BAB II KAJIAN TEORITIS. yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. 1 Menurut. perwujudannya secara mudah. 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONFLIK

BAB I PENDAHULUAN. shahwaniyah (nafsu yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah), dengan

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm

Bimbingan dan Konseling Sosial

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pelindung bagi negara anggotanya. Beberapa isu-isu konflik yang

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial beserta Status dan Peran individunya. Annisa Nurhalisa

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT LANJUT (LKTL) LGM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG Tanggal, 10 s/d 12 April 2015 MANAJEMEN KONFLIK

BAB I PENDAHULUAN. PBB adalah organisasi internasional yang didirikan pada tahun Saat

VII KONFLIK DAN INTEGRASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tulisan Philista Sang (2013) yang berjudul The Role of NGOs in Conflict

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihindari tetapi harus diatasi atau diselesaikan bahkan. memungkinkan konflik yang diatasi dapat melahirkan kerjasama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hubungan Internasional merupakan hubungan yang melintasi batas wilayah suatu

BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria,

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk konfliktis (homo conflictus), yaitu makhluk yang

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB I PENDAHULUAN. Pasukan Perdamaian PBB, atau yang dikenal sebagai pasukan peacekeeping,

BAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM)

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

MODUL HUMAN RELATIONS (3 SKS) Oleh: Wihartantyo Ari Wibowo, ST, MM


BAB 5. Gagasan tentang Pendidikan Resolusi Konflik

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan Kelinci di Tinjau Dari Limbah, Bau dan Manfaat yang Ditimbulkan.

Hubungan Industrial. Perselisihan Kerja; Bentuk-Bentuk Konflik; dan Demo Serikat Pekerja. Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kajian Tentang Keragaman Etnik Terhadap Pemahaman Keagamaan. masuknya ketidak sepakatan pemahaman keagamaan yang tajam atau

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Potensi perpustakaan umum dalam menciptakan modal sosial di seluruh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB 1 Pendahuluan. Mediasi yang..., Henny Lusia, FISIP UI, 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Konflik oleh beberapa aktor dijadikan sebagai salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. dll. Masyarakat Internasional bisa menjadi Organisai Internasional dan negaranegara

KEBIJAKAN PENGENDALIAN KONFLIK BERBASIS BUDAYA LOKAL Oleh Drs. Putu Agustana, M.Si. 1

BAB I PENDAHULUAN. jalan Tol dalam mengelola konflik. Konflik yang dimaksud yaitu menyangkut upaya

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF. keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan

BAB V PENUTUP Kesimpulan

Politik Global dalam Teori dan Praktik

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

Pendekatan Peka Konflik (Conflict Sensitive Approach) Pendekatan Pembangunan Peka Konflik (Conflict Sensitive Development) Pengarusutamaan Perdamaian

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

BAB V PENUTUP. prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan

MI STRATEGI

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Konflik

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

SISTEM PENANGANAN DINI KONFLIK SOSIAL DENGAN NUANSA AGAMA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

SENGKETA INTERNASIONAL

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

PERANG & DAMAI Pengantar: Causes of War. Artanti Wardhani

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam

KARYA ILMIAH AKIBAT HUKUM JUAL BELI TANAH HAK GUNA BANGUNAN ATAS TANAH NEGARA YANG BERASAL DARI HARTA BAWAAN DENGAN

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

MENGELOLA KONFLIK ORGANISASI MATERI 12

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang

KONFLIK & MENGELOLA KONFLIK DALAM ORGANISASI

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

KONFLIK, PERDAMAIAN DAN MASALAH PENGUNGSI DI MADURA

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah

BAB V AIN NI AIN SEBAGAI PENDEKATAN KONSELING PERDAMAIAN BERBASIS BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki seoptimal mungkin, dalam arti perusahaan harus dapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

BAB II TINJAUN PUSTAKA. socialnya (action theory), yaitu mengenai tindakan yang dilakukan seseorang

