PERAN KELEMBANGAAN AGRIBISNIS DALAM USAHATANI KAKAO. Oleh: Putu Arimbawa 1) ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADA PROGRAM GERNAS KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Kata kunci: pendapatan, usahatani, jagung, hibrida Keywords: income, farm, maize, hybrid

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

Oleh: Munirwan Zani 1) ABSTRACT

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Peran Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera Sebagai Penguat Kelembagaan Petani di Sulawesi Tenggara

MOTIVASI PETANI UNTUK BERGABUNG DALAM KELOMPOK TANI DI DESA PAGARAN TAPAH KECAMATAN PAGARANTAPAH DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU

ANALISIS KOMPARASI PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DAN USAHATANI LADA DI DESA LAMONG JAYA KECAMATAN LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH

ANALISIS PENDAPATAN DAN POLA KELEMBAGAAN PEMASARAN USAHATANI CABAI RAWIT DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

HUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI METE DENGAN PENGETAHUAN MEREKA DALAM USAHATANI METE DI KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor

pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008).

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

Analisis Pemasaran Kakao (P4MI) Wednesday, 04 June :07 - Last Updated Tuesday, 27 October :46

ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

PENGENALAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA TANI PADI SAWAH DI DESA KEBUN KELAPA KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik dan definisi Petani swadaya dalam konteks perkebunan kelapa sawit berkelanjutan.

ABSTRACT. Keywords : Sago, Farmers Group Dynamics

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

DAMPAK TEKNOLOGI MULSA PLASTIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI TOMAT

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOKTANI DALAM PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOK/RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POTENSI MODAL PETANI DALAM MELAKUKAN PEREMAJAAN KARET DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan. pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

Transkripsi:

179 PERAN KELEMBANGAAN AGRIBISNIS DALAM USAHATANI KAKAO Oleh: Putu Arimbawa 1) ABSTRACT The study aimed to analyze the role of agribusiness institution in cocoa development in village of Atula, Landongi, East Kolaka, Southeast Sulawesi. Survey samples were 36 farmers that analyze with simple random sampling method. Data were collected by direct interview using a questionnaire. Data was analyzed by descriptive qualitative. Results showed that: (a) institution support agribusiness in cocoa farming were: institution farmer (farmer groups); institution extension; institution financing (Cooperative and Bank), and marketing agencies consisting of middlemen, collecting and stall production facilities, and (b) farmer groups, extension and financial institutions contribute less felt by farmers, while marketing agencies play a very good perceived by farmers in cocoa farming. Keywords: role, cocoa farming, agribusiness institution PENDAHULUAN Salah satu komoditas unggulan perkebunan dan mempunyai prospektif serta berpeluang pasar yang menjanjikan dan banyak diusahakan melalui perkebunan rakyat (±94,19%) adalah kakao. Sampai tahun 2011 areal kakao di Indonesia telah mencapai 1.651.539 Ha dengan produksi 844.626 ton yang melibatkan petani secara langsung sebanyak 1.567.273 KK (Dirjenbun, 2012). Usaha perkebunan kakao di Sulawesi Tenggara 96,28% adalah perkebunan rakyat, dengan luas lahan mencapai 246.502 Ha dengan produksi mencapai 162.816 ton yang dikelola oleh 159.074 KK (Disbunhorti Prov. Sultra, 2012). Tabel 1. Luas Lahan, Produksi dan Jumlah Petani Perkebunan Komoditi Kakao Provinsi Sulawesi Tenggara Lima Tahun Terakhir No Uraian Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 1. Luas Lahan (Ha) 200.042 202.012 235.955 241.433 246.502 2. Produksi (Ton) 134.755 115.898 131.830 145.818 162.816 3. Produktivitas (Kg/Ha) 4. Jumlah Petani 942 909 792 869 825.53 130.780 141.433 149.754 154.444 159.074 Sumber: Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra, 2012 Berdasarkan data Tabel 1 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2007 sampai dengan 2011 terjadi kg/ha (tahun 2009) kemudian mengalami peningkatan di tahun 2010 menjadi 869 kg/ha dan kembali mengalami penurunan menjadi 825 kg/ha di tahun 2011. Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur merupakan salah satu sentra peningkatan luas lahan, produksi dan jumlah petani kakao di provinsi Sulawesi Tenggara. Sedangkan produktivitas kakao dalam kurun waktu tersebut terjadi fluktuasi komoditi kakao dengan luas areala tanaman dari 942 kg/ha (tahun 2007) menurun kakao mencapai 17.410,5 Ha dengan menjadi 909 kg/ha (tahun 2008), 792 rincian 5.272,1 Ha merupakan tanaman 1 )Staf Pengajar Jurusan AGRIPLUS, Agribisnis Fakultas Volume Pertanian 23 Nomor Universitas : 03 September Halu Oleo, Kendari 2013, ISSN 0854-0128 179

