BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdiri dari oksida rangkap seperti Al 2 O 3, SiO 2, Fe 2 O 3, CaO, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia terdiri dari non protein nitrogen dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia berasal dari non protein nitrogen

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

MANFAAT ZEOLIT DALAM BIDANG PERTANIAN DAN PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. dilakukan sejak tahun 1995, meliputi pengolahan dan tingkat penggunaan dalam

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut.

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

HASIL DAN PEMBAHASAN Suplementasi Biomineral

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Ubi Kayu menjadi Tepung Tapioka Industri Rakyat Sumber : Halid (1991)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

senyawa humat (39,4% asam humat dan 27,8% asam fulvat) sebesar 10% pada babi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan konversi pakan secara sign

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pengembangan ternak ruminansia di Indonesia akan sulit dilakukan jika hanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. rumen dalam menghasilkan produk metabiolit rumen (VFA, N-NH3 maupun protein

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum

KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan domba-domba lokal. Domba lokal merupakan domba hasil persilangan

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

HASIL DAN PEMBAHASAN M0 9,10 MJ 6,92 MIL 7,31 MILT 12,95 SEM 1.37

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pemanfaatan gulma tanaman pangan sebagai pakan ternak. peternakan. Gulma tanaman pangan mempunyai potensi untuk dapat

Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

(S). Tanpa suplementasi, maka mineral sulfur akan menjadi faktor pembatas pertumbuhan

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sapi Bali termasuk familia Bovidae, Genus Bos dan Sub-Genus Bovine,

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Penelitian

Macam macam mikroba pada biogas

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

I. PENDAHULUAN. pokok, produksi, dan reproduksi. Pemberian pakan yang mencukupi baik

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

dilakukan lisis sel untuk memperoleh enzimnya. Kerja enzim ekstraseluler yaitu memecah atau mengurai molekul-molekul kompleks menjadi molekul yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

dengan bakteri P. ruminicola (98-100%), B. fibrisolvens (99%), C. eutactus (99%) dan T. bryantii (94%). Bakteri-bakteri tersebut diduga sering

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

Hasil. rumen domba. efektivitas. cairan Aktifitas enzim (UI/ml/menit) , Protease. Enzim

BAB I. PENDAHULUAN. tahun 2005 telah difokuskan antara lain pada upaya swasembada daging 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zeolit Zeolit merupakan batuan sedimen dengan kandungan campuran mineralmineral yang terdiri dari oksida rangkap seperti Al 2 O 3, SiO 2, Fe 2 O 3, CaO, dan MgO. Mineral alam ini banyak tersedia di Indonesia umumnya dari kelompok aluminium dan silikat. Zeolit mempunyai beberapa sifat, yaitu dehidrasi, adsorbsi, penukar ion, katalis dan penyaring atau pemisah (Said et al., 2008). Jenis zeolit alam dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu : zeolit yang berada diantara celah batuan atau lapisan batuan. Jenis zeolit ini bersama-sama dengan zeolit lain seperti kalsit, kwarsa, renit, klorit, fluorit dan mineral sulfida. Jenis zeolit yang kedua adalah berupa batuan, seperti klinoptilolit, faujasit, ferrierit, analsim, laumontit, mordenit, filipsit, erionit, kabasit dan heulandit (Muta alim, 2002). Zeolit mempunyai kemampuan untuk mengontrol kadar NH 3 dalam rumen berdasarkan fungsinya sebagai penukar ion. Fungsi zeolit sebagai penukar ion yaitu mampu dengan cepat menukar ion NH 4 + yang berasal dari hidrolisis senyawa NPN dan mengikatnya kemudian dilepaskan oleh ion Na + saliva yang masuk ke dalam rumen (Migliorati et al., 2007). Penggunaan zeolit akan lebih optimal ketika dilakukan aktivasi sebelum pemakaian. Aktivasi zeolit dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi. Aktivasi fisik dilakukan dengan pemanasan. Pemanasan zeolit pada suhu 300-400 o C selama 3 jam (Said et al., 2008) yang bertujuan untuk menghilangkan kandungan

5 air dan bahan pengotor lainnya. Struktur pori zeolit akan semakin terbuka dan semakin luas sehingga kapasitas tukar ion dan daya serap zeolit bertambah. Aktivasi kimia dapat dilakukan menggunakan larutan kimia seperti HCl (Suwardi, 2006). Perbedaan luas permukaan pada jenis zeolit akibat proses pemanasan menghasilkan daya serap (adsorbsi) masing-masing zeolit terhadap gas nitrogen berbeda. Pemanasan zeolit mampu menguraikan air dan unsur-unsur mineral di dalam zeolit sehingga terjadi pelepasan beberapa senyawa (Ginting et al., 2007). Ternak ruminansia maupun non ruminansia yang mendapat suplemen zeolit dengan dosis 3-5% dari jumlah pakan yang diberikan dapat meningkatkan produktivitas serta mengefisienkan penggunaan pakan (Las dan Arryanto, 2006). 2.2. Urea Urea mempunyai rumus kimia CO(NH 2 ) 2, berwarna putih berbentuk kristal dan mempunyai sifat higroskopis (Puastuti, 2010). Sifat urea yang cepat terhidrolisis menjadi amonia dalam rumen sebagian besar akan mudah diserap dan masuk dalam sistem peredaran darah. Hal tersebut akan menyebabkan keracunan amonia pada ternak sehingga terjadi penurunan konsumsi pakan dan performa ternak, bahkan menyebabkan kematian (Kardaya et al., 2009). Puncak produksi amonia dari hidrolisis urea di dalam rumen terjadi pada waktu 1 jam setelah pemberian. Kadar amonia dalam darah akan meningkat setelah 5 menit pemberian urea, dan akan mencapai puncak setelah 30 menit (Huntington et al., 2006). Urea mempunyai kandungan N sekitar 45% atau setara dengan 284% PK sehingga mempunyai kemampuan untuk meningkatkan PK ransum. Penambahan

