BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan
|
|
- Liani Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya. Hal ini berkaitan dengan perasaan bahagia yang pasangan rasakan dari hubungan yang dijalani. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan Owenz, kualitas perkawinan adalah evaluasi subjek terhadap perkawinannya dengan menggunakan tujuan perkawinan sebagai kriteria evaluasi secara obyektif. Sedangkan menurut Rosa & Putra (2013) kualitas perkawinan merupakan variabel utama dari perkawinan yang berkaitan terhadap keberlangsungan atau berakhirnya sebuah hubungan perkawinan. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diungkapkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas perkawinan adalah evaluasi subyektif dan penyatuan element yang dirasakan pasangan suami istri berkaitan dengan terpenuhinya kebutuhan, harapan, keinginan dan tujuan yang ingin dicapai dimana di dalamnya terdapat hak-hak tertentu seperti hak mengasuk anak dan adanya hubungan seksual dalam ikatan tersebut. 2. Aspek-aspek Kualitas Perkawinan Kualitas perkawinan memiliki beberapa kategori. Menurut Fowers & Olson (1989) kategori kualitas perkawinan yaitu: 8
2 9 a. Masalah yang berkaitan dengan kepribadian, adalah persepsi individu mengenai tingkah laku dan sifat pasangannya. Hal ini memusatkan pada temperamen, pandangan umun, kedekatan dan tingkat kepuasan yang dirasakan berkaitan dengan kebiasaan pribadi pasangannya. b. Komunikasi, berkaitan dengan perasaan individual dan sikap terhadap komunikasi pasangan dalam berhubungan. Hal ini meliputi kenyamanan pasangan dalam memberi dan menerima informasi yang bersifat emosional dalam kognitif. c. Resousi konflik, adalah bagaimana persepsi pasangan tentang adanya konflik dan resolusi konflik dalam hubungan pernikahan. Hal ini fokus pada bagaimana keterbukaan pasangan untuk mengenali, menyelesaikan masalah dan strategi yang digunakan untuk mengakhiri perdebatan. d. Manajemen keuangan, berkaitan dengan sikap dan perhatian tentang pengaturan masalah ekonomi. Bagaimana perhatian pasangan terhadap perencanaan keuangan dan uang yang telah dibelanjakan. e. Aktivitas waktu luang, adalah pilihan pasangan untuk menghabiskan waktu luang. Apakah individu memilih aktivitas sosial atau pribadi, antara berbagi atau keinginan pribadi dan harapan untuk mengisi waktu luang bersama pasangan. f. Intimasi seksual, berkaitan dengan kasih sayang dan pemenuhan hubungan seksual. Hal ini merefleksikan sikap tentang isu seksual, perilaku seksual, pembatasan kelahiran anak dan kesetiaan seksual.
3 10 g. Anak dan pengasuhan, adalah perasaan dan sikap mengenai kehadiran anak dan membesarkan anak. Hal ini fokus pada kepentingan anak dan dampak dari adanya anak bagi hubungan mereka. h. Keluarga dan teman-teman, berkaitan dengan perasaan dan perhatian mengenai hubungan dengan keluarga besar kedua pasangan, orang tua dan saudara kandung pasangan dan teman. Hal ini meliputi harapan dan kenyamanan dan menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman. i. Kesetaraan peran, adalah sikap dan perasaan mengenai perkawinan dan peran dalam rumah tangga dan keluarga. hal ini meliputi pekerjaan, tugas rumah tangga, seks dan peran sebagai orang tua. j. Orientasi agama, yaitu bagaimana mereka memaknai keyakinan dan mengamalkan agama dalam kehidupan pernikahan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan kualitas perkawinan yang dikemukakan oleh Wahyuningsih (2013). a. Persahabatan kualitas perkawinan akan didapatkan dari terjalinnya keharmonisan dalam pernikahan, keharmonisan pernikahan ini dapat dilihat dari 2 indikator, yaitu melakukan kegiatan/aktivitas bersama dan memiliki konsensus atau kesepakatan dengan pasangan. Kebersamaan suami istri saat bersama seperti saling membantu dalam mendidik anak, memecahkan masalah bersama, dan melakukan musyawarah.