180 belum menghasilkan, 9.854,5 Ha tanaman menghasilkan dan 2.283,9 Ha diantaranya merupakan tanaman tua yang kurang menghasilkan (Disbunhorti Prov. Sultra, 2012). Kondisi perkebunan kakao rakyat hingga saat ini masih menghadapi berbagai tantangan, diantaranya: sebagian besar dikelola belum sesuai dengan petunjuk teknis dengan tingkat produksi, produktivitas dan mutu yang masih rendah, serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang masih tinggi, modal usaha yang terbatas, akses informasi dan pasar belum memadai sehingga berdampak pada rendahnya daya saing petani (Bambang, 2012). Permasalahan petani kakao tidak hanya masalah produksi dan pasca panen, tetapi juga masalah kelembagaan (Iqbal dan Dalimi, 2006). Kelembagaan kakao yang ada saat ini dirasakan belum berfungsi dengan baik. Selanjutnya Iqbal dan Dalimi merinci permasalahan agribisnis kakao dapat dikelompokkan menjadi enam aspek, yakni: 1) produksi; 2) diversifikasi, 3) pascapanen, 4) pemanfaatan limbah, 5) sarana & prasarana, serta 6) kelembagaan. Untuk menangani masalah tersebut dibutuhkan arah kebijakan pertanian yang tepat. Langkah operasional kebijakan yang perlu diwujudkan dalam pengembangan agribisnis kakao adalah melalui perencanaan, implementasi, dan pengawasan partisipatif (participator) yang bahu membahu (integrative), menyeluruh (holistic), dan lumintu (sustainable) dengan landasan nota kesepakatan bersama (momerandum of understanding) antara berbagai pihak (stakeholders). Masalah kelembagaan menjadi masalah penting dalam usahatani kakao. Lembaga atau intitusi adalah seperangkat aturan, prosedur, norma perilaku individual dan sangat penting artinya bagi pengembangan pertanian. Kelembagaan di perdesaan dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu: pertama, lembaga formal seperti pemerintah desa, BPD, KUD, dan lain-lain. Kedua, kelembagaan tradisional atau lokal. Kelembagaan tersebut biasanya berwujud nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan cara-cara hidup yang telah lama hidup dalam komunitas seperti kebiasaan tolongmenolong, gotong-royong, simpan pinjam, arisan, lumbung paceklik dan lain sebagainya. Pengembangan gagasan revitalisasi atau penguatan kelembagaan pertanian yang sesuai dengan tuntutan pembangunan spefisik lokasi diawali dengan memperhatikan pendulum imanjener dampak imposed institution terhadap nilainilai kelembagaan local yang bergerak dan mampu memahami elemen-elemen kelembagaan formal dan non formal. Penguatan kelembagaan local mengarah pada pencapaian dampak positif sejalan dengan pembangunan daerah setempat. Adapun komponen revitalisasi kelembagaan meliputi: partisipasi masyarakat, dampak jelas yang akan dicapai dan sistem pendukung (Suradisastra, 2006). Keberadaan lembaga di perdesaan memiliki fungsi yang mampu memberikan energi sosial yang merupakan kekuatan internal masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Lembaga di perdesaan yang saat ini memiliki kesamaan dengan karakteristik tersebut dapat dikatakan sebagai lembaga Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Peran kelembagaan sangat penting dalam mengatur sumberdaya dan distribusi manfaat, untuk itu unsur kelembagaan perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan potensi desa guna menunjang pembangunan desa. Salah satu kelembagaan agribisnis di pedesaan adaalah kelompok tnai. Purwanto (2006), mengemukakan kelompok tani adalah kumpulan petani-nelayan yang didasarkan atas kesamaan, keserasian suatu lingkungan social budaya untuk mencapai tujuan yang sama. Keberadaan kelembagaan kelompok tani kurang begitu dirasakan. Contohnya peran kelompok tani hanya sebagai tempat informasi dan administrasi saja. Peran kelembagaan/kelompok sebagai unit produksi dan pemasaran hasil belum pernah dirasakan anggota kelompok (hasil survei awal). Petani dalam memenuhi