Yogi Suwarno, SIP. MA. Disampaikan pada PENINGKATAN KAPASITAS SUPERVISI MANAJER PD PAL JAYA Jakarta, 14 Agustus 2010

MANAJEMEN KONFLIK OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

BAB VIII PENUTUP. Protes dan perlawanan yang dilakukan masyarakat lokal terhadap pemerintah

BAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang

Transkripsi:

21 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Teori Konflik 1. Pengertian Konflik Menurut Webster, istilah conflict di dalam bahasa aslinya berarti suatu perkelaian, peperangan, atau perjuangan. Konflik adalah persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived divergence of interest), atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihakpihak yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. 1 Menurut Watkins, konflik terjadi bila terdapat dua hal, yaitu terdapat dua pihak yang secara potensial dan praktis/operasional saling menghambat. Secara potensial, artinya mereka memiliki kemampuan untuk menghambat. Secara praktis/operasional, artinya kemampuan tadi bisa diwujudkan dan ada di dalam keadaan yang memungkinkan perwujudannya secara mudah. 2 Konflik adalah aspek intrinsik dan tidak mungkin dihindarkan dalam perubahan sosial. Konflik adalah sebuah ekspresi heterogenitas kepentingan, nilai, dan keyakinan yang muncul sebagai formasi baru yang ditimbulkan oleh perubahan sosial yang muncul bertentangan 1 Dean G. Pruitt, Teori Konflik Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 9. 2 Robby I. Chandra, Konflik dalam Kehidupan Sehari-hari, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 20.

22 dengan hambatan yang diwariskan. 3 Konflik menurut Ralf Dahrendorf merupakan fenomena yang selalu hadir dalam setiap masyarakat manusia 4. John Burton menjelaskan studi konflik mempunyai dua fokus perhatian, yaitu: a. Menjelaskan gejala konflik dan kekerasan di dalam masyarakat dan masyarakat dunia, guna menemukan pendekatan konstruktif guna memecahkannya. b. Memberikan penjelasan terhadap permasalahan konflik, untuk menemukan prinsip-prinsip dari proses dan kebijakan yang diturunkan dari suatu penjelasan mengenai konflik 5. 2. Konteks dan Sumber Konflik Potensi konflik terjadi manakala tenjadi kontak antar-manusia. Sebagai individu yang terorganisasi dalam kelompok, individu ingin mencari jalan untuk memenuhi tujuannya. Peluang untuk memenuhi tujuan itu hanya melalui pilihan bersaing secara sehat untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan, atau terpaksa terlibat dalam konflik dengan pihak lain. 3 Hugh Miall, Resolusi Damai Konflik Kontemporer: Menyelesaikan, Mencegah, Melola dan Mengubah Konflik Bersumber Politik, Sosial, Agama dan Ras, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), 7. 4 Syafuan Rozi, dkk, Kekerasan Komunal: Anatomi dan Resolusi Konflik di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 5. 5 Ibid, 19.

23 Kondisi yang memungkinkan terjadinya konflik, yakni: a. Ada sejumlah individu atau kelompok yang merasa bahwa mereka dipisahkan, dibedakan, dianaktirikan dari suasana kebersamaan. b. Tidak ada interaksi antara anggota kelompok. Interaksi mengandalkan kontak dan komunikasi. c. Ada perbedaan posisi dan peran para anggota kelompok. d. Ada kelangkaan kebutuhan dan keinginan terhadap sumber daya, yang membuat banyak orang merasa tidak puas atas ketidakadilan distribusi sumber daya tersebut. e. Karena ada suatu perbedaan yang menyulut ketidak sepakatan dalam mengambil keputusan bersama antara dua pihak 6. Selain hal-hal di atas, ada juga yang memungkinkan terjadinya konflik, diantaranya: a. Prestasi masa lalu, apresiasi akan bangkit ketika prestasi meningkat dan jatuh ketika prestasi menurun. Ini disebabkan karena orang merasa lebih berpengharapan ketika segala sesuatu bertambah baik dan kurang berpengharapan ketika sesuatu bertambah buruk. b. Persepsi mengenai kekuasaan, aspirasi juga cenderung meningkat untuk alasan-alasan yang realistis ketika orang berhadapan dengan 6 Alo Liliweri, Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur, (Yogyakarta: LkiS, 2005), 256-261.