4 11 b. Keharmonisan kualitas perkawinan akan ditandai dengan tingkat konflik yang rendah dan adanya suasana tenang dalam menjalani hubungan rumah tangga. Tingkat konflik yang rendah akan tercermin dari jarang timbulnya pertengkaran, jika bertengkar maka tidak akan menjadi masalah besar dan tidak sampai diketahui orang lain. Senantiasa rukun, dan tidak ada gejolak rumah tangga yang berarti. Tingkat konflik yang rendah ini menyebabkan pasangan suami istri merasakan ketenangan dalam rumah tangga, merasakan ketentraman dan nyaman. c. Kepuasan Terhadap Anak Kualitas perkawinan yang tinggi akan ditandai dengan perasaan puas antara suami atau istri terhadap perilaku dan prestasi anak. Baik suami maupun istri merasa puas ketika anak berperilaku baik, tidak banyak menimbulkan masalah, anak memiliki agama yang baik, dan taat beribadah. Suami atau isteri akan merasa puas ketika anaknya berhasil atau berprestasi. Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kualitas perkawinan yang dikemukakan oleh Wahyuningsih (2013), yaitu terdiri dari tiga aspek, yaitu persahabatan, keharmonisan dan kepuasan terhadap anak. Penelitian ini memilih menggunakan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Wahyuningsih (2013), dengan pertimbangan alat ukur ini merupakan temuan terbaru yang dilakukan pada budaya yang sama dengan penelitian yaitu Indonesia. Dibandingkan alat ukur sebelumnya yang diteliti pada budaya berbeda dan sudah cukup lama.
5 12 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Perkawinan Papalia, Old, Feldman, (2007) menyatakan bahwa kepuaasan perkawinan dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya: a. Usia Usia saat menikah merupakan salah satu prediktor utama. Orang yang berusia pada usia dua puluhan memiliki kesempatan lebih sukses dalam pernikahannya, daripada yang menikah pada usia yang lebih muda. b. Pendidikan dan penghasilan Latar belakang pendidikan dan penghasilan, karena pendidikan dan penghasilan adalah saling berhubungan, mereka yang berpendidikan tinggi pada umumnya berpenghasilan lebih tinggi dan memiliki cara berpikir yang lebih terbuka. c. Agama Orang yang memandang agama sebagai hal yang penting, relatif jarang mengalami masalah pernikahan dibandingkan orang yang memandang agama sebagai hal yang tidak penting. d. Dukungan emosional Kegagalan dalam pernikahan ini ada kemungkinan terjadi karena ketidakcocokan secara emosional dan tidak adanya dukungan emosional dari lingkungan.
6 13 e. Perbedaan harapan Perempuan cendrung lebih mementingkan ekspresi emosional dalam perkawinan, disisi lain suami cendrung puas jika istri mereka menyenangkan. Selain itu, menurut Wahyuningsih (2013) ada lima faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan, yaitu : a. Religiusitas Kualitas perkawinan yang berkualitas akan didapatkan dari pengetahuan ilmu agama yang baik. Mengikuti kegiatan pengajian juga akan berpengaruh pada ketentraman rumah tangga, dengan ilmu agama yang baik yang telah diperoleh maka orang itu akan mengalami pernikahan dengan bekal tawakal. b. Kebersyukuran Ketentraman rumah tangga akan diperoleh dari keinginan yang sungguhsungguh pasangan dalam mengelola rumah tangga, tidak memiliki keinginan untuk mengada-ada yang muluk-muluk, dapat menerima keadaan, pasrah dalam hidup sederhana. c. Komitmen Pernikahan merupakan hal yang sakral bukan mainan semata karena dilakukan atas sumpah kepada Allah Subhanahu Wa Ta ala dan kepada orang tua. Pasangan harus bertanggung jawab terhadap perkawinan yang dibina, berniat menikah sekali untuk selamanya. Pasangan harus menganggap pasangannya sebagai jodohnya, sehingga tidak akan pernah tersirat keinginan