181 sarana produksi dilakukan secara sendirisendiri sehingga banyak petani kakao tidak melalukan pembudidayaan secara anjuran. Pemasaran kakao juga dilakukan secara individu sehingga standar kualitas biji kakao yang dijual kurang diperhatikan. Akibat pemasaran kakao yang dilakukan secara individu tanpa ada kontrol dari kelompok tani menyebabkan posisi tawar petani rendah sehingga berakibat pada harga jual kakao rendah. Berdasarkan kondisi tersebut, petani kakao perlu diberdayakan sehingga angota kelompok dapat melaksanakan program revitalisasi dan pascapanen (fermentasi dan pengering) kakao sesuai dengan rekomendasi. Disamping itu, dengan mengetahui peran kelembagan petani kakao dapat menguatkan kelompok tani kakao sehingga dapat menjadi media kontrol bagi petani dalam pemenuhan sarana produksi dan pemasaran hasil, yang pada akhirnya petani mendapatkan harga jual kakao sesuai dengan harga pasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kelembagaan agribisnis dalam pengembangan usahatani kakao di Kelurahan Atula Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur. dengan Simple Random Sampling atau setara dengan 36 KK. Sedangkan untuk lembaga-lembaga yang terlibat dalam usahatani kakao di lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling (penarikan sampel secara sengaja). Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data meliputi: 1. Metode wawancara yaitu melakukan wawancara langsung dengan obyek penelitian untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dengan menggunakan kuisioner/daftar pertanyaan. 2. Metode kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan menggunakan literaturliteratur yang berhubungan dengan penelitian ini. Analisis Data Analaisis data penelitian digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu menyajikan data sesuai dengan satuan, indikator dan parameter yang telah ditetapkan berdasarkan kenyataan yang terjadi di lapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Atula Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur pada bulan Juli Agustus 2013. Tempat ini dipilih secara sengaja (purpossive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu sentra produksi kakao di Kabupaten Kolaka Timur dan terdapat lembaga yang menunjang pengembangan usahatani kakao. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah petani kakao yang berjumlah 243 KK dan lembaga-lembaga yang terlibat dalam kegiatan usahatani kakao di Kelurahan Atula. Teknik pengambilan sampel penelitian untuk petani kakao dilakukan A. Karakteristik Responden Umur Petani yang memiliki umur relatif muda biasanya lebih kuat, lebih agresif dan lebih tahan bekerja dibandingkan dengan petani yang berumur lebih tua. Menurut Soeharjo dan Patong (1984), bahwa umur non produktif berada pada kisaran 0-14 tahun, umur produktif berada pada kisaran 15-54 tahun dan umur 55 tahun ke atas merupakan usia kurang produktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur responden adalah 51,58 tahun dengan umur termuda 22 tahun dan umur tertua adalah 90 tahun. Distribusi umur responden yang berada pada kisaran umur produktif (22-54 tahun) adalah sebanyak 22 orang (61,11%) dan selebihnya sebanyak 14 orang (38,89%) berada pada kisaran umur kurang produktif