24 seseorang atau sebuah kelompok yang sumber-sumber dayanya dianggap berharga dan tampak lebih lemah dari pada dirinya sendiri. Bila aspirasi pihak lain tidak menurun secara bersamaan dengan meningkatnya aspirasinya sendiri, maka konflik yang bersifat eksploitatif menjadi sangat mungkin terjadi. c. Pembandingan dengan orang lain, orang cenderung mengidentifikasikan diri dengan para anggota kelompok lain yang berdekatan atau yang memiliki kesamaan dalam beberapa hal dengan kelompoknya sendiri. Bila kelompok tersebut berprestasi lebih baik atau selangkah lebih maju daripada kelompoknya sendiri, maka hal ini akan menstimulasi terjadinya peningkatan pada aspirasinya sendiri, yang kemudian akan mengarah pada terjadinya konflik. d. Terbentuknya kelompok pejuang (Struggle Group), ketika beberapa orang dengan kepentingan laten (tidak disadari) yang sama saling bercakap-cakap, maka kepentingan laten mereka sering kali muncul ke kesadaran. Setelah merasa yakin dengan pendirian masing-masing, mereka mungkin akan mulai mengembangkan aspirasi baru, yang dapat mengarah ke konflik

25 dengan orang lain yang kepentingannya bertentangan dengan aspirasi tersebut 7. 3. Tipe-tipe Konflik a. Konflik Sederhana, karena tipe ini masih pada taraf emosi dan muncul dari perasaan perbedaan yang dimiliki oleh individu. Ada empat tipe konflik sederhana: 1) Konflik personal versus diri sendiri adalah konflik yang terjadi karena apa yang dipikirkan atau yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. 2) Konflik personal versus personal adalah konflik antar personal yang bersumber dari perbedaan karakter masing-masing personal. 3) Konflik personal versus masyarakat adalah konflik yang terjadi antara individu dan masyarakat yang bersumber dari perbedaan keyakinan suatu kelompok atau keyakinan masyarakat atau perbedaan hukum. 4) Konflik personal versus alam adalah konflik yang terjadi antara keberadaan personal dan tekanan alam. b. Konflik dalam Organisasi, ada tiga tipe, yakni: 1) Konflik tugas terjadi karena anggota organisasi menghadapi ketidaksesuaian peran yang dia jalankan dengan status yang 7 Dean G. Pruitt, Teori Konflik Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 28-34.

26 (terutama) diikuti dengan kemampuan, pengetahuan, pendidikan, keterampilan dan lain-lain. 2) Konflik antarpersonal terjadi manakala hubungan antar personal dalam organisasi terganggu. 3) Konflik prosedural adalah konflik yang terjadi ketika anggota kelompok tidak sepakat tentang prosedur yang mengatur tentang bagaimana kelompok mencapai tujuan organisasi. c. Konflik berdasarkan faktor pendorong terjadi karena beragam faktor pendorong, yang secara psikologis dilakukan karena para pelaku konflik mengubah respons terhadap perubahan stimulus. Ada empat kategori faktor pendorong yang memungkinkan tipe konflik, yaitu: 1) Konflik internal timbul karena disposisi, respons, reaksi psikologis yang muncul dari dalam diri seorang karena dia merasa kebutuhan atau keinginan pribadinya tidak terpenuhi. 2) Konflik eksternal merupakan insiden antara seseorang dengan orang lain, karena dua pihak memiliki perasaan yang kurang senang satu sama lain. 3) Konflik realistis merupakan tipe konflik yang nyata, berstruktur, modus operandinya diketahui sehingga dapat dipecahkan.

