BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit TB paru di Indonesia masih menjadi salah satu penyakit yang

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi TB Paru di Indonesia dan negara negara sedang berkembang lainnya

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berhasil disembuhkan. Apalagi diakibatkan munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan penduduk Indonesia. Mycrobacterium Tuberculosis (Mansyur, 1999). Penyakit tuberkulosis (TB) paru masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB I PENDAHULUAN. utama. The World Health Organization (WHO) dalam Annual Report on Global

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1 (Rekapan Jawaban Kuesioner dari Pasien Penderita TBC)

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan Nasional, karena kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Dalam rangka menetapkan visi dan misi pembangunan dibidang kesehatan, pemerintah melalui Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah menggariskan bahwa Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap warga negara agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dalam Undang-Undang No. 36 TH 2009 tetang kesehatan dalam pasal 152 ayat 1 Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab melakukan upaya pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit menular serta akibat yang ditimbulkannya. Dan ayat 2 upaya pencegahan, pengendalian da pemberantasan penyakit menular sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk melingdungi masyarakat dari tertularnya penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia serta untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular (UU Kesehatan no.36 TH 2009).

2 Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai (Global Emergency ). Laporan WHO tahun 2003 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2003, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk (Depkes, R.I, 2008). Penyakit Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Saat ini penyakit TB paru masih sebagai salah satu prioritas pemberantasan penyakit menular. Perhitungan World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa saat ini ditemukan 8 sampai 10 juta kasus baru diseluruh dunia dan dari jumlah kasus tersebut 3 juta mengalami kematian pertahunnya, ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada penderita menular. Pusat pengendalian dan pencagahan penyakit di Amerika Serikat atau U.S. Center for Disease Control and Prevention menyatakan bahwa meskipun angka kasus TB yang dilaporkan rendah pada tahun 2004 (4,9 kasus dari 100.000 populasi), angka untuk penurunan 2003 dan 2004 adalah yang paling kecil sejak tahun 1993 (Corwin, 2009).

3 Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenal dan sampai saat ini masih menjadi penyebab utama kematian di dunia. Prevalensi TB di Indonesia dan negara-negara sedang berkembang lainnya cukup tinggi. Pada tahun 2006, kasus baru di Indonesia berjumlah >600.000 dan sebagian besar diderita oleh masyarakat yang berada dalam usia produktif (15 55 tahun). Angka kematian karena infeksi TB berjumlah sekitar 300 orang per hari dan terjadi >100.000 kematian per tahun. Hal tersebut merupakan tantangan bagi semua pihak untuk terus berupaya mengendalikan infeksi ini. Salah satu upaya penting untuk menekan penularan TB di masyarakat adalah dengan melakukan diagnosis dini yang definitif (PPTI, 2012). Berdasarkan data dari Dinas Provinsi Gorontalo penderita TB paru di Provinsi Gorontalo pada tahun 2010 1.370 jiwa penderita BTA (+) 65,1%, pada tahun 2011 meningkat menjadi 1.617 jiwa penderita BTA (+) 77,3%, pada tahun 2012 meningkat menjadi 1.674 jiwa penderita BTA (+) 79,6% dan Pada tahun tahun 2013 meningkat menjadi 2017 penderita BTA (+). Berdasarkan data tersebut penderita TB Paru di Provinsi Gorontalo dari tahun ke tahun semakin meningkat, Sementara untuk Kabupaten Gorontalo penderita TB Paru bejumlah 389 jiwa penderita TB Paru pada tahun 2012 (Dikes Provinsi Gorontalo). Data dinas kesehatan Kabupaten Gorontalo, selama tahun 2013 jumlah pasien diduga menderita TB paru sebanyak 1552 orang dan BTA positif sebanyak 380 orang serta yang dinyatakan gagal dalam pengobatan sebanyak 54 orang dan sisanya 226 orang pasien dinyatakan sembuh.

4 Dalam penelitian Asmariani 2012, Pengobatan TB Paru membutuhkan waktu panjang (sampai 6 atau 8 bulan) untuk mencapai penyembuhan dan dengan panduan (kombinasi) beberapa macam obat, sehingga tidak jarang pasien berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai yang berakibat pada kegagalan dalam pengobatan TB Paru. World Health Organizatio (WHO) menerapkan strategi Direct Observed Treatment Short Course (DOTS) dalam manajemen penderita TB Paru untuk menjamin pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung oleh seorang pengawas minum obat (PMO). Indikator Strategi DOTS angka kesembuhan pasien TB Paru menjadi > 85%. Obat yang diberikan dalam bentuk kombinasi dosis tetap karena lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. Angka penderita yang tidak patuh untuk meneruskan minum obat tetap cukup tinggi. Sudah banyak penelitian yang berkaitan dengan Tuberkulosis. Hasil penelitian yang dilakukan Pemerintah Kab. Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggaara Timur pada tahun 2000 menyimpulkan ada 8 variabel yang memengaruhi kegagalan konversi pada penderita TB Paru yang telah berobat yakni status gizi, lantai rumah, jendela rumah, merokok, peran keluarga dalam pengobatan, ketersediaan PMO, penyuluhan paramedis, dan kepatuhan berobat penderita (Akbar, 2008). Menurut penelitian Simamora (2004) yang dilakukan di Puskesmas Kota Binjai, ada beberapa variabel yang berpengaruh terhadap ketidakteraturan berobat penderita TB paru yaitu : pengetahuan penderita tentang pengobatan TB paru, ada tidaknya Pengawas Minum Obat (PMO), efek samping obat, perilaku