182 (55 tahun ke atas). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki usia pada rentang produkif, pada kondisi ini diharapkan responden mampu bekerja secara optimal khususnya dalam usahatani kakoa. Sedangkan bagi mereka yang memiliki usia kurang produktif membutuhkan tenaga kerja baru untuk membantu dalam menangani usahatani kakao yang mereka miliki. Tingkat Pendidikan Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar petani responden berpendidikan SD yaitu sebanyak 21 orang (58,33%). Diikuti dengan tingkat SMA sebanyak 6 orang (16,67%), SMP sebanyak 5 orang (13,89%), tidak pernah mengenyam pendidikan formal sebanyak 3 orang (8,33%) dan satu orang berpendidikan magister (S2). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki petani responden secara umum berada pada kategori rendah. Hal ini memungkinkan adanya pengetahuan petani dalam penerapan teknologi usahatani kakoa sehingga menyebabkan produksi yang baik jika diimbangi dengan adanya pengalaman dan penyuluhan dari instansi yang terkait dengan masalah ini. Kondisi ini menunjukkan bahwa keterbatasan pendidikan yang dimiliki oleh responden sangat memerlukan perhatian khusus dalam upaya meningkatkan kualitas pemahaman responden dalam usahatani dengan cara meningkatkan penyuluhan tentang budidaya kakao. Pengalaman Usahatani Pengalaman responden dalam usahatani kakoa berada pada kisaran lebih dari 10 tahun (berpengalaman) yaitu sebanyak 31 responden atau 86,11% dan selebihnya berbeda pada kisaran 5-10 tahun sebanyak 5 responden atau 13,89%. Hal ini menunjukkan bahwa pengelaman responden secara umum berada pada kategori berpengalaman. Pengalaman sangat mempengaruhi kegiatan usahatani sekaligus kegiatan pemasaran yang mereka lakukan. Berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki oleh petani diharapkan kedepannya petani mampu lebih baik lagi dalam menjalankan usaha, sehingga dapat meningkatkan skala produksinya. Jumlah Tanggungan Keluarga Tanggungan keluarga petani responden tersebar pada kisaran 4 6 orang atau termasuk dalam kategori keluarga sedang sebanyak 26 responden (72,22%). Sedangkan tanggungan keluarga pada kisaran 1 3 orang (keluarga kecil) dan tanggungan keluarga besar (>6 orang) masing-masing berjumlah 5 orang (13,89%). Keluarga petani terutama tanggungan usia produktif merupakan potensi atau sumber tenaga kerja keluarga dalam membantu usaha keluarga. Disamping itu dengan memiliki jumlah tanggungan keluarga di atas 3 orang akan semakin menuntut petani untuk bekerja keras meningkatkan pendapatannya, artinya mata pencaharian sebagai petani kakoa yang dilakukan akan lebih ditingkatkan dengan harapan hasil yang mereka peroleh dapat memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Dalam hal ini jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu motivasi petani dalam meningkatkan usaha. Selain sebagai faktor yang dapat memotivasi, jumlah tanggungan keluarga yang berada pada kisaran usia produktif dapat menjadi sumber tenaga kerja dalam usahatani kakao. Luas Lahan Garapan Lahan yang dimaksud di sini adalah luas lahan usahatani yang ditanami kakoa. Menurut Hermanto (1991), bahwa luas lahan usahatani di Indonesia dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan luas lahannya yaitu lahan sempit ( 0,5 Ha), lahan sedang (0,6 2 Ha) dan lahan luas (> 2 Ha). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui rata-rata luas lahan garapan responden adalah seluas 0,87 Ha dengan lahan terluas 2,5 Ha dan lahan tersempit 0,3 Ha. Hasil penelitian menunjukkan responden memliki luas lahan dalam kategori sempit. Luas lahan yang dimiliki petani turut mempengaruhi sikap dalam menentukan jenis usahatani serta tenaga kerja yang digunakan, petani yang memiliki