6 urea pada ransum sebanyak 0,99% mampu meningkatkan protein pakan dari 15,99% menjadi 17,85% (Puastuti dan Mathius, 2008). Urea yang ditambahkan baik melalui proses amoniasi maupun sebagai suplemen akan meningkatkan kecernaan bahan kering pakan. Namun, pemberian urea harus diimbangi dengan sumber energi yang fermentabel untuk mendukung fermentasi di dalam rumen (Puastuti, 2010). Fermentasi onggok yang mendapat tambahan urea bermanfaat sebagai sumber protein dalam pembentukan sel mikroba, sintesis protein dan produksi enzim (Purwanti, 2012). 2.3. Karbohidrat Karbohidrat merupakan senyawa organik yang terdiri dari atom C, H dan O. Atom H pada umumnya berikatan dengan O membentuk senyawa H 2 O. Karbohidrat sebagian besar terbentuk dari makanan yang berasal dari tanaman (Hutagalung, 2004). Karbohidrat yang berasal dari tanaman dibedakan atas karbohidrat dengan komponen dinding sel dan isi sel. Karbohidrat dengan komponen dinding sel yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin, sedangkan karbohidrat dengan isi sel atau sering disebut sebagai karbohidrat terlarut yaitu pati, pektin dan gula sederhana (Van Soest, 1982). Glukosa merupakan golongan monosakarida, yaitu gula sederhana yang dapat langsung digunakan oleh bakteri tanpa didegradasi terlebih dahulu sebagai sumber karbon dalam proses metabolismenya. Akibatnya pembelahan sel terjadi secara cepat dan jumlah sel bertambah banyak sehingga konsentrasi enzim dan aktivitas enzim akan semakin besar (Rahmi et al., 2013).

7 Karbohidrat merupakan komponen utama ransum ternak ruminansia, yaitu sekitar 60-75% dari total bahan kering (BK) ransum. Karbohidrat berguna sebagai sumber energi untuk pertumbuhan mikroba rumen maupun ternak induk semang (Puastuti, 2009). Penambahan karbohidrat dalam pakan akan meningkatkan aktivitas metabolisme mikroba, laju pertumbuhan mikroba dan laju degradasi substrat oleh mikroba rumen (Kurniawati, 2004). Subtsitusi antara jagung dengan barley pada pakan ternak ruminansia akan meningkatkan fermentasi pati dan bahan organik di dalam rumen, tetapi terjadi penurunan degradasi serat pada rumen. Fermentasi rumen yang terjadi secara cepat dan luas menimbulkan tingginya konsentrasi VFA dalam rumen (McCarthy et al., 1989). 2.4. Mikroba Rumen Ternak ruminansia mempunyai rumen yang di dalamnya terdapat bakteri, protozoa dan fungi. Mikroba (bakteri, protozoa dan fungi) tersebut mampu mencerna serat kasar berupa selulosa dan hemiselulosa (Lamid et al., 2011). Jumlah mikroba di dalam rumen yaitu sekitar 10 10 sampai dengan 10 12 tiap gram isi rumen (Ogimoto dan Imai, 1981). Beberapa spesies mikroba rumen mampu menghasilkan enzim selulase yang berguna sebagai pendegradasi isi dan dinding sel tanaman. Degradasi pakan oleh ternak ruminansia dilakukan di dalam rumen dan sebagian besar kebutuhan ternak berasal dari hasil degradasi sel tanaman oleh mikroba rumen (Ismartoyo, 2011). Mikroba rumen terbagi menjadi dua yaitu mikroba yang menggunakan karbohidrat struktural (selulosa, hemiselulosa) dan mikroba yang menggunakan