5 petugas pelayanan kesehatan, persepsi pasien terhadap penyuluhan kesehatan, dan jarak antara rumah pasien ke puskesmas. Analisa hasil penelitiannya menyimpulkan penderita TB paru yang pengetahuannya kurang baik terhadap pengobatan TB paru mempunyai kemungkinan 6,097 kali lebih besar tidak teratur berobat dibandingkan pada penderita yang pengetahuannya baik terhadap pengobatan TB paru. Selain itu juga menurut hasil penelitian Zuliana (2009) di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan terdapat pengaruh yang bermakna antara variabel pengetahuan dan peran PMO terhadap kepatuhan berobat penderita TB Paru. Dalam penelitian made suadnyani pasek dkk tahun 2013, pendidikan mempengaruhi keteraturan minum obat pasien. Semakin tinggi tingkat pendidikan pasien, maka semakin banyak informasi tentang pengobatan yang diterimanya sehingga pasien akan patuh dalam pengobatan penyakitnya (Muhlisi, 2011). Sementara dalam penelitian Erni Erawatyningsih dkk 2009, semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin tidak patuh penderita untuk berobat karena rendahnya pendidikan seseorang sangat mempengaruhi daya serap seseorang dalam menerima informasi sehingga dapat mempengaruhi tingkat pemahaman tentang penyakit TB paru, cara pengobatan, dan bahaya akibat minum obat tidak teratur. Jika ditinjau dari pendapatan keluarga, pendapatan keluarga adalah hasil ataupu upah dari hasil pekerjaan. Dalam penelitian Erawatyningsih 2009 penderita TB paru yang paling banyak terserang adalah masyarakat berpenghasilan rendah, sehingga dalam pengobatan TB paru selain kebutuhan

6 pokok untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka harus mengeluarkan biaya transport untuk berobat dipuskesmas, hal ini yang menyebabkan penderita tidak patuh dalam pengobatan. Berdasarkan hasil survey data awal dari Puskesmas Dungaliyo, pada tahun 2012 ditemukan penderita baru sebanyak 46 orang BTA (+) dan tahun 2013 sebanyak 49 orang penderita BTA (+) yang memeriksakan diri di Puskesmas Dungaliyo. Hasil wawancara terhadap 10 orang penderita yang sedang dalam pengobatan TB paru didapatkan 8 orang diantara belum mengetahui manfaat pengobatan TB paru. Alasan lain yang dikemukakan adalah mereka kadangkadang tidak dating mengambil obat dipuskesmas karena tidak punya biaya transportasi. Masalah lain yang ditemukan peneliti adalah 7 dari 10 orang penderita hanya memimiliki tingkat pendidikan SD dan SMP. Berdasarkan masalah tersebut kesimpulan awal peneliti bahwa pasien tidak patuh terhadap program pengobatan TB. Pengetahuan, tingkat pendidikan serta pendapatan keluarga kemungkinan penyebab ketidakpatuhan penderita. Melihat permasalahan tersebut maka peneliti tertarik mengadakan penelitian ilmiah dengan judul faktor faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan berobat pasien TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Dungaliyo tahun 2014. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1.2.1 Hasil wawancara dengan penderita didapatkan penderita kurang memahami manfaat pengobatan TB paru.

7 1.2.2 Penderita kadang-kadang tidak mengambil obat dipuskesmas karena tidak punya biaya transporatasi 1.2.3 Sebagian besar penderita berpendidikan rendah yaitu SD dan SMP 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan secara umum yang akan dibahas dalam penelitian dapat dirumuskan yaitu : faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan ketidakpatuhan berobat pasien TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Dungaliyo?. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan berobat pasien TB Paru diwilayah kerja Puskesmas Dungaliyo. 1.4.2 Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan 1. Untuk mengindentifikasi tingkat pengetahuan penderita TB paru yang menjalani pengobatan TB paru diwilayah kerja Puskesmas Dungaliyo. 2. Untuk mengindentifikasi tingkat pendidikan penderita TB paru yang menjalani pengobatan TB paru diwilayah kerja Puskesmas Dungaliyo. 3. Untuk mengindentifikasi pendapatan keluarga penderita TB paru yang menjalani pengobatan TB paru diwilayah kerja Puskesmas Dungaliyo 4. Untuk mengidentifikasi kepatuhan penderita TB paru yang menjalani pengobatan TB paru diwilayah kerja Puskesmas Dungaliyo.

8 5. Untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dengan ketidakpatuhan berobat pasien TB paru diwilayah kerja Puskesmas Dungaliyo. 6. Untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pendidikan dengan ketidakpatuhan berobat pasien TB paru diwilayah kerja Puskesmas Dungaliyo. 7. Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan ketidakpatuhan berobat pasien TB paru diwilayah kerja Puskesmas Dungaliyo. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat khususnya penderita TB Paru, sehingga akan meningkatkan kualitas asuahan keperawatan dan kualitas hidup penderita serta memberi masukan kepada petugas kesehatan tentang pentingnya penyuluhan penyakit TB Paru kepada masyarakat khususnya penderita TB Paru. 1.5.2 Bagi Ilmu Keperawatan Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan tentang TB Paru Serta Faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan berobat. 1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai masukkan data dan sumbangan pemikiran perkembangan pengetahuan untuk peneliti selanjutnya.