183 luas lahan garapan yang relative luas, maka tenaga kerja yang dibutuhkan juga lebiih banyak. Dengan luas lahan garapan yang dimiliki petani sebagian yang golong sempit, maka tenaga kerja yang dibutuhkan rlatif sedikit, dan petani tidak pernah menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga, melainkan hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga sendiri. Kondisi ini juga dapat memberikan motivasi yang rendah terhadap petani dalam menjalankan usahatani kakao. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara mendalam dengan responden yang memberikan penjelasan bahwa responden sebagian besar memiliki luas lahan sawah yang lebih luas dibandingkan kebun kakao. Sehingga fokus usahatani yang diterapkan adalah adalah pada padi sawah. B. Jenis dan Peran Kelembagaan dalam Usahatani Kakao di Kelurahan Atula. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh data tentang jenis dan peran kelembagaan yang menunjang usahatani kakao di Kelurahan Atula sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis dan Peran Kelembagaan yang Menunjang Usahatani Kakao di Kelurahan Atula Kecamatan Ladongi Kolaka Timur, Tahun 2013 No Jenis Kelembagaan Peran Kelembagaan 1. Kelembagaan Petani (Kelompok Tani) 2. Kelembagaan Penyuluh 3. 4. Kelembagaan Pembiayaan - Koperasi - Bank Kelembagaan Pemasaran - Tengkulak - Pengumpul - Kios Sarana Produksi Berdasarkan data pada Tabel 2 diketahui bahwa secara umum terdapat lima kelembagaan yang ada dan berperan dalam menunjang usahatani kakao di Kelurahan Atula yaitu: 1) kelembagaan petani, 2) kelembagaan penyuluh; 3) kelembagaan - Mengkoordinir petani dalam melaksanakan program-program usahatani kakao - Sebagai wahana diskusi bagi petani tentang usahatani kakao - Memberikan penyuluhan tentang teknik budidaya kakao - Memberikan pemahaman kepada petani tentang pentingnya penguatan kelembagaan petani - Menerima keluhan dan memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang disampaikan kepada petani. Memberikan pinjaman modal usaha - Membeli biji kakao dari petani - Memberikan pinjaman kepada petani untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok Menyediakan (menjual) sarana produksi yang dibutuhkan oleh petani, seperti: obat-obatan (pestisida), pupuk dan peralatan pertanian lainnya (cangkul, sabit, parang, gunting, handsprayer, gergaji dan lain-lain). pembiayaan (keuangan); 4) kelembagaan pemasaran dan 5) lembaga swadaya masyarakat. Kelima kelembagaan tersebut memiliki peran masing-masing yang kesemuanya memberikan manfaat yang baik bagi kelangsungan usahatani kakao yang

184 dilakukan oleh masyarakat yang ada di Kelurahan Atula Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur. Hasil penelitian tentang tanggapan responden terkait dengan peran masing-masing kelembagaan tersebut di atas akan diuraikan sebagai berikut. 1. Kelembagaan Petani Kelembagaan petani kakao yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi seluruh bentuk kelembagaan yang menghimpun petani kakao dalam menunjang keberlangsungan usahatani kakao. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kelembagaan petani kakao yang ada di kelurahan Atula adalan Kelompok Tani dan Gapoktan. Adapun hasil tanggapan responden tentang peran kelembagaan tani dalam menunjang pelaksanaan pembangunan usahatani kakao adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Peran Kelembagaan Tani (Kelompok Tani) dalam Menunjang Usahatani Kakao di Kelurahan Atula No. Peran Kelembagaan Petani Frekuensi 1. Tidak memiliki Peran 15 41,67 2. Berperan Kurang Baik 8 22,22 3. Berperan Sangat baik 13 36,11 Tabel 3 dijelaskan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 15 orang (41,67%) menyatakan bahwa keberadaan kelompok tani di Kelurahan Atula tidak memiliki peran dalam menunjang usahatani kakao. Selanjutnya 13 orang (36,11%) mengemukakan bahwa keberadaan kelompok tani berperan sangat baik dalam menunjang usahatani kakao. Sedangkan selebihnya (22,22%) mengemukakan bahwa keberadaan kelompok tani di Kelurahan Atula memberikan beran yang belum baik. Berdasarkan hasil analisis data dan wawancara mendalam kepada responden di ketahui bahwa bagi responden yang mengemukakan bahwa kelompok tani tidak memiliki peran dalam menunjang usahatani kakao adalah responden yang tidak tergabung dalam kelompok tani. Sedangkan bagi mereka yang tergabung dalam kelompok tani mengemukakan bahwa keberadaan kelompok tani di Kelurahan Atul telah memiliki peran meskipun belum maksimal. 2. Kelembagaan Penyuluh Kelembagaan penyuluh yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi seluruh kelembagaan penyuluh baik pemerintah, swasta maupun swadaya. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa penyuluh yang ada di kelurahan Atula adalan berasal dari pemerintah. Adapun hasil tanggapan responden tentang peran penyuluh dalam menunjang pelaksanaan pembangunan usahatani kakao adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Peran Penyuluh dalam Menunjang Usahatani Kakao di Kelurahan Atula No. Peran Kelembagaan Petani Frekuensi 1. Tidak memiliki Peran 6 16,66 2. Berperan Kurang Baik 15 41,67 3. Berperan Sangat baik 15 41,67