27 4) Konflik tidak realistis terjadi karena konflik ini bersumber dari alasan yang tidak jelas, tidak nyata, karena sumber atau sifat konfliknya tidak berstruktur sehingga tidak mengetahui modus operandinya. d. Konflik berdasarkan jenis ancaman, ada tiga tipe, yaitu: 1) Ancaman atau sengketa atas wilayah. 2) Konflik yang ditimbulkan batas-batas sosial. 3) Konflik yang ditimbulkan batas-batas wilayah kerja. 4) Ancaman terhadap nilai, tujuan, kebijakan 8. Konflik-konflik sosial keagamaan yang terjadi di Desa Mulung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik, tentunya akan lebih relevan jika dipahami melalui pendekatan konflik. Pendekatan konflik merupakan pendekatan untuk memahami permasalahan, dengan menggunakan teori-teori konflik. Pendekatan konflik merupakan pendekatan struktural, yang karena itu teori-teori yang dipergunakan adalah teori-teori struktural. Ada teori-teori yang tergolong Stukturalist-Marxist dan ada yang termasuk Stukturalist- Non Marxist. Teori-teori konflik yang dijadikan sandaran analisis dalam pengkajian ini adalah teori-teori konflik Stukturalist-Non Marxist dan teori 8 Alo Liliweri, Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur, (Yogyakarta: LkiS, 2005), 264-270.

28 resolusi konflik, yang boleh jadi relevan dengan kondisi sosial yang diteliti. Teori-teori konflik Stukturalist-Non Marxist tersebut antara lain diketengahkan oleh Ralf Dahrendorf, dengan premis-premis utama sebagai berikut: a. Setiap masyarakat senantiasa berada di dalam proses perubahan yang tidak pernah berakhir atau dengan kata lain bahwa perubahan sosial merupakan gejala yang melekat dalam setiap masyarakat. b. Setiap masyarakat di dalam dirinya terkandung konflik-konflik atau dengan kata lain bahwa konflik merupakan gejala yang melekat dalam setiap masyarakat. c. Setiap unsur dalam suatu masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi dan perubahan-perubahan sosial. d. Setiap masyarakat disintegrasi di atas penguasaan atas dominasi oleh sejumlah orang atas sejumlah orang-orang lain 9. Konflik senantiasa melekat dalam setiap masyarakat, tetapi makna konflik tersebut tergantung dari tingkat intensitasnya. Ada beberapa makna yang bisa dipahami sebagai konflik, jika: 9 Nurhadiantomo, Konflik-konflik Sosial Pri-Nonpri dan Hukum Keadilan Sosial, (Jakarta: Muhammadiyah University Press, 2004), 27-28.

29 1) Bentuk konflik yang paling ringan adalah perbedaan pendapat dan jika terkelola dengan baik justru akan bermanfaat bagi masyarakat yang bersangkutan. 2) Unjuk rasa atau demonstrasi yang tidak menggunakan kekerasan. 3) Kerusuhan yaitu semacam demonstrasi yang diwarnai dengan kekerasan fisik, yang muncul baik karena unsur kesengajaan yang terencana, maupun adanya unsur spontanitas. 4) Serangan bersenjata yang merupakan konflik dengan intensitas yang paling tinggi. B. Teori Resolusi Konflik Secara umum, untuk menyelesaikan konflik dikenal beberapa istilah: a. Pencegahan konflik bertujuan mencegah timbulnya kekerasan dalam konflik. b. Penyelesaian konflik bertujuan mengakhiri kekerasan melalui persetujuan perdamaian. c. Pengelolaan konflik bertujuan membatasi atau menghindari kekerasan melalui atau mendorong perubahan pihak-pihak yang terlibat agar berprilaku positif. d. Resolusi konflik bertujuan menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang relatif dapat bertahan lama di antara kelompok-kelompok yang bermusuhan.