8 karbohidrat non struktural (pati, pektin dan gula). Mikroba pengguna karbohidrat struktural mempunyai kemampuan tumbuh lebih lambat dibandingkan mikroba yang memanfaatkan karbohidrat non struktural karena karbohidrat struktural harus didegradasi terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan mikroba (Russel et al., 1992). Mikroba rumen memanfaatkan hasil degradasi protein berupa asam amino peptida dan amonia. Adanya peningkatkan degradasi protein dan karbohidrat oleh mikroba rumen dapat digunakan untuk pertumbuhan mikroba (Kurniawati, 2004). 2.5. Sintesis Protein Mikroba Rumen Mikroba rumen memanfaatkan amonia yang berada di dalam rumen untuk melakukan sintesis protein mikroba. Sumber energi seperti pati, tetes jagung dan tetes tebu meningkatkan konversi garam amonium menjadi protein mikroba. Beberapa mikroba rumen berkembangbiak menggunakan nitrogen dari adenin dan guanin dari hidrolisa pakan (Arora, 1995). Protein murni akan dicerna oleh peptidase mikroba di dalam retikulorumen. Protein tersebut akan diuraikan menjadi asam amino yang digunakan untuk sintesis protein mikroba (Achmadi, 2012). Sumber karbohidrat pakan yang mengandung serat cukup tinggi dan kandungan N rendah akan sulit terdegradasi dalam rumen karena kuatnya ikatan lignoselulosa pada pakan tersebut sehingga mengakibatkan sintesis protein mikroba rendah (Syapura et al., 2013 ). Ketidakseimbangan antara NH 3 dan VFA dalam rumen tidak memberi pengaruh nyata terhadap sintesis protein mikroba, namun ketersediaan sumber energi yang berasal dari substrat harus mencukupi

9 kebutuhan mikroba (Widyobroto et al., 2007). Sumber energi yang dibutuhkan oleh mikroba rumen biasanya dalam bentuk readily available carbohydrate (RAC) (Anggraeny et al., 2015). Sintesis protein mikroba yang mendapat tambahan ekstrak lerak dengan mineral mix (Mg, P, S) yaitu 5,597 mg/ml 17,787 mg/ml (Azizah, 2011), dengan tambahan minyak kedelai 0% dan 3% dalam ransum masing-masing yaitu 44,31 mg/ml dan 56,95 mg/ml. Penambahan asam lemak tak jenuh mampu meningkatkan efisiensi sintesis protein mikroba (Suryapratama dan Suhartati, 2012). Perlakuan berupa ransum basal dengan tambahan dedak padi, onggok basah dan kering serta jagung menghasilkan sintesis protein mikroba yang segaram yaitu ± 68,21 72,93 mg/ml. Beberapa sumber karbohidrat tersebut termasuk kelompok karbohidrat fermentable yang akan mudah dicerna oleh mikroba rumen (Hindratiningrum et al., 2011). Faktor yang mempengaruhi sintesis protein mikroba adalah konsumsi bahan kering, suplai senyawa nitrogen, suplai energi terfermentasi, sinkronisasi nitrogen dan energi, lingkungan rumen, laju makanan, vitamin dan mineral. Amonia merupakan sumber nitrogen utama yang digunakan untuk pembentukan protein mikroba rumen (Pathak, 2008). 2.6. Enzim Selulase Enzim tersusun atas kelompok protein yang sangat penting pada proses biologis. Enzim bertugas mengatur jalannya reaksi biokimia, dimana enzim tersebut akan mengikat substrat membentuk kompleks enzim-substrat sementara,

10 kemudian akan terurai menjadi enzim bebas dan produk (Lehninger, 1994). Enzim selulase terdiri atas endo-β-1,4-glukanase, ekso-β-1,4-glukanase dan β-dglukosidase. Enzim selulase mendegradasi selulosa dengan cara memotong ikatan dengan melibatkan 3 jenis enzim yang bekerja secara sinergis. Endo-β-1,4- glukanase memotong ikatan rantai selulosa sehingga menghasilkan selulosa yang lebih pendek, ekso-β-1,4-glukanase memotong ujung rantai selulosa menghasilkan molekul selobiosa sedangkan β-d-glukosidase memotong molekul selobiosa menjadi 2 molekul glukosa (Kim et al., 2000). 2.7. Aktivitas Selulolitik Bakteri selulolitik menghasilkan kompleks enzim yan berbeda-beda tergantung dari gen yang dimiliki dan sumber karbon yang digunakan. Bakteri akan menggunakan karbon selulosa dengan mensintesis enzim selulase (Meryandini et al., 2009). Aktivitas selulolitik dapat diketahui melalui proses pemecahan selulosa oleh enzim selulase menjadi produk akhir berupa glukosa yang kemudian akan dijadikan sumber nutrien (Lamid et al., 2011). Aktivitas enzim yang mendapatkan tambahan minyak kedelai 5% dan sabun kalsiumminyak kedelai 5%, masing-masing yaitu 1,909 dan 3,825 µmol/ml per menit. Penambahan minyak kedelai yang terproteksi sabun kalsium, tidak bersentuhan dengan partikel pakan sehingga akses permukaan membran sel mikroba rumen dengan pakan tidak mengganggu proses fermentasi (Simanjuntak, 2015). Aktivitas enzim dipengaruhi oleh konsentrasi substrat, konsentrasi (jumlah) enzim, inhibitor, dan faktor lingkungan (suhu dan ph) (McDonald et al., 2002).

11 Lingkungan di dalam rumen adalah anaerobik dengan temperatur berkisar antara 38 42 o C. Saliva yang masuk ke dalam rumen akan mempertahankan kondisi ph di dalam rumen tetap pada 6,8 (Arora, 1995).