185 Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa persentase responden yang mengemukakan bahwa keberadaan penyuluh telah berperan sangat baik dan berperan kurang baik ada sama yaitu 41,67% (15 responden) sedangkan selebihnya mengemukakan bahwa bahwa keberadaan penyuluh di Kelurahan Atula tidak memiliki peran sama sekali dalam menunjang usahatani kakao. Penyuluh tidak memiliki peran dalam menunjang usahatani kakao adalah responden yang sama sekali tidak pernah bertemu dengan penyuluh dan tidak tergabung dalam kelompok tani. Sedangkan bagi mereka yang mengemukakan bahwa penyuluh memiliki peran yang kurang baik dan sangat baik adalah mereka-mereka yang tergabung dalam kelompok tani. Bagi responden yang mengemukakan bahwa penyuluh memiliki peran yang kurang baik disebabkan karena intensitas kehadiran penyuluh di Kelurahan Atula sangat jarang. 3. Kelembagaan Pembiayaan Kelembagaan pembiayaan yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi lembaga pembiayaan yang resmi seperti Bank dan Koperasi kelembagaan keuangan lainnya yang terdaftar secara resmi. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kelembagaan pembiayaan yang berperan dalam menunjang usaha petani di kelurahan Atula adalan Koperasi (Koperasi Wanita Karya Terpadu) dan Bank BRI. Adapun hasil tanggapan responden tentang peran kelembagaan keuangan tersebut dalam menunjang pelaksanaan pembangunan usahatani kakao adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 5 dan 6. Tabel 5. Peran Koperasi dalam Menunjang Usahatani Kakao di Kelurahan Atula No. Peran Kelembagaan Petani Frekuensi 1. Tidak memiliki Peran 14 38,89 2. Berperan Kurang Baik 21 58,33 3. Berperan Sangat baik 1 2,78 Tabel 5 dijelaskan bahwa sebagian besar responden (58,33%) menyatakan bahwa keberadaan koperasi di Kelurahan Atula telah berperan meskipun dirasakan kurang baik. Selebihnya sebanyak 14 responden (38,89%) menyatakan bahwa keberadaan koperasi di Kelurahan Atula tidak memiliki peran dalam menunjang usahatani kakao dan hanya 1 responden (2,78%) yang menyatakan bahwa koperasi berperan sangat baik dalam menunjang usahatani kakao. Berdasarkan hasil analisis data dan wawancara mendalam kepada responden di ketahui bahwa bagi responden yang mengemukakan bahwa koperasi dirasakan memiliki peran yang belum maksimal karena dianggap bahwa koperasi memberikan pinjaman modal kepada petani dengan bunga yang tinggi. Bagi responden yang mengemukakan bahwa koperasi tidak memiliki peran adalah responden yang tidak pernah melakukan transaksi pinjaman kepada koperasi. Tabel 6. Peran Perbangkan dalam Menunjang Usahatani Kakao di Kelurahan Atula No. Peran Kelembagaan Petani Frekuensi 1. Tidak memiliki Peran 5 13,89 2. Berperan Kurang Baik 31 86,11 3. Berperan Sangat baik 0 0