30 e. Transformasi konflik mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas dengan mengalihkan kekuatan negatif dari sumber perbedaan ke kekuatan positif. Dari beberapa istilah yang digunakan dalam menyelesaikan konflik, di sini akan lebih dijelaskan mengenai resolusi konflik. Menurut Morton, resolusi konflik adalah sekumpulan teori dan penyelidikan yang bersifat eksperimental dalam memahami sifat-sifat konflik, meneliti strategi terjadinya konflik, kemudian membuat resolusi terhadap konflik. Pandangan para pemikir Neo-Marxist dan pemikir-pemikir radikal melihat seluruh usaha resolusi konflik sebagai sesuatu pandangan yang keliru, karena resolusi konflik berusaha mendamaikan benturan kepentingan yang sebenarnya tidak dapat direkonsiliasikan, gagal menjelaskan pertikaian yang tidak seimbang dan tidak adil, serta tidak adanya analisa yang memadai dalam sebuah perspektif kekuatan global yang mengeksploitasi dan menindas 10. Resolusi konflik adalah istilah komprehensif yang mengimplikasikan bahwa sumber konflik yang dalam berakar akan diperhatikan dan diselesaikan 11. Penyelesaian konflik mempunyai peran untuk dimainkan, bahkan dalam zona perang sekalipun, karena menciptakan perdamaian dan pemahaman di antara komunitas yang terpisah merupakan elemen kemanusiaan yang penting. Penyelesaian konflik adalah bagian integral 10 Hugh Miall, Resolusi Damai Konflik Kontemporer: Menyelesaikan, Mencegah, Melola dan Mengubah Konflik Bersumber Politik, Sosial, Agama dan Ras, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), 5. 11 Ibid, 31.

31 pekerjaan menuju ke arah pembangunan, keadilan sosial dan transformasi sosial, yang bertujuan menangani masalah-masalah di mana tentara bayaran dan tentara anak-anak merupakan gejalanya. Pemahaman yang luas terhadap penyelesaian konflik, tidak hanya menyangkut mediasi antara pihak-pihak yang bersengketa tetapi juga usaha-usaha yang ditujukan pada kontekskonteks yang lebih luas di mana aktor-aktor internsional, hubungan dengan sekutu domestik dan antar kelompok tetap mempertahankan konflik dan kekerasan. 12 Tugas penyelesaian konflik adalah membantu pihak-pihak yang merasakan situasi yang mereka alami sebagai sebuah situasi zero-sum (keuntungan diri sendiri adalah kerugian pihak lain) agar melihat konflik sebagai keadaan non-zero-sum (di mana kedua belah pihak dapat memperoleh hasil atau keduanya dapat sama-sama tidak memperoleh hasil) dan kemudian membantu pihak-pihak yang bertikai berpindah ke arah hasil positif 13. Prinsip umum resolusi konflik adalah Don t fight, solve the problem. Boulding menjelaskan metode mengakhiri konflik, yakni: 1) Menghindari konflik adalah menawarkan sebuah kemungkinan pilihan sebagai jawaban terbaik. 2) Menaklukkan atau mengeliminasi konflik adalah proses pengerahan semua kekuatan untuk mengaplikasikan strategi perlawanan terhadap 12 Ibid, 6-7. 13 Ibid, 10.

32 konflik yang terjadi dalam komunitas, dengan mengajukan program penyelesaian baru yang belum pasti diakui oleh satu pihak. 3) Mengakhiri konflik melalui prosedur rekonsiliasi atau kompromi adalah metode umum yang terbaik dan paling cepat untuk mengakhiri konflik. 14 Menurut Johan Galtung, pendekatan dalam resolusi konflik antara lain merujuk kepada upaya deskripsi konflik. Hal ini memuat tiga unsur utama, yaitu: 1) Ketidak sesuaian di antara kepentingan, atau kontradiksi di antara kepentingan, atau, menurut istilah akademisi C. R. Mitchell sebagai suatu ketidakcocokan di antara nilai-nilai sosial dan struktur sosial. 2) Perilaku negatif dalam bentuk persepsi atau stereotip yang berkembang di antara pihak-pihak yang berkonflik. 3) Perilaku kekerasan dan ancaman yang diperlihatkan 15. Resolusi konflik merupakan suatu terminologi ilmiah yang menekankan kebutuhan untuk melihat perdamaian sebagai suatu proses terbuka dan membagi proses penyelesaian konflik dalam beberapa tahap sesuai dengan dinamika siklus konflik. Secara empirik, resolusi konflik dilakukan dalam empat tahap, yaitu: a. Tahap pertama masih didominasi oleh strategi militer yang berupaya untuk mengendalikan kekerasan bersenjata yang terjadi. 14 Alo Liliweri, Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur, (Yogyakarta: LkiS, 2005), 287-301. 15 Syafuan Rozi, dkk, Kekerasan Komunal: Anatomi dan Resolusi Konflik di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 18.