7 14 untuk bercerai. Subjek fokus pada tujuan pernikahan seperti mendidik anak sebaik-baiknya sehingga menjadi anak saleh. d. Mekanisme perilaku memelihara pernikahan Pernikahan akan langgeng ketika pasangan bersama-sama memelihara pernikahannya, bersedia untuk berkorban, senantiasa terbuka pada pasangan. Pengorbanan yang dilakukan pasangan akan ditandai dengan mengalahkan ego, tidak menuntut pasangan, menuruti kemauan pasangan, mengendalikan keinginan, tidak memberatkan pasangan dan tidak memaksakan segala sesuatu kepada pasangan. Saat bertengkar karena perbedaan pendapat, salah satu pasangan akan berusaha untuk diam supaya permasalahan tidak semakin rumit. Disitu sisi pasangan berusaha senantiasa terbuka pada pasangan. e. Mekanisme kognitif untuk memelihara hubungan Supaya pernikahan berjalan dengan baik, subyek berusaha memahami pasangan, menerima kelemahan dan kelebihan pasangan, dan percaya pada pasangan. Uraian di atas menunjukan bahwa komitmen perkawinan menjadi salah satu faktor penting untuk meraih kualitas perkawinan. Suami atau istri yang memiliki komitmen tinggi terhadap pasangannya akan mampu menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan yang ada dalam kehidupan perkawinannya, sehingga tingkat kualitas perkawinan akan tinggi.
8 15 B. Komitmen Perkawinan 1. Pengertian Komitmen Perkawinan Pengertian komitmen dari Teori Cinta Sternberg (1997).Untuk aspek jangka pendek, komitmen merupakan keputusan untuk mencintai seseorang. Sedangkan untuk aspek jangka panjang, komitmen merupakan komitmen untuk mempertahankan cinta itu. Kedua aspek dari komponen komitmen ini tidak harus berjalan bersama-sama. Keputusan untuk mencintai tidak selalu menyiratkan komitmen untuk mencintai, dan komitmen juga tidak selalu menyiratkan keputusan. Banyak orang yang berkomitmen terhadap cintanya dengan orang lain tanpa harus mengakui atau menyatakan bahwa mereka cinta atau sedang jatuh cinta satu sama lain. Teori The Investment Model dari Rusbult (1998) menjelaskan bahwa komitmen adalah seberapa besar kecendrungan seseorang untuk melanjutkan hubungan dengan pasangannya, memandang masa depan akan terus bersama pasangannya, dan adanya kelekatan psikologis satu sama lain dengan pasangansehingga jika semuanya terpenuhi maka akan menimbulkan komitmen pada pasangan. Komitmen perkawinan menurut Byrd (2009) sering diidentifikasi sebagai kasus khusus dari komitmen yang melibatkan kerumitan interpersonal, sosial dan hukum yang tidak dapat ditemukan pada tipe hubungan lainnya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas bahwa komitmen perkawinan dapat didefinisikan sebagai keputusan umtuk mencintai seseorang dan mempertahankan cinta itu.
9 16 2. Aspek-aspek Komitmen Perkawinan Dalam teori cinta Sternberg (1997) mendefinisikan komitmen dalam dua aspek, yaitu: a. Komitmen Jangka Pendek Yaitu komitmen merupakan keputusan untuk mencintai sesorang. b. Komitmen Jangka Panjang Yaitu komitmen untuk mempertahankan cinta itu. Johnson, Caughlin, & Huston (1999) memaparkan bahwa ada tiga bentuk komitmen dalam perkawinan yang perlu dipahami, yaitu : a. Komitmen Personal Yaitu keinginan untuk bertahan karena cinta terhadap pasangan dan perasaan puas terhadap hubungan itu sendiri. b. Komitmen Moral Yaitu rasa bertanggung jawab secara moral baik terhadap pasangan maupun janji perkawinan c. Komitmen Struktural Yaitu komitmen untuk bertahan dalam suatu hubungan karena alasan-alasan struktural (seperti menjaga nama baik, ajaran agama yang melarang bercerai, dan memikirkan dampak negatif perceraian terhadap anak).
