dari seluruh responden dan selanjutkan dihitung rata-ratanya untuk masing-masing atribut. Perbandingan skor evaluasi (e i ) antara produk bubur singkong instan dengan produk ubi jalar instan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 15. Skor evaluasi responden terhadap atribut bubur ubi jalar instan Atribut -2-1 0 1 2 Rata-rata tertimbang Rasa 0 22 8 55 1 0,365 Warna 0 22 20 51 3 0,365 Kepraktisan 0 0 2 84 10 1,083 Sifat 1 22 4 68 1 0,479 mengenyangkan Tekstur 0 7 5 81 3 0,833 Aroma 0 11 9 69 7 0,750 Kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat 0 7 3 80 6 0,885 Atribut mutu yang bernilai cukup rendah yaitu atribut rasa (0,188) dan atribut aroma (0,385) pada produk bubur singkong instan dan pada produk bubur ubi jalar instan dapat diketahui atribut yang memiliki skor evaluasi yang rendah yaitu atribut rasa (0,365), atribut warna (0,365), dan atribut sifat mengenyangkan (0,479). Berdasarkan wawancara terpisah dengan responden diketahui bahwa responden kurang menyukai rasa dari produk bubur singkong instan yang hambar dan juga responden mengeluhkan aroma singkong yang masih terlalu kuat pada produk tersebut. Sedangkan pada produk bubur ubi jalar instan diketahui bahwa responden kurang menyukai rasa manis pada produk tersebut karena responden merasa kurang cocok jika makanan pokok cenderung mempunyai rasa manis. Hasil skor evaluasi menguatkan pendapat responden karena atribut rasa dan aroma pada bubur singkong instan memiliki nilai yang rendah, dimana nilai keduanya mendekati nilai 0 yang artinya mendekati penilaian netral atau berada diantara selang penilaian disukai dengan tidak disukai. Begitu juga nilai skor evaluasi atribut rasa dan warna pada bubur ubi jalar instan yang mendekati nilai 0. Hal ini menunjukkan atribut tersebut harus diperbaiki dalam pengembangan produk bubur instan selanjutnya agar sesuai dengan keinginan konsumen sehingga tingkat penerimaan produk tersebut menjadi semakin baik. Berdasarkan data skor evaluasi (e i ) pada Tabel 16 diketahui bahwa semua atribut mutu dari produk bubur singkong instan dan bubur ubi jalar instan dinilai positif oleh responden. Tabel 16. Skor evaluasi (e i ) konsumen terhadap produk bubur instan Produk bubur instan Atribut Bubur singkong instan Bubur ubi jalar instan Rasa 0,188 0,365 Warna 0,792 0,365 Kepraktisan 1,073 1,083 Sifat mengenyangkan 0,646 0,479 Tekstur 0,667 0,833 Aroma 0,385 0,750 Kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat 0,813 0,885 30

Atribut warna dari produk bubur ubi jalar instan memperoleh skor rendah (0,362) karena responden kurang menyukai warna produk bubur ubi jalar instan yang berwarna keabu-abuan. Bubur singkong instan memiliki warna yang cenderung putih bersih. Skor evaluasi atribut warna yang diperoleh oleh produk bubur singkong instan cukup tinggi yaitu sebesar 0,792. Responden menilai produk bubur yang memiliki warna putih cenderung lebih menarik dibandingkan produk bubur yang berwarna gelap. Pada bubur ubi jalar instan, responden menyukai atribut tekstur dengan skor evaluasi sebesar 0,833 dan atribut aroma dengan skor evaluasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,750. Responden mennyukai produk bubur ubi jalar instan yang wangi dengan tekstur yang berserat. Skor evaluasi atribut kepraktisan pada probuk bubur ubi jalar instan dan bubur singkong instan diketahui memiliki skor yang cukup baik. Dimana produk bubur singkong instan memperoleh skor sebesar 1,073 dan produk bubur ubi jalar instan memperoleh skor sebesar 1,083. Nilai skor evaluasi atribut kepraktisan pada produk bubur instan yang berada pada kisaran +1 atau rata-rata responden memberi penilaian setuju akan kepraktisan kedua jenis produk bubur instan. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan pembuatan produk bubur instan dalam aspek kepraktisan telah tercapai. E. TINGKAT PENERIMAAN RESPONDEN TERHADAP PRODUK BUBUR SINGKONG INSTAN DAN BUBUR UBI JALAR INSTAN Skor keyakinan (b i ) dan skor evaluasi (e i ) terhadap atribut mutu produk bubur instan yang telah diperoleh digunakan untuk mengetahui skor sikap (A 0 ) responden terhadap produk bubur instan tersebut. Skor sikap (A 0 ) produk bubur singkong instan dan bubur ubi jalar instan diperoleh dengan mengalikan skor keyakinan responden dengan skor evaluasi dari masing-masing produk. Skor sikap (A 0 ) produk bubur singkong instan diperoleh dengan mengalikan skor keyakinan (b i ) responden terhadap bubur instan dengan skor evaluasi (e i ) responden terhadap bubur singkong instan. Sedangkan skor sikap (A 0 ) produk bubur ubi jalar instan diperoleh dengan mengalikan skor keyakinan (b i ) responden terhadap bubur instan dengan skor evaluasi (e i ) responden terhadap bubur ubi jalar instan. Hasil perhitungan skor sikap (A 0 ) responden terhadap produk bubur instan diuraikan pada Tabel 17. Tabel 17. Skor sikap (A 0 ) responden terhadap produk bubur instan Produk bubur instan Atribut Bubur singkong instan Bubur ubi jalar instan Rasa 0,170 0,330 Warna 0,726 0,334 Kepraktisan 1,118 1,128 Sifat mengenyangkan 0,235 0,175 Tekstur 0,597 0,747 Aroma 0,341 0,664 Kemampuan sebagai pengganti nasi 0.762 0,830 pada saat darurat Total 3,949 4,208 Berdasarkan Tabel 17, diketahui bahwa produk bubur ubi jalar instan adalah yang paling disukai responden, dengan total skor preferensi sebesar 4,208. sedangkan produk bubur singkong instan memiliki skor preferensi yang lebih rendah yaitu sebesar 3,949. produk bubur singkong instan memiliki skor yang rendah untuk atribut aroma (0,341) dan produk bubur ubi jalar instan memiliki skor yang rendah untuk atribut rasa (0,330) dan atribut warna (0,334). Selanjutnya kedua produk memiliki skor yang sangat rendah untuk atribut sifat mengenyangkan, 0,235 untuk bubur singkong instan dan 0,175 untuk bubur ubi jalar instan. Angka yang diperoleh sangat rendah pada atribut ini karena responden telah memiliki skor keyakinan (b i ) yang rendah dan ditambah dengan angka skor evaluasi (e i ) yang juga rendah. Hal ini menyebabkan sangat rendahnya nilai skor sikap (A 0 ) yang 31

merupakan nilai hasil perkalian antara skor keyakinan (b i ) dan skor evaluasi (e i ). Untuk mengetahui lebih jelas mengenai perhitungan skor sikap (A 0 ) dapat dilihat pada Lampiran 14. Atribut yang memiliki skor sikap (A 0 ) yang paling memuaskan untuk kedua produk adalah atribut kepraktisan, masing-masing bernilai 1,118 dan 1,128 untuk produk bubur singkong instan dan produk bubur ubi jalar instan. Dapt dilihat bahwa responden setuju dengan kepraktisan produk bubur instan ini berdasarkan angka skor sikap (A 0 ) melebihi nilai 1 yang mewakili pernyataan setuju. Langkah selanjutnya dalam analisis preferensi konsumen dengan model Fishbein adalah menentukan skala penilaian. Tujuan penentuan skala penilaian ini adalah supaya diketahui kategori sikap responden terhadap produk bubur instan. Sikap responden dikelompokkan menjadi lima kategori dari sangat disukai sampai sangat tidak disukai. Sebelum menentukan skala penilaian terlebih dahulu dilakukan perhitungan untuk mengetahui skor maksimum sikap yang diberikan pada produk bubur instan secara umum. Skor maksimum sikap (A 0 maks) diperoleh dengan mengalikan skor evaluasi dengan skor kepercayaan ideal, yaitu +2. Tabel 18. Skor maksimum sikap (A 0 maks) produk bubur instan Atribut b i maks e i A 0 maks Rasa +2 0,906 1,813 Warna +2 0,917 1,833 Kepraktisan +2 1,042 2,083 Sifat mengenyangkan +2 0,365 0,729 Tekstur +2 0,896 1,792 Aroma +2 0,885 1,771 Kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat +2 0,938 1,875 Total +11,896 Dari Tabel 18, maka dapat diketahui bahwa skor maksimum sikap (A 0 maks) adalah sebesar +11,896. sehingga diperoleh selang antara skor maksimum dan skor minimum adalah dari +11,896 sampai 11,896. langkah selanjutnya adalah pembagian selang tersebut menjadi 5 selang skor penilaian sesuai dengan kategori penilaian produk yaitu dari sangat disukai sampai sangat tidak disukai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Rentang (skala) skor preferensi Skala Penilaian Kategori Penilaian Produk ( 11,896) ( 5,948) Sangat tidak disukai ( 5,947) (0,001) Tidak disukai 0 Biasa 0,001 (+5,947) Disukai (+5,948) (+11,896) Sangat disukai Dari data skala penilaian pada Tabel 19, diketahui bahwa produk bubur singkong instan dan produk bubur ubi jalar instan masuk ke dalam kategori penilaian disukai, karena skor sikap (A 0 ) dari kedua jenis produk bubur instan tersebut masuk ke dalam selang skor antara 0,001 sampai dengan 5,947. Yaitu diketahui bahwa produk bubur ubi jalar instan adalah yang paling disukai responden, dengan total skor preferensi sebesar 4,208. sedangkan produk bubur singkong instan memiliki skor preferensi yang lebih rendah yaitu sebesar 3,949. 32