BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk

P E N D A H U L U A N

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan, dan diterapkan oleh manusia (budi-daya manusia). Kata kebudayaan berasal

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA. Oleh MIKAWATI INDRYANI HUTABARAT

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki berbagai fungsi dalam penggunaannya. Salah satu di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. wacana.ahimsa (dalam Sobur, 2001:23) mengemukakan, bahwabahasa

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Hartomo, H (1997)

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba sangat mengapresasi nilai-nilai budaya yang mereka

TOR-TOR PADA UPACARA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT TAPANULI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

II. TINJAUAN PUSTAKA. lain yang berhubungan dengan perasaan dari orientasi seleksinya.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Manusia sebagai makhuk sosial tidak terlepas dari komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

KATA SAPAAN DALAM BAHASA BATAK TOBA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis.

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya):

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis) yang masing-masing

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA. Irawati (2011 : 6) menyatakan bahwa konsep merupakan ide-ide, penggambaran halhal

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas

BAB IV KAJIAN MULTIKULTURAL DALIHAN NA TOLU DALIHAN NA TOLU DALAM PERSPEKTIF KONSELINGMULTIKULTURAL

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba mempunyai bahasa Batak Toba sebagai lambang identitas dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologi semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu Semion yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu hal yang suci, karena itu selalu diusahakan agar dapat berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adat Batak Toba atau yang disebut (Jabu) juga sangat sangat banyak ditemukan.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi,

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah konflik sendiri secara etimologis berasal dari bahasa Latin con yang

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan

ANGGARAN DASAR (AD) PUNGUAN NAPOSOBULUNG SAGALA RAJA BORU DOHOT BERE SE - JAKARTA BOGOR DEPOK TANGERANG DAN BEKASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. negara ini memiliki beragam adat budanya dan hukum adatnya. Suku-suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Punguan Pomparan Raja Silahisabungan dan Punguan Pomparan Raja Toga Manurung

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batakyang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. penganutnya. Indonesia merupakan negara penganut budaya Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana tercantum

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Dari yang terendah: Mate di Bortian (meninggal dalam kandungan), Mate Posoposo

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak dan Batak Mandailing,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah evaluasi terhadap objek psikologis terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

Transkripsi:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003: 588). 2.1.1 Makna Makna disebut juga arti. Makna adalah hubungan antara penanda-penanda dan objeknya. Makna sangat penting berperan dalam suatu tanda karena suatu tanda mengandung arti atau informasi (Sobur 2004) 2.1.2 Ungkapan Dalam KBBI (1995: 1105), ungkapan adalah apa-apa yang diungkapkan. Ungkapan juga bisa dikatakan dengan sebuah perasaan yang dituangkan lewat lisan secara langsung ataupun melalui tulisan yang memiliki makna yang berbeda. Entah itu marah, sedih, bahagia, benci, semuanya terikat dalam sebuah kata. Ungkapan bagi orang Batak Toba dikenal dengan sebutan umpama. Umpama sangat penting diingat dan diketahui maknanya bagi masyarakat Batak Toba, karena umpama dipergunakan dalam setiap upacara adat yang berlaku bagi masyarakat Batak Toba. Upacara adat yang mempergunakan umpama antara lain, pada acara pembabtisan anak yang baru lahir atau penyucian dan sekaligus pemberian nama bagi anak yang baru lahir, memasuki rumah baru, sari matua yaitu suatu upacara penghormatan bagi orang tua yang meninggal

yang masih memiliki anak yang belum berkeluarga, sampai pada acara pernikahan. Contoh umpama dalam upacara adat pernikahan Batak Toba: Penutur : Manghatai ma hita tutu! Ia nungga bosur(butong) Berbicaralah lah kita benar! Kalau sudah kenyang Mangan indahan na las jala sagat marlompan juhut, bagot Makan nasi yang hangat dan puas lauk-pauk daging, pohon aren na marhalto ma tutu tubu dirobean, horas yang buah pohon enau lah benar tumbuh di lereng curam sehat ma hami na mangan ton horas ma hamu na mangalehon, lah kami yang makan sudah sehat lah kalian yang memberikan Ba haroan ni I denggan ma dihataon suhut. Ya acara oleh itu bagus lah dikatakan penyelengara pesta. berbicaralah kita dulu! Kalau sudah kenyang kita makan dan puas makan daging, pohon aren berbuah aren tumbuh di lereng curam, sehatlah kami yang makan dan diberkatilah kalian yang memberikan. Jadi beritahukanlah alasan pesta ini. Lawan tutur: Alusan ma tutu hata muna i! taringot tu na nidok muna Jawab lah benar perkataan kalian itu! teringat ke yang katakan kalian i bosur mangan indahan na las jala mahap marlompan itu kenyang makan nasi yang hangat dan kenyang lauk pauk juhut, tung otik so sadia pe na hupatupa hami daging, walaupun sedikit bukan berapa lah yang sajikan kami I ba sai godang ma pinasuna. Ba sipanganan on parhorason Itu ya semoga banyak lah berkat. Ya makanan ini pensyukuran jala panggabean ma i. Songoni ma sahat ni hata nami. dan pemberkatan lah itu. Begitu lah akhir dari perkataan kami.