10 17 Menurut Finkel (Wulandari, 2014) komitmen didefinisikan dalam tiga komponen, yaitu: a. Kecendrungan untuk tetap ada atau bertahan Komponen komitmen yang paling primitif adalah kecendrungan untuk tetap bertahan atau keputusan untuk tetap bergantung pada pasangan. Kecendrungan untuk tetap ada adalah primitif karena tidak dengan cara yang langsung (baik secara teoritis maupun oprasional) melibatkan kepentingan temporal yang lebih besar maupun kepentingan interpersonal yang lebih besar. b. Orientasi jangka panjang Komponen komitmen kedua melibatkan kepentingan temporal yang lebih besar atau orientasi jangka panjang. Individu-individu dengan orientasi jangka pendek mungkin menerima hasil yang relatif bagus dengan berperilaku sesuai dengan kepentingan pribadi langsung. Dengan adanya orientasi jangka panjang, menyebabkan pasangan mengembangkan pola kerjasama timbal balik. c. Kepentingan pribadi atau kelekatan psikologis Komponen komitmen ketiga melibatkan kepentingan pribadi yang lebih besar atau kelekatan psikologis, tergantung pada persepsi bahwa well-being seseorang dan well-being pasangan saling berkaitan. Individu yang punya komitmen mungkin mengerahkan usaha untuk mempertahankan hubungan tanpa memperhitungkan balasan yang akan mereka terima. Jadi komitmen menginspirasi tindakan sepenuhnya yang lebih berorientasi pada orang lain. Selain itu menurut (Rusbult dkk, Wulandari 2014), terdapat tiga aspek komitmen dalam perkawinan, yaitu:
11 18 a. Tingkat kepuasan tinggi Komitmen yang tinggi ditandai dengan tingkat kepuasan terhadap pasangan maupun hubungan tinggi. Artinya hubungan memenuhi kebutuhan paling penting individu, misalnya kebutuhan keintiman, seksualitas dan persahabatan. b. Mengurangi pilihan-pilihan di luar hubungan Pilihan-pilihan lain di luar hubungan tidak terlalu menarik individu, sehingga individu tidak akan tertarik untuk memenuhi kebutuhan yang dianggapnya paling penting di luar hubungan. Misal keterlibatan dalam hubungan romantis dengan orang lain, atau teman atau anggota keluarga dan bukan dengan pasangan. c. Meningkatkan investasi Komitmen terhadap hubungan dikatakan tinggi jika sejumlah sumber penting secara langsung maupun tidak langsung dihubungkan dengan hubungannya, seperti waktu, usaha, harta, dan jaringan persahabatan yang dulu merupakan milik pribadi kini meningkatkan menjadi milik dan dilakukan bersama dengan pasangan. Dengan kata lain individu lebih kaya bersama pasangan, punya teman yang lebih banyak, uang yang lebih banyak, relasi yang lebih luas. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa komitmen perkawinan terdiri dari dua aspek, yang bersifat jangka pendek dan bersifat jangka panjang. Untuk aspek jangka pendek, komitmen merupakan keputusan untuk
12 19 mencintai seseorang. Sedangkan untuk aspek komitmen jangka panjang, komitmen merupakan komitmen untuk mempertahankan cinta itu. C. Hubungan Antara Komitmen Perkawinan dan Kualitas Perkawinan Pernikahan dikatakan sebagai menyatunya dua pribadi yang berbeda demi menjaga komitmen dan mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Berpadunya dua insan yang berbeda rentan menimbulkan kekeliruan paham atau kesalahan prasangka. Perselisihan atau konflik dalam kehidupan kehidupan pasangan bisa membuat harga diri pada pasangan terlanggar (Gani, 2011). Cinta yang terjadi pada pasangan suami istri pada umumnya mengandung ketiga elemen tersebut, termasuk komitmen, komitmen dalam perkawinan mampu menguatkan ikatan suci perkawinan yang telah pasangan suami istri pegang teguh terutama ketika pasangan dilanda sesuatu yang menggoyahkan pemikiran untuk mempertahankan rumah tangga mereka. Kesadaran akan komitmen dalam hubungan adalah faktor terpenting dalam keberhasilan perkawinan. Pada umumnya pasangan suami istri akan lebih berkomitmen apabila mereka memiliki alasan yang jelas untuk tetap bersama di masa depan. Jika dikaitkan dengan kepuasan perkawinan, makna komitmen dapat menjadi indikator ada atau tidaknya kepuasan perkawinan pada pasangan suami istri. Hal ini dikarenakan dengan keterkaitan terhadap pasangan dapat membuat seseorang tidak mau memeperhatikan orang lain dan hanya akan memeperhatikan pasangannya sendiri. Selain itu, dengan alasan sebagai atribut