186 Tabel 6 dijelaskan bahwa sebagian besar responden (86,11%) menyatakan bahwa keberadaan Bank bagi petani di Kelurahan Atula telah berperan meskipun dirasakan kurang baik. Selebihnya sebanyak 5 responden (13,89%) menyatakan bahwa keberadaan bank bagi petani di Kelurahan Atula tidak memiliki peran dalam menunjang usahatani kakao. Berdasarkan hasil analisis data dan wawancara mendalam kepada responden di ketahui bahwa bagi responden yang mengemukakan bahwa bank dirasakan memiliki peran yang belum maksimal karena dianggap bahwa pihak perbankan memberikan pinjaman modal kepada petani dengan bunga yang masih dianggap tinggi dan persyaratan administrasi yang dianggap oleh petani sangat memberatkan. Selain itu tenggang waktu pengurusan pinjamn pada Bank BRI membutuhkan waktu yang cukup lama. Bagi responden yang mengemukakan bahwa bank tidak memiliki peran adalah responden yang tidak pernah melakukan transaksi pinjaman kepada bank. 4. Kelembagaan Pemasaran Kelembagaan pemasaran yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi semua kelembagaan pemasaran yang terlibat/menunjuang keberlangsungan usahatani kakao. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kelembagaan pemasaran yang berperan dalam menunjang usahatani kakao di kelurahan Atula adalan tengkulak, pedagang pengumpul dan kios sarana produksi. Adapun hasil tanggapan responden tentang peran kelembagaan pemasaran tersebut dalam menunjang pelaksanaan pembangunan usahatani kakao adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Peran Tengkulak, Pedagang Pengumpul dan Kios Sarana Produksi dalam Menunjang Usahatani Kakao di Kelurahan Atula No. Peran Kelembagaan Petani Frekuensi 1. Tidak memiliki Peran 0 0 2. Berperan Kurang Baik 0 0 3. Berperan Sangat baik 36 100,00 Tabel 7 dijelaskan bahwa seluruh responden (100%) menyatakan bahwa keberadaan tengkulak, pedagang pengumpul dan kios sarana produksi yang ada di Kelurahan Atula telah berperan sangat baik. Berdasarkan hasil penelitian di ketahui bahwa tengkulak dan pengumpul sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka yang mendesak. Sedangkan keberadaan kios sarana produksi dianggap sangat membantu petani dalam memenuhi kebutuhan obat-obatan dan pupuk guna menunjang usahatani kakao. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Kelembagaan agribisnis dalam menunjang usahatani kakao di Kelurahan Atula Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur adalah: kelembagaan tani (kelompok tani); kelembagaan penyuluh; kelembagaan pembiayaan (Koperasi dan Bank); dan lembaga pemasaran yang terdiri dari tengkulak, pengumpul dan kios sarana produksi. 2. Kelompok tani, penyuluh dan lembaga pembiayaan kurang berperan dirasakan oleh petani, sedangkan lembaga

187 pemasaran dirasakan berperan sangat baik oleh petani dalam usahatani kakao. Saran Saran yang dapat penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kepada kontak tani agar aktif melakukan kegiatan dalam kelompok untuk menambah pengetahuan tentang usaha budidaya dan manajamen usahatani kakao bagi petani anggota kelompok. 2. Kepada intansi terkait khususnya instansi yang menangani kegiatan penyuluhan, kiranya dapat meningkatkan intensitas kegiatan penyuluhan. DAFTAR PUSTAKA Bambang., 2012. Meningkatkan Daya Saing Perkebunan Kakao Rakyat Melalui Penguatan Kelembagaan Petani Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera. LEM Sejahtera Sulawesi Tenggara. Kendari. Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tenggara., 2012. Statistik Perkebunan 2011. Kendari. Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI., 2012. Sambutan Direktur Jenderal Perkebunan dalam acara Musyawarah Nasional II Asosiasi Petani Kakao Indonesia Tahun 2012. Jakarta Hermanto. 1991. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Iqbal, M., dan Dalimi A., 2006. Kebijakan Pengembangan Agribisnis Kakao Melalui Primatani: Kasus Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi Selatan. Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 4 Nomor 1:p45-52. Purwanto, S., 2006. Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung. Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta. Suryadisastra K., 2006. Revitalisasi Kelmebagaan untuk Percepatan Pembangunan Sektor Pertanian dalam Otonomi Daerah. Analisis Kebijaka Pertanian, Vol 4 Nomor 4: p308-313.