kami jawablah pertanyaannya!teringat sudah kenyang makan, puas makan daging, walaupun sedikit kami sediakan semoga banyak berkatnya, makanan kesehatanlah itu. Begitulah ucapan kami. Sebagaimana yang kita ketahui setiap upacara adat diakhiri dengan upacara marhata. Acara marhata ialah dialog secara resmi diantara dua pihak dalam pesta pernikahan diantara pihak orangtua mempelai wanita dan pihak orangtua pria, sedangkan upacara adat di rumah diantara pihak hula-hula dan pihak tuan rumah. Masyarakat Batak Toba tidak terlepas dari upacara adatnya, oleh sebab itu bukan hanya ketua adat yang wajib mengingat dan mengetahuinya tapi juga seluruh masyarakat Batak Toba wajib mengetahuinya kalau tidak mau dikatakan tidak tau adat. 2.1.3 Upacara Adat Perkawinan Dalam KBBI (1995: 1108), upacara adalah perbuatan atau perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubungan dengan peristiwa penting, rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan menurut adat atau agama. Perkawinan merupakan penyatuan dua keluarga yang diikat dalam tali pernikahan. Dalam KBBI (1995: 456), perkawinan adalah hal yang berurusan dengan kawin (membentuk keluarga dengan lawan jenis). Salah satu adat yang dimiliki oleh berbagai suku adalah adat perkawinan yang biasanya dilaksanakan dalam bentuk upacara. Anggota masyarakat merasa hanya dapat melihat adat sebagai suatu yang kongkrit dalam bentuk upacara yang harus diselenggarakan sebagai tradisi yang wajib dipatuhi (Ritonga, 1997: 5). Perkawinan adalah peristiwa yang sangat penting dalam hidup manusia.

Perkawinan menandakan perpindahan hidup dari tanggung jawab orang lain menjadi tanggung jawab sendiri. Saat perpindahan ini sangat penting. Oleh karena itu, harus diadakan upacara khusus. Perkawinan dimaksudkan untuk mendapatkan keturunan yang akan melanjutkan keluarga dan penerima warisan. Perkawinan juga membentuk suatu hubungan khusus antarkeluarga bersangkutan. Hubungan ini terjadi bukan karena hubungan darah, tetapi terjadi karena hubungan perkawinan. Upacara perkawinan adalah upacara adat yang terpenting bagi orang Batak, karena hanya orang yang sudah kawin yang berhak mengadakan upacara adat, dan upacara-upacara adat lainnya seperti lahirnya seorang anak, pemberian nama kepadanya, dan sebagainya adalah sesudah pesta kawin. 2.1.4 Masyarakat Batak Toba Pada umumnya masyarakat Batak Toba yang tinggal di Provinsi Sumatera Utara dan khususnya di daerah Toba, di mana di daerah Toba tersebut di bagi tiga kabupaten yaitu: Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Humbang. Dengan letak geografis 1 30-2 40 Lintang utara dan 98-100 Bujur Timur. Masyarakat Batak Toba sangat erat hubungannya antara satu dengan yang lainnya, di mana masyarakat tersebut saling menghormati satu sama lain yang diikat oleh Dalihan Na Tolu yaitu tiga tiang tungku. Yang termasuk Dalihan Na Tolu antara lain: hula-hula, dongan tubu, dan boru. Hulahula adalah pihak keluarga dari istri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku

Batak). Sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hulahula (Somba marhula-hula). Dongan tubu disebut juga dongan sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling berdekatan, saling menopang, walaupun karena dekatnya terkadang saling gesek. Namun pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga. Diistilahkan, manat mardongan tubu. Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga (keluarga lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai parhobas atau pelayan baik dalam pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat. Namun walaupun burfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan elek marboru. 2.2 Landasan teori Secara etimologis, semiotik berasal dari kata Yunani semion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri diartikan sebagai sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain. Semiotik adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri makna. De Saussure menggunakan istilah signifiant, untuk segi bentuk suatu tanda dan signifkan untuk segi maknanya. Dengan

demikian, De Saussure dan para pengikutnya melihat tanda sebagai sesuatu yang menstrukur dan terstruktur didalam kognisi manusia. Dalam teori De saussure, signifian bukanlah bunyi bahasa secara konkrit, tetapi merupakan citra tentang bunyi bahasa. Dengan demikian, apa yang ada dalam kehidupan kita dilihat sebagai bentuk yang mempunyai makna tertentu. Masih dalam pengertian de saussure, hubungan antara bentuk dan makna tidak bersifat pribadi, tetapi sosial, yakni didasari oleh kesepakatan sosial. De Saussure lebih menekankan pada uraian tentang ilmu yang mengkaji bahasa secara mandiri, yang disebutnya linguistique, ia mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem tanda tanda. Disamping itu, dia pun mengemukakan bahwa dimungkinkan adanya suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda- tanda dalam masyarakat. Ilmu semacam itu, yang merupakan bagian dari psikologi sosial, akan dinamai semiologie, yang akan memperlihatkan apa yang membentuk tanda dan kaidah apa yang berlaku baginya, karena sifatnya yang mengaitkan dua segi, penanda dan petanda, teori tanda de saussure juga disebut bersifat dikotomis dan struktural. Tanda-tanda yang ada dalam kehidupan kita bukan hanya berupa simbol tapi juga dapat berupa ungkapan-ungkapan. Itulah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Untuk mengkaji tanda dan ungkapan itu dipakailah teori pragmatik. Pragmatik adalah merupakan cabang linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa, sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal ekstralingual yang dibicarakan (Verhaar, 200: 15). Analisis pragmatik yang dipergunakan untuk

mengkaji tanda dan ungkapan memakai teori Firth dalam Halliday tentang konteks situasi. Pragmatik adalah merupakan cabang linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa, sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal ekstralingual yang dibicarakan (Verhaar, 2001: 15). Morris 1938 (dalam Henry) pragmatik adalah hubungan tanda-tanda dengan para penasir. Teori pragmatik menjelaskan alasan atau pemikiran para pembicara dan para penyimak dalm menyusun korelasi dalam suatu konteks sebuah tanda kalimat dengan suatu proposisi (rencana atau masalah). Firth 1950 (dalam Halliday, 1992: 7) mengatakan ada pokok-pokok pandangan antara lain: 1. Pelibat dalam situasi: ialah orang dan tokoh-tokoh, yang lebih kurang sepadan dengan yang biasa disebut para sosiolog sebagai kedudukan dan peran pelibat. 2. Tindakan pelibat: hal yang sedang mereka lakukan baik tindak tutur maupun tindak yang bukan tutur. 3. Ciri-ciri situasi lainnya yang relevan: benda-benda dan kejadian sekitar, sepanjang hal itu mempunyai sangkut paut tertentu dengan hal yang sedang berlangsung. 4. Dampak-dampak tindak tutur: bentuk perubahan yang ditimbulkan oleh hal-hal yang dituturkan oleh pelibat dalam situasi.

2.3 Tinjauan pustaka Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber yang relevan untuk di kaji dalam penelitian ini, adapun sumber tersebut adalah : Emsi Siagian (2007) mengkaji percakapan Bahasa Batak Toba dalam upacara jou-jou tano Batak. Ia menganalisis percakapan baik lisan maupun tulisan dengan hanya membahas bagaimna pengolahan data suatu percakapan agar tecapai tujuan percakapan. Kartika T. Sidabutar(2007) dalam skripsinya yang berjudul konsep warna dalam Bata Toba menggunakan beberapa teori untuk mengkaji warna dalam Batak Toba. Dari segi maknanya. Ia menganalisis makna dari semantik alam, makna asal, polisemi, dan sintaksis makna universal. Pemil B. Saragih (2006) menganalisis peristiwa tutur dengan membagi ke dalam delapan komponen, yaitu setting (menunjuk kepada unsur-unsur material yang ada di sekitar peristiwa interaksi, tempat, dan waktu terjadinya sebuah tuturan), participants (pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan), ends (merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan), act sequences (mengacu pada bentuk, ujaran atau pokok tuturan), key (mengacu pada nada dan semangat dimana suatu pesan disampaikan dengan berbagai cara), instrumentalities, norm of interaction (mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi), genres (jenis bentuk penyampaian). Dengan judul Peristiwa Tutur pada Seminar Internasional Tradisi Lisan Indonesia-Malaysia.