13 20 dasar dari pasangan, perilaku-perilaku negatif dari pasangan masih dapat diterima dan tidak dianggap masalah besar. Hubungan sosial yang lebih khusus pun tidak menjadi masalah bagi pasangan karena hubungan sosial lebih diartikan sebagai aspek pembentuk individu dan pengembangan diri. Sehingga kualitas perkawinan akan berada pada tingkat yang tinggi. Komitmen jangka panjang dalam perkawinan memungkinkan pasangan suami-istri melakukan pengorbanan demi masa depan bersama, misalnya suami memberikan izin kepada istrinya untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi atau istri bersedia mengikuti suaminya pindah kerja ke kota lain (Waite & Gallagher, 2000) Adams dan Jones (1997), mengkonsepkan aspek moral dari komitmen perkawinan adalah sebagai sebuah bentuk dari komitmen institusional, atau komitmen perkawinan dalam perkawinan sebagai institusi yang suci yang menawarkan perhatian dan perlindungan Dengan adanya komponen-komponen tersebut maka akan meningkatkan kualitas perkawinan pada pasangan suami isteri. Menurut Wahyuningsih (2013), bahwa kualitas perkawinan meliputi beberapa dimensi, yaitu keharmonisan, persahabatan dan kepuasan terhadap anak. Pasangan yang mampu menjaga komitmen perkawinannya maka akan terjadi keharmonisan dalam kehidupan rumah tangga nya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komitmen perkawinan merupakan salah satu aspek yang bisa mempengaruhi kualitas perkawinan pada pasangan suami istri. komitmen yang mampu dipegang teguh
14 21 oleh pasangan suami istri dapat membantu pasangan menjalani hubungan tersebut. Selain itu, hal yang terpenting adalah dengan komitmen perkawinan, suami atau isteri dapat menghindarkan diri dari niatan untuk menyakiti pasangannya yang dapat menghancurkan kehidupan rumah tangga mereka. D. Hipotesis Berdasarkan pemaparan sebelumnya, peneliti mengajukan hipotesis bahwa akan ada hubungan positif antara komitmen perkawinan dan kualitas perkawinan pada suami istri. Semakin tinggi komitmen perkawinan maka semakin tinggi kualitas perkawinan pada suami istri. Sebaliknya, semakin rendah komitmen perkawinan maka semakin rendah kualitas perkawinan pada suami istri.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Komitmen Perkawinan 1. Pengertian Komitmen Perkawinan Dalam menjalani suatu hubungan, individu tidak lepas dari rasa ketergantungan satu dengan yang lainnya, sehingga akan muncul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Pernikahan
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan didefinisikan sebagai hubungan yang diakui secara sosial antara pria dan wanita yang didalamnya terdapat hubungan
Lebih terperinciKomitmen Pada Perkawinan Ditinjau dari Kepuasan dalam Perkawinan
Komitmen Pada Perkawinan Ditinjau dari Kepuasan dalam Perkawinan Dyah Astorini Wulandari Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Purwokerto
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan jarak jauh (long distance relationship) Pengertian hubungan jarak jauh atau sering disebut dengan long distance relationship adalah dimana pasangan dipisahkan oleh jarak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPUASAN PERKAWINAN. alasan ekonomi dan atau reproduksi (Gladding, 2012: 434).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPUASAN PERKAWINAN 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Kepuasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010: 129) merupakan perasaan senang, lega, gembira karena hasrat, harapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, individu dituntut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia akan mencari pasangan hidupnya dan menjalin suatu hubungan serta melanjutkannya ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan yang sah dan membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinci(Elisabeth Riahta Santhany) ( )
292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia akan mengalami peristiwa penting dalam hidupnya, salah satunya adalah momen perkawinan dimana setiap orang akan mengalaminya. Manusia diciptakan untuk
Lebih terperinciPERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DEWASA DAN LANSIA PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL Oleh: Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Yulia Ayriza, Ph.D STABILITAS DAN PERUBAHAN ANAK-DEWASA TEMPERAMEN Stabilitas
Lebih terperinciKEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan secara berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk setiap masing-masing
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Perkawinan. Menurut Aqmalia dan Fakhrurrozi (2009) menjelaskan bahwa per kawinan
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Menurut Aqmalia dan Fakhrurrozi (2009) menjelaskan bahwa per kawinan merupakan suatu ikatan antara pria dan wanita yang
Lebih terperinciA. Latar belakang penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Dari tahun ke tahun, jumlah penderita HIV/AIDS semakin meningkat. Berdasarkan data dari Kemenkes RI pada bulan Maret 2013, penderita HIV telah mencapai
Lebih terperinciSUSI RACHMAWATI F
HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KEHARMONISAN KELUARGA PADA AWAL PERKAWINAN PASANGAN BERSTATUS MAHASISWA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang wanita yang memilih untuk menikah dengan prajurit TNI bukanlah hal yang mudah, wanita tersebut harus memiliki komitmen yang kuat dalam hubungan pernikahannya.
Lebih terperincimemberi-menerima, mencintai-dicintai, menikmati suka-duka, merasakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang butuh orang lain untuk melangsungkan hidupnya. Manusia memerlukan rasa aman, nyaman, dan kasih sayang yang diberikan oleh orang lain,
Lebih terperinciLAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah
LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah bagi diri anda sendiri? 2. Bagaimana anda menggambarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tercipta sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahkluk sosial manusia harus saling berinteraksi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman. Setiap manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati beberapa fase dalam siklus kehidupannya. Fase kedua dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan ikatan dan janji bersama seumur hidup antara pria dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga bersama. Duvall
Lebih terperinci2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan
Lebih terperinciSecara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling
A. Latar Belakang Masalah Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling membutuhkan dan cenderung ingin hidup bersama. Berdasarkan sifatnya manusia sebagai makhluk
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Perkawinan. menyeluruh.sejalan dengan itu Gullota, Adams dan Alexander (dalam
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Olson, dkk.(2010) menyatakan bahwa kepuasan perkawinan adalah perasaan yang bersifat subjektif dari pasangan suami istri mengenai perasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah, semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan baik dalam kemampuan fisik maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah
1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah hidupnya karena keturunan dan perkembangbiakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pernikahan Pernikahan atau perkawinan merupakan salah satu kejadian paling penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya yang sifatnya paling intim dan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
101 BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini merupakan sebuah upaya untuk memperoleh gambaran mengenai kebutuhan intimacy melalui wawancara mendalam. Berdasarkan hasil analisis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orientasi seksual mengacu pada pola abadi emosional, atraksi romantis, dan seksual dengan laki-laki, perempuan, atau kedua jenis kelamin. Orientasi seksual
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita yang bernama Mimi, usia 21 tahun, sudah menikah selama 2 tahun dan memiliki 1 orang anak, mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi semakin canggih membuat komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin canggih dan berbagai sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan salah satu aspek yang penting perkembangan individu dewasa (Kelley & Convey dalam Lemme, 1995).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kasus perceraian bisa terjadi pada siapa saja, menurut Kepala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus perceraian bisa terjadi pada siapa saja, menurut Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kemenag Muharam Marzuki Angka perceraian di Indonesia lima tahun terakhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalani suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam tiga tahun terakhir angka perceraian di Indonesia meningkat secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam tiga tahun terakhir angka perceraian di Indonesia meningkat secara drastis. Dari dua juta pernikahan dalam setahun, terdapat sekitar 200.000 kasus perceraian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk hidup bersama dengan sesamanya. Manusia dilahirkan untuk saling melengkapi satu dengan yang lain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka pernikahan dini di Indonesia terus meningkat setiap tahunya. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN (2012), menyatakan bahwa angka pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu fase penting dalam. seseorang. Menurut Olson & DeFrain yang dikutip oleh Rini (2009) perkawinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu fase penting dalam kehidupan seseorang. Menurut Olson & DeFrain yang dikutip oleh Rini (2009) perkawinan adalah komitmen yang bersifat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tiba diriku di penghujung mencari cinta Hati ini tak lagi sepi Kini aku tak sendiri