33 b. Tahap kedua memiliki orientasi politik yang bertujuan untuk memulai proses re-integrasi elit politik dari kelompok-kelompok yang bertikai. c. Tahap ketiga lebih bernuansa sosial dan berupaya untuk menerapkan problem-solving approach. d. Tahap keempat memiliki nuansa kultural yang kental karena tahap ini bertujuan untuk melakukan perombakan-perombakan struktur sosialbudaya yang dapat mengarah kepada pembentukan komunitas perdamaian yang langgeng 16. Ada beberapa hal penting dalam resolusi konflik, diantaranya adalah sebagai berikut: a. De-eskalasi berupa pembendungan, penyekatan, gencatan dan perlucutan senjata di tengah masyarakat. b. Melakukan segregasi (pemisahan tempat tinggal berdasarkan agama/etnis/faksi) jangka pendek/menengah. c. Rehabilitasi fisik, mental, perdata adalah membangun kembali sarana fisik: ekonomi, pendidikan, kesehatan yang telah hancur akibat konflik, trauma center untuk pemulihan mental dan kejelasan status kepemilikan. d. Negosiasi politik dan rekontruksi sosial-budaya adalah membangun kembali hubungan sosial, peredam ikatan budaya dan tingkat kepercayaan yang telah hancur, menjadi bangunan masyarakat multikultural yang harmonis dan egaliter. 16 Ibid, 21-22.

34 e. Rekonsiliasi adalah program atau kegiatan mediasi kohesi sosial di antara pihak-pihak yang pernah bertikai untuk hidup baru, bersedia menerima dan berhubungan lagi secara damai, sejajar, bertindak adil, mengubah perilaku yang buruk, saling memaafkan dan mau melupakan kepedihan masa lalu untuk menyongsong masa depan yang baik 17. Menurut Johan Galtung ada tiga tahap dalam penyelesaian konflik, 18 yaitu: a. Peacekeeping Adalah proses menghentikan atau mengurangi aksi kekerasan melalui intervensi militer yang menjalankan peran sebagai penjaga perdamaian yang netral. b.peacemaking Adalah proses yang tujuannya mempertemukan atau merekonsiliasi sikap politik dan strategi dari pihak yang bertikai melalui mediasi, negosiasi, arbitrasi terutama pada level elit atau pimpinan. Dikaitkan dengan kasus ini, pihak-pihak yang bersengketa dipertemukan guna mendapat penyelesaian dengan cara damai. Hal ini dilakukan dengan menghadirkan pihak ketiga yaitu Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) sebagai penengah, akan tetapi pihak ketiga tersebut tidak mempunyai hak untuk menentukan keputusan yang 17 Ibid, 31. 18 Yulius Hermawan, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu dan Metodologi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 93.

35 diambil. Pihak ketiga tersebut hanya menengahi apabila terjadi suasana yang memanas antara pihak bertikai yang sedang berunding. c. Peacebuilding Adalah proses implementasi perubahan atau rekontruksi sosial, politik dan ekonomi demi terciptanya perdamaian yang langgeng. Melalui proses peacebuilding diharapkan negative peace (atau the absence of violence) berubah menjadi positive peace dimana masyarakat merasakan adanya keadilan social, kesejahteraan ekonomi dan keterwakilan politik yang efektif.