1.1. Latar belakang penelitian BAB I PENDAHULUAN Tiba diriku di penghujung mencari cinta Hati ini tak lagi sepi Kini aku tak sendiri Aku akan menyayangimu Ku kan setia kepadamu Ku kan selalu di sisimu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Pernikahan juga memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu tugas seorang individu yang berada pada tahap dewasa awal menurut Erikson (Desmita, 2005) adalah adanya keinginan untuk melakukan pembentukan hubungan
Lebih terperinciGAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK
GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK Penelitian deskriptif ini berdasar pada fenomena bahwa kehadiran anak memiliki peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan waktu perubahan dramatis dalam hubungan personal. Hal tersebut dikarenakan banyaknya perubahan yang terjadi pada individu di masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan atau perkawinan adalah suatu kejadian dimana dua orang yang saling mengikat janji, bukan hanya didepan keluarga dan lingkungan sosial melainkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan dimana ia harus menyelesaikan tugas-tugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial dan mahkluk pribadi. Manusia sebagai mahluk sosial akan berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan
1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan setiap individu. Hal tersebut menjadi suatu kabar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah bagian dari ibadah, karena itu tidak ada sifat memperberat kepada orang yang akan melaksanakannya. Perkawinan atau pernikahan menurut Reiss (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Pernikahan pada dasarnya menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS Pada BAB ini akan dibahas secara teoritis tentang komitmen pernikahan. Untuk menjelaskan permasalahan diperlukan landasan dalam penyusunan kerangka berpikir. Adapun teori-teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu memiliki beberapa tahap dalam kehidupannya, salah satunya adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi individu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat terjadi pada nilai, norma sosial, serta pola interaksi dengan orang lain. Pada perubahan
Lebih terperinciHubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf
Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf Helda Novia Rahmah, Ahmad, Ratna Mardiati Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstrak Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti saat masih menjadi teman dekat atau pacar sangat penting dilakukan agar pernikahan bertahan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didambakan tersebut menjadi hukum alam dalam diri tiap manusia. Akan tetapi,
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap manusia yang hidup memiliki tujuan dalam kehidupan mereka. Tujuan hidup manusia pada umumnya selain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya juga untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman banyak perubahan yang terjadi, salah satunya adalah perubahan dalam pandangan orang dewasa mengenai pernikahan. Hal ini didukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai bentuk hubungan sosial. Salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Hubungan ini dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia, yaitu antara seorang pria dengan seorang wanita (Cox, 1978). Menurut Hurlock (1999) salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan
PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah
Lebih terperinci1. Pendahuluan KOMITMEN PADA PERKAWINAN (STUDI KASUS PADA PERKAWINAN GURU DI PURWOKERTO)
Prosiding SNaPP2015Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 KOMITMEN PADA PERKAWINAN (STUDI KASUS PADA PERKAWINAN GURU DI PURWOKERTO) 1 Dyah Astorini Wulandari, 2 Dyah Siti Septiningsih 1,2, Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Interpersonal 2.1.2 Definisi Kompetensi Interpersonal Sebagaimana diungkapkan Buhrmester, dkk (1988) memaknai kompetensi interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat muslim semakin kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang dihadapi ataupun ditanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Tujuan perkawinan adalah mendapatkan kebahagiaan, cinta kasih, kepuasan, dan keturunan. Menikah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa muda merupakan masa dimana individu mulai mengemban tugas untuk menikah dan membina keluarga. Sesuai dengan pendapat Havighurst (dalam Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian
Lebih terperinci